• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA TN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA TN"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

1

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PADA TN.S DENGAN TB PARU

PATOLOGI SISTEM PERNAFASAN DI PAVILIUN MARWAH

ATAS RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

TANGGAL 23-25 Mei 2017

Disusun Oleh :

DWI LESTARI

2014750010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Tn.S Dengan TB Paru Patologi Sistem Pernapasan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih” dari tanggal 23 sampai 25 Mei 2017. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca karya tulis ini sehingga dapat menjadi bahan perbaikan untuk penyusunan karya tulis selanjutnya.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan FIK-UMJ.

2. Ns. Titin Sutini, Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan FIK-UMJ. 3. Ns. Fitrian Rayasari,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji

dari DIII Keperawatan FIK-UMJ.

4. Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat angkatan XXXII.

5. Ns. Yuliawati, S.Kep selaku pembimbing lahan praktek dan penguji lahan praktek RSIJ Cempaka Putih.

6. Seluruh dosen serta staff program studi D III Keperawatan FIK-UMJ.

7. Kepala ruangan dan TIM perawat paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih yang telah memberi kesempatan kepada penulis dalam memperoleh kasus karya tulis ini.

(5)

iv

8. Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan buku-buku yang dibutuhkan penulis untuk terwujudnya karya tulis ilmiah ini.

9. Orang tua (M. Muniri dan Siti Fatimah), kakak dan adik (Vita Purnama Sari, Fatonah Yuliastuti, dan Rini Qomariah) yang selalu mendoakan dan mendukung penulis tanpa henti selama masa perkuliahan.

10. Untuk sahabat-sahabatku Azhar Shodiqoh dan Nur Fitriyani yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.

11. Untuk teman- teman saya khususnya (Amalia, Ayu Wulandari, Fitriani, Hanny, Hurfatul, Indah, Siti Rafidah, Sonia, Widya) yang telah memberi semangat besar dan menghibur penulis disaat lelah dan malas.

12. Teman seperjuangan KTI Keperawatan Medikal Bedah (Ayu Wulandari, Sri Rezkiyanah Andi Lajeng dan Widya Setianingsih) yang saling membantu satu sama lain dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.

13. Teman-teman angkatan XXXII DIII Keperawatan FIK UMJ yang telah menemani dan berjuang bersama selama 3 tahun masa perkuliahan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penulis akan diterima dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi khusunya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Senin 05 Juli 2017

(6)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1 B. TUJUAN ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 C. LINGKUP MASALAH ... 5 D. METODE PENULISAN ... 5 E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 5

BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Klasifikasi ... 8

3. Etiologi ... 9

4. Ganguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada TB Paru ... 10

5. Komplikasi ... 12

6. Penatalaksanaan ... 12

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ... 19

1. Pengkajian Keperawatan ... 19

2. Diagnosa Keperawatan... 23

3. Rencana Keperawatan ... 23

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 28

5. Evaluasi Keperawatan ... 28

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ... 29

B. Diagnosa Keperawatan ... 44

C. Perencanaan Keperawatan ... 46

D. Pelaksanaan Keperawatan ... 48

(7)

vi BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 56 B. Diagnosa Keperawatan ... 57 C. Perencanaan Keperawatan ... 59 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 60 E. Evaluasi Keperawatan ... 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dosis Rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa ... 13

Tabel 2.2 Efek samping ringan OAT ... 16

Tabel 2.3 Efek samping berat... 17

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 22 Mei 2017 ... 30

Tabel 3.2 Analisa Data ... 42

Tabel 3.3 Perencanaan Keperawatan ... 46

Tabel 3.4 Pelaksanaan Keperawatan ... 48

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit TB Paru dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit infeksi menular yang di sebabkan mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir semua organ tubuh lainnya (Sholeh 2012, Price 2015).

Pada penyakit tuberkulosis jaringan yang sering diserang adalah paru-paru (95,9%). TB Paru dapat tahan hidup di udara kering maupun basah, bahkan dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Artinya suatu saat kuman tuberkulosis ini akan dapat bangkit lagi dan berkembang (Sholeh, 2012). Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia A. Price, 2015).

Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah beterbangan di udara dan terhisap oleh oarang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit TB Paru. Jika seseorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberkulosis, akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah dan menyebabkan kematian (Sholeh 2012, Price 2015).

(10)

2

World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2013, di-benua Asia terdapat 56% jumlah penderita TB Paru di dunia. Afrika 29%, mediterania timur 8%, Eropa 4% dan yang paling kecil penderita TB Paru yaitu wilayah Amerika 3% dari total jumlah penderita TB Paru di dunia. Penderita TB Paru terbanyak pada lima negara di dunia yaitu India, China, Afrika Selatan, Indonesia dan yang kelima adalah Nigeria. Negara India menanggung beban penderita TB Paru sebesar 24% dan China sebesar 11% dari total penderita TB Paru di dunia. Di negara Jepang, Australia dan New Zealand, angka insiden TB Paru sebesar 10 per 100.000 penduduk per tahun. Ketiga negara tersebut merupakan negara yang sedikit menderita penyakit TB Paru di dunia dan juga di negara (WHO, 2014). Report prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥2 minggu sebesar 3,9 persen dan batuk darah 2.8 persen. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah, dan pada kelompok orang yang tidak bekerja. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program. Lima provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68.9%). DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50.4%) (Riskesdas 2013).

Infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis akan menyebabkan meningkatnya sekresi di saluran pernafasan. Kondisi ini akan menimbulkan masalah kebutuhan oksigenisasi, khususnya bersihan jalan nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi sehingga menimbulkan batuk, sesak, suara nafas abnormal (ronchi). Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar lain yang terganggu adalah keseimbangan

(11)

3

pemenuhan kebutuhan nutrisi, klien mengalami penurunan berat badan dikarenakan dyspnea dan keletihan yang menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh, sehingga membutuhkan nutrisi yang banyak untuk memenuhi metabolisme. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas juga dapat dialami oleh klien dengan TB paru. Hal ini bisa terjadi dikarenakan klien mengalami batuk dan sesak sehingga kebutuhan aktivitas menjadi terganggu. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, dikarenakan dengan klien keletihan lalu frekuensi nafas cepat dan batuk sehingga pola tidur klien terganggu. Gangguan pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman, klien akan mengeluh nyeri pada dada nya dikarenakan adanya peradangan pada pleura (Sujono & Sukarmin 2013).

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi TB paru terbagi menjadi 2 yaitu, komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini, menyebabkan infeksi pada organ lain, yaitu: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, poncet’s arthropathy. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca TB), kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru (aspergillosis) dan kavitas (Amin & Bahar, 2015).

Berdasarkan data diatas, angka kejadian TB paru masih tinggi serta komplikasi yang ditimbulkan maka perlu diperlukan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan, dan pembaharu. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yaitu melaksanakan tindakan keperawatan secara langsung seperti: mengkaji fungsi pernafasan (suara, irama kecepatan dan kedalaman pernafasan), berikan posisi semi fowler, ajarkan batuk efektif, anjurkan untuk makan diet tinggi kalori dan tinggi protein. Dan peran perawat sebagai edukator (pendidik) ajarkan pasien cara mengurangi penyakit TB dengan menutup mulut ketika batuk atau bersin dan membuang sputum secara tepat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dalam pemberian terapi obat, radiologi, dan laboratorium.

(12)

4

Petingnya peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan pencegahan komplikasi pada klien dengan TB paru, maka penulis ingin mempunyai pengalaman yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan. Oleh sebab itu penulis mengambil studi kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.S dengan TB Paru Patologi Sistem Pernapasan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis mendapat gambaran dan memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan sistem pernafasan khususnya pada TB Paru.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan TB Paru

b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan TB Paru

c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan TB Paru

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan TB Paru

e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan TB Paru

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mencari solusinya

(13)

5

C. Lingkup Masalah

Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis melakukan Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.S dengan TB Paru Patologi Sistem Pernapasan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih selama 3x24 jam dari tanggal 23-25 Mei 2017.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyususan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dengan pendekatan studi kasus. Untuk menunjang penyususan karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh informasi/ data melalui :

1. Studi kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan TB Paru serta refrensi yang terkait dengan TB Paru.

2. Metode deskriptif

Yaitu suatu metode dimana penulis menguraikan hasil Asuhan Keperawatan melalui pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah,tujuan penulisan, yang terdiri dari tujuan umum,dan tujuan khusus, metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis

Meliputi konsep dasar ( pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pelaksanaan, dan terapi. Konsep asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan,

(14)

6

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).

BAB III : Tinjauan Kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan : TB Paru selama 3x 24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan serta solusi – solusi untuk mengatasi kesenjangan kesenjangan yang terjadi.

BAB V : Penutup

Merupakan kesimpulan dan saran

Kesimpulan membahas tentang ringkasan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : TB Paru. Sedangkan saran berisi tentang harapan dan masukan dari penulis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang di berikan.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(15)

7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR 1. Pengertian

Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui udara dengan cara inhalasi partikel kecil partikel kecil (diameter 1-5 mm) yang mencapai alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin atau menyanyi (Black & Hawks, 2014).

Tuberculosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena respon sistem imun menurun atau tidak adekuat. TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumoni, granuloma, dan jaringan fibrosa. Awitan biasanya mendadak (Smeltzer C. Susan, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TB Paru merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar ke setiap bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe , dan biasanya bagian yang sering terkena TB yaitu paru-paru. TB ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme

(16)

8

(droplet) tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin dan menyanyi.

2. Klasifikasi

Menurut Amin Zulkifli, Bahar Asril terdapat 3 klasifikasi yaitu : a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi

1) TB paru, yang melibatkan parenkim paru atau trakeo-bronkial, termasuk TB milier.

2) TB ekstra paru, yang terdapat di organ luar parenkim paru seperti : pleura, kelenjar getah bening, abdomen, genito-urinaria, kulit, sendi-tulang, otak, dll.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah dapat OAT sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT < 1 bulan.

2) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang pernah mendapatkan OAT 1 bulan. Kasus ini diklasifikan lebih lanjut berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai berikut:

- Kasus kambuh, adalah pasien yang dulunya pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan pada waktu sekarang di tegakkan diagnosis TB episode rekuren.

- Kasus setelah putus obat, adalah pasien yang pernah mendapatkan OAT 1 bulan dan tidak lagi meneruskannya selama > 2 bulan berturut-turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan

- Kasus dengan riwayat pengobatan lainnya, adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapat OAT dan hasil pengobatannya tidak diketahui atau tidak di dokumentasi. - Pasien pindah, adalah pasien yang pindah register TB untuk

(17)

9

- Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya, adalah pasien yang tidak dapat di masukkan dalam salah satu kategori diatas.

3) Klasifikasi berdasrkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan uji resistensi obat.

- Apusan dahak (sputum) BTA positif. Pada laboratorium dengan jaminan mutu eksternal, sedikitnya BTA positif pada 1 spesimen sedangkan yang tanpa mutu jaminan eksternal sedikitnya BTA positif pada 2 spesimen.

- Apusan dahak BTA negatif.

o Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif, tetapi biakannya positif untuk M.tuberculosis

o Memenuhi kriteria secara klinik perlu diobati dengan anti TB lengkap, dan

*temuan radiologis sesuai dengan TB paru aktif, dan *terdapat bukti kuat berdasarkan laboratorium, atau

*bila HIV negatif, tidak respons dengan antibiotik spektrum

luas (diluar quinolon). 4) Klasifikasi berdasarkan status HIV

- Kasus TB dengan HIV positif - Kasus TB dengan HIV negatif

- Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui

3. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Penularan TB paru terjadi pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Orang dapat terinfeksi apabila droplet tersebut terhirup ke dalam

(18)

10

saluran nafas. Umumya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu lama. Daya penularan seseorang pasien di tentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat ke positifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang lemah, misalnya pada orang yang terkena HIV, kurang gizi (malnutrisi), semakin berpeluang besar untuk menderita TB. Kuman TB dapat bersifat dormant (tidur/tidak berkembang), namun pada suatu saat kuman tersebut dapat aktif kembali apabila daya tahan tubuh seseorang menurun (Panduan TB Nasional, 2014).

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada TB Paru

Abraham Maslow menjelaskan kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5 tahap, yaitu fisiologis, rasa aman dan nyaman, cinta dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Adanya gangguan pada salah satu sistem tubuh akan membawa pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Penderita TB Paru akan mengalami perubahan dan gangguan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu :

a. Gangguan kebutuhan fisiologis 1) Oksigenasi

Kebutuhan oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. Pada klien dengan TB paru akan muncul keluhan batuk berdahak dengan sputum berlebih, sesak nafas, pernafasan dangkal dan cepat di karenakan penumpukan secret yang berlebih sehingga jalan nafas menjadi tidak efektif dan ventilasi menjadi terganggu. Klien dengan TB paru akan muncul keluhan sesak nafas, irama nafas tidak teratur, frekuensi sesak lalu pola nafas menjadi tidak efektif di

(19)

11

karenakan menurunya ekspansi paru sekunder karena penumpukan cairan dalam rongga pleura.

2) Nutrisi

Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbonhidrat, protein, lemak, air, dan mineral. Zat gizi tersebut di metabolisme untuk menghasilkan energy kimiawi dan untuk mempertahankan keseimbangan antara anabolisme (membangun) dan katabolisme (Pemecah). Beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh disimpan dalam jaringan. Pada kasus TB Paru akan muncul keluhan mual dan muntah dan tidak nafsu makan di karenakan efek dari obat OAT karena efek samping yang disebabkan oleh metabolisme obat yang terjadi di hati, biasanya terdapat penurunan BB 2 bulan berturut-turut pada pasien TB Paru.

3) Pola aktivitas

Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan suplai oksigen ke jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP terhambat. Akibatnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan penderita TB Paru merasa lelah dan lemah.

b. Gangguan kebutuhan rasa aman

Kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Pada klien yang menderita TB paru akan mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, hal itu dikarenakan terjadi peradangan pada pleura, sewaktu klien inspirasi dan ekspirasi terjadi gesekan kedua pleura maka akan menimbulkan rasa nyeri di dada sehingga mengganggu kebutuhan aktivitas sehari-hari untuk kebutuhan rasa nyaman.

(20)

12 c. Gangguan kebutuhan harga diri

Perasaan tidak berharga karena tidak bisa melakukan peran dan fungsinya akibat adanya sakit (A. Alimul Aziz , 2009).

5. Komplikasi

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi TB paru terbagi menjadi 2 yaitu, komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

a. Komplikasi dini : terjadi menyebabkan infeksi pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, poncet’s arthropathy.

b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca TB), kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru (aspergillosis) dan kavitas (Amin & Bahar, 2015).

6. Penatalaksanaan dan Terapi

Pengobatan Pasien TB menurut TB Nasional 2014 a. Tujuan pengobatan

1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup

2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya

3) Mencegah terjadinya ke kambuhan TB

4) Menurunkan penularan TB atau memutuskan rantai penularan 5) Mencegah terjadinya kekebalan dan penularan terhadap

resistensi obat b. Tahapan pengobatan TB

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan:

1) Tahap awal

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan

(21)

13

jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selam 2 minggu.

2) Tahap lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

c. Obat Anti Tuberkulosis

Tabel 2.1 Dosis Rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa

OAT Dosis Harian Fase Intensif 3x/ minggu Fase Lanjutan Kisaran Dosis (mg/kg BB) Maksimum (mg) Kisaran dosis (mg/kg BB) Maksimum/hari (mg) Isoniazid 5 (4 - 6) 300 10 (8 - 12) 900 Rifampisin 10 (8 - 12) 600 10 (8 - 12) 600 Pirazinamid 25 (20 - 30) - 35 (30 - 40) - Etambutol 15 (15 - 20) - 30 (25 – 35) - Streptomisin 15 (12 - 18) - 15 (12 – 18) 1000

(22)

14

d. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO dan ISTC

1) Kategori 1 : 2(HRZE)4(HR)3

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru a) Pasien TB Paru BTA positif

b) Pasien TB Paru BTA negatif foto thoraks positif c) Pasien TB ekstra paru

2) Kategori 2 : 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya

a) Pasien kambuh

b) Pasien gagal pada pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1 sebelumnya

c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

d) Obat yang digunakan dalam tatalaksana klien TB resistan obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.

e. Penatalaksaan menurut Nurarif dan Kusuma, 2015:

Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dari tambahan.

1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

a) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: - Rimpafisin

Dosis 10 mg / kg BB, maksimal 600 mg 2-3/minggu atau BB > 60 kg: 600 mg

BB 40-60 kg: 450 mg BB < 40 kg: 300 mg

(23)

15 - INH

Dosis 5 mg / kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg / kg BB 3 kali seminggu, 15 mg / kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg / hari

Untuk dewasa. Intermiten: 600 mg - Pirazinamid

Dosis fase intensif 25 mg / kg BB, 35 mg / kg BB 3 kali seminggu, 50 mg / kg BB 2 kali seminggu atau

BB > 60 kg: 1500 mg BB 40-60 kg: 1000 mg BB < 40 kg: 750 mg - Streptomisin Dosis 15 mg / kg BB atau BB > 60 kg: 1000 mg BB 40-60 kg: 750 mg BB < 40 kg: sesuai BB - Etambutol

Dosis fase intensif 20 mg / kg BB, fase lanjutan 15 mg / kg BB, 30 mg / kg BB 3 kali seminggu, 45 mg / kg BB 2 kali seminggu atau

BB > 60 kg: 1500 mg BB 40-60 kg: 1000 mg BB < 40 kg: 750 mg

Dosis intermitten 40 mg / kgBB / kali

b) Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi tetap ini terdiri dari:

- Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet yaitu, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg

- Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet yaitu, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, dan pirazinamid 400 mg

(24)

16

- Kombinasi dosis tepat rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.

c) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) - Kanamisin

- Kuinolon

- Obat lain masih dalam penelitian: makrolid, amoksilin + asam klavulanat

- Derivat rifampisin dan INH

Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dalam mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Efek samping OAT dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.2 Efek samping ringan dari OAT

Efek samping Penyebab Penanganan

Tidak nafsu

makan, mual, sakit perut

Rifampisin Obat diminum

malam sebelum tidur

Nyeri sendi Pirazinamid Beri

aspirin/allopurinol

Kesemutan s/d

rasa terbakar di kaki

INH Beri vitamin B6

(piridoksin) 100 mg perhari

Warna kemerahan pada air seni

Rifampisin Beri penjalasan,

tidur perlu diberi apa-apa

(25)

17

Tabel 2.3 Efek samping berat

Efek samping Penyebab Penanganan

Gatal dan

kemerahan pada kulit

Semua jenis

OAT

Beri anti histamine

dan dievaluasi

ketat

Tuli Streptomisin Steptromisin di

hentikan Gangguan

keseimbangan

Streptomisin Steptromisin di hentikan

Ikterik Hamper semua

OAT Hentikan semua OAT sampai ikterik menghilang Bingung dan muntah-muntah Hamper semua obat Hentikan semua

OAT dan lakukan uji fungsi hati Gangguan penglihatan Ethambutol Hentikan ethambutol Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan rifampisin Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015

2) Panduan Obat Anti Tuberkulosis

Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi:

a) TB Paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas Panduan obat yang diberikan: 2 RHZE / 4 RH

Alternatif: 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE / 6HE

Panduan ini di anjurkan untuk: - TB paru BTA (+), kasus baru

- TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas - TB di luar paru kasus berat

(26)

18

Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan panduan 2RHZE / 7 RH dan alternative 2 RHZE / 7R3H3, seperti pada keadaan:

- TB dengan lesi luas

- Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus) - Pemakaian obat imunosupresi/kortikosteroid - TB kasus berat (milier)

Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi

b) TB Paru (kasus baru), BTA negatif

Panduan obat yang diberikan: 2 RHZ / 4 RH Alternatif: 2 RHZ / 4R3H3 atau 6 RHE Panduan ini dianjurkan untuk:

- TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologic lesi minimal

- TB diluar paru kasus ringan - TB paru kasus kambuh

Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga panduan obat yang diberikan: 3 RHZE / 6 RH. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji maka alternatif diberikan panduan obat: 2 RHZES / 1 RHZE / 5 R3H3E3 (program P2TB).

(27)

19

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Irman Somantri, (2008). Konsep keperawatan tuberculosis paru meliputi:

a. Data pasien

Penyakit TB Paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim.

TB Paru pada anak dapat terjadi usia berapa pun, namun usia paling umum adalah 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. TB luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadia (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB Paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat kesehatan

Keluhan yang sering muncul antara lain :

1) Demam: subfebris, febris (40-41°C) hilang timbul

2) Batuk: terjadi karna adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untuk membuang/ mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum)

3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru

4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

(28)

20

5) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto thoraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

6) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal: karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuasi dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi

2) Breathing a) Inspeksi

o Bentuk dada dan gerakan pernapasan

Klien dengan Tb paru biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurun proposi anterior-posterior bading prosporsi diameter lateral o Batuk dan sputum

Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum yang purulent

b) Palpasi

Gerakan dindin toraks anterior/ekskursi pernapasan. Tb paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurun gerakan dinding pernapasan biasanya

(29)

21

ditemukan pada klien Tb paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.

Takti fremitus

Adanya penurunan taktil fremitus pada klien TB paru biasanya ditemukan pada klien yang disertai komplikasi efusi pleural massif, sehingga hantaran suara menurun. c) Perkusi

Pada klien Tb paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan.

d) Auskultasi

Pada klien Tb paru bunyi nafas tambahan ronki pada sisi yang sakit.

3) Brain

Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada Tb paru yang hemaptu, dan ikhterik pada pasien Tb paru dengna gangguan fungsi hati.

4) Bledder

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.

5) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

(30)

22 6) Bone

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien Tb paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap (Muttaqin Arif, 2009).

d. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2015:

1) Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis 2) Pemeriksaan sputum BTA

Untuk memastikan diagnostik TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat di diagnosisberdasarkan pemeriksaan ini.

3) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.

4) Tes Mantoux/Tuberkulin

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.

5) Tehnik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

6) Becton Dickinson diagnostik instrument Sistem (BACTEC) Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh mikobakterium tuberkulosis. 7) MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

(31)

23

8) Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral

Gambaran foto thoraks yang menunjang didiagnosis TB, yaitu: - Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment

apikal lobus bawah

- Bayangan bewarna (patchy) atau bercak (nodular) - Adanya kavitas, tunggal atau ganda

- Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru - Adanya klasifikasi

- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

- Bayangan millie

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Irman Somantri (2008) :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan penumpukan sputum atau sekresi darah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, batuk produktif

c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen

d. Resiko gangguan harga diri berhungan dengan image negatif tentang penyakit

3. Perencanaan Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan sekret kental atau mengandung darah

Tujuan : jalan naas bersih dan efektif Kriteria hasil :

1) Batuk berkurang/hilang, tidak ada sesak dan sekret berkurang 2) Suara napas normal (vesikuler)

3) Frekuensi napas 16-20 kali per menit 4) Tidak ada dispnea

(32)

24

Intervensi :

1) Mengkaji fungsi respirasi (suara, jumlah, irama dan kedalaman napas) serta catat pula apabila menggunakan otot bantu napas tambahan.

Rasional : adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot bantu napas tambahan.

2) Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara efektif.

Rasional : ketidakmampuan mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan pada saluran pernapasan. 3) Mengatur posisi semi fowler, bantu berlatih batuk secara efektif

dan menarik napas dalam.

Rasional : untuk memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara maksimal akibat diafragma turun ke bawah. Batuk efektif mempermudah ekspektorasi mukus.

4) Membersihkan sekret dari dalam mulut dan trakhe, suction jika memungkinkan.

Rasional : kondisi sesak cenderung bernapas melalui mulut jika tidak dilanjuti akan mengakibatkan stomatitis.

5) Memberikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi.

Rasional : untuk menggantikan keseimbangan cairan tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapasan. Air hangat mempermudah pengenceran sekret melalui proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada area sekitar leher vasodilatasi. 6) Kolaborasi

a) Memberikan O2

Rasional : meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.

b) Memberikan bronkodilator

(33)

25

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, batuk produktif

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil :

1) Perasaan mual berkurang/hilang 2) Nafsu makan meningkat

3) Berat badan tidak mengalami penurunan drastis dan cenderung stabil

4) Terlihat dapat mengahabiskan porsi makan yang di sediakan 5) Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah/albumin

darah dalam rentang normal

Intervensi :

1) Kaji turgor kulit, berat badan saat ini, tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut, riwayat nausea/vomit. Memonitor intake-output dan berat badan secara terjadwal.

Rasional : menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya.

2) Memberikan oral care sebelum dan sesudah penatalaksaan respiratori

Rasional : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu makan.

3) Menganjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet tinggi kalori tinggi protein.

Rasional : meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.

4) Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah terutama yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika tidak ada kontraindikasi

(34)

26

Rasional : merangsang pasien untuk bersedia meningkatkan intake makanan yang berfungsi sebagai sumber energi bagi penyembuhan .

5) Kolaborasi

a) Mengajurkan kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet

Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien.

b) Memonitor pemeriksaan laboratorium, mis: BUN, serum protein, dan albumin.

Rasional : mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan kadar darah

c) Memberikan vitamin sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan komposisi tumbuh akan kebutuhan vitamin dan nafsu makan pasien.

c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen

Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi Kriteria hasil :

1) Pasien dapat memperlihatkan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau bersin)

2) Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan

3) Tidak ada anggota keluarga/orang terdekat yang tertular penyakit

Intervensi :

1) Kaji patologi penyakit (fase aktif/inaktif) dan potensial penyebaran infeksi melalui airbone droplet selama batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa.

Rasional : untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien inaktif tidak berarti tubuh pasien terbebas dari kuman tuberkulosis.

(35)

27

2) Mengidentifikasi resiko penularan kepada orang lain seperti anggota keluarga dan teman dekat. Menginstruksikan kepada pasien jika batuk/bersin maka ludahkan ke tissue

Rasional : mengurangi resiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang sama dengan pasien.

3) Menganjurkan penggunaan tissue untuk membuang sputum dan penggunaan masker.

Rasional : penyimpanan sputum pada wadah yang terdesinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi melalui droplet.

4) Memonitor suhu sesuai indikasi

Rasional : peningkatan suhu menandakan terjadinya infeksi sekunder

d. Resiko gangguan harga diri berhungan dengan image negatif tentang penyakit

Tujuan : harga diri pasien dapat terjaga/tidak terjadi gangguan

harga diri

Kriteria hasil :

1) Pasien mendemonstrasikan/menunjukan apek positif dari dirinya

2) Pasien mampu bergaul dengan orang lain tanpa merasa malu

Intervensi :

1) Menkaji ulang konsep diri pasien.

Rasional : mengetahui aspek diri yang negati dan positif , memungkinkan perawat menentukan rencana lanjutan.

2) Memberikan penghargaan pada setiap tindakan yang mengarah kepada peningkatan harga diri.

Rasional : pujian dan perhatian akan meningkatkan harga diri pasien.

(36)

28

3) Menjelaskan tentang kondisi pasien.

Rasional : pengetahuan tentang kondisi diri akan menjadi dasar bagi pasien untuk menentukan kebutuhan bagi dirinya.

4) Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan.

Rasional : perlibatan pasien dalam kegiatan akan meningkatkan mekanisme koping pasien dalam menangani masalah.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Impementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah di rencanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri atau yang dikenal dengna tindakan independent dan tindakan kolaborasi atau dikenal dengan tindakan interdependent. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menhubungankan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009).

(37)

29

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.S dengan TB Paru Patologi Sistem Pernapasan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tanggal 23-25 Mei 2017 dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan keluarga, TIM perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil dari observasi langsung dan pemeriksaan fisik.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta

1. Identitas Klien

Klien berinisial Tn. S, usia 26 tahun, jenis kelamin laki-laki, status perkawinan belum menikah, agama Islam, suku bangsa Jawa, warga negara Indonesia, pendidikan terakhir sekolah SMP, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan sebagai pekerja lepas, alamat Jl. Balai Rakyat No. 3 Rt.013 Rw.001 Kel. Pondok Bambu Kec. Duren Sawit Jakarta Timur, sumber biaya jaminan BPJS PBI, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga, TIM perawat di ruangan dan status klien.

2. Resume Kasus

Klien masuk dari IGD tgl 22 Mei 2017 jam 17:00 WIB, dibawa oleh keluarga, Saat datang ke IGD, kesadaran composmentis. Hasil TTV TD: 110/70 mmHg, N: 90x/menit, RR: 25x/menit, S; 36°C. Klien mengatakan klien batuk berdahak sudah 10 hari yang lalu, batuk darah sudah 3 hari, serta sesak nafas. Di IGD, dilakukan pemasangan infus dengan cairan Assering 500 cc, kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil:

(38)

30

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 22 Mei 2017

Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hb 14,2 13,2-17,3 g/dl Hematokrit 8,75 3,80-10,60 % Leukosit 4,3 4,0-5,2 Ribu/ul Trombosit 259 150-440 Ribu/ul Eritrosit 4,85 4,40-5,90 Juta/ul VER/HER/KHER VER 89 80-100 Fl HER 29 26-34 Pg KHER 33 32-46 g/dl Glukosa 110 70-200 mg/dl

Klien di pindahkan ke Paviliun Marwah Atas di kamar 01 pada tanggal 22 Mei 2017 jam 18.30 WIB dengan kesadaran composmentis, keadaan umum klien sakit sedang, batuk berdahak sudah 10 hari yan lalu, batuk darah sudah 3 hari, sesak nafas, nafsu makan kurang. TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36 °C, RR : 24x/menit, dengan diagnosa Hemaptoe Ec TB Paru dan diagnosa keperawatanya adalah : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Intervensi yaitu : Monitor status pernafasan klien (bunyi, irama, kedalaman, frekuensi, dan penggunaan otot bantu nafas), Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret / batuk secara efektif, Berikan posisi yang nyaman (semi fowler), Ajarkan klien batuk efektif, Anjurkan klien untuk banyak minum air hangat, Pemberian terapi oral yaitu: Ambroxol 30 mg 3x1, Lansoprazole 30 mg 2x1 di berhentikan pada tanggal 24 Mei 2017 dan digantikan dengan Terapi injeksi Ranitidin 4 mg 2x1.

(39)

31

Pemberian terapi injeksi : Transamin drip 2x500 mg 2x1 di berhentikan pada tanggal 24 Mei 2017 dan digantikan dengan Asam Traneksamat 50 mg3x1, Ranitidin 4 mg 2x1.

Kemudian pada hari itu juga dilakukan rontgen thorak tgl 22 Mei 2017

- Jenis pemeriksaan: THORAX - Cor & Aorta Baik

- Sinus / Diaphragma baik

- Infliltrat lapangan atas & bawah kedua paru - Kesan: Kp duplex

Hasil pemeriksaan BTA tanggal 24 Mei 2017

- Spesimen: Sputum 1 - Hasil: BTA (-) negatif

Hasil pemeriksaan BTA tanggal 25 Mei 2017

- Spesimen: Sputum 2 - Hasil: BTA (-) negatif

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan saat ini adalah batuk berdahak sudah 2 minggu, batuk darah sudah 3 hari, sesak nafas, klien batuk terdapat sekret berwarna kuning kental, lemas karena klien nafsu makannya berkurang, klien mengeluh mual, klien mengatakan berat badan turun 5 kg sejak 1 bulan ini, klien mengatakan sering membuang dahaknya di sembarang tempat, klien mengatakan ketika batuk di tutup dengan telapak tangan.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat seperti penyakit saat ini dan juga batuk-batuk dalam waktu lama, tidak ada juga penyakit daya tahan tubuh seseorang menurun (HIV).

(40)

32

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien anak ke-5 dari 5 bersaudara, ayah klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien sekarang. Ibu dan ayah klien sudah bercerai. Klien tinggal serumah dengan ayah klien. Ibu klien menderita Diabetes Melitus. Di dalam keluarga klien sudah ada yang meninggal yaitu Kakek dari ayah meninggal karena Hipertensi pada usia 60 tahun dan kakek dari ibu meninggal karena diabetes mellitus pada usia 65 tahun. Klien saat ini belum menikah.

Genogram Tn. S HT DM DM Tn. S (26 th) TB Paru Keterangan: : Laki-laki : Menikah : Perempuan : Keturunan : Meninggal : Cerai : Klien : Tinggal serumah

(41)

33

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Saat ini klien tinggal bersama ayahnya karna orangtua klien sudah bercerai. Komunikasi dan interaksi dengan keluarga dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di diskusikan dengan keluarga (bersama-sama), dan selalu diputuskan bersama keluarga, klien tidak mengikuti kegiatan dalam masyarakat. Masalah yang mempengaruhi klien yaitu klien merasa terbebani karna penyakitnya saat ini dan ingin lekas sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan bisa bekerja kembali.

e. Kondisi Lingkungan rumah

Saat ini klien tinggal di Jl. Balai Rakyat No. 3 Rt.013 Rw.001 Kel. Pondok Bambu Kec. Duren Sawit Jakarta Timur. Keluarga mengatakan lingkungan rumah padat penduduknya serta kurangnya ventilasi, jendela rumah hanya 1 di dekat pintu masuk, sehingga cahaya matahari hanya sedikit / kurang yang masuk ke dalam rumah.

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari 1) Pola Nutrisi

Sebelum Dirawat

Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan menghabiskan 1 porsi. Klien pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik, tidak ada hambatan dalam hal mengkomsumsi makanan. Klien mengatakan alergi ikan.

Saat di Rawat

Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Tetapi nafsu makan klien kurang baik, makanan yang di habiskan hanya ½ porsi saja, terkadang ½ porsi tidak habis di karenakan mual.

(42)

34

2) Pola Eliminasi Sebelum dirawat

Sebelum sakit klien biasanya buang air kecil lima kali dalam sehari, warnanya kuning jernih. Sedangkan untuk buang air besar satu hari dalam sehari, waktunya biasanya di pagi hari , warnanya kuning, konsistensi lembek dan tidak menggunakan obat pencahar / laxatif.

Saat di Rawat

Saat dirawat klien mengatakan buang air kecilnya enam kali dalam sehari, warnanya kuning jernih, dan tidak ada keluhan dalam buang air kecil. Sedangkan buang air besarnya masih sama yaitu satu kali dalam sehari, hanya saja waktunya yang tidak tentu, warna kuning, konsistensi lembek, tidak ada keluhan dalam buang air besar dan tidak menggunakan pencahar / laxatif.

3) Pola Personal Hygiene Sebelum Dirawat

Klien biasa mandi dua kali dalam satu hari menggunakan sabun dan sampo, menggosok gigi dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore hari, klien tiga kali dalam satu minggu membersihkan rambutnya.

Saat dirawat

Selama di rawat klien mandi dua kali dalam sehari, mandi setiap pagi dan sore, menggosok gigi dua kali sehari, klien belum pernah mencuci rambut saat dirawat di rumah sakit dan klien melakukanya secara mandiri.

4) Pola istirahat tidur Sebelum dirawat

Klien tidur selama kurang lebih 7-8 jam /hari dan jarang tidur siang karena sibuk bekerja. Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur.

(43)

35

Selama dirawat

Klien tidur kurang lebih 4-5 jam/hari , klien sering terbangun, karna klien mengalami sesak napas jadi tidurnya suka terganggu.

5) Pola aktivitas dan latihan Sebelum dirawat

Aktivitas sehari–hari klien yaitu pagi hari sampai sore bekerja, kemudian pulang bekerja klien terkadang masih bermain dengan temannya, klien tidak pernah berolahraga dikarenakan malas.

Selama dirawat

Selama dirawat akfitas klien hanya tiduran ditempat tidur dan sambil memaikan handphone. Klien ingin segera pulang karna sudah bosan dengan suasana rumah sakit. Dan klien mengeluh sesak setelah beraktifitas, karna itu klien hanya tiduran di tempat tidur.

6) Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan Sebelum dirawat

Klien mempunyai kebiasaan merokok, jumlah yang dihabiskan bisa 2 bungkus dalam sehari, klien merokok ± 8 tahun. Klien tidak minum minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Selama dirawat

Selama dirawat klien tidak merokok karna klien sesak nafas dan tidak diperbolehkan untuk merokok.

4. Pengkajian Fisik

Keadaan umum klien sakit sedang, kesadaran klien composmentis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 60 kg, tinggi badan 172 cm, tekanan darah klien 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.

a. Sistem pengliatan

Sistem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda–tanda radang, tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang

(44)

36

cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil anisokor.

b. Sistem pendengaran

Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.

c. Sistem wicara

Klien mampu mengungkapkan komunikasi dengan baik, jelas dan sesuai, klien mampu menanggapi lawan bicara dengan sesuai.

d. Sistem pernafasan

Jalan nafas klien terdapat sumbatan (sekret), klien merasa sesak napas, tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas dangkal, ada batuk di sertai darah, ada seputum berwarna kuning kental, suara nafas terdapat ronchi, tidak ada nyeri saat bernafas, batuk produktif.

e. Sistem kardio vascular

Nadi 80 x/menit dengan irama teratur, tekanan darah klien 110/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil ≤ 2 detik, tidak ada odem. Kecepatan denyut apical 82 x/menit, irama teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan dan tidak ada nyeri dada.

f. Sistem hematologi

(45)

37

g. Sistem saraf pusat

Klien tidak ada keluhan sakit kepala, kesadaran composmentis, GCS E:4 M: 6 V:5, tidak ada peningkatan TIK, reflek fisiologis normal dan reflek patologis tidak ada.

h. Sistem pencernaan

Gigi terdapat caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis lidah bersih, salifa normal, bibir lembab, klien merasa mual. Klien tidak nafsu makan.

i. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka gangren.

j. Sistem urologi

Balance cairan selama 24 jam Intake: - Infus : 500 - Minum : 1000 Output - BAK : 750 - BAB : 100 - IWL : 900 Balance Cairan : - 50

Tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning jernih, tidak ada ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang, tidak ada odem.

(46)

38

k. Sistem integumen

Turgor kulit klien baik, temperature 36°C, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus bersih, keadaan rambut baik dan kusam.

l. Sistem muskuluskeletal

Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan struktur tulang belakang, kekuatan otot:

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

5. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 22 Mei 2017

Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hb 14,2 13,2-17,3 g/dl Hematokrit 8,75 3,80-10,60 % Leukosit 4,3 4,0-5,2 Ribu/ul Trombosit 259 150-440 Ribu/ul Eritrosit 4,85 4,40-5,90 Juta/ul VER/HER/KHER VER 89 80-100 Fl HER 29 26-34 Pg KHER 33 32-46 g/dl Glukosa 110 70-200 mg/dl

(47)

39

Hasil rontgen thorak tanggal 22 Mei 2017

- Jenis pemeriksaan: THORAX - Cor & Aorta Baik

- Sinus / Diaphragma baik

- Infliltrat lapangan atas & bawah kedua paru - Kesan: Kp duplex

Hasil pemeriksaan BTA tanggal 24 Mei 2017

- Spesimen: Sputum 1 - Hasil: BTA (-) negatif

Hasil pemeriksaan BTA tanggal 25 Mei 2017

- Spesimen: Sputum 2 - Hasil: BTA (-) negatif

Penatalaksanaan terapi a. Terapi oral

- Ambroxol 30 mg 3x1 tablet jam 06, 12, 18

- Lansoprazole 30 mg 2x1 tablet jam 08, 16

b. Terapi injeksi

- Transamin drip 2x500 mg 2x1 jam 09, 21

- Asam traneksamat 50 mg 3x1 jam 06, 12, 18

- Ranitidine 4 mg 2x1 jam 06,12

c. Terapi lain

(48)

40

6. DATA FOKUS

Data subyektif : klien mengatakan  Batuk berdahak sudah 2 minggu  Batuk berdarah 3 hari

 Batuk terdapat sekret kuning kentel  Sesak nafas

 Mual

 Tidak nafsu makan

 Klien mengatakan makan hanya ½ porsi

 Klien mengatakan BB turun 5 kg sejak 1 bulan ini

 Klien mengatakan sering membuang dahaknya sembarangan  Klien mengatakan kalau batuk ditutup dengan telapak tangan Data Obyektif :

 Keadaan umum klien sakit sedang  Kesadaran composmentis  Kapilaryrevil ≤ 2 detik  GCS (E : 4, V : 5, M : 6) = 15  TTV : TD : 110/70 mmHg  N : 80 x/menit  RR : 24 x/menit  S : 36°C

 Klien tampak sesak napas

 Klien tampak batuk berdahak bewarna kuning kental di sertai bercak darah

 Auskultasi terdapat suara ronkhi  Aktifitas hanya di tempat tidur  BB : 60 kg

 Tinggi badan : 172 cm

 Klien tampak tidak nafsu makan  Klien tampak makan hanya ½ porsi

(49)

41  A: - TB: 172 cm - BB: 60 kg - BBI: 64,8-79,2 kg - IMT: 17,4

- Kehilangan BB 5 kg 1 bulan terakhir  B:

- HB: 14,2 g/dl - GDS: 110 mg/dl  C:

- Rambut tampak kusam dan sedikit rontok - Konjungtiva anemis

- Kulit terlihat kering - Bibir terlihat pucat - Klien terlihat lemas  D:

- Klien tampak makan hanya ½ porsi  Minum 5-6 gelas/hari

 Hasil Rontgen Thorak tgl 22-05-2017 - Kesan: Kp duplex

 Hasil pemeriksaan BTA tanggal 24 Mei 2017 - Spesimen: Sputum 1

- Hasil: BTA (-) negatif

 Hasil pemeriksaan BTA tanggal 25 Mei 2017 - Spesimen: Sputum 2

(50)

42

7. ANALISA DATA

Tabel 3.2 Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds:

- Klien mengatakan

batuk berdahak sudah 2

minggu, batuk berdarah 3 hari - Klien mengatakan sesak napas - Klien mengatakan batuk berdahak

bewarna kuning kental

- Klien mengatakan

batuk bercampur

bercak darah

Do:

- Klien batuk berdahak bewarna kuning kental

bercampur bercak

darah

- Klien tampak sesak - Auskultasi terdapat suara ronkhi - TTV TD: 110/70 mmHg N: 80 x/menit P: 24 x/menit S: 36°C

- Hasil Rontgen Thorak tgl 22-05-2017

Kesan: Kp duplex - Hasil pemeriksaan

BTA tanggal 24 Mei 2017

Spesimen: Sputum 1 Hasil: BTA (-) negatif - Hasil pemeriksaan

BTA tanggal 25 Mei 2017

Spesimen: Sputum 2 Hasil: BTA (-) negatif

Bersihan jalan napas tidak efektif

Peningkatan sputum

(51)

43

2 Ds:

- Klien mengatakan

mual

- Klien mengatakan

tidak nafsu makan

- Klien mengatakan

makan hanya ½ porsi

- Klien mengatakan

kehilangan BB 5 kg dalam 1 bulan terakhir Do: - A: BB: 60 kg TB: 172 cm BBI: 64,8-79,2 kg IMT: 17,4 Kehilangan BB 5 kg dalam 1 bulan terakhir - B:

Hb: 14,2 g/dl GDS: 110 mg/dl - C:

Rambut kusam dan sedikit rontok

Konjungtiva anemis Kulit terlihat kering Bibir terlihat pucat Klien terlihat lemas - D:

Klien mengatakan

makan hanya ½ porsi

Perubahan nutrisi:

kurang dari

kebutuhan tubuh

Intake yang tidak adekuat 3 Ds: - Klien mengatakan kalau membuang dahak di sembarang tempat - Klien mengatakan

kalau batuk ditutup dengan telapak tangan

- Klien mengatakan

masih batuk berdahak bewarna kuning dan terdapat bercak darah

Resiko penyebaran infeksi Kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen

(52)

44 Do:

- Klien batuk tampak tidak di tutup

- Klien tampak batuk

berdahak bewarna

kuning kental dan

terdapat bercak darah - Klien tampak tidak

mengerti cara etika batuk

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari analisis data diatas maka diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan peningkatan sputum atau sekresi darah

Ds:

- Klien mengatakan batuk berdahak sudah 2 minggu, batuk berdarah 3 hari

- Klien mengatakan sesak napas

- Klien mengatakan batuk berdahak bewarna kuning kental - Klien mengatakan batuk bercampur bercak darah

Do:

- Klien batuk berdahak bewarna kuning kental bercampur bercak darah - Klien tampak sesak

- Auskultasi terdapat suara ronkhi

- Tanda-tanda Vital: TD: 110/70 mmHg N: 80 x/menit P: 24 x/menit S: 36°C

- Hasil Rontgen Thorak tgl 22-05-2017 Kesan: Kp duplex

(53)

45

- Hasil pemeriksaan BTA tanggal 24 Mei 2017 Spesimen: Sputum 1

Hasil: BTA (-) negatif

- Hasil pemeriksaan BTA tanggal 25 Mei 2017 Spesimen: Sputum 2

Hasil: BTA (-) negatif

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Ds:

- Klien mengatakan mual

- Klien mengatakan tidak nafsu makan - Klien mengatakan makan hanya ½ porsi

- Klien mengatakan kehilangan BB 5 kg dalam 1 bulan terakhir

Do: - A: BB: 60 kg TB: 172 cm BBI: 64,8-79,2 kg IMT: 17,4

Kehilangan BB 5 kg dalam 1 bulan terakhir - B:

Hb: 14,2 g/dl GDS: 110 mg/d - C:

Rambut kusam dan sedikit rontok Konjungtiva anemis

Kulit terlihat kering Bibir terlihat pucat Klien terlihat lemas

(54)

46 - D:

Klien mengatakan makan hanya ½ porsi

3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen

Ds:

- Klien mengatakan kalau membuang dahak di sembarang tempat - Klien mengatakan kalau batuk ditutup dengan telapak tangan

- Klien mengatakan masih batuk berdahak bewarna kuning dan terdapat bercak darah

Do:

- Klien batuk tampak tidak di tutup

- Klien tampak batuk berdahak bewarna kuning kental dan terdapat bercak darah

- Klien tampak tidak mengerti cara etika batuk

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tabel 3.3 Perenanaan Keperawataan No.

Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. S selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas dapat teratasi. Dengan kriteria hasil: - Tidak ada tanda-tanda sesak - Dapat melakukan cara batuk efektif - Dapat mengeluarkan 1. Monitor status pernapasan (suara, frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan) 2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret / batuk secara efektif 3. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler)

- Untuk mengetahui

adanya perubahan

fungsi respirasi dan pengunaan otot bantu napas tambahan

- Untuk mengetahui

kemampuan klien

dalam batuk secara optimal atau tidak

- Untuk memberikan

kesempatan paru-paru

berkembang secara

Gambar

Tabel 2.1 Dosis Rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa
Tabel 2.2 Efek samping ringan dari OAT  Efek samping   Penyebab   Penanganan   Tidak  nafsu
Tabel 2.3 Efek samping berat
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 22 Mei 2017  Hematologi  Hasil  Nilai Rujukan  Satuan
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tanaman serealia lain diantaranya mempunyai daya adaptasi yang relatif luas, tanaman sorghum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet floating aspirin mempunyai bioavailabilitas lebih baik dengan Tmaks yang lebih pendek dan kadar aspirin yang lebih seragam

Tinjauan literatur menunjukkan terapi ibuprofen pada bayi prematur dengan duktus arteriosus paten memiliki efektifitas tingkat penutupan duktus yang setara dengan indometasin

Actinomycetes banyak ditemukan di tanah berumput (Waksman, 1950 dalam Hasim, 2003), pada tanah yang miskin unsur hara atau lingkungan yang ekstrim (misalnya pasir),

PELAYANAN ANAK Syalom abang2 dan kakak2…wah tidak terasa kita telah sampai di penghujung tahun 2010..bersyukur untuk berkat dan kasih karunia Tuhan serta

Rini Risnawita Suminta, M,SI, dan Ali Samsuri, M.EI : Analisis Produksi Krupuk Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam (Studi Kasus pada UD Krupuk Sentosa Desa Banaran

Hasil dari audit IS adalah tersusunnya dokumen laporan audit yang terkait pada keamanan teknologi informasi yang digunakan di ling- kungan organisasi tersebut.. 1.2

Tujuan penelitian ini adalah : 1)Untuk mengetahui bagaimana pengaturan perjanjian kerja karyawan PT Batik Danar Hadi Solo, 2) Untuk mengetahui permasalahan yang timbul