• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

ANALISIS KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DI DESA IKHWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG

MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

2014 ABSTRAK

Sarni Maspeke. 2014. Analisis Konflik Sosial Masyarakat Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Program Studi Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Ridwan Ibrahim. S. Pd., M. Si., dan Pembimbing II Funco Tanipu, ST., MA.1 Rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Struktur sosial masyarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, Bentuk konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara, dan Faktor penyebab terjadinya konflik sosial mayarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif.

Berdasarkan Hasil Penelitian dan pembahasan dapat ditark kesimpulan bahwa Konflik sosial yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relative sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah. Faktor penyebab konflik sosial masyarakat yakni perbedaan pendapat antara kelompok-kelompok masyarakat, kelompok pemuda, suku-suku dan invidu-individu yang dipicu karena perebutan area pertambangan, perkelahian anak muda, gesekan yang terjadi antara suku Jaton (Jawa Tondano), Suku Mongondow dan suku Minahasa yang disebabkan oleh perberdaan kepentingan diantara kedua suku tersebut.

Kata Kunci : Konflik Sosial

Sarni Maspeke Nim 281 409 103. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Di bawah bimbingan Bapak Ridwan Ibrahim M. Si dan Bapak Funco Tanipu, ST.,MA

(3)

3

Latar Belakang

Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial. Konflik memiliki dampak positif dan dampak negatif, dampak positif dari konflik sosial adalah konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya. Konflik yang terjadi di Indonesia, ada juga yang dapat diselesaikan dengan baik hingga berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan tetapi ada beberapa konflik justru berdampak negatif hingga mengakibatkan timbulnya kerusakan, menciptakan ketidakstabilan, ketidakharmonisan, dan ketidakamanan bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa karena konflik seringkali terjadi di berbagai elemen masyarakat.

Konflik sosial yang sering terjadi di masyarakat terbagi dua yakni konflik horizontal dan konflik vertikal dimana konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat. Hal yang menonjol dalam konflik vertikal adalah terjadinya kekerasan yang biasa dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyat sedangkan konflik horizontal yaitu konflik terjadi di kalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah.

Konflik horizontal dan konflik vertikal pada umumnya disebabkan karena adanya perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat dengan masyarakat lain atau adanya penolakan atas kebijakan pemerintah. Perbedaan pendapat biasanya ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok dan tidak adanya alternatif pemecahan masalah sehingga konflik sosial di masyarakat tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Salah satu contoh konflik yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan adalah konflik sosial yang terjadi pada masyarakat di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

Kabupaten Bolaang Mongondow Kecamatan Dumoga Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya pertanian dan pertambangan. Hal ini

(4)

4

dirasa sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Keberadaan potensi sumber daya pertanian dapat dilihat dengan adanya lokasi persawahan yang begitu luas, bahkan Kecamatan Dumoga Barat merupakan salah satu daerah lumbung padi terbesar di Kabupaten Bolaang Mongondow. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah sektor pertambangan yang ada di Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana pada sektor inilah banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, pengelolaan usaha pertambangan yang berada di Kecamatan Dumoga Barat belum mendapat izin dari pemerintah setempat. Pengelolaan tambang liar inilah yang banyak menimbulkan konflik di kalangan masyarakat yang berada di daerah tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, menunjukkan, bahwa konflik sosial masyarakat yang sering terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow disebabkan oleh gesekan-gesekan antara warga setempat. Gesekan-gesekan tersebut dipicu oleh perilaku sebagian warga berprofesi penambang yang saling memperebutkan area pertambangan yang memproduksi emas dengan kadar cukup tinggi. Ditambah lagi dengan persoalan kepemilikan dan pengelolaan area pertambangan secara liar. Sehingga menarik minat sebagian warga setempat untuk cenderung menguasai area tambang khususnya, yang ada di desa Ikhwan kecamatan Dumoga Barat. Selain itu juga diakibatkan adanya pertengkaran antar kelompok pemuda yang saling mengejek sebagaimana yang terlansir dalam media Radar Bolmong bahwa perkelahian pemuda antar kampung di Dumoga kembali pecah karena saling ejek antar pemuda.2

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Analisis Konflik Sosial Masyarakat di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara”.

Gambaran Umum Kecamatan Dumoga Barat Keadaan Geografis

(5)

5

Kecamatan Dumoga Barat merupakan bagian dari dataran Dumoga yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; Taman ini sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) yang sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah pertambangan emas. Kecamatan ini merupakan pintu gerbang dari TNBNW yang letaknya cukup strategis karena di bagian selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Kabupaten Baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow), Terdapat dua bendungan sebagai sumber air irigasi di Dumoga Bersatu yakni, Bendungan Kosinggolan dan Bendungan Toraut, dengan batas geografis sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kawasan Hutan

b. Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Utara dan Calon Kecamatan Dumoga Tengah

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

d. Sebelah Barat : Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kecamatan Sang Tombolang Bolmong Induk3 Topografi Dumoga Barat beragam mulai dari datar sampai bergelombang ringan dengan ketinggian tempat 142 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Terdapat beberapa desa yang terletak di perbukitan salah satunya adalah desa Matayangan dengan ketinggian 289 m dpl. Secara umum curah hujan setiap tahunnya di kecamatan ini rata-rata 191,2 – 2.773,90 mm/tahun dan wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow, Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat 272 bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak 309 KK.4

3 Profil Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. 4 Profil Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat.

(6)

6

Luas kecamatan Dumoga Barat keseluruhannya mencapai 37.544 Hektar atau 10,71 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Namun saat ini telah dimekarkan menjadi dua kecamatan, yakni Dumoga Tengah Dimana hamparan sawahnya mencapai 3.932 hektar, sementara lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 86,98 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). 5

Pada tahun 2008 Kecamatan Dumoga Barat memiliki 14 desa, 12 diantaranya telah berstatus definitif, sementara 2 lainnya masih berstatus desa persiapan yaitu desa Ibolian I dan Kosio Timur yang mekar berdasarkan SK Bupati No. 200 tanggal 3 September 2008. saat ini setelah mekar menjadi 2 Desa, dimekarkan jadi dua kecamatan dimana Dumoga Barat sekarang ini terdiri 11 Desa yang salah satunya adalah desa Ikhwan yang menjadi lokasi penelitian ini.6

Penduduk

Sebagai daerah yang subur, kecamatan ini sejak dulu sudah menjadi tujuan dari transmigran, terutama asal Bali. Sejak tahun 1963 para transmigran ini ditempatkan di desa Werdhi Agung dengan jumlah KK pada waktu itu sebanyak 349 KK atau 1.549 Jiwa.

Sebagai daerah yang masih berkembang, tingkat pertumbuhan penduduknya setiap tahun cukup rendah rata-rata hanya 1,08 persen. Lima tahun yang lalu (2003) penduduknya masih berjumlah 23.786 Jiwa, di tahun 2008 tercatat mencapai 27.753 jiwa, dimana penduduk laki-laki 14.568 jiwa dan perempuan berjumlah 13.185 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 110,49 sehingga dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi penambahan penduduk sebesar 3.456 jiwa.

Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan 49,12 persen dari mereka belum menikah, 48,24 persen berstatus kawin sedangkan sisanya 2,64 persen berstatus janda/duda. Sementara jumlah rumahtangga di tahun

5 Ibid 6 Ibid.

(7)

7

yang sama (2008) sudah mencapai 6.895 RT dan rata-rata mempunyai 4,03 anggota rumah tangga.

Keadaan Pertanian

Di tahun 2008 terdapat 1.136 Rumah Tangga yang mengusahakan tanaman padi, sementara tanaman jagung tercatat 1.648 Rumah Tangga. Komoditi unggulan di kecamatan Dumoga Barat salah satunya adalah tanaman padi, di tahun 2005 dan 2006 saja tercatat produksinya mencapai hampir 59 ribu ton. Tetapi, jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun, salah satu penyebabnya adalah hama tikus yang menjadi musuh dari petani. Produksi padi pada tahun 2008 hanya mencapai 41.630 Ton, jumlah ini sudah merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi cukup besar mencapai 5,21 ton per hektar. 7

Padi yang dihasilkan sebagian besar rumah tangga menggunakan padi unggul. Ada sekitar 72,57 persen rumah tangga petani yang menggunakan padi unggul, padi lokal ada 26,03 persen sementara padi hybrida hanya 1,40 persen. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, beras yang dihasilkan dari kecamatan ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar regional yang dibawa oleh pedagang pengumpul didesa maupun lewat usaha lainnya ke ibukota provinsi Sulawesi Utara di Manado maupun ke provinsi tetangga (Gorontalo). 8

Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai 6.840 ton dengan rata-rata produksinya 3,47 ton perhektar. Di sektor perkebunan terdapat produksi kelapa yang mencapai 403,56 ton selama tahun 2008. Selain kelapa terdapat juga produksi cengkeh, pala, kopi, kakao dan panili dimana masing-masing produksi 13,44 ton cengkeh, 2,34 ton pala, 88,78 ton kopi, 169,31 ton kakao dan 2,49 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah.

Gambaran Singkat Desa Ikhwan

7 Ibid. 8 Ibid

(8)

8

Sejarah Desa Ikhwan

Menurut sejarah cikal bakal adanya desa Ikhwan terjadi pada tahun 1947 masehi. Pada saat itu datanglah kelompok masyarakat yang berasal dari Jawa Tondano (Jaton) Minahasa. Rata-rata keturunan Jawa Tondano berasal dari daerah Bojonegoro, Tompaso Baru. Kelompok yang datang ke daerah Dumoga ini adalah kelompok yang dipimpin oleh Slamet Nurhamidin, Tarekat Banteng, Ontong Maspeke, Nahrowi Ngurawan. Kedatangan kelompok ini dengan maksud untuk berkebun dengan cara menetap, sehingga waktu demi waktu, masyarakat kian bertambah. Desa Ikhwan sebelumnya masih terintegrasi dengan desa Doloduo pada tahun 1948 sampai dengan tahun 1952. Kemudian pada tahun 1953 dikarenakan perkembangan warga dan pemukiman penduduk yang semakin padat, maka didirikanlah sebuah pedukuan Ikhwan dan diresmikan sebagai daerah otonom dan di beri nama Ikhwan yang berarti Bersaudara.

Desa Ikhwan pertama kali diresmikan oleh Bupati Bolaang Mongondow yang pertama yakni F.B Mokodompit, dengan kepala desa yang pertama yakni Slamet Nurhamidin.

Keadaan Penduduk Desa Ikhwan

Dengan perjalanan pemerintahan dan perkembangan penduduk, saat ini desa Ikhwan memilki jumlah penduduk sekitar 4000 jiwa dengan yang terdiri dari 853 Kepala Keluarga (KK), serta terbagi menjadi 9 dusun.

Keadaan Pemerintahan

Keadaan pemerintahan desa Ikhwan sama dengan keadaan pemerintahan yang berada di desa-desa lain khususnya desa yang berada di Kecamatan Dumoga Barat. Pemerintahan desa Ikhwan terdiri dari Sangadi, Probis Pemerintahan Probis Umum dan Probis Ekonomi Pembangunan (EKBANG). Selain itu, desa Ikhwan memiliki 9 Dusun yang masing-masing dikepalai oleh kepala dusun.

(9)

9

Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedalaman konflik yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat, maka diperlukan berbagai analisis terhadap konflik tersebut. Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut maka peneliti melakukan wawancara untuk menganalisa konflik sosial di masyarakat Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat dijabarkan data hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

Konflik Sosial Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat

Konflik pun tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat, dimana ada masyarakat maka akan timbul konflik, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa konflik akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Bahkan sepanjang sejarah umat manusia dalam berinteraksi sosial, konflik selalu menjadi sahabat dekat manusia yang terus mempengaruhi perkembangan watak manusia dari masa ke masa. Konflik pun bisa dikatakan hilang, namun tidak akan lama.

Bentuk konflik yang terjadi di desa Ikhwan merupakan bentuk konflik antara kelompok dan individu. Konflik-konflik ini dikategorikan dalam bentuk konflik horizontal akibat perebutan area tambang liar produktif, konflik antar suku. Konflik sosial yang terjadi pada masyarakat desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Konflik ini dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lain dalam hal perebutan areal tambang. Selama ini belum pernah terjadi konflik yang berisifat vertikal antara masyarakat dengan pemerintah desa Ikhwan, pemerintah Kecamtan Dumoga Barat dan pemerintah Kabupaten Bolaang Mongodow masih baik-baik saja

Masyarakat desa Ikhwan merupakan masyarakat yang majemuk dimana terdiri atas banyak struktur budaya yang mengakibatkan perbedaan tata nilai yang menjadi dasar dalam perilaku. Dengan demikian,

(10)

10

memungkinkan perbedaan persepsi tentang benar atau salahnya suatu perilaku. Di sisi lain dalam perbedaan ras, suku, dan agama memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang mempunyai sentiment khusus yang sangat kuat. Keadaan ini juga membawa konsekuensi munculnya persaingan-persaingan yang kadang kurang menguntungkan kepentingan masyarakat secara integral. Dari adanya perbedaan pendapat atau bentuk interaksi yang kontravensi tidak sedikit melahirkan konflik-konflik baru dalam masyarakat, baik dalam skala kecil maupun besar. Kerawanan ini harus ditanggapi secara bijaksana oleh pemerintah, tokoh masyarakat agar hal ini mampu diredam sehingga tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat setempat.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat

Konflik sosial merupakan proses sosial yang terjadi pada individu atau kelompok. Masing-masing berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan dan amarah. Secara sederhana faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, perbedaan latar belakang suku, budaya dan perubahan-perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Konflik yang terjadi berawal dari suatu perkelahian-perkelahian kecil baik antara kelompok-kelompok tertentu maupun diantara individu-individu. Dimana, perkelahian antara kelompok dipicu oleh penguasaan area tambang liar yang menjadi sektor pemenuhan kebutuhan ekonomi sebagian masyarakat. Kemudian, perkelahian antara individu-individu tersebut terjadi disebabkan oleh perilaku anak muda setempat yang gemar mengonsumsi minuman beralkohol secara beramai-ramai.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat adalah (1) Perebutan area tambang dari

(11)

11

masing-masing kelompok masyarakat, (2) Kebiasaan remaja yang gemar mengkonsumsi minuman beralkohol tinggi sehingga mudah emosi dan memancing perkelahian diantara kelompok remaja tersebut, (3) Adanya sifat egoisme diantara masing-masing suku yang diperlihatkan melalui perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang ditunggangi oleh perbedaan kepentingan dari masing-masing suku juga menjadi penyebab terjadinya konflik sosial masyarakat. Sehingga hal ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pihak pemerintah dan masyarakat setempat.

Upaya Penanggulangan Konflik Di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat

Penanganan konflik sosial memerlukan intervensi dari unsur pemerintah dan kepolisian sebagai pihak yang mempunyai wewenang, tidak hanya itu diperlukan pula peran serta masyarakat dalam menyelesaikan konflik tersebut. Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 2012 bahwa penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pascakonflik.9Upaya pencegahan konflik harus dilakukan sedini mungkin untuk menjaga terjadinya konflik.

upaya penanggulangan konflik yang terjadi di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat belum maksimal dilakukan oleh pihak pemerintah setempat. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah setempat belum efektif untuk meredam potensi konflik tersebut. Karena pendekatan tersebut hanya bersifat himbauan kepada masyarakat tentang pentingnya keamanan dan ketertiban desa. Selain itu, kurangnya keterlibatan masyarakat atau tokoh-tokoh adat dimasing-masing suku yang tinggal di desa yang bersangkutan. Fenomena ini juga penyebab kurang efektifnya penanggungalan konflik tersebut. Selanjutnya, pengelolaan tambang emas oleh kelompok tertentu secara liar belum ada penyelesaian dari pemerintah kabupaten hingga saat

(12)

12

ini. Jika hal ini terus berlangsung maka dikhawatirkan akan berdampak buruk pada keamanan dan ketertiban masyarakat kabupaten secara umum dan khususnya masyarakat setempat.

Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa konflik masyarakat yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada jenis konflik horizontal yaitu konflik yang terjadi antar kelompok masyarakat. Konflik horizontal yang terjadi di Desa Ikhwan diantaranya adalah konflik antar kelompok masyarakat yang memperebutkan area tambang, konflik antar kelompok pemuda yang berpesta minuman keras dan saling ejek sehingga terjadi perkelahian, konflik antar suku yang menunjukkan sifat ego dan mempertahankan pendapat masing-masing.

Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata-kata yang mengandung amarah. Dari hasil analisa dapat dijelaskan bahwa pemicu terjadinya konflik di Desa Ikhwan karena adanya masalah kelompok secara interpersonal dan perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat.

Hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa konflik interpersonal disebabkan oleh komunikasi yang buruk, perbedaan-perbedaan yang dirasakan, orientasi biologis. Konflik dapat muncul ketika individu yang menikah semarga yang terlibat konflik tidak mampu mengekspresikan keinginannya, tidak dapat mengungkapkan kebutuhannya, tidak dapat mengungkapkan keinginannya, tidak diperkenankan untuk menyajikan argumentasinya dalam kelompok marganya dan keluarganya. semakin terbatas kemampuan komunikasi maka kemungkinan munculnya konflik semakin besar. Perbedaan-perbedaan yang dirasakan secara harafiah manusia membentuk kelompok-kelompok dalam kehidupan sosialnya seperti kelompok-kelompok marga dalam suku Batak Toba. Setiap kelompok marga memiliki aturan masing-masing yang menjadi ciri khas

(13)

13

sehingga berbeda dengan kelompok marga lainnya. Perbedaan yang ada sekaligus dapat memicu terjadinya konflik. Perbedaan yang dimaksud seperti menyangkut perbedaan pandangan, perbedaan silsilah, perbedaan nilai-nilai yang di anut, perbedaan usia, perbedaan kepercayaan atau agama. 10

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan dalam menguasai sumber-sumber ekonomi pertambangan liar di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat.

Sehubungan dengan hal di atas maka pemerintah Bolaang Mongondow sebaiknya melakukan penanganan konflik sosial masyarakat yang terjadi di Desa Ikhwan melalui jalur perdamaian antara kelompok yang berkonflik sehingga konflik sosial bisa terhenti, kemudian pemerintah juga melakukan pencegahan-pencegahan faktor pemicu konflik.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, perubahan nilai yang disebabkan oleh benturan budaya dari beberapa suku seperti suku Minahasa, Gorontalo, Mongondow, Bali, dan Jaton (Jawa Tondano) yang mendiami desa Ikhwan Kecamatn Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.

Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah dibalik adanya perseteruan pihak-pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari

10 Max A. Eggert., Wendy Falzon. Teori Konflik Kewenangan Sosial. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar2010. Hal. 115

(14)

14

konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu-waktu terjadi kembali. Hal ini membutuhkan optimalisasi upaya penanggulangan konflik sosial yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai pelaku konflik tersebut.

Umumnya konflik tentang identitas dalam suatu masyarakat cenderung lebih rumit, bertahan lama serta sulit dikelola, sedangkan konflik yang berciri primordial sulit dipecahkan karena sangat emosional. Untuk mengatasi itu semua, tidak ada resep mujarab yang langsung menyembuhkan karena selalu muncul interaksi rumit antarkekuatan berbeda di samping variabel kondisi sosial wilayah ini. Pola penyelesaian konflik di suatu daerah tak mungkin diterapkan di daerah lain. Oleh karena itu, dalam menentukan langkah penyelesaian berbagai peristiwa konflik perlu dicermati dan dianalisis, tidak saja berdasarkan teori-teori konflik universal, tetapi perlu juga menggunakan paradigma nasional atau lokal agar objektivitas tetap berada dalam bingkai kondisi, nilai, dan tatanan kehidupan bangsa kita.

Faktor-faktor pendukung analisis pemecahan konflik tersebut antara lain: aktornya, isu, faktor penyebab, lingkupnya, usaha lain yang pernah ada, jenis konflik, arah/potensi, sifat kekerasan, wilayah, fase dan intensitas, kapasitas dan sumbernya, alatnya, keadaan hubungan yang bertikai, dan sebagainya. Cara penyelesaian konflik lebih tepat jika menggunakan model-model penyelesaian yang disesuaikan dengan kondisi wilayah serta budaya setempat. Ideal apabila penyelesaian tersebut dilakukan atas inisiatif penuh dari masyarakat bawah yang masih memegang teguh adat lokal serta sadar akan pentingnya budaya lokal dalam menjaga dan menjamin keutuhan masyarakat yang bersifat kekeluargaan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian terdahulu yakni konflik sosial terjadi karena ada permasalahan diantara kelompok masyarakat tentang perebutan wilayah pertambangan sedangkan pada penelitian terdahulu konflik terjadi antara kelompok masyarakat nelayan. Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto bahwa konflik yang terjadi dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi sosial.

(15)

15

Penutup

Kesimpulan

Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa struktur sosial masyarakat di Desa Ikhwan terbagi menjadi beberapa kelompok yakni ditinjau dari tingkat pendidikan sebagaian besar berpendidikan SD, ditinjau dari pekerjaan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai penambang, ditinjau dari agama sebagian besar beragama Islam dan ditinjau dari etnik sebagian besar berasal dari etnik Jawa Tondano.

Konflik sosial yang terjadi di Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong pada konflik horizontal yakni konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relative sama. Artinya, konflik tersebut terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relative sederajat, tidak ada yang lebih tinggi dan rendah.

Faktor penyebab konflik sosial masyarakat yakni perbedaan pendapat antara kelompok-kelompok masyarakat, kelompok pemuda, suku-suku dan invidu-individu yang dipicu karena perebutan area pertambangan, perkelahian anak muda, gesekan yang terjadi antara suku Jaton (Jawa Tondano), Suku Mongondow dan suku Minahasa yang disebabkan oleh perberdaan kepentingan diantara kedua suku tersebut.

Saran

Mengacu pada uraian kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlu adanya penerapan strategi penanggulangan konflik yang tidak merugikan pihak-pihak yang bertikai di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat yakni melalui kegiatan pencegahan konflik dengan upaya memelihara kondisi damai antar masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian

(16)

16

perselisihan secara damai, meredam potensi konflik dan membangun sistem peringatan dini.

2. Perlu adanya sinergitas antara pemerintah, kepolisian dan masyarakat untuk mereda konflik sosial yang terjadi dengan cara duduk bersama untuk menyelesaikan berbagai perbedaan pendapat di antara kelompok masyarakat. Hal ini diawali dengan cara mengundang tokoh-tokoh masyarakat yang bertikai dan melakukan musyawarah secara adat untuk mencapai mufakat dalam hal penyelesaian konflik yang dipelopori oleh pemerintah.

3. Perlu melakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat.

(17)

17

Daftar Rujukan

Max A. Eggert., Wendy Falzon. 2010. Teori Konflik Kewenangan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Profil Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Profil Desa Ikhwan Kecamatan Dumoga Barat.

Surat Kabar. Radar Bolmong. Tgl. 21 April 2014

Referensi

Dokumen terkait

Sudjijo (1996) menyatakan bahwa besarnya unsur hara yang diserapkan tanaman bergantung pada pupuk yang diberikan, dimana hara yang diserap oleh tanaman akan

Sebagai bagian integral dari manajemen mutu sekolah, manajemen pembelajaran berbasis mutu menjadi satu bagian penting yang harus didorong untuk tetap terukur dan

Energi listrik merupakan energi utama masyarakat pada era globalisasi, namun di beberapa daerah ada yang belum mendapatkan listrik karena tempat yang susah

Implentasi Proses Random Kata Sistem dalam aplikasi “Game Scrabble Bahasa Arab” dimulai dari random kata yang mana dalam penelitian ini random kata tersebut tidak lain bahasa arab

menyediakan produk (barang dan jasa) yang diyakini konsumen sebagai suatu yang unik dalam hal yang penting bagi

Salah satu ukuran yang digunakan agar pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat secara merata diantara wilayah dalam suatu negara atau Propinsi dapat diukur dengan

Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Ketua Program Akselerasi, para guru Pendidikan Agama Islam di kelas

Pengaruh Waktu Tanam dan Tinkat Kepadatan Tanaman Jagung (Zea Mays) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Talas ( Colocasia esculenta ) yang Ditanam