• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

Bab II

Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu

Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Provinsi Kalimantan Utara adalah provinsi ke-34 di Indonesia yang merupakan Provinsi termuda yang berdiri berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2012. Daerah Kalimantan Utara terdiri dari Empat Kabupaten yaitu Kabupaten Bulungan beribukota di Tanjung Selor, Kabupaten Malinau beribukota di Malinau, Kabupaten Nunukan beribukota di Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung beribukota di Tideng Pale serta Kota Tarakan. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Utara 75.467,70 Km2, terletak antara 114°35'22" dan 118°03'00" Bujur Timur, dan antara 1°21'36" dan 4°24'55" Lintang Utara. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, yakni Negara Bagian Sabah dan Sarawak, Laut Sulawesi di sebelah timur, Kalimantan Timur di sebelah selatan, dan Malaysia di sebelah barat. Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia baik wilayah darat dan laut yang juga merupakan Alur Laut kepulauan Indonesia (ALKI) II dari Laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui Selat Makasar dan Selat Lombok yang memiliki potensi strategis sebagai pendukung perekonomian wilayah.

Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Utara menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 2.1

Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Ibukota

Luas Daratan

(Km2)

Jumlah

Kecamatan Jumlah Desa

Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81

Malinau Malinau 42.620,70 15 109

Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240

Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29

Tarakan Tarakan 250,80 4 20

Kalimantan Utara 75.467,70 50 479

Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan kaltara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

(2)

II-2 Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Utara, yakni mencapai 56% dari total luasan, sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Tarakan karena persentasenya tidak mencapai angka 1% dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi geografis Provinsi Kalimantan Utara selain berupa pegunungan adalah juga merupakan daerah kepulauan. Pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten Nunukan, Bulungan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Jumlah pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara adalah 161 pulau dengan luas total mencapai 3597 m2. Pulau-pulau terbesar diantaranya yaitu Pulau Tarakan (249 m2),

Pulau Sebatik (245 m2), Pulau Nunukan (233 m2), Pulau Tanah Merah (352

m2). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah 3.955 Km, 908 Km

(23%) merupakan garis pantai daratan, dan 3.047 Km (77%) merupakan garis pantai kepulauan. Secara lebih jelas, persentase luas daratan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada diagram dan Peta Cakupan Wilayah di bawah ini:

Gambar 2. 1

Persentase Luas Daratan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Iklim di Provinsi Kalimantan Utara beriklim Tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April, namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Utara kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali ataupun sebaliknya.Selain itu karen

18.45% 56.48% 18.34% 6.40% 0.33% Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung

(3)

II-3 letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Utara juga dipengaruhi oleh angin Muson Barat Nopember-April dan Angin Muson Timur Mei-Oktober.

Gambar 2. 2

Peta Administratif Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Bappeda Kalimantan Utara

Secara umum Provinsi Kalimantan Utara beriklim panas dangan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 23,9°C di Tanjung Selor pada bulan Februari sampai 33,9°C pada bulan September. Rata-rata suhu terendah adalah 24,1°C di Tanjung Selor dan tertinggi 32,8°C terjadi di Tanjung Selor.

Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di Kalimantan Utara pada tahun 2013, pengamatan menunjukan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 5 knot. Kecepatan tertinggi adalah 5 knot terjadi di Tanjung Selor dan Tarakan, sementara yang terendah adalah 3 knot di Nunukan.

Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai penerima manfaat pembangunan. Dalam konteks pengembangan wilayah, penduduk sebagai potensi sumberdaya manusia berperan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya secara bijaksana dan berkelanjutan. Peran penduduk dalam pembangunan adalah sebagai subyek dan obyek pembangunan. Selain itu, penduduk juga dapat

(4)

II-4 menjadi potensi dan beban pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi potensi pembangunan apabila disertai dengan kualitas yang tinggi. Dan sebaliknya, apabila memiliki kualitas yang rendah maka penduduk menjadi beban pembangunan.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti fasilitas pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2010 sampai 2014 selalu mengalami peningkatan. Rincian jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara yang terbagi kedalam penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. 2

Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2000-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Jumlah Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Laki-laki (jiwa) 278395 290839 303278 316057 328602 Perempuan (jiwa) 245752 256538 267626 278925 289605 Total (jiwa) 524147 547377 570904 594982 618207 Pertumbuhan (%) 3,09 4,43 4,30 4,22 3,90

Pola persebaran penduduk Kalimantan Utara menurut luas wilayah sangat timpang. Sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antara kabupaten dengan kota. Tingkat kepadatan penduduk Kalimantan Utara adalah 8,82 jiwa/km2.

Tabel 2. 3

Kepadatan Penduduk Kabupaten / Kota Tahun 2012-2014

Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk 2010 2011 2012 2013 2014 Bulungan 13181,92 9 9 9 12 12 Malinau 40088,41 2 2 2 2 2 Nunukan 14247,5 10 11 11 11 12 Tana Tidung 4828,58 5 5 4 4 4 Tarakan 250,8 777 808 840 872 906 Kalimantan Utara 72597,21 7 8 8 8 9

(5)

II-5 Tabel di atas menunjukkan adanya kesenjangan dalam hal persebaran penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, terutama antar kabupaten dengan kota. Kepadatan penduduk di Kota Tarakan mencapai ratusan jiwa/km2 akan tetapi

berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang memiliki kepadatan hanya 1-12 jiwa/km2. Kota Tarakan merupakan daerah paling padat dibandingkan dengan

daerah lainnya yaitu dengan kepadatan 906 jiwa/km2 sampai tahun 2014.

Sedangkan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Malinau, yakni hanya 2 jiwa/km2.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Utara Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2013 sebesar 4,56 persen dengan migas dan non migas sebesar 6,20 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 10,41 persen dengan migas dan non migas 10,71 persen, maka pada tahun 2013, laju pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas mengalami penurunan. Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan Utara pada Tahun 2013 mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya sektor industri pengolahan yang mengalamai perlambatan.

PDRB dengan migas menunjukan bahwa sektor ekonomi yang sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Utara adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (10,94 Persen), Perdagangan, Hotel & Restoran (10,01 persen), Jasa-jasa (9,71 Persen), serta sektor Bangunan (8,42 Persen).

Struktur PDRB non migas didominasi oleh empat sektor yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1094 Persen), sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (10,01 Persen), sektor Jasa-jasa (9,71 persen), serta sektor Industri Pengolahan (4,86 Persen).

PDRB Kalimantan Utara menurut penggunaan pada tahun 2013, masih didominasi oleh komponen ekspor impor dengan kontribusi 50,14 persen (net ekspor). Disusul pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 21,17 persen dan pengeluaran untuk komsumsi

(6)

II-6 rumahtangga yaitu 19,44 persen. Sedangkan pertumbuhan untuk semua komponen tahun 2013 mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya kecuali pada penggunaan perubahan inventori dan ekspor-impor.

PDRB dengan migas menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013 terbesar ada di Kota Tarakan dengan nilai PDRB sebesar 10,00 triliun Rupiah disusul Kabupaten Nunukan dengan nilai 5,82 triliun Rupiah, dan Kabupaten Bulungan dengan nilai 3,23 triliun Rupiah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut Kabupaten/Kota pda tahun 2012 ada di Kabupaten Malinau sebesar 11,18 persen.

Gambar 2. 3

PDRB dari Tahun 2010 s.d 2014 Berdasarkan ADHK Tahun Dasar 2010 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Sektor perekonomian yang paling dominan dan menunjang perekonomian daerah di Provinsi Kalimantan Utara masih dipegang oleh sektor primer yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki peranan sebesar 30,33% pada tahun 2010. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB terus meningkat mencapai 33,68 % di tahun 2013. Meski mengalami penurunan sampai 31,53% di tahun 2014, sektor ini tetap menjadi sektor yang berkontribusi paling besar selama lima tahun berturut-turut. Sektor primer penyumbang terbesar selain pertambangan dan penggalian adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 17,02% di tahun 2014. Sektor pertanian kemudian disusul oleh sektor sekunder, yaitu

34.9 37.8 40.7 44.1 47.6 2010 2011 2012 2013 2014 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 Tahun Triliun Rp

(7)

II-7 sektor konstruksi. Sektor sekunder ini terus tumbuh dari 11,68% di tahun 2010 dan mencapai 11,91% pada tahun 2014, yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor perdagangan 9,95% di tahun 2014 dan industri pengolahan sebesar 9,31% pada tahun yang sama.

Tabel 2. 4

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

di Provinsi Kalimantan Utara

No Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 17,86 17,86 16,7 2 17,65 16,52 16,52 16,23 16,23 17,02 17,02 2 Pertambangan dan Penggalian 30,33 30,33 33,9 2 30,25 33,25 33,25 33,68 33,68 31,53 31,53 3 Industri Pengolahan 10,23 10,23 9,8 9,95 9,42 9,42 9,21 9,21 9,31 9,31 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 6 Konstruksi

11,68 11,68 10,7

7 11,45 11,66 11,66 11,64 11,64 11,91 11,91 7 Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10,7 10,70 10,3 7 10,81 10,11 10,11 9,73 9,73 9,95 9,95 8 Transportasi dan Pergudangan 5,43 5,43 5,1 5,62 5,23 5,23 5,53 5,53 5,87 5,87 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,27 1,27 1,23 1,26 1,28 1,28 1,29 1,29 1,31 1,31 10 Informasi dan Komunikasi 2,11 2,11 1,97 2,19 1,99 1,99 2 2 1,95 1,95 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,13 1,13 1,05 1,15 1,11 1,11 1,12 1,12 1,1 1,1 12 Real Estate 0,91 0,91 0,83 0,96 0,8 0,8 0,82 0,82 0,84 0,84 13 Jasa Perusahaan 0,29 0,29 0,29 0,31 0,29 0,29 0,28 0,28 0,29 0,29 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 5,01 5,01 4,86 5,13 5,11 5,11 5,12 5,12 5,48 5,48 15 Jasa Pendidikan 1,61 1,61 1,76 1,81 1,94 1,94 2,07 2,07 2,15 2,15 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,82 0,82 0,76 0,83 0,75 0,75 0,74 0,74 0,74 0,74 17 Jasa Lainnya 0,52 0,52 0,47 0,51 0,46 0,46 0,44 0,44 0,45 0,45 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

B. Inflasi

Selama Tahun 2014, provinsi Kalimantan Utara mengalami inflasi sebesar 11,91 % persen, atau tejadi perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 159,96 pada bulan Desember 2013 menjadi 176,52 pada bulan Desember 2014. Penghitungan angka inflasi Provinsi Kalimantan Utara sudah terwakili oleh Kota Tarakan

(8)

II-8 Gambar 2. 4

Laju Inflasi Tahun 2009-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

C. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita digunakan untuk menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. PDRB per kapita digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. PDRB ADHK per kapita Provinsi Kalimantan Utara selama rentang tahun 2010-2014 menjadi bukti nyata pertumbuhan ekonomi per kapita yang positif. Pertumbuhan rata-rata PDRB ADHK per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 3,73%.

Tabel 2.5

PDRB ADHK Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 37.829.038 40.768.541 44.087.345 47.683.295 Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 PDRB perkapita (Rp/jiwa) 66.619.818 69.109.660 71.410.502 74.098.620 77.131.601

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB ADHB per kapita. Pada tahun 2010 PDRB per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 66 juta. Angka ini terus meningkat hingga mencapai 95,5 juta pada tahun 2014 atau meningkat 8,15% dibanding tahun 2013. 7.21 7.92 6.43 5.99 10.35 11.91 0 2 4 6 8 10 12 14 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 % Tahun

(9)

II-9 Tabel 2. 6

PDRB ADHB Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 42.410.932 47.334.832 52.574.854 59.080.463

Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207

PDRB perkapita

(Rp/jiwa) 66.619.818 77.480.297 82.912.069 88.363.773 95.567.445

Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara, 2016 dengan hasil olahan

Gambar 2. 5

PDRB ADHB perkapita 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara

D. Indeks Gini /Koefisien Gini

Indeks gini/koefisien gini merupakan salah satu indikator tingkat pemerataan distribusi pendapatan atau dengan kata lain indikator pengukur ketimpangan pendapatan. Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membagi penduduk berdasarkan tingkat pendapatannya kemudian menetapkan proporsi pendapatan yang diterima masing-masing kelompok penduduk. Angka koefisien gini berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Angka koefisien gini yang semakin mendekati nol berarti dapat diartikan bahwa pemerataan semakin baik. Sebaliknya, apabila angka koefisien semakin mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa ketimpangan pendapatan semakin besar.

66.6 76.9 82.9 88.3 95.5 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 2010 2011 2012 2013 2014 Juta Rp Tahun

(10)

II-10 Tabel 2. 7

Koefisien Gini Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 2014 Bulungan 0,31 0,34 0,40 0,36 0,302 Malinau 0,23 0,33 0,35 0,33 Nunukan 0,27 0,34 0,35 0,25 Tana Tidung 0,26 0,31 0,30 0,24 0,273 Tarakan 0,19 0,27 0,31 0,33 Kalimantan Utara2 0,33 0,36 0,33 0,33 Nasional 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41 Sumber: 1) RPJP Kaltara

2) Kaltara Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015

Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun 2011-2014 relatif tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan yang terjadi masih dalam kategori ketimpangan rendah, yaitu antara 0,33-0,36. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara masih lebih kecil dibanding tingkat nasional. Artinya, kondisi distribusi pendapatan penduduk di Kalimantan Utara masih dapat dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain se-Indonesia.

E. Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Indeks Williamson merupakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mengukr tingkat ketimpangan wilayah. Perhitungan Indeks Williamson didasarkan pada PDRB per kapita dan jumlah penduduk. Hasil pengukuran Indeks Williamson kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. IW <0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah.

b. 0,4 < IW< 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat. c. IW > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi.

Jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya apabila indeks Williamson semakin mendekati angka 1 maka semakin besar ketimpangan pembangunan ekonomi.

(11)

II-11 Tabel 2. 8

Indeks Williamson Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara Indikator Kabupaten /Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB Perkapita Bulungan1 65.242.285 68.464.033 71.694.894 74.343.814 76.088.963 Malinau2 79.048.416 78.214.964 76.320.500 83.447.507 88.420.984 Nunukan3 61.450.168 70.223.000 77.619.221 84.118.275 93.045.425 Tana Tidung4 186.569.464 174.993.430 169.184.885 161.528.529 159.914.224 Tarakan5 58.022.536 62.199.107 65.836.664 68.238.746 71.415.722 Jumlah Penduduk Bulungan1 112663 117019 120600 122985 126096 Malinau2 59555 62580 66845 71501 74469 Nunukan3 141927 148822 155680 162711 170042 Tana Tidung4 15202 16356 17079 18985 20400 Tarakan5 194800 202600 210700 218800 227200 Kalimantan Utara 524147 547.377 570904 594982 618207 Indeks Williamson Kalimantan Utara6 0,35 0,3 0,26 0,24 0,23 Sumber:

1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, 2015

3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, 2015

4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2015 5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015

6) Hasil Olahan 2016

Berdasarkan tabel di atas, Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tergolong rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tercatat sebesar 0,35 pada tahun 2010 dan berhasil menurun hingga angka 0,23 di tahun 2014. Rendahnya nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa telah terwujudnya pemerataan pendapatan penduduk atau rendahnya ketimpangan pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara.

F. Tingkat Kemiskinan

Dari jumlah penduduk miskin, dapat diketahui seberapa banyak penduduk yang telah berada di atas garis kemiskinan. Pada tahun 2007, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara mencapai 82,94% dari total penduduk. Angka ini terus mengalami Kenaikan hingga mencapai angka 92,3% di tahun 2013. Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan sedikit menurun di tahun 2014, yakni menjadi 90,6%.

(12)

II-12 Tabel 2. 9

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, serta Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan Tahun 2007-2014 di Provinsi Kalimantan Utara

Tahun Jumlah penduduk

miskin (000 jiwa) Persentase penduduk miskin Persentase penduduk di atas garis kemiskinan3 20071 77,8 17,06 82,94 20081 69,66 14,38 85,62 20091 66,15 12,97 87,03 20101 65,9 12,47 87,53 20111 57 10,33 89,67 20121 56,7 9,7 90,3 20132 46,4 7,73 92,3 20143 38,5 6,24 93,8 Sumber:

1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara

2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015 3) Hasil Olahan 2016

Gambar 2. 6

Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin Tahun 2007-2014 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016 82.94 85.62 87.03 87.53 89.67 90.3 92.3 93.8 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 %

(13)

II-13 Tabel 2. 10

Persentase penduduk miskin Tahun 2010-2014 Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara

Indikator Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142 Persentase penduduk miskin Bulungan 14,58 12,14 11,76 12,04 12,03 Malinau 15,31 12,67 11,68 10,48 10,26 Nunukan 12,45 10,38 9,62 9,51 8,69 Tana Tidung 13,89 11,41 9,81 10,21 9,48 Tarakan 10,23 8,41 7,95 7,9 7,79 Persentase penduduk di atas garis kemiskinan8 Bulungan 85,42 87,86 88,24 87,96 87,97 Malinau 84,69 87,33 88,32 89,52 89,74 Nunukan 87,55 89,62 90,38 90,49 91,31 Tana Tidung 86,11 88,59 90,19 89,79 90,52 Tarakan 89,77 91,59 92,05 92,1 92,21 Sumber:

1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara

2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015 Kota Tarakan Dalam Angka 2015

3) Hasil Olahan 2016

Gambar 2. 7

Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin per Kabupaten/Kota Tahun 2007-2014 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Olahan, 2016

Tabel di atas menunjukkan dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di atas garis kemiskinan paling tinggi ada di Kota Tarakan dengan tren pertumbuhan yang fluktuatif. Sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk saat ini masih dominan di Kota Tarakan dibanding Kabupaten yang lain.

75 80 85 90 95 100 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 %

(14)

II-14

G. Angka Kriminalitas yang Tertangani

Angka Kriminalitas merupakan variabel yang penting untuk diperhatikan. Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi terkait dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, di sisi lain kriminalitas yang semakin tinggi dapat juga menjadi indikator bahwa belum terciptanya kesejahteraan masyarakat. Keduanya merupakan hubungan yang saling terkait. Angka kejahatan yang relatif tinggi dapat mengganggu terciptanya stabilitas keamanan di Provinsi Kalimantan Utara. Angka tersebut harus ditekan dengan upaya mengaktifkan berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kelembagaan sosial di masyarakat. Terlebih Kalimantan Utara memiliki kawasan perbatasan yang berpotensi memiliki kerentanan tinggi terhadap kejahatan lintas negara. Berikut adalah angka kriminalitas Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2010 hingga 2015.

Tabel 2. 11

Angka Kriminalitas yang Tertangani di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015

Kabupaten/Kota 2010 2011 20 12 2013 2014 2015

Bulungan 11 13 14 n/a 9 n/a

Malinau 15 18 19 12 n/a n/a

Nunukan n/a 14 15 9 8 n/a

Tana Tidung 3 0 0 n/a n/a n/a

Tarakan 15 27 21 13 n/a n/a

Kalimantan Utara 10 18 17 9 4 n/a

Sumber :

1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2015

2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014

3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2009, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015

4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013 5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2008, 2009, 2011, 2012, 2013,

2014, 2015

6) Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2009, 2013 7) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015

Data di atas merupakan jumlah kriminalitas di Provinsi Kalimantan Utara meliputi kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan pelanggaran HAM, dan gangguan Kamtibnas. Angka-angka yang tertera menunjukkan tindak kriminalitas yang fluktuatif sejak tahun 2007 hingga 2015, pernah menurun drastis pada

(15)

II-15 tahun 2010 namun meningkat tajam pada tahun 2011, Akan tetapi perbedaan angka kriminal yang cukup tajam dalam tabel di atas juga dipengaruhi oleh perbedaan dari data yang diperoleh, Kendati demikian dilihat dari angka mutlak jumlah kriminalitas pada dua tahun terakhir aspek penanganan mengalami penurunan, artinya perlu diwaspadai secara terus menerus. Angka kriminalitas yang tertangani sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tidak kriminalitas yang terjadi itu sendiri, tindak penanganan kriminal yang terjadi, dan jumlah penduduk. Sebagai upaya tindaklanjut kedepan angka kriminalitas yang tertangani perlu tingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif atau pencegahan tindak kriminalitas.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara dapat dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai barometer indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi angka harapan hidup dan rata-rata pengeluaran riil per kapita (daya beli). Pencapaian IPM Tahun 2014 sebesar 68,64 poin.

Berdasarkan tingkat keberhasilan pembangunan manusia pada suatu negara maka Human Development Report mengelompokkan tingkat keberhasilan pembangunan negara-negara dalam tiga golongan, yaitu : a. Tingkat pembangunan manusia rendah, adalah negara-negara

dengan IPM nya 0 – 49 (kurang dari 50);

b. Tingkat pembangunan manusia menengah, adalah Negara negara dengan nilai IPM 50 – 80;

c. Tingkat pembangunan manusia tinggi, adalah negara-negara dengan nilai IPM nya 80 ke atas

Sehingga menjadikan Provinsi Kalimantan Utara termasuk kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas (UNDP; nilai IPM 66-80 termasuk kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas). Selama kurun waktu Tahun 2013-2014 komponen indeks pendidikan, indeks kesehatan dan daya beli mengalami peningkatan.

(16)

II-16 Tabel 2. 12

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Nilai (ranking) 66,9 (2) 68,15 (2) 68,88 (2) 69,84 (2) 70 (2) La ju Pe rtu mb u h a n 1,87 1,07 1,39 0,23 Nilai (ranking) 66,79 (3) 67,63 (3) 68,16 (3) 68,66 (3) 69,25 (3) La ju Pe rtu mb u h a n 1,26 0,78 0,73 0,86 Nilai (ranking) 61,16 (4) 61,92 (4) 62,91 (4) 63,79 (4) 64,7 (4) La ju Pe rtu mb u h a n 1,24 1,6 1,4 1,43 Nilai 60,33 (5) 60,64 (5) 61,18 (5) 62,18 (5) 63,13 (5) La ju Pe rtu mb u h a n 0,51 0,89 1,63 1,53 Nilai (ranking) 70,95 (1) 71,6 (1) 72,53 (1) 73,58 (1) 74,6 (1) La ju Pe rtu mb u h a n 0,92 1,3 1,45 1,39 Nilai (ranking) 67,99 (14) 68,64 (14) La ju Pe rtu mb u h a n 0,96 KALTARA Tarakan Nunukan Tana Tidung Bulungan Ka b u pa te n/Ko ta I PM Malinau

Sumber BPS Provinsi Kalimantan Timur

Komponen penyusun untuk menghitung IPM terdiri dari angka harapan hidup, rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan rata-rata pengeluaran riil. Perbandingan komponen penyusun IPM antar kabupaten/kota menunjukkan angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil tertinggi terjadi di Kota Tarakan.

1) Angka Usia Harapan Hidup

Salah satu komponen penting pembentuk IPM dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah Angka Harapan Hidup yang merupakan indikator di bidang kesehatan dimana angka tersebut mengindikasikan peluang bayi baru lahir akan mencapai usia harapan hidup tertentu. Angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Utara setiap tahun semakin meningkat dimana pada tahun 2010, angka harapan hidup di Kalimantan Utara sebesar 71,39 tahun dan pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai angka 72,12 tahun yang berarti bayi baru lahir pada tahun 2014 akan memiliki peluang hidup hingga usia 71-72 tahun.

(17)

II-17 Tabel 2. 13

Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

Kabupaten /Kota

Angka Harapan Hidup

2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Malinau 70,17 70,40 70,63 70,82 70,93 Bulungan 71,45 71,64 71,84 72,02 72,11 Tana Tidung 70,03 70,26 70,47 70,68 70,80 Nunukan 70,08 70,30 70,53 70,74 70,82 Tarakan 72,77 73,00 73,23 73,41 73,50 KALTARA 71,39 71,60 71,82 72,02 72,12

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

2) Rata-rata Lama Sekolah

Beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial adalah indikator di bidang pendidikan. Faktor pendidikan merupakan kunci peningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berujung pada kesejahteraan masyarakat karena tingginya pendidikan masyarakat akan berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia khususnya di Kalimantan Utara. Terkait dengan IPM, indikator makro yang digunakan dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah rata-rata lama sekolah.

Tabel 2. 14

Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

Kabupaten/ Kota

Rata-Rata Lama Sekolah

2010 2011 2012 2013 2014 Malinau 7,13 7,43 7,75 8,27 8,27 Bulungan 7,64 7,65 7,88 7,90 8,27 Tana Tidung 7,13 7,37 7,62 7,79 7,84 Nunukan 6,83 6,92 7,01 7,07 7,21 Tarakan 8,99 9,06 9,16 9,28 9,90 KALTARA 8,10 8,35

(18)

II-18

3) Harapan Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya mencapai 8.35 pada tahun 2014 dinilai masih cukup jauh dari sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun nasional 20191 yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan Utara

secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan Tana Tidung. Berikut ini merupakan grafik angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 15

Angka Usia Harapan Lama Sekolah Kabupaten / Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014

Kabupaten/ Kota

Harapan Lama Sekolah

2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Malinau 12,39 13,08 13,12 13,17 13,22 Bulungan 11,67 12,33 12,44 12,48 12,53 Tana Tidung 10,84 11,07 11,30 11,54 12,14 Nunukan 11,25 11,30 11,58 11,86 12,39 Tarakan 11,78 12,17 12,57 13,28 13,39 Kalimantan Utara 12,30 12,52

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur

4) Pengeluaran Per Kapita

Dari tahun 2008-2014, diketahui bahwa pengeluaran per kapita di Provinsi Kalimantan Utara mengalami perkembangan positif. Dalam sebulan pada tahun 2013, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita adalah sebesar 837 ribu rupiah. Angka ini meningkat menjadi 1 juta rupiah di tahun 2014 atau mengalami peningkatan 20% dari tahun sebelumnya. Di tingkat kabupaten/kota, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten Bulungan mencapai 600 ribu rupiah per kapita per bulan. Sedangkan Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung telah mencapai kurang lebih satu juta rupiah.

Kenaikan angka pengeluaran rumah tangga per kapita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kompleksitas kebutuhan dan inflasi. Jenis kebutuhan per kapita yang semakin kompleks dapat langsung mempengaruhi kenaikan pengeluaran. Di

(19)

II-19 samping itu, inflasi tinggi yang merupakan dampak dari kenaikan harga barang-barang juga menjadi penyebab semakin tingginya angka pengeluaran rumah tangga per kapita. Untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi, laju inflase mestinya lebih rendah dibandingkan besar pengeluaran konsumsi.

B. Angka Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Kegunaan dari indikator ini adalah untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat di mana angka kematian itu dihitung. Data AKB ini dapat digunakan untuk dasar merencanakan program-program pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi. Sedangkan Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka ini dihitung dari nilai 1 dikurangi dengan AKB, di mana angka 1 mewakili per 1.000 kelahiran hidup.

Tabel 2. 16

Angka Kematian Bayi tahun 2010-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah kematian bayi 146 154 191 146 236 154 Jumlah bayi lahir hidup 11400 12547 11347 n/a 12298 11848 Angka Kematian Bayi

per 1.000 kelahiran hidup

12,8 12,3 16,8 n/a 19,2 13,00 Angka Kelangsungan

Hidup Bayi 987,19 987,73 983,17 n/a 980,81 987,00

Sumber:

1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012 2) Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan 2008-2012

3) Kabupaten Malinau dalam angka 2008-2011; Profil Kesehatan Malinau 2012-2013

4) Renstra Dinkes Tarakan 2008-2009; Profil Kesehatan Tarakan 2010-2012

5) IPM Kabupaten Tana Tidung 2009-2010; Profil Kesehatan Tana Tidung 2012-2013

6) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2014 7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

(20)

II-20 Berdasarkan tabel Tabel 2.15, AKB di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun Pada tahun 2010 dan 2011, meskipun jumlah bayi meninggal bertambah banyak, AKB sempat mengalami penurunan sedikit menjadi 12,8 dan turun lagi menjadi 12,3 di tahun 2011 karena peningkatan jumlah kelahiran hidup yang cukup tinggi. Kemudian AKB di tahun 2012 naik cukup signifikan menjadi 16,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 AKB naik kembali hingga 19,2 per 1.000 kelahiran hidup dan AKHB sebesar 981. Jumlah kematian di tahun 2014 ini (236 kasus) adalah yang terbanyak sejak 7 tahun terakhir, begitupula AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan AKHB terendah sejak 2008.

Tabel 2. 17

Angka Kelangsungan Hidup Bayi menurut Kabupaten Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten Jumlah Kematian Bayi Jumlah Bayi Lahir Hidup Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup AKHB Bulungan 45 2580 17,4 982,6 Malinau 12 1234 9,7 990,3 Nunukan 32 3747 8,5 991,5 Tana Tidung 1 400 2,5 997,5 Kota Tarakan 64 3887 16,5 983,5 Jumlah 154 11848 13,0 987,0

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data per kabupaten di tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.16. Kondisi terkini di Provinsi Kalimantan Utara untuk urusan kematian bayi mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 154 kasus sehingga angka kematian bayi turun menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup. Dari kelima kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di Kota Tarakan, namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Bulungan karena jumlah kematian tidak jauh beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan sehingga angka kematiannya menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan yang terjadi di Kabupaten Tana Tidung tahun 2012 -2014. Kematian di kabupaten ini tidaklah lebih dari 20 kasus namun karena jumlah kelahiran hidup sangat kecil menyebabkan AKB menjadi tinggi sekali hingga mencapai 45 di tahun 2014 (Gambar 2.8).

(21)

II-21 Gambar 2. 8

Grafik Angka Kematian Bayi Tahun 2007-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Analisis 2016

Secara umum, angka kematian bayi dari tahun 2008-2015 berada di bawah batas yang ditetapkan MDG’s untuk tahun 2015. Semua kabupaten/kota pada tahun ini berada di bawah batas MDG’s. Upaya-upaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus dilakukan dan dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan penyakit menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak, termasuk program 1000 hari pertama kelahiran yang menekankan perhatian pada bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun.

C. Angka Usia Harapan Hidup

Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. 13.5 12.8 12.3 16.8 19.2 13.0 34 32 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 An gka Ke m at ian Bay i Tahun

Bulungan Malinau Nunukan

Tana Tidung Tarakan KALTARA

(22)

II-22 Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari 2010-2013 mengalami tren yang meningkat secara terus-menerus. Tabel dimulai dari tahun 2010 dengan usia harapan hidup sebesar 71,4 tahun hingga menjadi 71,8 di tahun 2013. Berdasarkan Gambar 2.9. terlihat bahwa Angka usia harapan hidup di Kalimantan Utara lebih tinggi bila dibandingkan angka Nasional. Target RPJMN tahun 2010-2014 adalah meningkatkan usia harapan hidup hingga 72 tahun di tahun 2014.

Gambar 2. 9

Grafik Angka Usia Tahun 2007-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Hasil Analisis 2016

Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh banyak variabel yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan penduduk. Oleh karena itulah untuk meningkatkan angka usia harapan hidup perlu memperhatikan hal-hal seperti penanganan terhadap kehamilan yang beresiko, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah tenaga medis dan kesehatan yang lain, angka kesakitan, kondisi geografis tempat tinggal, penyediaan air bersih, akses terhadap sarana kesehatan, hingga latar belakang pendidikan masyarakat.

D. Persentase Balita Gizi Buruk

Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Presentase Balita gizi buruk dihitung dari banyaknya balita yang berstatus gizi buruk di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibandingkan dengan jumlah balita di wilayah tersebut pada waktu yang sama.

66 67 68 69 70 71 72 73 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 U sia (ta h u n )

(23)

II-23 Berdasarkan WHO (1999), ada 4 kategori untuk suatu wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29), dan sangat tinggi (30%). Di Provinsi Kalimantan Utara, persentase balita gizi buruk mengalami naik turun sejak 2011, namun persentase balita gizi buruk tersebut tidak pernah melebihi angka 1%. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,80% yang berarti ada 493 balita gizi buruk dibandingkan dengan 61.493 jumlah balita seluruhnya.

Tabel 2. 18

Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2011-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Balita Gizi Buruk 174 493 n/a 146 249 Jumlah Balita 70255 61493 n/a 68069 n/a Prsentase Balita Gizi

Buruk (%) 0,25 0,80 n/a 0,21 n/a

Pada tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat drastis menjadi 249 balita. Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten Bulungan. Perbedaan jumlah ini cukup drastis jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang hanya berjumlah puluhan balita saja. Bila dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan oleh WHO (1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong rendah.

Tabel 2. 19

Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten / Kota Jumlah Balita

Gizi Buruk Jumlah Balita Persentase Balita Gizi Buruk (%)

Bulungan 160 n/a n/a

Malinau 10 n/a n/a

Nunukan 27 n/a n/a

Tana Tidung 16 n/a n/a

Tarakan 36 23174 0,2

Jumlah 249

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu tersebut. Status gizi seorang ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Apabila janin yang dilahirkan bermasalah maka akan menimbulkan permasalahan kesehatan pada bayi tersebut di kemudian hari dan jika tidak ditangani akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Masalah ini hanya akan menjadi lingkaran setan jika tidak segera diputus rantainya.

(24)

II-24 2.1.3. Aspek Kesejahteraaan Masyarakat

2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sekolah pendidikan dalam kondisi bangunan baik dihitung berdasarkan persentase jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi ruang kelas yang baik pastinya akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang nyaman dan kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 20

Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2015 Provinsi Kalimantan Utara

No. Uraian Kabupaten

/Kota 2012 2013 2014 2015 1. Jumlah sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Bulungan na na na na Malinau na na na na Nunukan na na na na Tana Tidung na na na 2 Tarakan 15 15 15 15 Prov. Kalimantan Timur na na na na Prov. Kalimantan Utara na na na na 2. Jumlah seluruh sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Bulungan na na na na Malinau na na na na Nunukan na na na na Tana Tidung na na na 3 Tarakan 18 18 19 19 Prov. Kalimantan Timur na na na na Prov. Kalimantan Utara na na na na 3. Persentase sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Bulungan na na na na Malinau na na na na Nunukan 78.64 na na na Tana Tidung na na na 66.67 Tarakan 87.67 83.33 78.95 78.95 Prov. Kalimantan Timur na na na na Prov. Kalimantan Utara na na na na Sumber:

1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

(25)

II-25

Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum terdata dengan baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat dari data Kabupaten Nunukan tahun 2012 yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi bangunannya baik. Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa hanya 66.67% sekolah di Kabupaten Tana Tidung dan 78,95% sekolah di Kabupaten Tarakan yang kondisi bangunannya baik.

2. SDM Tenaga Kependidikan

Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah merupakan perbandingan jumlah guru dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SMA sederajat. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar (guru) dan digunakan untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajarannya. Berikut adalah data rasio guru/murid SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan 2015.

Tabel 2. 21

Perkembangan Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara

No . Uraian Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 1. Jumlah guru Guru SMA/SMK/ MA Bulungan 4955 5568 5326 n/a Malinau 2806 3376 3277 n/a Nunukan 5903 6515 6638 n/a

Tana Tidung 665 871 768 n/a

Tarakan 7033 7755 7884 n/a

Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a 2. Jumlah Murid SMA/SMK/ MA Bulungan 466 500 463 n/a Malinau 388 339 186 n/a Nunukan 432 416 622 n/a

Tana Tidung 88 87 83 n/a

Tarakan 666 652 679 n/a

Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a 3. Rasio Guru/Murid SMA/SMK/ MA Bulungan 10.633 11.136 11.5 n/a Malinau 7.23 9.96 17.62 n/a Nunukan 11.25 14.75 18.5 n/a Tana Tidung 7.56 10.01 9.25 10.49 Tarakan 10.56 11.89 11.61 11

Kalimantan Timur 8.42 n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a 10.4 n/a n/a

Sumber:

1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

(26)

II-26

2) Publikasi IPM Kaltara 2014

3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015 4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015 6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015 7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015

8) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016 9) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010

Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan murid untuk jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut berarti satu guru mengajar 15 siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio guru dan murid tingkat SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah 10.24. Nilai capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi keuntungan yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini juga dapat menjadi sebuah tanda bahwa jumlah penduduk yang bersekolah hanya sedikit, sehingga hal ini apabila dibiarkan akan menjadi permasalahan di kemudian hari. Jika dikaji dari sudut pandang berupa kondisi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki banyak wilayah terpencil terutama di kawasan perbatasan, analisis rasio guru/murid ini juga perlu memperhatikan distribusi guru dan murid yang ada agar data yang ada tidak serta-merta digeneralisir begitu saja.

3. Angka Putus Sekolah

Angka putus sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APS ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.Semakin tinggi APS berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini merupakan data angka putus sekolah untuk jenjang SMA sederajat di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2. 22

Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d. 2014 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian Prov/Kabupaten/Kot a 2012 2013 2014 Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK Bulungan 19.86 37.01 27.16 Malinau 34.49 28.17 17.82 Nunukan 23.99 26.83 19.10 Tana Tidung 19.95 37.42 11.23

(27)

II-27

Tarakan 19.41 21.49 14.62

Kalimantan Timur 29.33 n/a n/a Kalimantan Utara n/a 27.59 n/a

SPM 1 1 1

Sumber:

1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

2) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara, 2016 3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi

Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat, pada tahun 2015, kabupaten/kota dengan nilai angka putus sekolah paling rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, sedangkan kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi adalah di Kabupaten Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan perkembangan angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2012 hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan menunjukkan kecenderungan angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang semakin meningkat. Sedangkan 4 (empat) lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan merupakan kabupaten yang mengalami kondisi yang baik berupa kecenderungan penurunan angka putus sekolah pada kurun waktu yang sama. Jika dibandingkan dengan capaian angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara yang sebesar 27.59%, angka putus sekolah di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada jenjang tersebut sebagian sudah melampaui rata-rata provinsi, yaitu untuk Kabupaten Nunukan (26.83%) dan Kota Tarakan (21.49%), sedangkan sisanya masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata provinsi.

Kementerian Pendidikan Nasional memiliki standar untuk mengukur keberhasilan pendidikan di suatu wilayah dengan menggunakan SPM. SPM untuk angka putus sekolah jenjang SMA sederajat adalah kurang dari 1%. Melihat kondisi yang ada, kecenderungan capaian angka putus sekolah jenjang SMA sederajat yang masih berada jauh di atas SPM tersebut, maka hal ini menjadi persoalan yang perlu diperhatikan di Provinsi Kalimantan Utara. Angka putus sekolah jenjang SMA sederajat tahun 2014 ini juga dinilai masih sangat jauh rata-rata angka putus sekolah jenjang SMA sederajat nasional tahun 20142 yang sebesar 1,66%. Kondisi ini tentunya

(28)

II-28 membutuhkan kerja keras lebih dari pemerintah, dinas pendidikan, serta masyarakat untuk mencapai target angka putus sekolah jenjang SMA sederajat nasional tahun 2019 yaitu 0,8%. Tingginya angka putus sekolah pada jenjang yang semakin tinggi khususnya SMA/MA/SMK antara lain dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi maupun kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan menengah akhir. b. Kesehatan

Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat.

Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi serta berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.

Tabel 2. 23

Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015 Provinsi Kalimantan Utara

No Uraian 2012 2013 2014 2015

1. Rumah Sakit Umum (Pemerintah) - - - -

2.

Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya milik pemerintah

- - - -

3. Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI 1 1 1 1

4. Jumlah Rumah Sakit Daerah 6 6 6 6

Jumlah Rumah Sakit Swasta 1 1 1 1

5. Jumlah seluruh Rumah Sakit 8 8 8 8

6. Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237

Rasio 0,01 0,01 0,01 0,01

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Berdasarkan data terkini dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, tahun 2015 jumlah RSUD berjumlah 6 buah dengan rincian: 1 buah di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, dan 2 buah di Kabupaten Malinau. Pembangunan Rumah Sakit Pratama di

(29)

II-29 Kalimantan Utara direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada 3 RS Pratama dyang dibangun di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau yang merupakan kabupaten perbatasan.

Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Indikator rasio puskesmas per 100.000 penduduk adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas.

Tabel 2. 24

Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000 Penduduk Tahun 2007-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2012 2013 2014 2015 Jumlah Puskesmas 48 49 54 55 Jumlah Poliklinik 7 Jumlah Pustu 171 141 161 208 Jumlah Penduduk 569336 595000 663200 615237 Rasio Puskesmas 8,4 8,2 8,1 8,9 Rasio Poliklinik 1,1 Rasio Pustu 30,0 23,7 24,3 33,8 Sumber:

1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2005-2012 2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2005-2012

3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2005-2012, Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2007

4) Kota Tarakan Dalam Angka 2005-2012

5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2005-2012 6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2012

7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rasio puskesmas per 100.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara berada di kisaran angka 8-9 (Tabel 2.24). Itu artinya terdapat 8-9 puskesmas setiap 100.000 penduduk atau 1 puskesmas di Provinsi Kalimantan Utara melayani 12.500 penduduk. Di Indonesia sendiri rasio Puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009-2013 mengalami trend yang meningkat dari 3,5 - 3.8. Berdasarkan data tersebut, di Indonesia rata-rata 1 puskesmas dapat melayani 25.730 penduduk (Riskesdas, 2013). Berdasarkan jumlah penduduk, rasio Puskesmas di Kalimantan Utara tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Jumlah puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Malinau dan Nunukan, sedangkan yang paling sedikit adalah Kota Tarakan. Untuk Pustu, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Malinau yaitu mencapai 94 unit sedangkan di Kota Tarakan hanya ada 2 unit. Pustu di Kabupaten

(30)

II-30 Nunukan dan Malinau harus berjumlah banya mengingat 2 kabupaten ini adalah kabupaten perbatasan dengan luas wilayah yang sangat besar dan akses yang masih buruk.

Tabel 2. 25

Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten /kota

Jumlah Penduduk

Puskesmas Poliklinik Pustu

Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio

Bulungan 120000 12 10,0 2 1,7 36 30,0 Malinau 74469 16 21,5 2 2,7 62 83,3 Nunukan 170042 16 9,4 0 0,0 94 55,3 Tana Tidung 18985 4 21,1 0 0,0 14 73,7 Tarakan 231741 7 3,0 3 1,3 2 0,9 KALTARA 615237 55 8,9 7 1,1 208 33,8

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rasio dokter per satuan penduduk merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur cakupan pelayanan dokter di masyarakat. Berdasarkan jenis profesinya, dokter dikelompokkan menjadi tiga yaitu dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis yang bisa disebut dengan tenaga medis. Dokter yang dimaksud di sini adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik berstatus PNS maupun bukan PNS.

Tabel 2. 26

Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015 Provinsi Kalimantan Utara

Uraian 2012 2013 2014 2015

Jumlah Dokter Umum 199 270 112

Jumlah Dokter Gigi 34 48 59 n/a

Jumlah Dokter Spesialis 49 73 80 n/a

Total Dokter 282 391 251

Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237 Rasio Dokter per 100.000

penduduk

49,5 65,7 37,8

Sumber:

(1) Kalimantan Timur Dalam Angka 2008-2012

(2) Kabupaten Bulungan Dalam angka 2008-2012; Profil Kesehatan Bulungan 2008

(3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2012;

(4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008-2012; Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010

(5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2008-2012 (6) Kota Tarakan Dalam Angka 2008-2012

(7) Kaltara Dalam Angka 2014-2015

Rasio tenaga medis per jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan secara terus menerus hingga tahun 2013. Rasio

(31)

II-31 dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama periode 2012-2014. Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di tahun 2014 rasio dokter ini menurun cukup drastis dari 65,7 menjadi 37,8.

Kondisi tenaga kesehatan di kawasan perbatasan masih memprihatinkan. Menurut buku Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016, sebanyak lebih dari 30 desa di Kabupaten Malinau belum memiliki tenaga dokter yang menetap, dan 12 desa yang sama sekali tidak memiliki tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain yang menetap. Sedangkan di Kabupaten Nunukan tidak kalah buruknya. Tenaga dokter dan kesehatan lain hanya terkonsentrasi di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Nunukan. Kondisi memprihatinkan ada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lumbis ogong, Sebatik Barat, dan Sebatik Utara yang tidak memiliki dokter di daerahnya. Untuk tenaga bidan di Kabupaten Nunukan, dari 182 desa, hanya 57 desa yang terdapat bidan desa, sedangkan 127 desa sisanya tidak ada bidan desa.

Masih kurangnya jumlah beberapa tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan di daerah tersebut. Masih rendahnya rasio tenaga sanitasi di provinsi ini dapat berdampak pada kurangnya kepedulian tentang kesehatan lingkungan di masyarakat serta kurangnya perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Selain itu, rasio tenaga kesehatan masyarakat juga masih belum sesuai target. Tenaga kesehatan masyarakat atau epidemiolog berkaitan dengan manajemen kesehatan masyarakat, bukan taraf individu, sehingga perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan/kebijakan besar diperankan oleh tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

c. Ketenagakerjaan

1. Rasio Penduduk yang Bekerja

Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok umur produktif. Rasio penduduk yang bekerja akan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap jumlah angkatan kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja maka semakin besar daya serap tenaga kerja.

Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari perode tahun 2007 hingga 2014 terus menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Pada tahun 2009, rasio penduduk yang bekerja sebesar 0,9 dan mengalami penurunan hingga tahun 2012 sebesar 0,84. Rasio penduduk yang bekerja semakin membaik, ditunjukan dari meningkatnya angka ini di tahun 2013 sebesar 0,91 dan mencapai 0,94 di tahun 2014. Angka ini tidak berubah signifikan pada tahun 2015. Besarnya rasio penduduk yang

(32)

II-32 bekerja di Kalimantan Utara hingga melebihi angka 0,5 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.

2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

a. Pertanian

Salah satu sektor yang mempunyai peran vital dalam ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dalam arti luas yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunaan, peternakan, dan perikanan. Luas wilayah yang sampai saat ini digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas mencapai 110.751 Hektar.

Pertanian tanaman pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang potensial untuk dikembangkan meliputi padi dan palawija (jagung, kacang-kacangan), ubi-ubian, hortikultura (sayuran dan buahan). Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Kalimantan Utara, sehingga untuk dapat mencukupi kebutuhan beras secara aman, maka tanama padi mendapat skala prioritas dam pengembangan dan peningkatan produksi untuk dapat mengimbangi pertambahan penduduk agar tidak terjadi bahaya kelaparan. Namun demikian sebagai DOB, Provinsi Kalimantan Utara sampai saat ini belum mampu berswasembada beras dan untuk mencukupi kebutuhan beras penduduk masih harus didatangkan beras dari luar Kalimantan Utara terutama dari Jawa.

Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi telah ditempuh dengan berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi baik di lahan basah maupun di lahan kering atau lahan tadah hujan. Dengan demikian budidaya padi dilakukan dilahan sawah yang berpengairan baik, dan padi lahan kering atau padi ladang. Produksi padi pada tahun 2012 mencapai 86.621 ton dari luas panen 19.882 ha untuk padi sawah, sehingga produktivitas sebesar 43,57 kuintal per hektar, sedang untuk padi ladang produksi mencapai 28.998 ton dengan luas panen 12.190 ha,sehingga produktivitas padi ladang sebesar 23,79 kuintal per hektar. Suatu keadaan yang sangat bsesar peluangnya untuk ditingkatkan baik produktivitas maupun luas panen, sehingga memberikan total produksi yang tinggi.

Tanaman palawija yang dibudidayakan masyarakat adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele dan kacang hijau. Luas panen dan produksi palawija masih relatif rendah bahkan pernah mengalami penurunan luas panen dan produksi dikarenakan berbagai faktor, namun sangat potensial ditingkatkan dalam kaitannya untuk pemanfaatan lahan, peningkatan kecukupan gizi masyarakat dan pendapatan petani.

(33)

II-33 Berbagai kendala dalam upaya meningkatkan produksi pertanian antara lain belum terbangunnya sarana-prasarana irigasi yang memadai, khususnya untuk budidaya di lahan kering yang potensial. Kendala yang lain adalah tersedianya tenaga untuk pertanian yang professional dikarenakan banyak anak-anak petani lebih tertarik bekerja diluar pertanian yang sebenarnya.

Komoditas perkebunan meliputi kelapa, kelapa sawit, karet, kakao, kopi yang belum diusahakan secara intensif, kecuali kelapa sawit, sehingga konstribusinya terhadap pendapatan masyarakat pekebun dan sumbangannya terhadap PDRB masih rendah. Komoditas perkebunan tersebut ada yang diusahakan dalam bentuk perkebunan swasta besar khususnya kelapa sawit dan lainnya sebagai kebun rakyat. Luas pengusahaan kebun di Kalimatan Utara secara keseluruhan meliputi 156.610 ha dimana luas kebun kelapa sawit 137.389 ha dan kakao menempati urutan kedua seluas 11.645 ha. Luas perkebunan di Provinsi Kalimantan Utara khusunya untuk selain karet dan kelapa sawit pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Pada saat ini kebun karet pada umumnya belum menghasilkan (TBM). Luas perkebunan terluas terdapat di kabupaten Nunukan seluas 77.847 ha dikuti di kabupaten Bulungan seluas 41.567 ha, dan terkecil di Tarakan seluas 637 ha.

Jenis ternak yang dibudidayakan di Provinsi Kalimantan Utara melipti ternak ruminansia dan unggas. Ruminansia yang dipelihara masyarakat adalah sapi dan kerbau, sedang unggas meliputi ayam kampung, ayam ras dan itik. Ayam asli Nunukan termasuk jenis ayam unggul yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.

b. Kehutanan dan Perkebunan

Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi. Hutan negara ditetapkan pemerintah melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan tiga fungsi pokok tersebut sebagai Hutan Lindung (HL), Hutan Konservasi (HK) yang terbagi atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), dan Hutan Produksi yang terbagi atas Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Luas wilayah kawasan hutan Kalimantan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara sekitar 5.629.110 ha atau 74,59 % dari luas daratan Kaltara ± 75.467,70 km2. Di antara

kabupaten/kota yang ada di Kaltara, Kabupaten Malinau merupakan kabupaten terluas baik ditinjau dari wilayah maupun kawasan hutannya (sekitar 48,38 %). Hutan Produksi Terbatas merupakan kawasan hutan yang paling luas diantara bentuk kawasan hutan lainnya yaitu sekitar

Gambar

Tabel di atas menunjukkan dapat dilihat bahwa jumlah penduduk  di atas garis kemiskinan paling tinggi ada di Kota Tarakan dengan tren  pertumbuhan  yang  fluktuatif
Grafik Angka Kematian Bayi Tahun 2007-2015  Provinsi Kalimantan Utara

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Berangkat dari pemikiran umum tentang kenyataan dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dan realitas empirik yang terjadi pada lembaga-lembaga MTs di

Berbagai wacana yang populer di kalangan masyarakat modern terkait dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi, perhubungan dan bidang lainnya, memiliki

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu

• Untuk Penanganan Kandungan Sedimen dan Sampah pada Intake, penanganan selain Relokasi intake dapat direkomendasikan. Relokasi intake tidak dapat direkomendasikan karena

BATU Kali/ UNTUK PONDASI/ rit colt rit BATU KALI/ UNTUK PONDASI BATU KALI/ UNTUK PONDASI/ RIT truck rit F.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh varietas dan kelompok terhadap sifat agronomi tanaman gandum dengan analisis ragam peubah ganda dan mengetahui

Dari sekian banyak jenis warna dan bentuk diamond, penulis akan menggunakan diamond putih bening dengan bentuk bulat ( round brilliant ). Model round brilliant