• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan yang disampaikan oleh penyampaian pesan dapat di terima dengan. demi tercapainya tujuan pendidikan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan yang disampaikan oleh penyampaian pesan dapat di terima dengan. demi tercapainya tujuan pendidikan."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran.

a. Pengertian media pembelajaran

Arsyad (Ponza, Jampel, Sudarma, 2018; 10) media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Penggunaan media yang tepat mampu menyampaikan informasi maupun pesan yang disampaikan oleh penyampaian pesan dapat di terima dengan jelas. Arsyad (Ponza, Jampel, Sudarma, 2018; 10) Berpendapat bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Cecep dan Bambang (2011: 9) media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Dan menurut Sadirman (2010: 12) media pembelajaran adalah pesan atau informasi yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan dengan menggunakan salah satu gabungan beberapa alat indera mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut bahwa media pembelajaran adalah usaha sadar dari tenaga pendidik untuk menyampaikan informasi yang dapat mewakili apa yang kurang mampu tenaga pendidik sampaikan

(2)

melalui kalimat tertentu bahkan keabstrakan materi dapat di mengerti dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah mencerna materi yang di sampaikan melalui bantuan media pembelajaran.

Sudjana dan Rivai (2011) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, diantaranya :

1) Motivasi belajar akan tumbuh dengan pembelajaran yang lebih menarik perhatian.

2) Memungkinkan siswa memahami makna dan menguasai bahan pembelajaran, serta mencapai tujuan pembelajaran.

3) Peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dengan adanya metode mengajar yang bervariasi dan tidak semata-mata komunikasi verbal oleh guru.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar dan beraktivitas seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

b. Karakteristik media pembelajaran

Menurut Arsyad (2002) setiap media mempunyai karateristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga pendidik dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pembelajaran.

(3)

c. Manfaat media pembelajaran.

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara pembelajar dengan pebelajar sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (Depdiknas, 2003) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:

1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

5) Meningkatkan kualitas hasil belajar pebelajar.

6) Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

7) Media dapat menumbuhkan sikap positif pembelajar terhadap materi dan proses belajar.

8) Mengubah peran pembelajar ke arah yang lebih positif dan produktif. 9) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih

konkrit.

10) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat, membangkitkan motivasi, membangkitkan

(4)

rangsangan belajar mengajar dan alat yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik agar dapat lebih jelas menerima apa yang di sampaikan oleh tenaga pendidik dari konsep-konsep abstrak.

2. Aplikasi Adobe Animate a. Definisi adobe animate

Saputro (2018) menyatakan bahwa perusahaan Adobe telah mengembangkan perangkat lunak terbaru, yang diberi Adobe Animate CC, dimana nama sebelumnya adalah Adobe Flash Professional. Adobe Flash Professional merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk membuat animasi, video animasi, media interaktif, membuat game, membuat aplikasi android, membuat website dan sebagainya. Adobe Animate CC adalah perangkat lunak yang dapat bekerja seperti pendahulunya yaitu Adobe Flash Professional. Adobe Animate CC merupakan versi terbaru dari dari Adobe Flash CS6 yang dikembangkan oleh perusahaan Adobe. Adobe Animate CC menjadi perangkat lunak pengganti dan melengkapi kekurangan yang ada di Adobe Flash, dengan menambahakan fitur- fitur terbarunya seperti penggunaan HTML5 Canvas, dan WebGL.

Uno (2017) berpendapat media yang menarik dan menyenangkan dapat memberikan manfaat seperti meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Adobe Animate CC digunakan untuk menampilkan multimedia yang berbentuk audio dan visual yang dimuat dalam bentuk aplikasi yang menyajikan materi pembelajaran.

(5)

b. Kelebihan dan kelemahan adobe animate CC

Media Adobe Animate CC memiliki kelebihan dan kekurangan untuk digunakan sebagai media pembelajaran untuk siswa tunarungu berat. Saputro (2018) berpendapat, kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh oleh Adobe Animate CC yakni :

1) Kelebihan adobe animate

a) Dapat mendesain animasi HTML. b) Media iklan Animasi.

c) Video Animasi. d) Media Pembelajaran. e) Game versi web

2) Kelemahan adobe animate

a) Sebelum memasang Adobe Animate CC pada komputer perlu memerhatikan OS yang digunakan.

b) Untuk penggunaan OS 32-bit tidak dapat menikmati Adobe Animate CC, karena Adobe Animate CC hanya mendukung OS 64-bit, contohnya windows 8 54-bit.

(6)

3. Peserta didik Tunarungu a. Pengertian tunarungu

Menurut Haenudin (2013) tunarungu adalah peristilahan secara umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan atau kekurangan mampuan mendengar, sehingga mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Siswa tunarungu merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, banyak istilah yang sudah kita kenal untuk anak yang mengalami hambatan pendengaran atau kelainan dengar. Anak berkebutuhan khusus adalah anak memerlukan layanan khusus ataupun perlakuan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal (Iswari, 2008). Anak yang mengalami gangguan pendengaran merupakan anak yang mengalami kehilangan pendengaran dalam tingkat ringan, sedang, berat, dan sangat berat yang mengakibatkan gangguan pada komunikasi dan bahasanya (Marlina, 2015).

Dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian maupun seluruh alat pendengaran sehingga ia tidak dapat menggunakannya.

b. Klasifikasi dan jenis ketunarunguan

Menurut Haenudin (2013) Klasifikasi ketunarunguan dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kelompok I

Kehilangan 15-30 dB, Mild Hearing Losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.

(7)

2) Kelompok II.

Kehilangan 31-60 dB, Moderate Hearing Losses atau keturunguan sedang; daya tangkap terhadap suara percakapa manusia hanya sebagian. 3) Kelompok III

Kehilangan 61-90 dB, Severe Hearing Losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.

4) Kelompok IV

Kehilangan 91-120 dB; Profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap sura percakapan manusia tidak ada sama sekali.

5) Kelompok V

Kehilangan lebih dari 120 dB; total hearing losses atau ketunarunguan total daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. c. Penyebab ketunarunguan

Menurut Haenudin (2013) penyebab ketunarunguan dapat terjadi pada saat sebelum lahir (prenatal), saat dilahirkan atau kelahiran (natal) dan sesudah dilahirkan (post natal). Berikut faktor-faktor penyebab ketunarunguan dikelompokkan sebagai berikut:

1) Faktor dari dalam diri anak.

a) Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tua anak tersebut yang mengalami ketunarunguan.

b) Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit campak jerman (Rubella) pada masa kandungan janin.

(8)

c) Ibu yang sedang hamil mengalami keracunan darah (Toxaminia). Hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi pertumbuhan janin.

2) Faktor dari luar diri anak

a) Anak mengalami infeksi pada saat kelahiran. b) Meninghitis atau Radang Selaput Otak.

c) Otitis media atau Radang Telinga Bagian tengah.

d) Ototitas media adalah Radang pada telinga bagian tengah, sehingga menimbulkan nanah yang mengumpul dan mengganggu hantaran bunyi.

e) Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian tengah dan dalam.

d. Karakteristik tunarungu.

Menurut Haenudin (2013) anak tunarungu apabila dilihat dari segi fisiknya tidak ada perbedaan dengan anak pada umumnya, tetapi sebagai dampak dari ketunarunguan mereka memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini merupakan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara serta emosi dan sosial.

1) Karakteristik dalam intelegensi

Karakteristik dalam segi intelegensi secara potensial anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak normal pada umumnya, ada yang pandai, sedang dan ada yang bodoh. Namun demikian secara funsional

(9)

intelegensi mereka berada dibawah anak normal, hal ini disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam memahami bahasa.

Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak yang mendengar, karena anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang mereka dengar, dan hal tersebut merupakan proses dari dari berpikir. Keadaaan tersebut tidak terjadi pada anak tunarungu, karena anak tunarungu memahami sesuatu lebih banyak dari apa yang merekan lihat, bukan dari apa yang mereka dengar.

2) Karakteristik dalam segi bicara.

Anak tunarungu dalam segi bicara dan bahasa mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil proses peniruan sehingga para tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri yang khas, yaitu sangat terbatas dalam pemilihan kosa kata, sulit mengartikan kiasan dan kata kata yang bersifat abstrak.

3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Menurut Haenudin (2013) keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak tunarungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengkitunya secara menyeluruh sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya diri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan anak

(10)

normal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan diantaranya :

a) Egosentrisme yang melebihi anak normal.

b) Memiliki perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas. c) Ketergantungan terhadap orang lain.

d) Perhatian merekan lebih sukar dialihkan.

e) Umumnya anak tunarungu memiliki sifat yang polos, sederhana, dan tidak banyak masalah.

f) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

5 Karakteristik pembelajaran peserta didik tunarungu berat a. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu baik dari tingkah laku, dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Oemar Hamalik dalam Djamarah (2017: 10) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu Purwanto dalam Djamarah (2017 : 11) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada interaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

(11)

b. Metode belajar peserta didik tunarungu

Berdasarkan informasi yang didapat dari salah satu tenaga pendidik peserta didik tunarungu berat bahwa metode belajar bagi peserta didik tunarungu berat itu ada 2 diantaranya yaitu:

1) Metode membaca ujaran

Peserta didik tunarungu berat mengalami kesulitan untuk menyimak pembicaraan melalui pendengarannya. Oleh karena itu peserta didik dapat memanfaatkan penglihatannya untuk memahami pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik pembicara.

2) Metode membaca

Pembelajaran untuk peserta didik tunarungu berat selain menggunakan metode membaca ujaran, metode membaca juga di terapkan ke peserta didik tunarungu berat misalnya membaca buku paket tujuannya untuk menambah penguasaan dan menambah kosakata.

1. Materi pengolahan dalam mata pelajaran keterampilan bagi peserta didik tunarungu berat

Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilah dari hasil pekerjaan tersebut. Sri Widiastuti (2010) keterampilan adalah keterampilan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat.

Materi yang akan di ambil dari matapelajaran keterampilan yaitu materi pengolahan, yang mana di dalam materi pengolahan peneliti akan membuatkan

(12)

media sesuai dengan KI/KD pengolahan yaitu mengenalkan alat – alat sederhana pada pengolahan pangan dari telur yang telah di tetapkan oleh sekolah SLB Aisyiyah Tasikmalaya. Adapun KI/KD Pengolahan sebagai berikut :

Tabel 2. 1

Kompetensi inti dan kompetensi dasar

Kompetensi Dasar. Indikator Pencapaian. 3.1 Mengenal jenis olahan pangan

dari telur sesuai potensi wilayah setempat.

Mengetahui jenis olahan pangan dari telur sesuai potensi wilayah setempat.

3.2 Mengenal alat-alat sederhana pada pengolahan pangan dari telur.

Mengetahui alat – alat sederhana pada pengolahan pangan dari telur.

Mengetahui fungsi alat – alat sederhana pada pengolahan pangan dari telur.

2. Media pembelajaran pada materi pengolahan

Media pembelajaran yang akan dibuat oleh peneliti, didalam rancangan media pembelajaran akan ada petunjuk, profil, tujuan pembelajaran, materi, Quiz dan tokoh animasi yang menjadi ciri khas dari media pembelajaran ini, dan selain itu akan ada teks dan juga akan menampilkan juru bahasa isyarat yang akan menjadi ciri khas media pembelajaran animasi ini. Media ini akan di rancang semudah mungkin agar tenaga pendidik bisa menggunakannya, media ini nantinya tenaga pendidik hanya memplay tombol agar media dapat berjalan tanpa harus mengotak-ngatik tombol lainnya.

(13)

B. Kajian peneliti yang relevan

Beberapa penelitian relevan yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Dian Kristanti & Sri Julia ( 2017) Pengembangan perangkat pembelajaran matematika model 4-D untuk kelas inklusi sebagai upaya meningkatkan minat Belajar siswa, Menunjukan hasil bahwa perangkat pembelajaran matematika untuk siswa kerkebutuhan khusus di kelas inklusi telah berhasil di susun dengan memenuhi kriteria valid, efektif dan praktis sesuai kriteria yang ditetapkan dan dapat meningkatkan minat siswa di kelas Inklusi.

2. Luh Putu Ary Sri Tjahyanti13 & Gede Danu Setiawan (2019) Perancangan media pembelajaran bahasa isyarat merangkai kalimat penyandang disabilitas anak tunarungu wicara berbasis web, menunjukan bahwa hasil dari penelitian bisa memberikan solusi terhadap permasalahan siswa tunarungu wicara dalam merangkai kalimat yang baik dan benar dengan cara yang lebih mudah dan efektif.

3. Kadek Sukiyasa & Sukoco (2013) Pengaruh Media Animasi terhadap hasil belajar dan motivasi belajar siswa materi sistem kelistrikan Otomotif. Berdarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan media animasi terhadap hasil belajar dan motivasi belajar materi sistem kelistrikan otomotif pada siswa kelas X TKR di SMKN 1 Seyegan, ditunjukkan dengan hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan media animasi lebih tinggi dari hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan media powerpoint.

(14)

4. Endah Pebriani Rahman, Asrul, Fathurrahman & Indri Anugrah Ramadhani (2019) Pengaruh Media Animasi pada Pembelajaran Suhu dan Kalor terhadap hasil belajar IPA kelas V SD Negeri 14 Waigama. Berdasarkan Hasil penelitian yang telah di lakukan, bahwa terdapat pengaruh penggunaan media animasi pada pembelajaran suhu dan kalor terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa kelas V SD Negeri Waigama Misool Utara.

5. Maria Waldetrudis Lidi & Maimunah H. Daud ( 2019) Penggunaan Media Animasi pada mata kuliah Biologi dasar untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi mahasiswa materi genetikan, Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukan penggunaan media animasi mampu meningkatkan hasil belajar dan motivasi mahasiswa. Hasil belajar dan motivasi setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media animasi termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media animasi dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi mahasiswa pada materi genetika.

6. Andi Tejawati, Hanif Aulia, Muhammad Bambang Firdaus, Fadli suandi, Lathifah, & M. Khairul Anam (2019) Pemanfaatan Video dan Animasi dengan Karakter Hela pada pandangan umum terhadap anak Autistik berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa penambahan animasi dalam video dapat membantu mendapatkan informasi yang tidak dapat dicapai oleh video.

(15)

C. Kerangka berpikir

Kerangka berfikir merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. menggunakan kerangka berfikir dapat memperjelas tentang garis keseluruhan dari penelitian yang dilakukan.

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai ransangan, terutama melalui indera pendengaran. Anak tunarungu memiliki hambatan dalam berbahasa khususnya berbicara, terkadang apa yang diucapkan oleh anak tunarungu sangat sulit dipahami oleh orang pada umumnya. Kenyataanya anak tunarungu dituntut untuk mampu mengekspresikan keinginannya melalui bahasa verbal (bicara), tulisan atau tanda (gesture, isyarat, mimik, dan bahasa tubuh). Hambatan dalam berkomunikasi tersebut, berakibat juga pada hambatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu.

Namun demikian anak tunarungu memiliki potensi untuk belajar berbicara dan berbahasa. Oleh karena itu anak tungarungu memerlukan layanan khusus untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara, sehingga dapat meminimalisi dampak dari ketunarunguan yang dialaminya.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan atau media yang dapat mengoptimalkan Komunikasi peserta didik Tunarungu Berat, dengan mengoptimalkan indera penangkap (sensori) seperti visual. Media yang mencakup aspek indera penangkap tersebut adalah media animasi.

(16)

Media pembelajaran dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam penyampaian materi pengolahan dalam matapelajaran keterampilaan, sehingga materi yang di sampaikan oleh tenaga pendidik dapat di pahami oleh peserta didik dan membangun ketertarikan minat peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh tenaga pendidik.

Tenaga pendidik menggunakan metode membaca gerak bibir dan menggunakan bahasa isyarat

Kemampuan peserta didik dalam memahami materi pengolahan

Rancang bangun media pembelajaran

 Peserta didik mampu memahamami materi yang di sampaikan oleh tenaga pendidik.

 Dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

 Sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.

Penggunaan media animasi dapat berpengaruh positif terhadap keterampilan belajar peserta didik.

Gambar 2. 1 Kerangka pikir Kondisi Awal

(17)

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka pikir Kondisi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini berdasarkan instrumen peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia serta berbagai referensi yang berkaitan dengan pelaksanaan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Strategi Online

Pelaksanaan Pendafataran Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota Surakarta ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Karena minimnya aplikasi perjalanan wisata di Indonesia, khususnya Surabaya, maka dalam Jurnal ini dibuat aplikasi perjalanan wisata berbasis web yang diharapkan bisa

ernyataan tersebut analogi dengan pernytaan bah'a C"ika resultan gaya luar  yang bekera pada benda sama dengan nol,umlah momentum linier benda tetap itu sebagai

Hasil penelitian menunjukkan penambahan gluthatione 3 mM dalam media kultur embrio kerbau secara in vitro menghasilkan persentase perkembangan embrio sampai tahap

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka

Penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan keuangan apakah hasil dari pengawasan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak oleh Yayasan Pondok