• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari ah Cabang Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari ah Cabang Semarang)"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

AGUS LUKMAN FITRIYAN

N I M : 0 7 2 4 1 1 0 0 1

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ﻚﻠﮭﺘﻓ ﺎﺴﻣﺎﺧ ﻦﻜﺗﻻو ﺎﺒﺤﻣ وا ﺎﻌﻤﺘﺴﻣ وا ﺎﻤﻠﻌﺘﻣ وا ﺎﻤﻟﺎﻋ ﻦﻛ

)

ﻰﻘﮭﯿﺑ هاور

(

“Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (H.R. Baehaqi)

(6)

vi

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

tercinta, Ibu Mari’ah dan Bapak M. Sholeh. Atas curahan

Doa, bimbingan dan kasih sayang mereka berdua penulis bisa

seperti sekarang ini.

Kakak-kakak tercinta, Alif Salafuddin & Titin Widyawati,

Achmad Rafiuddin & Rina Widyawati dan Nur Fuad

Keluarga besar H. Baedlowi di manapun berada

Ponakan tercinta, Anindiya Rahmalina dan Si Kecil Yang

Insyaallah Lahir Januari ini

Murrabbi ruuhina KH. Mizan Asrori

Sahabat-sahabat karibku dan Kawan-kawan seperjuangan

“Jangan pernah lemahkan kepalan tangan kiri, karena

(7)

vii

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang menjadi bahan rujukan.

(8)

viii

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu etika kerja Islam (X1) dan motivasi kerja Islam (X2) terhadap produktivitas kerja (Y) di Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik random sampling.

Alat analisisnya menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas serta analisis berganda yang meliputi uji goodness of fit yakni koefisien determinasi, uji signifikansi F (uji statistik F), uji signifikansi parameter individual ( uji t). Berdasarkan pengujian, Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan.

Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memenuhi kriteria pengujian yang digunakan. Adapun hasil regresi berganda adalah :

Y = 4,148+ 0,569X1 + 0,282X2

Koefisien determinasinya (adjusted ) sebesar 0,368. Artinya 36,8% produktivitas kerja pada Bank Negara Indonesia Cabang Semarang dapat dijelaskan oleh kedua variabel. Sedangkan 63,2% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hal ini menunjukkan Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan.

Kata Kunci: Etika Kerja Islam, Motivasi Kerja Islam , Produktivitas Kerja dan Bank Negara Indonesia Syariah

(9)

ix Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua berupa akal dan fikiran sehingga manusia mampu merenungi kebesaran dan kuasaNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Sayyidina Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan limpahan syafa’atnya di akhirat kelak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang)” dengan lancar tanpa banyak kendala yang berarti.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. Muhibbin, M.Ag, rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu Dekan I, II dan III yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis skripsi ini dan yang telah mencurahkan tenaga dan fikiranya guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga penulis bisa menyelesaikan studi formal di bangku kuliah dengan baik.

3. Drs. H. Musahadi, M.Ag. dan H. Muchamad Fauzi, SE.,MM. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

x

dan arahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapan dalam untaian kata-kata.

5. Teman-temanku yang selalu memberi semangat sehingga terselesainya skripsi ini. Dan penulis untuk mereka, “Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari mereka berikan pada penulis”, amin.

6. Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu, terutama teman-teman AS angkatan 2007 dan teman-teman di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Penulis juga menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin.

Semarang, 09 Desember 2011 Penulis,

Agus Lukman Fitriyan NIM. 0 7 2 4 1 1 0 0 1

(11)

xi Halaman HALAMAN JUDUL ... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii PENGESAHAN... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi DEKLARASI ... vii ABSTRAK ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I : PENDAHULUHAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 12

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 13

1.4. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah ... 16

2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah ... 16

2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya ... 24

2.1.3 Peranan Bank Syariah ... 25

2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah ... 26

2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah ... 27

2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah ... 28

2.1.7 Produk Penyaluran Dana ... 29

(12)

xii

2.2.1 Etika Kerja Islam ... 47

2.2.2 Motivasi Kerja Islam ... 53

2.2.3 Produktivitas Kerja ... 76

2.3 Penelitian Terdahulu ... 80

2.4 Kerangka Berfikir ... 81

2.5 Hipotesis ... 82

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ... 84

3.2. Populasi dan Sample ... 85

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 87

3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 89

3.5. Teknik Analisis Data ... 91

3.5.1 Uji Validitas ... 91

3.5.2 Reliabilitas ... 92

3.5.3 Uji Asumsi Klasik ... 93

3.5.3.1 Multikolonieritas ... 93

3.5.3.2 Heteroskedastisitas ... 94

3.5.3.3 Normalitas ... 95

3.5.4 Regresi Berganda ... 95

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 98

4.1.1 Sejarah BNI Syari’ah ... 98

4.1.2 Visi dan Misi BNI Syari’ah ... 101

4.1.2.1 Visi ... 101

4.1.2.2 Misi ... 101

4.2. Karakteristik Responden ... 102

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 102

4.2.2 Umur Responden ... 102

4.2.3 Pendidikan Responden ... 104

(13)

xiii

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 108

4.4.1 Uji Multikolonieritas ... 108

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 109

4.4.3 Uji Normalitas ... 111

4.5. Analisis Data ... 113

4.5.1. Analisis Regresi Berganda ... 113

4.5.2. Koefisien Determinasi ... 116 4.6. Uji Hipotesis ... 117 4.4.1 Uji Simultan ... 117 4.4.2 Uji Parsial ... 118 4.7. Pembahasan ... 121 BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 123 5.2. Saran ... 123 5.3. Penutup ... 124 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

1. Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 89

2. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 102

3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 102

4. Tabe1 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden 103 5. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden ... 104

6. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 107

7. Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 108

8. Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas ... 109

9. Tabel 4.8 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ... 111

10. Tabel 4.9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 113

11. Tabel. 4.10 Regeresi Berganda ... 114

12. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ... 116

13. Tabel 4.12 Uji Simultan ... 117

(15)

xv

1. Gambar: 1.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah ... 10

2. Gambar: 2.1 Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan ... 54

3. Gambar: 2.2 Hierarki Maslow ... 55

4. Gambar: 2.3 Kerangka Berfikir ... 82

5. Gambar: 4.1 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ... 110

(16)

1

PENDAHULUHAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman terus melangkah maju dan banyak menyumbangkan perubahan-perubahan, membangun tatanan dan peradaban baru, seperti ideologi-ideologi kemanusiaan, life style, dan sebagainya. Perilaku budaya dan sosial masyarakat telah banyak mengabaikan moralitas, nilai-nilai, persahabatan yang manusiawi, bahkan lebih condong pada materi, kekuasaan, kehormatan, kesenangan duniawi, dan lebih mementingkan dunianya sendiri.1 Hal ini karena orientasi hidup manusia diarahkan hanya untuk ”menguasai”, meskipun pada hakekatnya manusia tidak sadar bahwa ia dikuasai oleh emosi dan nafsunya. Spinoza dalam karyanya yang disadur oleh Erich Fromm membenarkan adanya gejala atau kecenderungan yang sama antara zaman modern dan zaman beberapa ratus tahun silam mengenai kecenderungan manusia yang rakus dan ambisius, yang memikirkan nama harum dirinya.2

Demikian pula yang terjadi pada umat Islam, baik masa lalu maupun saat ini. Berdasarkan konteks sejarah, umat Islam pernah mengalami masa kejayaan antara tahun 610-1250 M dan juga masa kemunduran. Faktor yang menyebabkan kemunduran umat Islam salah satunya adalah adanya pengekangan berfikir (tertutupnya pintu ijtihad) dan pengharaman terhadap

1

H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, h.21

2

(17)

diutusnya para Nabi3. Rasulullah SAW. Bersabda ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Oleh sebab itu, etika menjadi bagian penting dalam doktrin Islam. Munculnya etika dimulai pada abad kelima sebelum masehi dengan berbagai mazhab di Yunani, yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan adalah pengetahuan. Kemudian plato yang berpendapat bahwa pengetahuan dikatakan baik apabila ia dikuasai oleh akal budi, dan dikatakan buruk apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu.4

Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu miskawaih. Ia mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq sehingga membutuhkan aturan-aturan syari’at, nasihat, dan ajaran-ajaran tradisi yang terkait sopan santun.5 Dari aturan-aturan tersebut diharapkan manusia mendapatkan petunjuk dalam menjalani hidup demi memperoleh kebahagiaan.

Demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat agama Islam mengajarkan agar umatnya melakukan kerja keras baik dalam bentuk ibadah maupun amal sholeh. Ibadah adalah merupakan perintah-perintah yang harus dilakukan oleh umat Islam yang berkaitan langsung dengan Allah SWT dan telah ditentukan secara terperinci tentang tata cara pelaksanaannya.

3

ibid, h. 22

4

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, h. 19.

5

http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnu-miskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2010 pada pukul 22.30 WIB

(18)

oleh umat Islam, dimana perbuatan-perbuatan tersebut berdampak positif bagi diri yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara serta bagi umat islam itu sendiri.6

Bekerja adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan di dunia. Bekerja dengan etika kerja yang benar sesuai ajaran Islam merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab dengan etika yang baik dan berakhalaq dapat meningkatkan semangat kerja yang berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan nilai etik, moral, susila atau akhlaq adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap orang boleh punya seperangkat pengetahuan tentang nilai, tetapi pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang Islam hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber segala nilai dan pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.7

Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa sesungguhnya antara penghayatan agama yang diwujudkan dalam bentuk iman yang sempurna, mempunyai hubungan timbal balik dengan etika atau akhlaq seseorang. Seseorang yang memiliki iman yang sempurna dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan memiliki etika kerja yang baik pula,

6

H. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 157

7

(19)

bekerja8. Yaitu meningkatkan kejujuran, keadilan dan semangat dalam bekerja sehingga target dapat tercapai dengan meningkatnya produktivitas tanpa adanya tindakan yang menyimpang seperti korupsi.

Etika berasal dari bahasa Latin yaitu ’etos’ yang berarti kebiasaan. Sedangkan bahasa Arabnya ’Akhlak’, yang berarti budi pekerti. Keduanya bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat (custom atau mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau baik.9 Dalam kamus bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas seseorang atau suatu kelompok.10

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan dan memperhitungkan sebelumnya yang dapat dijadikan fitrah manusia ataupun hasil dari latihan-latihan yang telah dilakukan, hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq yang baik. 11 Dalam pengertian lain akhlak atau etika dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin, kesimpulannya etika adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.

8

http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00

9

Ali Hasan, op.cit, h. 171

10

Kh. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 15.

11

(20)

kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang yang bekerja keras lebih besar kemungkinan hidupnya maju, sebaliknya tidak bekerja keras dianggap menyebabkan kegagalan. Nilai pekerjaan di dalam etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukannya dari hasil pekerjaan. Ali (1988) mengungkapkan bahwa keadilan dan kebaikan di tempat kerja adalah kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk kemakmuran masyarakat.

Permasalahan lain dalam peningkatan produktivitas kerja adalah motivasi kerja. Target suatu perusahaan akan dapat tercapai apabila kinerja dari karyawan yang ada didalamnya mempunyai motivasi yang tinggi. Upaya membedah teori motivasi berangkat dari beberapa asumsi yang mendasari konsep-konsep tentang motivasi, Stoner, dalam Winardi12, mengemukakan asumsi tentang teori motivasi yaitu sebagai berikut :

1. Pendapat umum bahwa motivasi merupakan suatu hal yang baik

2. Motivasi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang masuk ke dalam kerja seseorang

3. Memotivasi merupakan hal yang langka dan ia memerlukan penggantian secara periodik.

4. Memotivasi adalah sebuah alat dengan apa para manajer dapat mengatur dengan hubungan-hubungan pekerjaan di dalam organisasi.

12

Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001, h. 67.

(21)

bekerja. Dengan bekerja dan berpenghasilan manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dalam surat Al-Jum’ah ayat 10 Allah telah menegaskan :































Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung13.

Sedangkan Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam. Dalam sebuah hadist diriwayatkan : Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)14.

Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu digaris bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas dan

13

Al-Qur’an Digital, Surat Al-Jum’ah, Ayat 10

14

http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/

(22)

mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya15.

Menurut Asep Ridrid Karana16.kata niat jika disejajarkan lebih tinggi daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.

Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah pada Allah17. Semua aspek kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena Allah. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits dari Umar radhiyallahu anha18, Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya. Maksud pendorong adalah penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam19.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu dipengaruhi dari dalam dan luar diri. Motivasi yang kuat adalah lahir dari

15

http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185-motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB

16

Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana tanggal 13 Agustus 2007

17

Adz-Dzariyaat (51):56. dan Al-Baiyinah (98):5.

18

The Hadisth Sofware, Revelation, Shahih Bukhari, Vol 1,Book1.

19

Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas, Cet-Ke 13, Jakarta Timur; Pustaka Al-Kaustar, 2005, h.17-.

(23)

substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja20. Namun di Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan pada sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan terutama bagi orang yang malas. Pemahaman tentang etika kerja Islam dan motivasi kerja islami juga masih lemah, khususnya di lembaga keuangan syari’ah.

Dari pemikiran ini didapatkan bagaimana cara untuk meningkatkan produktifitas kerja dengan menerapkan etika dan motivasi kerja Islam yang tinggi. Setiap manajer pasti selalu menginginkan karyawannya untuk bekerja secara maksimal agar produktifitas meningkat. Akan tetapi menuntut terus menerus karyawan tanpa melihat kondisi mereka bukanlah hal yang bijaksana, malah dapat membuat karyawan patah semangat atau kondisi fisiknya menurun. Hal ini menjadi tugas para manajer untuk senantiasa memotivasi karyawannya agar dapat bekerja sesuai dengan target. Dalam perbankan, motivasi juga sangat penting bagi karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi otomatis akan meningkatkan semangatnya.

Pada penelitian ini penulis menerapkan pada perbankan syari’ah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tergolong pesat. Dengan adanya Undang-Undang no 10 tahun 1998 dalam waktu kurang dari 15 tahun

20

(24)

Cabang Perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan Perbankan tersebut bukanlah hanya sekedar mencoba untuk mengembangkan prinsip syariah di Indonesia, tetapi faktor yang lebih penting adalah produktivitas dan peningkatan untuk dibentuknya Perbankan syariah. Perbankan syariah mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya negara-negara Islam, tetapi di Eropa juga telah mengembangkan prinsip-prinsip syariah pada sektor Perbankan mereka karena Perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak tingkat suku bunga yang tinggi.

Di Indonesia banyak bermunculan Bank-Bank yang operasionalnya yang berlandaskan syariah. Akan tetapi, munculnya perbankan syariah tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan penghimpunan dana dari pihak ketiga (DPK) atau dari masyarakat Perbankan Syariah Indonesia. Terbukti jelas dalam grafik 1.1 :

(25)

Sumber : Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011

Dari grafik diatas, jumlah penghimpun dana Perbankan Syariah di Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan. Akan tetapi permasalahannya adalah pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun Perbankan Syariah di Indonesia itu mengalami penurunan dan tidak konsisten. Sampai dengan pertengahan tahun 2010 kinerja penghimpunan dana Perbankan Syariah sempat melambat hingga pertengahan 2010.21 Untuk meningkatkan pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat di Indonesia. Perbankan Syariah di Indonesia perlu bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas kerja.

21

Direktorat Perbankan Syariah, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, Jakarta: Bank Indonesia, 2011, hlm. 39.

(26)

Pada data yang diperoleh dari koran Jawa Pos tertanggal 8 Oktober 2011 menyebutkan bahwa pertumbuhan dan kinerja perbankan syari’ah di tanah air melaju pesat. Tapi itu tidak dibarengi ketersediaan sumber daya manusia (SDM).

Minimnya jumlah SDM dapat menjadi penghambat utama perkembangan perbankan syari’ah kedepan. Dalam koran ini Dirut BNI Syari’ah Rizqullah mengatakan, ”dalam tiga tahun kedepan industri perbankan syari’ah secara nasional membutuhkan 30 ribu tenaga baru, tapi SDM yang tersedia hanya berkisar 50%”. Selain itu, beliau juga menyatakan ”minimnya SDM berkualitas ini dapat berdampak pada produktivitas dan perkembangan bank syari’ah. Sebab keterbatasan tenaga kerja membuat industri perbankan syari’ah tidak bisa melakukan ekspansi cepat”. Suplai itu banyak berasal dari perguruan tinggi yang membuka jurusan ekonomi syari’ah, namun yang terserap tidak bisa langsung fungsional. ”perbankan masih harus mendidik lagi, karena SDM yang siap pakai masih terbatas”.22

Untuk SDM, BNI syari’ah tahun ini telah merekrut 500 pegawai baru. Tahun depan akan bertambah lagi menjadi 1200 orang seiring dengan berkembangnya jaringan. Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Bisnis BNI syari’ah yang mengatakan ”pada 2012 BNI Syari’ah akan membuka 40 outlet sehingga total jaringan tahun kedepan adalah 153 kantor”. Dari data ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang banyak tidak didukung

22

Dio, Perbankan Syari’ah Minim SDM Siap Pakai, Jawa Pos Edisi Sabtu, 8 Oktober 2011. h.7

(27)

merupakan identifikasi adanya masalah yang mengakibatkan produktivitas perbankan syari’ah mengalami penurunan dan peningkatan. Karena tidak tercukupinya kebutuhan SDM agar produktivitas perbankan syari’ah dapat melaju pesat. Selain masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan argumentasi dari beberapa literatur yang menyatakan bahwa etika dan motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis mencoba suatu penelitian tentang seberapa besar pengaruh etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas kerja yang berjudul, “ PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN”. Studi penelitian ini pada karyawan Bank Negara Indonesia Syari’ah di wilayah kota Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Etika kerja dan motivasi kerja Islami memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pada lembaga keuangan syari’ah, bahkan sudah seharusnya lembaga keuangan syari’ah menggunakan nilai-nilai syari’at Islam dalam segala aktifitasnya. Agar dapat tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

(28)

Islami terhadap peningkatan produktifitas kerja?

2. Seberapa besar pengaruh Etika kerja dan motivasi kerja Islami secara parsial dan simultan terhadap peningkatan produktifitas kerja?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah etika kerja dan motivasi kerja Islam berpengaruh terhadap produktifitas. Disamping itu untuk membuktikan argumen dalam literatur maupun jurnal yang menyatakan bahwa etika dan motivasi dapat mempengaruhi produktifitas.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan etika kerja dan motivasi kerja Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi perbankan khususnya Bank Umum syari’ah (BUS) dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) guna kesuksesan perencanaan dan implementasi lingkungan kerja Islam.

1.4.Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :

Bab I : Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan. Pendahuluan pada bab pertama ini

(29)

terdiri dari yaitu :

1. Latar belakang masalah 2. Rumusan masalah

3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan 4. Sistematika penulisan

Bab II : Akan dipaparkan mengenai

1. Gambaran Umum Perbankan Syari’ah 2. Kerangka teori

3. Penelitian terdahulu 4. Kerangka berfikir, dan 5. Hipotesis

Bab III : Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian yaitu :

1. Sumber dan jenis data 2. Populasi dan sampel 3. Metode pengumpulan data

4. Variabel Penelitian dan pengukuran data, dan 5. Metode analisis data.

Bab IV : Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan yaitu: 1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok

(30)

pokok permasalahan yang telah penyusun jelaskan sebelumnya.

Bab V : Pada bab lima ini berisi yaitu : 1. Kesimpulan

2. Saran-saran, dan 3. Penutup.

(31)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah 2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah

Kata ﺔﻌﯾﺮﺷ (syariah) berasal dari kata عﺮﺷ (syara’a) yang harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang dilalui.45 Secara Terminologi, definisi syariah adalah peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum Muslimin supaya mematuhinya, agar syariah ini diambil oleh umat Muslim sebagai penghubung dengan Allah SWT dan manusia46. Maka secara singkat, syariah itu berisi peraturan dan hukum-hukum, yang menentukan garis hidup yang harus dilalui oleh seorang Muslim. sebagaimana Firman Allah SWT :             

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. ( Al Jatsiyah : 18)47.

Istilah Bank Islam atau Bank Syari’ah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan

45

A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Edisi II, Yogyakarta : Pustaka Progresif, hlm 711.

46

Syaikh Mahmud Syalthut, Al-Islam,’Aqidah Wal Syariah, cet. 1, 1959, hlm. 68.

47

(32)

upaya yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam mendukung ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis bunga. Karena itulah sistem Bank Islam menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam operasionalnya, dan karena hal itu rumusan yang paling lazim untuk mendefinisikan Bank Islam atau Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan dasar hukum dan operasional.48

Selanjutnya definisi Bank Syariah dengan melihat fungsinya sebagai suatu lembaga atau badan keuangan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, yang sistem operasionalnya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam49.

Di mana dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan sangat dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang

48

Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, h. 1-2.

49

Rachmad Agung Sulistyo, Skripsi: Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang

Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas

(33)

membutuhkan, maka dalam hal ini Bank Syariah menjadi fasilitas bagi pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) untuk dapat disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana (deficit unit) melalui produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin kekayaan agar tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, akan tetapi tersebar ke seluruh masyarakat50. sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an :

…                        

Artinya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)51.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998 yang berlaku saat ini, tidak ada definisi secara khusus tentang pengertian Bank Syariah. Namun terdapat definisi yang mengarah pada

50

Afzalur Rahman Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 9

51

Menteri Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Mujamma’ Khadim al haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif, 1990, h. 916

(34)

pengertian Bank Syariah, yaitu pengertian Bank dan pengertian prinsip syariah:52 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan Menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa istiqna).

Maka dari beberapa pengertian dan penjelasan Bank Syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali, dalam bentuk kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Dengan mengacu kepada

52

(35)

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan hukum dan operasionalnya.

Menurut ajaran Islam, syariat itu berasal dari Allah SWT. yang di dalamnya terdapat sumber hukum dan sumber undang-undang, serta perintah dan larangan yang disampaikan kepada manusia dengan perantaraan Rasulullah SAW dan termaktub di dalam kitab Suci Al-Qur’an. Perintah dan Larangan ini dalam bahasa teknis ilmu fiqih disebut dengan hukum taklifi. sehingga timbul usaha untuk memahami dan menafsirkan perintah dan larangan tersebut, yang dilakukan secara sistematis oleh para ulama dengan menggunakan metode tertentu. Hasil dari usaha sistematis untuk memahami dan menafsirkan perintah dan larangan Allah SWT ini dinamakan fiqih. Maka fiqih adalah tafsiran dari ulama atas syariah. Selanjutnya syariah itu terbagi menjadi dua, yakni ibadah dan muamalah, maka sebagai konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni fiqih ibadah dan fiqih muamalah.

Secara umum, syariah ini telah ditetapkan dan ditegakkan pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perkembangan syariat sesudah nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

...                         

(36)

Artinya: “Pada hari Ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Al-Maidah : 3).

Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/Perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist nabi SAW. Antonio dan Purwaatmaja membedakan menjadi Dua pengertian yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Syariah adalah (1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist, sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip Syariat Islam adalah Bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam53.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan

53

Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004, h. 13

(37)

yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun hubungan perorangan dengan masyarakat.

Untuk menghindari pengoperasian Bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga Bank dengan riba. Dengan lahirnya Bank Islam di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah Bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau Bank Syariah.

Kaitan Bank dengan uang dalam satu unit bisnis adalah penting, namun didalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran dan “penghisapan” (pada umumnya Bank Konvensional melakukan transaksi yang bersifat tidak boleh tidak, pasti, selalu untung dan tidak pernah rugi) dari satu pihak ke pihak lain (Bank dengan nasabahnya). kedudukan Bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal Bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur dan debitur.54

Aktivitas Perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia Perbankan

54

(38)

adalah kegiatan funding, maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka pihak Perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak Perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya.

Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh Perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (kreditur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga

(39)

simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama Perbankan.55

2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya

Kelangsungan perkembangan Bank Syariah bergantung pada kredibilitas dan profesionalitasnya, bukan karena dana dalam jumlah besar hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan profesionalitas memungkinkan sebuah lembaga keuangan dapat memelihara kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat luas, serta dapat beroperasi dengan efisiensi.

Efisiensi memungkinkan lembaga keuangan yang bersangkutan untuk bertahan dan berkembang, sehingga menambah kredibilitas lebih lanjut. Lembaga keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional niscaya tidak akan bisa langgeng, apalagi untuk berkembang. Bank Syariah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : (1) Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional, (2) Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau, (3) Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui skema sewa-menyewa (ijarah), (4) Mampu mengelola persepsi

55

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h.25

(40)

masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syariah itu sendiri secara baik.56

Serta peran ulama juga dibutuhkan untuk mengembangkan strategi Bank Syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat, setidaknya ada empat peran penting ulama: (1) Menjelaskan kepada masyarakat bahwa Perbankan syariah pada dasarnya adalah penerapan tathbig fiqih muamalah maaliyah (bagaimana hubungan manusia dengan Harta, Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan ), (2) Mengembalikan masyarakat pada fitrah alam dan fitrah usaha yang sebelumnya telah mengikuti syariah, (3) Menyarankan kepada para pengusaha agar mengikuti langkah yang ditempuh oleh Bank Syariah dalam berbagi hasil dan berbagai resiko, (4) Membantu menyelamatkan perekonomian bangsa melalui pengembangan sosialisasi Perbankan syariah.57

2.1.3 Peranan Bank Syariah

Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai berikut58:

(a) Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. (b) Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana

56

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, h. 10

57

Muh Syafii Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan, Bank Indonesia, Tazkia Institut, 1999, h. 287

58

Heri Sudarsono, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 39

(41)

yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. (c) Penyedia jasa, lalu lintas keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan kegiatan layanan jasa Perbankan sebagaimana lazimnya. (d) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah

Aktivitas keuangan dan Perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern, untuk membawa mereka kepada dua ajaran pokok Al-Qur’an, yaitu:

1. Prinsip نوﺎﻌﺘﻟا (At-ta’awun), yaitu prinsip saling membantu dan bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, bukan untuk kemungkaran maupun kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:

...                   

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

2. Prinsip زﺎﻨﺘﺧﻻا (Al-ikhtinaz), yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur (idle), karena tidak berputar dalam

(42)

transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29:

                         

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu ”.

Perbankan konvensional menggunakan instrumen bunga dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan instrumen yang digunakan oleh Perbankan Islam adalah bagi hasil (profit sharing). Istilah bunga merupakan terjemahan dari interest, yang berarti tanggungan kepada pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal.59 Sedangkan mengenai istilah riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai imbangan yang ditetapkan untuk salah satu pihak (dari dua pihak), yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter. 2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah

Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara

59

Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 1999, h. 146-147

(43)

seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai sistem operasional Bank Syariah. Secara umum, konsep sistem operasional Bank Syariah adalah: (1) Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana dari pihak kedua (pinjaman dari Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak ketiga (nasabah). (2) Bank Syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan.

2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah

Bank Syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui Bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas Bank Syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen Bank untuk melaksanakan perannya.

Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, Bank Syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan Bank Konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank

(44)

Syariah, yaitu:60(1) Produk penyaluran dana (financing), (2) Produk penghimpunan dana (funding)

2.1.7 Produk Penyaluran Dana

Penyaluran dana dari masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Al-Wadi’ah Untuk Simpanan Lancar

Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dan amanat dari pihak lain, dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum dalam Al-Qur’an :         ...

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya”... (QS. An-Nisaa : 58)

Hukum menitipkan dan menerima titipan adalah jaiz.61 Orang yang merasa sanggup menerima amanat tersebut, lebih baik menerimanya. Menurut Ar Rafi’i, orang yang merasa sanggup hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan, maka wadi’ah dibedakan menjadi dua macam, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yadh dhamanah. wadi’ah yad amanah berarti penerima

60

Heri Sudarsono, op. cit , h. 56

61

(45)

titipan tidak berhak menggunakan dana atau barang titipan tersebut untuk didaya gunakan. Sedangkan wadi’ah yadh dhamanah adalah memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang atau dana yang dititipkan tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan untuk penghimpunan dana seperti giro (current account) dan tabungan berjangka (saving account).

2. Prinsip Al Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan Al Mudharabah sebenarnya merupakan suatu bentuk penyertaan yang berakar dari al musyarakah. Al Musyarakah sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara dua belah pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya masing-masing. Berbeda dengan musyarakah, pada al-mudharabah ada pihak yang menyediakan dana saja (shahibul ‘mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan usaha saja (mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi shahibul mal akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial skill yang disumbangkannya.62

62

(46)

2.1.8 Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana kepada masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Al Mudharabah

Perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank Syariah) dan pengusaha, di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha, misalnya kendaraan dan rumah.

Mudarabah berasal dari kata بﺮﻀﻟا ﻰﻓ ضرﻷا yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian dari labanya.63

Menurut Hasbi Ash Shiddiqy, qiradh atau mudarabah adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan dan dipersekutui untung atau laba, diharuskan. Hukum tersebut disepakati oleh para mudjtahidin, begitu juga Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun, menurut para mudjtahidin qiradh dengan mata uang (bukan mata uang perak) adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan Abu Yusuf membolehkan, jika mata uang tersebut laku.64

63

Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III, h. 212

64

(47)

Pada dasarnya mudarabah dapat dikategorikan sebagai salah satu musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam menempatkan mudarabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri.65 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat al Muzzammil ayat 20:

...                                                  

Artinya: “ ...Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Muzzammil: 20). Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mudarib adalah enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan, untuk mencari karunia Allah dari keuntungan investasinya. Mudarabah bisa juga disebut sebagai muamalat, yaitu akad antara kedua belah pihak, kemudian salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan. Dan keuntungannya dibagi sesuai dengan

65

(48)

kesepakatan awal. Dengan ijma’ ulama, maka mudarabah itu diperbolehkan.66

Mengenai pembagian keuntungan, Ibnu Rusyd berkata, “Para ulama sepakat bahwa pelaksana (mudarib) tidak boleh mengambil keuntungan yang menjadi bagiannya, tanpa dihadiri oleh pemilik modal (sahibul Mal).” Karena kehadiran sahibul mal merupakan prasyarat dalam pemecahan harta (keuntungan).

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudarib, maka mudarabah dibedakan menjadi dua macam, yaitu mudarabah mutlaqah, artinya mudarib diberi kewenangan untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki dan mudarabah muqayadah, artinya alokasi investasi ditentukan oleh pihak pertama (pemilik dana) sedangkan mudarib bertindak sebagai pelaksana atau pengelola dana tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan, mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana seperti tabungan dan deposito berjangka. sedangkan pada sisi pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal kerja pada bidang jasa dan perdagangan.

2. Al Musyarakah

Suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas

66

(49)

segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing, contohnya modal kerja. Misalnya, PT. MLM bekerja sama dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, PT. MLM menyediakan barang, sedang A menanggung biaya transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan).

Syirkah berarti ikhtilath (Percampuran). Menurut para Fuqaha’ (Imam Hanafi), syirkah berarti akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal modal/keuntungan. 67 Sedangkan menurut Ahli Fiqh lain, syirkah adalah percampuran hak dari dua (lebih) orang menjadi satu, sehingga diusahakan dengan satu nama. Definisi lain mengenai syirkah adalah perjanjian antara pihak-pihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan nisbah yang disepakati.68

Landasan mengenai Musyarakah terdapat dalam surat Ash-Shaad ayat 24:                                   

Artinya: " Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang

67

Sabiq, op.cit, hlm. 294

68

(50)

yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”. Yang dimaksud dengan kata al-khulatha dalam ayat di atas adalah mereka yang berserikat.69 syirkah terdiri dari 2 kelompok, yaitu: (a) Syirkah amlak adalah lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad (bisa bersifat ikhtiari atau jabari). (b) Syirkah ‘uqud adalah bahwa dua orang (lebih) melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan. syirkah ‘uqud terdiri dari 4 kelompok, yaitu: syirkah ‘inan, muwafadhah, ‘abdan dan wujuh. Hukum dari syirkah tersebut bahwa partner tidak berhak bertindak dalam penggunaan milik partner lainnya tanpa izin dari yang bersangkutan.Menurut Imam Hanafi keempat syirkah tersebut diperbolehkan, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Kemudian menurut Imam Syafi’i membatalkan semua, kecuali syirkah ‘inan. Sedangkan Hambali membolehkan semuanya, kecuali syirkah muwafadah. Dan menurut Imam Maliki membolehkan semuanya, kecuali syirkah wujuh. Adapun rukun dari dari syirkah adalah ijab dan qabul.

Selanjutnya aplikasi musyarakah dalam dunia Perbankan, biasanya digunakan untuk pembiayaan proyek tertentu. Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi

69

(51)

dalam kepemilikan perusahaan, maka ditetapkanlah skema modal ventura.

3. Al Murabahah

Menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Misalnya, PT. MLM meminta A menjual produknya. Kemudian PT. MLM menyerahkan barang-barangnya untuk dijual oleh A. Selanjutnya hak yang diperoleh A adalah berdasarkan kesepakatan antara A dengan PT. MLM.

Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).70

Adapun dasar-dasar perniagaan seperti yang tercantum dalam surat An-Nisa’ ayat 29 adalah: 1) Saling meridhai antara penjual dengan pembeli, sedangkan tindak penipuan, pendustaan atau pemalsuan itu diharamkan, 2) Semua yang ada di dunia perniagaan dan apa yang terkandung di dalam maknanya merupakan kebathilan (tidak kekal).

Hendaknya tidak melalaikan orang yang berakal, demi mempersiapkan kehidupan dunia maupun Akhirat nantinya, dan 3)

70

(52)

Bahwa semua jenis perniagaan itu mengandung kebathilan. oleh karena itu, perlu toleransi jika terjadi penambahan harga, karena kepandaian pedagang dalam menawarkan barang dagangannya, bukan karena pemalsuan atau penipuan.71

Landasan syariah mengenai murabahah terdapat dalam Surat An-Nisa’ 29:72                          

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu “.

Yang dimaksud dengan kata al-bathil (al-buthlan) adalah kesia-siaan atau kerugian. atau mengambil harta tanpa pengganti yang hakiki dan keridhaan dari pemilik harta tersebut, maupun menafkahkan harta ke jalan yang tidak benar, seperti riba dan penipuan dalam jual beli. Sedangkan kata bainakum adalah harta yang haram akibat perselisihan antara orang yang memakan dan orang yang dimakan hartanya.73

71

Mustafa al-Maraghi , Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986, h. 27-28

72

Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992

73

(53)

Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C).

a. Salam

Secara Etimologis, ﻢﻠﺳ (salam) berarti salaf (pendahuluan).74 Sedangkan Ba’i As salam adalah akad jual beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya diserahkan kemudian, sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.75 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 282:76                           ....

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan ...” Yang dimaksud dengan kata dain pada ayat di atas adalah muamalat tidak secara tunai, untuk barang yang terkandung dalam jaminan. Oleh karena itu, kriteria barang

74

A.W. Munawwir, op.cit.h.654.

75

Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III. h. 171.

76

(54)

harus jelas dan si pemebeli meyakini akan dipenuhi oleh si penjual pada waktu yang sudah ditetapkan.77

Jumhur Ulama berpendapat, perlunya menuliskan tempo dalam jual beli salam, karena salam tidak boleh berlangsung sekarang. Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal tersebut boleh (seketika), karena lebih utama dan untuk menghindari terjadinya penipuan. Pendapat tersebut juga dibenarkan oleh As-Syaukani.78

Aplikasi dalam dunia Perbankan sering digunakan pada pembayaran para petani jangka pendek dan pada pembiayaan barang-barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi). Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan. Karena Bank tidak bermaksud melakukan salam untuk memperoleh barang, melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk salam yang dilakukan oleh Bank, selalu diikuti dengan transaksi penjualan kepada pihak atau nasabah lain.79

b. Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture)

Ba’i al-istishna’ adalah akad jual beli antara pemesan/pembeli (mustashni’) dengan produsen/penjual (shani’), di mana barang yang akan diperjualbelikan harus 77 Sabiq, op.cit, h.171 78 Ibid, hlm. 72 79

Gambar

Gambar 2.2  Hierarki Maslow  Self   Actualization  Esteem  Belongingness
Tabel 4.7  Uji Multikolinieritas
Gambar 4.2  Grafik Scatter Plot
Tabel 4.12. Uji Simultan  ANOVA b  Model  Sum of  Squares  df  Mean  Square  F  Sig.  Regression  114.195  2  57.098  38.197  .000 a Residual  85.205  57  1.495 1  Total  199.400  59
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perbandingan tersebut dihasilkan kesamaan semua faktor yang menjadi pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung antara lain pertimbangan

(2) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Anggaran sesuai dengan

Rachmawati (2014) telah melakukan evaluasi penggunaan antibiotik dari data rekam medis 56 pasien dengan teknik purposive sampling pada penyakit gastroenteritis

Pada proses pembuatan garam, petani garam membutuhkan air laut untuk proses kristalisasi garam, dan untuk memenuhi kebutuhan air laut tersebut, terlebih dahulu

Analisis Pengembangan Teori Penelitian menggunakan metode ilmiah atau metode saintifik (scientific method) dilakukan dengan membangun satu atau lebih hipotesis-hipotesis

Pengembangan media pembelajaran dibuat bernama Uno Statik yang merupakan kepanjangan dari Uno Stacko Matematik , berupa permainan uno stacko yang terdiri dari

Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari

Agar kemampuan berbahasa anak dengan penerapan metode tanya jawab dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan dan pemilihan media dalam kegiatan belajar anak yang