• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI NITA DWI PRATIWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI NITA DWI PRATIWI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI

DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA

GABUNGAN KELOMPOK TANI

NITA DWI PRATIWI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan

Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani adalah benar karya saya, dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Nita Dwi Pratiwi NIM I34090046

(3)

ABSTRAK

NITA DWI PRATIWI. Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani. Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG.

Media komunikasi memiliki peran penting dalam menyalurkan informasi mengenai pertanian terutama di wilayah pedesaan. Media komunikasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku petani dalam berkomunikasi baik secara interpersonal maupun kelompok. Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik individu petani, keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani di gapoktan Mandiri Jaya?, 2) Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi?, 3) Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani?. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu karakteristik petani anggota gapoktan seperti jenis kelamin, umur, lama bertani, luas lahan, tingkat pendidikan dan akses terhadap media komunikasi mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Sementara itu, keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet berhubungan dengan perilaku komunikasi interpersonal petani dan keterdedahan terhadap radio,keterdedahan terhadap rapat gapoktan dan keterdedahan media komunikasi total berhubungan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan.

Kata kunci: karakteristik individu, keterdedahan terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani.

ABSTRACT

NITA DWI PRATIWI. Correlation Between Media Communications Exposure with Communication Behavior of Members of Farmers Group Assosiation. Supervised by SARWITITI S. AGUNG.

Media communication has an important role in distributing information about agriculture, especially in rural areas. Communication media can influence the communication behavior of farmers. The issues raised in this research are: 1) How do the characteristics of individual farmers, farmers exposure the communication media and communication behavior of farmers in gapoktan Jaya Mandiri?, 2) the extent of individual characteristics affecting the relationship exposure farmers on communication media?, 3) the extent of the relationship farmers communication media exposure influence the communication behavior of farmers?. The research was conducted using survey research methods. The results obtained are characteristic gapoktan member farmers such as gender, age, duration of farming, land, education and access to communication media influence farmers expoure to communication media. Meanwhile, the internet exposure related to interpersonal communication behavior of farmers and radio exposure, meeting gapoktan exposure and total communication media-related communication behavior of farmers in meeting gapoktan.

Key words: individual characteristics, the exposure of the communication media and

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI

DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA

GABUNGAN KELOMPOK TANI

Nita Dwi Pratiwi

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani

Nama : Nita Dwi Pratiwi

NIM : I34090046 Disetujui oleh Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah media komunikasi, dengan judul Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi

Anggota Gabungan Kelompok Tani.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sealku dosen penguji utama dan Heru Purwandari, SP, Msi selaku dosen penguji akademik, serta teman-teman akselerasi KPM 46, teman-teman KPM 46 dan teman sepermainan yang dikenal penulis di IPB yang telah memberikan dukunganya kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak AB selaku ketua Gapoktan Mandiri Jaya dan petani di Desa Cikarawang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu, ayah serta seluruh keluarga yang telah mendukung serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nita Dwi Pratiwi

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 5

Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani 5

Definisi dan Jenis Media Komunikasi 6

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi 9

Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi 9

Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani 10

Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani 11

KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI 13

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis Penelitian 14

Definisi Operasional 14

METODE 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Kerangka Sampling Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG 21

Kondisi Geografis Desa Cikarawang 21

Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang 22

(8)

Letak Wilayah Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 25 Visi, Misi, dan Tujuan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 25 Struktur Organisasi dan Keanggotan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 26 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA

KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29

Deskripsi Karakteristik Individu Petani 29

Deskripsi Keterdedahan Petani Terhadap Media Komunikasi 32 Keterdedahan Petani terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Frekuensi dan Lama

Petani dalam Mengakses Media Komunikasi 32

Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Penggunaan Media

Komunikasi oleh Petani 35

Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani 39

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KETERDEDAHAN

TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI 43

HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI

DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 47

Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku

Komunikasi Petani 47

Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku

Komunikasi Petani dalam Rapat Gapoktan 48

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51 Saran 52 DAFTAR PUSTAKA 53 RIWAYAT HIDUP 57 LAMPIRAN 59

(9)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah penduduk di Desa Cikarawang, berdasarkan umur pada tahun 2009 22 2 Daftar mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang 23 3 Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap gapoktan

Mandiri Jaya tahun 2012

25 4 Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya 26 5 Deskripsi karakteristik individu petani menurut umur, lama bertani,

pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi

29 6 Jenis-jenis media komunikasi yang digunakan oleh anggota gapoktan Mandiri

Jaya

31 7 Distribusi karakteristik individu petani menurut jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan status lahan

32 8 Deskripsi keterdedahan media komunikasi oleh petani 33 9 Fungsi media komunikasi, jenis-jenis informasi dan pemilihan media

komunikasi lain anggota gapoktan Mandiri Jaya

37 10 Deskripsi perilaku komunikasi petani secara interpersonal dan kelompok 39 11 Nilai korelasi antara karakteristik individu petani dengan keterdedahan petani

terhadap media komunikasi oleh petani

43 12 Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan

perilaku komunikasi interpersonal petani

47 13 Nilai korelasi hubungan antara keterdedahan terhadap media komunikasi

dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan

48

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku komunikasi petani

14

2 Struktur organisasi gapoktan Mandiri Jaya 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar populasi anggota gapoktan Mandiri Jaya 60

2 Daftar responden dalam penelitian 61

3 Kuesioner penelitian 62

4 Panduan pertanyaan mendalam 69

5 Jadwal kegiatan penelitian 71

6 Daftar uji statistic 72

7 Dokumentasi penelitian 93

8 Penguasaan lahan oleh gabungan kelompok tani Mandiri Jaya 94

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia. Menurut data BPS (2012)1, sektor pertanian memberikan kontribusi besar pada PDB di Indonesia sebanyak 20.9 persen, sehingga dapat membantu dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Pentingnya sektor pertanian juga didukung oleh Apriyanto (2012) yang menyebutkan bahwa kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah penyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara , kontribusi dalam peyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa. Pentingnya sektor pertanian bagi Indonesia, membuat pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap sektor tersebut. Perhatian tersebut di antaranya ditunjukkan oleh fasilitas-fasilitas pendukung yang diberikan oleh pemerintah seperti pinjaman modal usaha tani, kemitraan, penguatan lembaga-lembaga lokal petani serta penyampaian informasi mengenai pertanian lewat media komunikasi seperti penyuluh lapang, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani dan media massa.

Media komunikasi di Indonesia semakin berkembang dan informasi mengenai pertanian semakin banyak dan dapat diperoleh secara mudah dan cepat. Banyaknya media komunikasi yang telah berkembang dapat digunakan sebagai media pendidikan bagi petani. Media komunikasi dapat dikategorikan sebagai media antar pribadi, media kelompok, media publik dan media massa. Indonesia memiliki media komunikasi yang dapat diakses oleh petani seperti, penyuluh pertanian, media massa seperti koran, televisi radio bahkan internet dan seminar maupun rapat akbar yang membahas permasalahan mengenai pertanian. Departemen Dalam Negeri (1992) dikutip dalam Kifli (2007) menyebutkan bahwa menurut Undang-Undang Nomor 12/ 1992 Tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab VI Pasal 57 ayat (2), berisi pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan informasi yang mendukung pengembangan budidaya tanaman serta mendorong dan membina peran serta masyarakat dalam pemberian pelayanan. Oleh karena itu, pembanguan jaringan komunikasi serta perbaikan akses media komunikasi di pedesaan harus dibenahi dengan baik agar aliran pesan informasi dapat disalurkan secara merata ke seluruh wilayah di Indonesia. Hal tersebut berarti, pemerintah Indonesia mendukung penyebaran informasi pertanian di Indonesia yang dapat diumumkan melalui seluruh media komunikasi yang ada, agar petani dapat memperoleh informasi mengenai pertanian yang lebih layak, sehingga dapat memajukan pertanian di Indonesia.

Menyebarkan informasi pertanian melalui media komunikasi massa, tidak akan cukup untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menghambat kemajuan pertanian di Indonesia dan salah satu penyebabnya adalah sumber daya manusia (SDM) dibidang pertanian semakin sedikit dan kualitasnya rendah. Hal tersebut, didukung dengan pernyataan bahwa di Indonesia sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian semakin berkurang dan kualitasnya rendah, sehingga petani kurang mampu dalam mengadopi inovasi maupun menghasilkan produk atau hasil pertanian yang berkualitas dikutip dari Mulyandari et al. (2010). Penyebab

1

BPS. 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. [Internet]. [diacu 9 Mei 2012] http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2012.pdf.

(11)

dari rendahnya kualitas SDM petani disebabkan oleh beberapa hal di antaranya yakni, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani, berakibat pada rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya sehingga membuat sebagian besar petani memiliki pendapatan yang rendah seperti yang diungkapkan oleh Awang (2008) dalam Mulyandari et al. (2010). Rendahnya tingkat pegetahuan petani disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor pendidikan, petani yang rata-rata tamatan SD atau bahkan tidak sekolah, meyebabkan petani kurang dapat memahami program-program dari pemerintah, maupun mencari informasi dari berbagai sumber informasi. Banyaknya petani miskin menyebabkan mereka fokus pada pekerjaannya dan terkadang mereka juga memiliki pekerjaan sampingan, sehingga mereka sibuk dengan pekerjaannya dan enggan dalam mencari informasi. Hal tersebut, menyebabkan petani kurang terdedah terhadap media komunikasi, sehingga mereka kurang mampu dalam memahami informasi, karena waktu mereka habis oleh kesibukan pekerjaannya. Oleh sebab itu, terdapat penyuluh pertanian yang dapat menyalurkan informasi dari pemerintah kepada petani mengenai informasi pertanian. Penyuluh merupakan media komunikasi antar pribadi yang dapat menyalurkan informasi dari pemerintah ke petani maupun dari petani ke pemerintah. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan bahwa penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi.

Selain media massa dan media antar pribadi yaitu penyuluh pertanian, yang dapat menyalurkan informasi secara lebih luas dan cepat dalam masyarakat di Indonesia saat ini. Pemerintah memiliki kebijakan untuk memajukan sistem pertanian di Indonesia yaitu dengan cara penguatan kelembagaan lokal yang ada di desa. Petani di pedesaan banyak yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah petani untuk bertukar pikiran, memecahkan masalah maupun menemukan solusi permasalahan yang dihadapi oleh petani sebagai anggota kelompok tani. Kelompok tani merupakan lembaga di pedesaan dengan kompleksitas yang rendah yang mengumpulkan petani-petani di desa untuk saling bekerja sama di bidang pertanian, sehingga sistem pertanian beberapa orang petani yang tergabung dalam kelompok tersebut, dapat terorganisir dengan baik dan memiliki sistem pertanian yang lebih terarah. Lebih jauh lagi, pemerintah membentuk lembaga lokal yang disebut gabungan kelompok tani atau gapoktan. Gapoktan merupakan lembaga yang tingkatanya lebih kompleks, jika dibandingkan dengan kelompok tani. Gapoktan berfungsi sebagai lembaga sentral dalam korodinasi kelompok-kelompok tani yang tergabung di dalamnya dan memberikan fasilitas-fasilitas dalam hal untuk mengkoordinasi bantuan dari pemerintah, sehingga pertanian di suatu desa dapat berjalan lancar.

Gapoktan sebagai lembaga sentral bagi petani di suatu desa, yang memiliki peran dalam mengorganisasikan pertemuan atau penjadwalan kegiatan dengan penyuluh lapang, sehingga petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat memperoleh informasi yang terdapat dalam setiap agenda rapat rutin gapoktan. Gabungan kelompok tani mempunyai banyak fungsi dalam membantu peningkatan SDM para petani yang tergabung dalam kelompok tersebut, oleh karena itu diperlukan peningkatan kemampuan dalam mengelola gabungan kelompok tani. Peningkatan kemampuan gabungan kelompok tani dimaksudkan agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerja sama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana

(12)

produksi, unit pengolahan dan pemasaran dan unit jasa penunjang sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri2. Penggabungan kelompok tani ke dalam gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi tawar. Jadi, gapoktan merupakan lembaga sentral di sebuah desa, yang mengatur mengenai segala kegiatan pertanian yang dilakukan di desa tersebut dan gapoktan sekaligus sebagai lembaga penerima dan penyalur bantuan, aspirasi baik dari pemerintah ke petani maupun petani ke pemerintah. Gapoktan dapat dijadikan wahana belajar, karena gapoktan juga memberikan penyuluhan seperti pengenalan program baru, pupuk baru dan lainnya kepada petani anggota gapoktan.

Perumusan Masalah

Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia sudah semakin berkembang. Hal tersebut ditandai dengan semakin beragam dan bertambahnya kemajuan media komunikasi di Indonesia yang sekarang ini sudah tersebar ke berbagai penjuru daerah. Perluasan media komunikasi tersebut juga dirasakan oleh petani yang tinggal di desa. Bertambahnya media komunikasi yang tersebar di desa seperti koran masuk desa (KMD), radio komunitas, penyuluhan serta media komunikasi lainnya membuat semakin mudahnya warga desa untuk mengakses sebuah informasi yang diperlukannya. Karakteristik individu petani dapat mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nasution (2009)3, setelah mendapatkan informasi dari media komunikasi, kelompok akan mendiskusikan informasi yang didapatkanya dengan pemimpin kelompok, sehingga menghasilkan keputusan bersama yang nantinya akan dilaksanakan pula secara bersama-sama. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa informasi dari media komunikasi dapat mempengaruhi perubahan perilaku komunikasi petani anggota gapoktan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik petani, keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani?

2. Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi?

3. Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

2

Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Peraturan menteri pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007. Diunduh tanggal 31 Mei 2012 di alamat: http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-273-07.pdf

3

Nasution Z. 2009. Komunikasi pembangunan, pengenalan teori dan penerapannya. Jakarta: Rajawali Pers.

(13)

1. Mendeskripsikan karakteristik petani, keterdedahan terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani.

2. Menguji hubungan antara karakteristik petani dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi.

3. Menguji hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi terhadap perubahan perilaku petani.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan baik bagi sivitas akademika, masyarakat (khususnya petani di Indonesia), maupun bagi pemerintah yang berkecimpung dalam bidang pertanian dan teknologi. Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh masing–masing pihak adalah sebagai berikut: 1. Sivitas akademika

Bagi sivitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi permasalahan media komunikasi yang ada di desa. Lebih jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai hubungan keterdedahan media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani anggota gapoktan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh media komunikasi bagi petani sebagai salah satu sumber informasi bagi petani.

2. Petani

Bagi petani penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan petani mengenai media komunikasi yang ada di desa dan menjadikan penelitian ini sebagai acuan atau percontohan dalam memahami bagaimana keterdedahan media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani. Lebih jauh lagi, petani menjadi paham mengenai apa saja fungsi media komunikasi, pengaruhnya terhadap petani lain dan bagaimana perilaku komunikasi petani setelah pengunaan media komunikasi.

3. Pemerintah (Deptan, penyuluh, komisi penyiaran RI dan lainnya)

Bagi pemerintah terutama yang bergerak dibidang pertanian dan penyiaran publik, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berhubungan dengan media komunikasi. Melalui penelitian ini, pemerintag dalam hal ini penyuluh agar dapat lebih peka lagi dalam membimbing petani agar mau terdedah terhadap media komunikasi. Selain itu, komisi penyiaran RI dapat mempertahankan program–program siaran yang membahas mengenai pertanian dan pedesaan agar dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi pemenuhan kebutuhan informasi petani dan masyarakat pedesaan.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani

Pengertian petani menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Lionberger dan Gwin (1982) menjelaskan bahwa keadaan petani dan apa yang mampu dilakukannya merupakan kombinasi dari karakteristik yang melekat pada dirinya dan pengalaman yang didapatnya melalui proses belajar. Oleh sebab itu, petani perlu diberdayakan SDMnya melalui proses belajar.

Mulyana (2006) menyebutkan bahwa kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Menurut Kurniawati (2009) kelompok dapat digunakan sebagai media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah). Kelompok tani menurut Uchrowi (2006) adalah kumpulan petani yang terdiri atas petani dewasa baik pria maupun wanita maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Sementara itu, menurut Kurniawati (2009), kelompok tani merupakan wahana belajar mengajar, wadah bagi setiap anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusaha tani yang lebih baik dan mengguntungkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, petani perlu dilibatkan dalam proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan SDM petani dan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dapat bertambah baik.

Komunikasi kelompok tani menurut derajat keterhubunganya dapat dimasukan ke dalam derajat mutual pairs karena dalam hal ini, masing-masing petani saling berinteraksi satu sama lain, sehingga informasi yang diperoleh dapat terwujud dari 2 arah. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah untuk petani dalam bertukarr pikiran, pendapat maupun solusi. Biasanya kegiatan-kegiatan pertanian di fokuskan dalam kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan dari beberapa petani yang mempunyai tujuan yang sama. Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009), kelompok tani merupakan wadah bagi petani yang berfungsi untuk menggadakan rapat rutin anggota kelompok tani dan biasanya digunakan untuk sosialisasi oleh penyuluh pertanian lapang (PPL) tentang program baru pemerintah. Selain itu, kelompok tani sering mengadakan agenda rapat rutin guna membahas masalah pertanian petani di desa. Gabungan kelompok tani (gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan, sehingga mencapai peningkatan produksi dan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan suatu proses lanjut dari lembaga petani yang sudah baik, seperti kelompok tani. Gapoktan berfungsi dalam menguatkan kelembagaan yang sudah

(15)

ada sebelumnya sehingga dapat lebih memajukan sistem pertanian yang ada. Terdapat tiga peran pokok gapoktan menurut Syahyuti (2007), yaitu:

1. Gapoktan difungsikan sebagai lembaga sentral dalam sistem terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran banish bersubsidi, pencairan dana subsidi benih yang berbentuk voucher dari departemen pertanian setempat dan kegiatan lainnya.

2. Gapoktan dibebankan sebagai lembaga untuk peningkatan ketahanan pangan diwilayah lokal. Gapoktan dalam hal ini digunakan sebagai wadah untuk membimbing petani yang masuk dalam anggota kelompok tani, agar dapat mengenali potensi sumber daya alam (SDA) yang dimilikinnya, mengenali permasalahan pertanian dan membantu dalam membuat rencana kerja untuk meningkatkan produksi tanaman melalui usaha agribisnis.

3. Gapoktan dianggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP), sehingga dapat menerima dana penguatan modal (DPM), sehingga dapat membeli gabah dari petani saat terjadi panen raya dan menyebabkan harganya tidak terlalu jatuh.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) fungsi gabungan kelompok tani yaitu:

1. Kelas belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit Produksi: Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Definisi dan Jenis Media Komunikasi

Menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia4. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkanya. Menurut Cangara (1998) media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Jenis-jenis media komunikasi yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik dan media massa5.

Media antar pribadi merupakan media yang berhubungan dengan perorangan, bersifat pribadi dan terdiri dari kurir (utusan), surat dan telepon. Littlejohn (2001)

4

Danim, S. 2008. Media komunikasi pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. 5

(16)

dalam Prawiranegara (2010)6 menyebutkan bahwa sebelum media cetak ditemukan, manusia merupakan penghantar pesan yang berorientasi pada pendengaran, mendengarkan berarti mempercayai. Menurut hasil penelitian Awaliah (2012), pemilihan media komunikasi yang efektif digunakan adalah media komunikasi antar pribadi yaitu kurir atau utusan dalam hal ini penyuluh lapang. PPL di desa mempunyai peranan penting dalam menyampaikan informasi mengenai pertanian kepada petani, karena akses petani terhadap media lainnya dianggap kurang dan petani umumnya memiliki pendidikan rendah sehingga kurang dapat dalam memahami pesan yang di sampaikan oleh media elektronik maupun cetak. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan bahwa penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi.

Media komunikasi kelompok terdiri dari seminar, konferensi. Seminar merupakan media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh khalayak tidak lebih dari 150 orang. Fungsi seminar adalah membicarakan masalah dengan menampilkan pembicara kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peseta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai narasumber. Konferensi adalah media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh angota dan pengurus suatu kelompok. Media publik merupakan media yang digunakan jika khalayak yang terlibat lebih dari 200-an orang. Contoh media publik yaitu, rapat raksasa dan rapat akbar. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.

Menurut hasil penelitian Handayani (2006) menyatakan bahwa media massa berpengaruh pada pemahaman petani mengenai program kredit ketahanan pangan (KKP), pemilihan jenis media massa yang tepat akan membantu petani dalam memahami KKP lebih dalam lagi karena media berfungsi sebagai pemberi informasi yang luas dan cepat. Selain itu, media komunikasi yang efektif digunakan oleh petani adalah televisi dan brosur. Petani banyak menonton televisi, karena informasi mengenai KKP banyak yang disiarkan melalui media tersebut, sehingga petani dapat lebih memahami tentang KKP melalui media tersebut. Jenis media lain yang efektif juga digunakan adalah brosur atau majalah, karena jenis media ini dapat dibaca berulang kali sehingga petani dapat memperoleh informasi kapanpun melalui media tersebut serta petani dapat lebih paham mengenai KKP.

Penggunaan Gabungan Kelompok Tani Sebagai Media Komunikasi

Gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan tertinggi di pedesaan setelah kelompok tani yang memiliki fungsi sebagai lembaga sentral kegiatan pertanian yang ada di pedesaan. Partisipasi petani dalam gabungan kelompok tani, memiliki suatu motif yang mendorong petani terlibat dalam berbagai aktivitas-aktivitas kelembagaan.

6

Prawiranegara D. 2010. Pengaruh media komunikasi terhadap pemberdayaan petani pada program Prima Tani lahan sawah irigasi di Kabupaten Karawang. [internet]. [diacu 23 Januari 2013]. Tersedia di repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/40979

(17)

Penelitian Anantanyu (2009) menyebutkan bahwa petani memiliki keragaman motif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gapoktan. Motif tersebut antara lain adalah usaha untuk meningkatkan hasil, memudahkan pengelolaan usaha tani, untuk mendapatkan informasi pertanian atau menambah wawasan dan pengalaman, menjalin kebersamaan atau persaudaraan, serta untuk mendapatkan bantuan. Sebagian besar petani menyatakan bahwa, gapoktan dapat digunakan sebagai wahana belajar dan sarana untuk meningkatkan usaha pertanianya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa petani menaruh harapan yang besar pada gapoktan sebagai lembaga yang mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan usaha taninya. Selain itu, manfaat gapoktan yang lainnya adalah sebagai tempat pertemuan antara petani dengan petani lainnya dan petani dengan penyuluh pertanian. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) penyuluh dapat memainkan peran yang berbeda-beda mengenai organisasi petani, diantaranya adalah:

1. Mengajari petani bagaimana mencapai tujuan mereka secara lebih efektif dengan mendirikan dan mengelola sebuah organisasi petani yang efektif.

2. Menggunakan organisasi tersebut sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan petani melalui cara:

a. Berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan organisasional

b. Mengajar dikursus-kursus yang dikelola oleh organisasi ini bagi para anggotanya

c. Menulis artikel di jurnal mereka

d. Melibatkan wakil-wakil organisasi dalam merencanakan program penyuluhan dan mendorong tukar-menukar pengalaman dan informasi antar anggota . Dalam hal ini, organisasi petani seperti gabungan kelompok tani dapat dijadikan sebagai media komunikasi karena dapat menghubungkan antara penyuluh dengan petani, petani dengan petani lainnya di suatu desa untuk saling berkomunikasi sehingga nantinya diharapkan terjadi pertukaran informasi yang banyak membahas mengenai permasalahan pertanian. Menurut penelitian Ayu (2011) gapoktan memiliki peran sebagai unit produksi, kerja sama, wahana belajar, dan jaringan kerjasama. Gapoktan dapat dijadikan sebagai jaringan kerjasama karena melalui lembaga ini, petani-petani anggota gapoktan, dapat menjalin kerjasama dengan lembaga lain yang menjadi mitra dari gapoktan tersebut, seperti lembaga saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga pengelolaan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Anggota gapoktan yang aktif dalam rapat-rapat gapoktan memiliki kektifan pula dalam bermitra dengan lembaga-lembaga tersebut, sehingga dapat memaksimalkan usaha pertanian yang dimilikinya. Selain itu, menurut Anantanyu (2009) menyatakan bahwa gapoktan juga berfungsi sebagai penyedia media komunikasi bagi petani. Dalam hal ini, petani dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh gapoktan dan pemerintah untuk mengakses media komunikasi, sehingga petani dapat belajar dari media komunikasi tersebut. Selain itu, gapoktan merupakan tempat para petani saling bertemu dan berinteraksi dengan petani lainnya. Menurut Anantanyu (2009) interaksi petani dengan petani lainnya dalam suatu kelompok dapat mewujudkan sarana petani dalam mengekspresikan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan dalam bertani. Dalam rapat yang diadakan oleh gapoktan, sebagian besar petani anggotanya berinteraksi secara tatap muka yang berlangsung dua arah dengan pembicaraan yang dimulai dengan sapaan sopan santun, sampai pada permasalahan pertanian, seperti budidaya, serangan hama, harga sarana produksi dan sebagainya.

(18)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi

Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur berhubungan nyata dengan media komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi adalah jumlah penghasilan dan luas lahan serta kepemilikan lahan. Petani dengan jumlah penghasilan tinggi, memiliki luas lahan yang luas serta memiliki status kepemilikan yang sah atas lahan cenderung untuk mengunakan media komunikasi terutama media komunikasi massa untuk mendapatkan informasi. Selain itu, mereka juga sering berkonsultasi pada PPL agar dapat mengembangkan usaha taninya. Hal tersebut berkebalikan dengan penggunaan media komunikasi yang terbatas oleh petani yang jumlah penghasilanya kecil, lahan garapan yang sempit bahkan tidak mempunyai status kepemilikan lahan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis media di desa adalah ketersediaan media tersebut di desa.

Menurut hasil penelitian Kifli (2002) yang menyatakan bahwa, partisipasi komunikasi petani dalam mengakses informasi pertanian dan media massa masih rendah, karena petani memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan media massa yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan, petani lebih banyak mencari informasi melalui interaksi dan berkomunikasi mengenai usaha taninya dengan PPL dan petani lainnya. Wilayah pedesaan seringkali memiliki teknologi yang minim dan penyesuaian biaya dalam mengaksesnya membuat petani cenderung lebih selektif dalam memilih media komunikasi. Petani cenderung memilih media komunikasi yang sesuai dengan kemampuan finansialnya untuk mengakses media komunikasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai media komunikasi.

Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Menurut Rogers (1976), perilaku komunikasi dapat dilihat dengan beberapa variabel yaitu partisipasi dalam kegiatan sosial, jaringan komunikasi interpersonal, kosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, dan keterdedahan pada saluran interpersonal.

Menurut Kincaid (1979), tujuan dasar komunikasi antar manusia adalah menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan lain dapat diseleksi dan dicapai. Manjar (2002) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Perilaku komunikasi dapat ditunjukkan seseorang melalui partisipasinya dalam menerapkan suatu program seperti

(19)

berpendapat, bertanya, mendengarkan dan lainnya. Hasil penelitian Kurniawati (2009), menyatakan bahwa perilaku petani dalam kelompok tani ditunjukkan saat petani mengadakan rapat rutin dengan penyuluh pertanian lapang (PPL), sehingga dapat memperoleh informasi mengenai pertanian dari PPL, akan tetapi, perilaku komunikasi yang ditunjukkan oleh petani pasif dalam rapat rutin tersebut, mereka umumnya aktif mendengar dan pasif dalam mengungkapkan pendapat.

Berlo (1973) mengemukakan bahwa perilaku komunikasi terbagi dalam empat level (jenjang) kedalaman yaitu: (1) hanya sekedar berbicara (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (emphaty) dan (4) saling berinteraksi (interactive). Lebih jauh lagi, proses analisis interaksi Bales (1950) dalam Goldberg dan Larson (2006)7 merupakan sistem keseimbangan. Semua unsur berada dalam keadaan seimbang. Bales membagi interaksi komunikasi ke dalam beberapa kategori-kategori. Kategori tersebut adalah kategori tugas, dan sosio-emosional yang kedua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan negatif.

Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009) menyatakan bahwa perilaku komunikasi dapat dilihat dari partisipasi komunikasi petani dalam kelompok tani, misalnya saja partisipasinya dalam rapat kelompok tani. Partisipasi tersebut dapat dilihat baik secara lisan maupun non lisan. Perilaku lainnya adalah perilaku dalam pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media dimana media massa yang tepat dapat mempengaruhi keefektifan komunikasi baik dari individu petani maupun dalam kelompok petani. Menurut hasil penelitian Handayani (2002), perilaku komunikasi seperti penerimaan informasi berhubungan nyata dengan pemahaman prosedur pengajuan kredit ketahanan pangan (KKP), hak, kewajiban dan sanksi aturan pelanggaran KKP serta manfaat KKP. Kehadiran dalam RAK berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, dan hak, kewajiban serta sanksi aturan pelanggaran dalam KKP.Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban dan sanksi aturan pelanggaran dalam KKP serta manfaat KKP. Sedangkan kontak dengan sumber informasi berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban, dan sanksi aturan pelanggaran KKP.

Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani

Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Selain menggunakan media, petani juga dapat mendapatkan informasi dari temanya, penyuluh maupun pihak Bank untuk mencari informasi tentang program KKP. Dalam hal kontak dengan sumber informasi, sebagian besar petani kurang intensif dalam kontak dengan sumber informai. Hal tersebut disebabkan petani tinggal di desa sehingga jauh untuk mengakses bank, sifat pemalu petani menyebabkan mereka enggan untuk kontak dengan penyuluh maupun sumber informan lainnya dan kesibukan petani juga menghambat keintensifan kontak petani dengan sumber informasi.

Selain itu, penggunaan jenis media oleh petani dapat dilihat dalam aspek-aspek penggunaan media komunikasi seperti mendengarkan radio, menonton televisi dan

7

(20)

membaca majalah atau brosur. Dalam hal mendengarkan radio, petani kurang intensitasnya dalam mendengarkan radio untuk mencari informasi tentang KKP. Hal tersebut disebabkan karena petani sibuk dengan pekerjaannya sehingga petani kurang mendapatkan informasi melalui media berupa radio. Dalam hal menonton televisi, petani di Kabupaten Ponorogo hampir semuanya telah memiliki televisi sehingga petani dapat menonton televisi. Kegiatan menonton televisi oleh petani dapat dikatakan belum terlalu intensif karena petani sibuk dengan pekerjaannya dan waktu tayang program KKP yang ditayangkan kurang sesuai dengan adwal longgar istirahat petani, sehingga petani tidak banyak yang memperoleh informasi dari tayangan televisi mengenai program KKP. Sebagian besar petani dapat membaca majalah atau brosur mengenai program KKP. Informasi dari media tersebut dapat membuat petani memperoleh informasi yang banyak mengenai program KKP. Menurut petani, membaca majalah maupun brosur lebih hemat biaya, dan fleksible dengan waktu longgar para petani sehingga informasi yan diperoleh mudah untuk dimengerti.

Hasil penelitian lain, yaitu penelitian Awaliah (2012) menyebutkan bahwa hubungan keterdedahan petani dengan media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi petani dalam menggunakan media komunikasi. Frekuensi bertemu dengan PPL tidak berpengaruh secara nyata dengan sikap petani, hal tersebut karena petani lebih percaya pada pengalamanya selama ini dalam bertani. Frekuensi menonton tv berpengaruh dalam pertambahan pengetahuan petani karena tv memberikan informasi pertanian yang banyak. Frekuensi membaca koran tidak berpengaruh secara nyata baik dalam sikap, pengetahuan maupun tindakan oleh petani karena petani tidak mengerti mengenai materi yang ada di dalamnya dan pendidikan petani hanya sampai SD. Frekuensi membaca leaflet tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani karena petani hanya membaca leafleat 10 menit saja dalam satu bulan. Penilain petani terhadap media komunikasi menurut hasil penelitian adalah media komunikasi berperan dalam meberikan informasi yang baru bagi petani, akan tetapi informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sering kali sama dengan informasi yang sudah petani peroleh dari nenek moyangnya terdahulu.

Hasil penelitian Awaliah (2012) menyatakan bahwa keefektivan media komunikasi bagi petani dapat dikatakan tinggi karena jika dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan petani sudah berubah kearah yang semakin maju. Dalam hal ini, media komunikasi membuat pengetahuan petani tentang pertanian semakin bertambah dan pola berfikir petani juga lebih maju. Dalam aspek sikap, petani menyetujui informasi yang disampaikan oleh media komunikasi mengenai usaha tanam padi. Dalam aspek tindakan, petani tua cenderung tidak melakukan tindakan seperti informasi yang diberikan oleh media komunikasi, sedangkan petani muda melakukan tindakan sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh media komunikasi. Petani tua lebih memiliki pengalaman tentang pertanian, sehingga mereka enggan mengambil resiko dengan melakukan tindakan seperti yang diinformasikan dari media komunikasi.

Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani

Hubungan perilaku petani terhadap keefektivan kelompok tani dapat dilihat dari hasil penelitian Kurniawati (2009) yang menyebutkan bahwa komunikasi partisipatif anggota kelompok tani tidak terjadi karena petani yang berpartisipasi aktif secara lisan lebih sedikit dibandingkan dengan petani yang pasif dalam berpartisipasi. Jika dilihat

(21)

dari dimensi waktu, partisipasi hanya dapat digambarkan melalui pertemuan kelompok tani pada bulan Februari sampai Juni 2009 dan tidak tergambarkan melalui pertemuan kelompok tani secara keseluruhan. Akses terhadap terjadinya komunikasi secara partisipatif sudah terbuka lebar, tinggal bagaimana petani menyikapinya, karena penyuluh pertanian lapang (PPL) pun telah memberikan kesempatan kepada petani dalam mengekspresikan ide, perasaan dan pandangannya. Selain itu, dalam segi kekohesivan serta dinamika kelompok, perilaku petani yang tergolong rendah membuat keefektifan dalam komunikasi kelompok tani kurang maksimal.

Menurut hasil penelitian Handayani (2006), perilaku komunikasi petani dapat dilihat dari pencarian informasi, kehadiran pada rapat anggota kelompok tani (RAK), keterdedahan terhadap media dan kontak dengan sumber informasi (penyuluh, ketua kelompok, Bank Bukopin dan PT Petrokimia). Dalam hal pencarian informasi, sebagian besar petani melakukan pencarian informasi yang tidak terlalu intensif atau dapat dikatakan petani hanya kadang-kadang (sedikit) mencari informasi mengenai program kredit ketahan pangan (KKP). Hal tersebut disebabkan karena kesibukan petani dalam mengelola sawahnya setiap harinya serta petani juga mempunyai pekerjaan sampingan yang membuatnya tidak bisa mencari informasi mengenai program KKP secara intensif. Kehadiran petani dalam rapat anggota kelompok menujukan bahwa sebagian besar petani tidak secara intensif menghadiri RAK. Hal tersebut terjadi karena, faktor kesibukan petani dalam pekerjaannya, petani kurang tertarik terhadap RAK dan mereka juga merasa malas dalam mengadiri RAK karena faktor geografis serta mereka menganggap RAK kurang mampu memberikan kuntungan bagi petani.

Hasil penelitian Rahmani (2006) menyebutkan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afeksi dan konatif. Pelatihan atau kursus yang diikuti oleh responden menjadi faktor penentu dalam membangun komunikasi yang efektif pada program participatory integrated development in rainfed area (PIDRA) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, menurut penelitian Manjar (2002) faktor karakteristik individu dalam keefektivan kelompok ditentukan oleh tindakan, pendidikan formal dengan tindakan, pendapatan keluarga dengan pengetahuan dan sikap serta pendapatan keluarga dengan pengetahuan dan pengalaman serta mengikuti kursus atau penataran atau pelatihan dengan pegetahuan dan sikap. Hasil penelitian Kurniawati (2009) menyebutkan bahwa partisipasi petani dalam kelompok tani menghasilkan ketidakefektifan komunikasi dalam kelompok tani. Hal tersebut menyebabkan petani kurang dapat menggali informasi yang lebih dalam saat adanya rapat, karena mereka hanya banyak mendengarkan dan hanya sedikit dalam berbicara mengeluarkan aspirasi maupun pendapatnya.

(22)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI

Kerangka Pemikiran

Media komunikasi saat ini memiliki kontribusi besar dalam penyaluran informasi kepada khalayak. Media komunikasi dapat berupa media antar individu, media massa, publik maupun kelompok. Berdasarkan hasil review pustaka disimpulkan bahwa media komunikasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani. Pengetahuan petani dapat berubah dan bertambah jika petani dapat mengakses media komunikasi secara rutin. Melalui tulisan ini, penulis ingin mengetahui pengaruh media komunikasi terhadap perilaku petani yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu perilaku komunikasi interpersonal petani dengan orang lain seperti interaksi dengan teman sesama petani, keluarga dan penyuluh, serta perilaku komunikasi petani pada saat rapat gapoktan.

Variabel karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas penguasaan lahan pertanian, status lahan pertanian dan akses terhadap media komunikasi. Karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan terhadap media komunikasi oleh petani. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Selain itu, hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur, jumlah penghasilan dan luas lahan lahan pertanian berhubungan nyata dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Dalam hal ini, karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi yang ditunjukkan oleh lama serta frekuensi petani dalam mengakses informasi melalui media komunikasi.

Keterdedahan media komunikasi adalah bagaimana responden menggunakan media komunikasi untuk mencari informasi mengenai pertanian melalui media komunikasi tersebut. Keterdedahan media komunikasi dalam penelitian ini adalah keterdedahan media komunikasi seperti televisi, radio, koran, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan internet. Penyuluh pertanian dalam hal ini dapat dikatakan sebagai media komunikasi karena penyuluh merupakan media antar pribadi yang menyampaikan pesan dari pemerintah kepada petani dan sebaliknya dari petani kepada pemerintah. Menurut Syahyuti et al. (1999) penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi. Menurut Morissan (2005) terpaan media, keterdedahan khalayak terhadap media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi dan lama dalam mengakses media komunikasi.

Perilaku komunikasi petani terdiri dari dua variabel yaitu komunikasi interpersonal petani dan komunikasi petani dalam kelompok tani. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok dan individu dapat dipengaruhi oleh keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani

(23)

peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Adapun keterkaitan antar variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran berikut ini:

Keterangan Gambar: : Mempengaruhi.

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku komunikasi petani

Hipotesis Penelitian

1. Karakteristik individu berhubungan nyata dengan keterdedahan petani dalam menggunakan media komunikasi.

2. Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan nyata dengan perubahan perilaku komunikasi petani.

Definisi Operasional

1. Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilaksanakan penelitian.

2. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Pernyataan responden tentang jenis kelamin dikategorikan dengan skala nominal, menjadi dua kategori yaitu:

 Laki–Laki  Perempuan

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang responden menempuh pendidikan formal saat pengisian kuisoner. Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan X. Karakteristik Individu:  Umur  Tingkat pendidikan  Lama bertani  Jenis kelamin  Luas penguasaan lahan pertanian  Status kepemilikan lahan

 Akses terhadap media komunikasi

Y2. Perilaku komunikasi

interpersonal petani Y1. Keterdedahan terhadap

Media Komunikasi

Y2. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani.

(24)

formal yang pernah ditempuh oleh responden, dikategorikan dengan skala ordinal dalam lima kategori yaitu :

 Tidak tamat SD  SD/Sederajat  SMP/Sederajat  SMA/Sederajat  Perguruan Tinggi

4. Lama bertani adalah selang waktu dalam satuan tahun antara saat pertama kali responden menjalani pekerjaan sebagai petani hingga saat penelitian dilaksanakan. 5. Luas penguasaan lahan pertanian adalah satuan luas lahan dalam satuan m2 yang

digunakan oleh petani untuk bercocok tanam saat penelitian dilaksanakan.

6. Status kepemilikan lahan adalah status dari kepemilikan lahan yang digarap oleh petani saat penelitian dilangsungkan. Dalam hal ini, status kepemilikan lahan diukur dengan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

 Milik  Bukan milik

7. Akses terhadap media komunikasi adalah jumlah media komunikasi yang dapat digunakan oleh responden pada saat penelitian berlangsung. Media komunikasi yang dimaksud adalah televisi, penyuluh, radio, koran, dan seminar serta internet dan rapat gapoktan.

8. Keterdedahan terhadap media komunikasi adalah frekuensi, lama dan cara responden dalam memanfaatkan media komunikasi, seperti televisi, radio, koran, seminar, penyuluh, rapat gapoktan dan internet. Keterdedahan terhadap media komunikasi diperoleh dari frekuensi responden dalam mengakses media komunikasi dan lama responden dalam mengakses media komunikasi.

 Rumus keterdedahan terhadap media komunikasi berdasarkan frekuensi dan lama mengakses media komunikasi:

Frekuensi mengakses media komunikasi X Lama mengakses media komunikasi

9. Perilaku komunikasi interpersonal petani adalah jumlah skor kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi dengan sesama petani, keluarga dan penyuluh. Kegiatan keaktifan dalam berkomunikasi ditunjukkan dengan interaksi komunikasi dengan teman sesama keluarga (skor 1), interaksi dengan teman sesama petani (skor 2) dan interaksi dengan penyuluh pertanian (skor 3). ((Nilai: Ya=2 dan Tidak=1((Skor untuk jawaban pertanyaan adalah: skor tertinggi 24 dan skor terendah 12)).

Rumus perilaku komunikasi interpersonal petani:

a. Interaksi dengan keluarga : Skor jawaban pertanyaan X skor 1(Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12).

b. Interaksi dengan teman sesama petani : Skor jawaban pertanyaan X skor 2 (Skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 24)

c. Interaksi dengan penyuluh pertanian : Skor jawaban pertanyaan X skor 3 (Skor tertinggi adalah 72 dan skor terendah adalah 36).

10. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani adalah adalah jumlah skor kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi

(25)

yang diperlihatkan saat rapat rutin anggota kelompok tani. (Nilai: Ya=2 dan Tidak=1 (Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12).

(26)

METODE

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penulis menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data kuantitatif dari responden dan wawancara secara mendalam dengan informan untuk memperoleh data kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai karakteristik individu petani, frekuensi dan lama mengakses media komunikasi serta perilaku komunikasi petani secara interpersonal maupun dalam kelompok. Data kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam lagi dari informan seperti ketua gapoktan untuk mengetahui perilaku komunikasi petani dalam rapat anggota gapoktan dan sejarah berdirinya gapoktan serta penyuluh lapang untuk mengetahui informasi mengenai petani di Desa Cikarawang secara lebih lanjut tentang perkembangan pertaniannya. Pemilihan responden, menggunakan salah satu teknik dalam penarikan sampel probabilitas, yaitu simple random sampling, di mana peneliti mengambil sampel petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) Mandiri Jaya, di Desa Cikarawang.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah gabungan kelompok tani (gapoktan). Gapoktan yang dipilih dalam penelitian ini adalah gapoktan Mandiri Jaya yang terletak di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan objek penelitian dilakukan dengan observasi melalui studi langsung pada objek penelitian dan melalui pencarian informasi dengan internet. Alasan peneliti memilih objek gapoktan Mandiri Jaya sebagai objek penelitian adalah gapoktan Mandiri Jaya terletak di Desa Cikarawang yang memiliki pengelolaan pertanian yang cukup maju karena gapoktan terletak di desa yang dekat dengan kota dan terletak di kawasan penelitian kampus IPB Darmaga, sehingga informasi yang diterima oleh petani semakin banyak dan kompleks. Beberapa hal yang mempengaruhi pertimbangan penulis dalam pemilihan objek penelitian tersebut adalah: 1) Gapoktan Mandiri Jaya merupakan gapoktan berprestasi dengan memperoleh penghargaan dari pemerintah provinsi Jawa Barat dalam kategori gapoktan teladan dan mendapatkan peringkat kedua, 2) Gapoktan Mandiri Jaya terletak di desa yang dekat dengan IPB dan di desa tersebut sering dijadikan desa implementasi program pertanian baik dari pemerintah maupun IPB, dan 3) Wilayahnya dekat kota sehingga akses terhadap media komunikasinya lebih luas. Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2012 hingga Desember 2012.

Kerangka Sampling Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Cikarawang, sedangkan populasi sasaran yaitu petani yang termasuk dalam kelompok tani dan tergabung dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya sebanyak 138 orang. Unit analisis pada penelitian ini adalah petani. Pemilihan lokasi sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa gapoktan Mandiri Jaya merupakan gapoktan berprestasi, berada di lingkungan IPB dan memiliki akses terhadap media komunikasi

(27)

yang luas karena dekat dengan kota. Sampel yang diteliti berjumlah 35 orang, sedangkan populasi sasaran yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya adalah 138 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan simple random sampling. Simple random sampling dilakukan dengan cara memasukan data populasi ke dalam lembar kerja Microsoft excel lalu mengacak daftar responden untuk menentukan responden penelitian yang berjumlah 35 orang. Dari 138 orang tersebut diambil secara acak 35 orang sebagai sampel atau responden penelitian (lihat lampiran 1).

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan informan melalui penelitian langsung di lapangan menggunakan kuesioner (lihat di Lampiran 3) dan wawancara terstruktur (lihat Lampiran 4). Data sekunder diperoleh dari profil Desa Cikarawang mengenai kependudukan, letak geografis, demografis, dan gambaran umum lokasi penelitian secara keseluruhan dan profil gapoktan Mandiri Jaya. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada saat penelitian di lapangan adalah dengan wawancara mendalam kepada ketua gapoktan dan penyuluh lapang, kuesioner penelitian dengan cara bertanya langsung kepada petani dan dokumentasi penelitian. Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat seperti apa adanya dan diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi.

Data primer yang didapatkan setelah penelitian adalah data dari kueisoner yang mencangkup data mengenai karakteristik individu, data keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan data mengenai perilaku komunikasi petani baik secara interpersonal maupun kelompok. Selain itu, penulis juga mendapatkan data primer dari lapang yang berasal dari wawancara penulis dengan informan. Informan adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai segala informasi yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dilaksanakan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, informan yang ditemui adalah ketua gapoktan Mandiri Jaya yaitu Bapak AB dan penyuluh lapang dari BP3K Dramaga yang ditugaskan di Desa Cikarawang yaitu Bapak DT. Pemilihan Bapak AB sebagai informan bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai sejarah berdirinya gapoktan dan bagaimana perilaku komunikasi saat rapat rutin anggota gapoktan. Informan penyuluh pertanian digunakan untuk mengetahui bagaimana cara penyuluh menyampaikan materi penyuluhan serta antusiasme petani dalam memperoleh informasi dan bagaimana keadaan pertanian di Desa Cikarawang.

Teknik Analisis Data

Jawaban kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS for Windows versi 17.0. Variabel karakteristik individu seperti umur, luas lahan, pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata, nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel. Penulis juga menggunakan Tabel frekuensi untuk menyajikan dta dari variabel

(28)

karakteristik individu yaitu jenis kelamin, status lahan dan tingkat pendidikan. Variabel perilaku komunikasi petani baik secara interpersonal maupun kelompok dideskripsikan dengan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata, nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel .

Pengujian hubungan antara variabel keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dianalisis dengan menggunakan rank spearman. Sementara itu, untuk variabel karakteristik individu seperti umur, luas lahan, akses terhadap media komunikasi, lama bertani dihubungkan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi dengan menggunakan analisis rank spearman. Hubungan antara variabel karakteristik individu yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status lahan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi dianalisis dengan menggunakan chi square.

Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk memperkuat data seperti keaktifan anggota gabungan kelompok tani saat rapat dan antusiasme petani anggota gabungan kelompok tani dalam berinteraksi dengan penyuluh pertanian.

(29)

GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Cikarawang berbatasan dengan Sungai Cisadane pada bagian utara, Sungai Ciapus pada bagian selatan, Sungai Cianduan pada bagian barat, dan kelurahan Situ Gede pada bagian timur. Sebagian besar penduduk di Desa Cikarawang bekerja sebagai petani. Di Desa Cikarawang sendiri terdapat beberapa kelompok tani, diantara adalah kelompok tani Hurip, Subur Jaya, Mekar, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Setia dan Andalan. Keenam kelompok tani tersebut masuk ke dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yang diketuai oleh Bapak AB. Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya (Gapoktan Mandiri Jaya) resmi berdiri pada tahun 2007 berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman pangan seperti umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen. Berikuti ini adalah penjelasan mengenai gambaran umum desa dan gambaran umum gapoktan Mandiri Jaya.

Kondisi Geografis Desa Cikarawang

Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut keadaan topografinya, Desa Cikarawang merupakan dataran dan persawahan dengan ketinggian mencapai 193 m dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25°C–30°C. Batas-batas wilayah Desa Cikarawang adalah sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cisadane, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane), dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Setu Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Secara administratif, wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga dusun dan tujuh rukun warga (RW). Wilayah ini terbagi lagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat, yaitu 32 rukun tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Luas wilayah desa adalah 226,56 ha yang terdiri dari lahan sawah dan ladang seluas 194,572 ha, lahan pemukiman atau perumahan seluas 37,854 ha, lahan empang seluas 2,15 ha, lahan perkuburan seluas 0,6 ha, dan sisanya digunakan untuk jalan. Desa Cikarawang juga memiliki danau (situ), yang diberi nama Situ Burung. Danau (situ) seluas kurang lebih 2,5 ha tersebut berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi persawahan, sebagai reservoir air yang mampu mencegah banjir di musim hujan dan mencegah kekurangan air di musim kemarau. Warga setempat juga menjadikan danau tersebut sebagai tempat rekreasi dan tempat pemancingan ikan terutama pada hari-hari libur. Pengelolaan danau tersebut di bawah PSDA propinsi Jawa Barat. Pemerintah dan warga setempat diperkenankan memanfaatkan danau ini sejauh tidak mengganggu fungsi danau sebagai reservoir air. Sejauh ini, belum ada aktivitas pemanfaatan danau sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan untuk desa. Belum tergarapnya potensi danau secara optimal terutama dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki desa dan belum adanya investor yang berminat untuk menanamkan investasinya untuk mengembangkan salah satu potensi yang ada di Desa Cikarawang.

(30)

Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang

Jumlah penduduk Desa Cikarawang pada tahun 2012 adalah 8.227 jiwa, yang terdiri dari 4.199 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.028 jiwa berjenis kelamin perempuan, yang terbagi dalam 2114 kepala keluarga (KK). Sebanyak 777 KK di Desa Cikarawang termasuk ke dalam keluarga miskin (Gakin) dengan presentase 35.6% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Cikarawang.

Tabel 1 Jumlah penduduk di Desa Cikarawang berdasarkan umur pada tahun 2009

No. Umur (tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah

1 0-5 495 560 1055 2 6-10 409 367 776 3 11-15 391 389 780 4 16-20 378 368 746 5 21-25 389 374 763 6 26-30 390 378 768 7 31-35 303 285 588 8 36-40 309 284 593 9 41-45 258 251 509 10 46-50 215 193 408 11 51-55 181 160 341 12 56-60 156 137 293 13 61-65 186 147 333 14 66-67 139 136 275 Jumlah 4199 4029 8228

Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor

Mayoritas penduduk Desa Cikarawang menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah. Mutu sumber daya manusia di Desa Cikarawang sangat rendah karena dari 8.227 penduduk, hanya 4.394 (61%) yang pernah mengenyam bangku pendidikan dan 2.285 (52%) dari jumlah tersebut adalah lulusan sekolah dasar (SD). Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat banyak bertumpu di sektor pertanian dengan profesi utama sebagai petani. Berdasarkan Tabel 2, masyarakat Desa Cikarawang juga ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, karyawan pegawai negeri dan swasta, pedagang, tukang ojeg, dan sopir angkot. Profesi lain dari masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung, ayam ras, kambing, domba, sapi dan kerbau. Di sektor industri, Desa Cikarawang memiliki tiga industri skala rumah tangga, empat industri skala kecil, dan satu industri skala sedang.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku      komunikasi petani
Tabel 1  Jumlah penduduk di Desa Cikarawang berdasarkan umur pada tahun     2009
Tabel 3  Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap oleh      gapoktan Mandiri Jaya tahun 2012
Tabel 4  Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian akan dilihat juga hubungannya dengan proses komunikasi yang berlangsung di dalam kelompok baik dari segi arah, media dan. pesan

Gaya komunikasi yang diterapkan pemimpin kelompok tani dalam penelitian ini berhubungan dengan tingkat kedewasaan anggota kelompok tani yang dicerminkan oleh bagaimana

Gabungan Kelompok Tani Arih Ersada yang terdiri dari 11 Kelompok Tani. dengan 375

Kepengurusan kedua anggota Kelompok Tani (GAPOKTAN) harus memotivasi anggota ke- lompok tani yang kurang aktif sehingga mereka pun dapat memperoleh kesadaran tentang keaktifan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani, sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh, dan hambatan-

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1) Peran gabungan kelompok tani dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga; 2) Faktor pendukung dan penghambat

Penyusunan skripsi yang berjudul Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) merupakan salah satu

Hubungan Antara Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan Dan Gizi Pada Kelompok Wanita Tani (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Di Kecamatan