• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disampaikan Oleh : EDWARD HAREFA, SE, MM, CFrA, QIA, QCRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disampaikan Oleh : EDWARD HAREFA, SE, MM, CFrA, QIA, QCRO"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 16 TAHUN 2019

TENTANG

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECURANGAN (FRAUD) SERTA

PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP KECURANGAN (FRAUD)

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Disampaikan Oleh :

(2)

3

4

5

6

2

BAB I

Ketentuan umum, terdiri dari 1 pasal (ps. 1)

PERMENKES No. 16/2019

Bab III

Pengenaan sanksi administrasi, terdiri dari 5 pasal (ps. 6 s.d. 10)

Bab V

Ketentuan penutup, terdiri dari 2 pasal (ps. 12 s.d. 13)

Terdiri dari 7 BAB: • Bab I : Pendahuluan • Bab II : Jenis Kecurangan

• BAB III : Pencegahan Kecurangan (Fraud) • BAB IV : Penanganan Kecurangan (Fraud) • BAB V : Pengenaan Sanksi Administratif • BAB VI : Pembinaan dan Pengawasan • BAB VII : Penutup

Bab IV

Ketentuan lain, terdiri dari 1 pasal (ps. 11)

1

BAB II

Pencegahan dan penanganan kecurangan (fraud), terdiri dari 4 pasal (ps. 2 s.d. 5)

Lampiran Batang

(3)

KONSEP DASAR KECURANGAN (Pasal 1, angka 1)

Kecurangan (fraud) adalah

tindakan yang dilakukan dengan

sengaja

untuk mendapatkan

keuntungan finansial

dari

program jaminan kesehatan

dalam sistem jaminan sosial

nasional melalui perbuatan

curang

yang

tidak sesuai

dengan ketentuan

peraturan

(4)

Peserta

BPJS Kesehatan

PEMANGKU KEPENTINGAN

LAINNYA

PENYEDIA OBAT

& ALKES

Fasilitas Kesehatan

05

04

03

01

02

(5)

SISTEM PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)

(Pasal 3, ayat (1); Lampiran, BAB III)

BPJS Kesehatan, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota,

dan FKRTL

yang bekerja

sama dengan BPJS

Kesehatan

harus

membangun Sistem

Pencegahan Kecurangan

(6)

I

Penyusunan kebijakan anti

kecurangan (fraud) dengan prinsip good corporate governance dan good clinical governance, sbb:

II

2019 Your Text Here

Penyusunan pedoman Manajemen Risiko Kecurangan (fraud risk

management) paling sedikit terdiri dari pencegahan, deteksi dan penyelesaian terhadap kecurangan (fraud)

PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PEDOMAN

PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)

(lampiran, bab III)

Penetapan kewenangan dan uraian tugas tenaga kesehatan/non

kesehatan 1

Penetapan SOP layanan klinis mengacu PNP, PPK dan CP yg ditetapkan oleh Kemenkes 2

Penetapan prosedur internal untuk pengajuan klaim

(7)

Mendidik seluruh pihak

terkait jaminan

kesehatan tentang

kesadaran anti

kecurangan (fraud).

Membangun budaya

integritas, nilai etika

dan standar

perilaku.

01

02

03

PENGEMBANGAN BUDAYA

PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)

(lampiran, bab iii)

menciptakan lingkungan

penyelenggaraan

program jaminan

kesehatan yang positif.

(8)

Implementasi

konsep

manajemen mutu

dalam pelayanan

kesehatan

Pembentukan tim

kendali mutu dan

kendali biaya yang

terdiri dari tim

koordinasi dan tim

teknis.

PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN

YANG BERORIENTASI KEPADA KMKB (lampiran, bab III)

2

1

(9)

2.Tim Pencegahan

a. Kab/Kota (Dinkes Kab/Kota, BPJS Kes, Asosiasi Faskes, Organisasi Profesi, Unsur Lainnya)

b. melakukan upaya deteksi dan penyelesaian kecurangan (fraud)

1. Tim Pencegahan Dan Penanganan

a. Pusat (Kemenkes, BPJS Kes, KPK Dan K/L Lain), Ditetapkan Oleh Menteri

b. Provinsi (Dinkes Prov, BPJS Kes, Inspektorat Daerah Prov), Ditetapkan oleh Gubernur

c. dapat melibatkan asosiasi faskes/organisasi profesi/pakar ahli d. melakukan penanganan kecurangan (fraud)

TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECURANGAN

(10)

Tim Pencegahan dan Penanganan Fraud

(Pasal 3 dan 4)

Tim Pencegahan

dan Penanganan

Fraud Dalam

Prog. Jaminan

Kesehatan

Tingkat Pusat:Kemenkes;BPJSKesehatan; KPK;K/LTerkait(Adhoc) Sub TimPencegahandanSub TimPenanganan Tingkat Provinsi:DinkesProvinsi, BPJSKesehatan,InspektoratDaerahProvinsi

Sub Tim Pencegahandan Sub Tim Penanganan Tingkat Kab/Kota:DinkesKab/Kota, BPJSKes,AsosiasiFaskes,OrganisasiProfe si,Unsurlainnya SK Menteri SK Gubernur SK Walikota / Bupati

Tingkat FKRTL

SK Direktur RS

(11)

Tugas Tim Pencegahan dan Penanganan Fraud

(Pasal 3 dan 4)

Menyosialisasikan regulasi, dan budaya yang

berorientasi pada kendali mutu dan kendali biaya;

Meningkatkan budaya pencegahan

Kecurangan(fraud);

mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi

dan tata kelola klinis yang baik;

Melakukan penanganan Kecurangan (fraud);

monitoring dan evaluasi;

Melakukan upaya deteksi dan penyelesaian

Kecurangan (fraud); dan

pelaporan

TIM PUSAT/ PROVINSI TIM KAB/KOTA

(12)

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

(lampiran, bab VI)

2

1

3

1. Advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;

2. Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia;

3. Monitoring dan evaluasi

Dilakukan oleh Menteri,

Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota

sesuai dengan kewenangan

masing-masing

(13)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.01.07 /MENKES/718/2019

TENTANG

TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECURANGAN (FRAUD)

TINGKAT PUSAT DALAM

(14)

ISI KEPUTUSAN

KESATU :

Membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan

Kecurangan (Fraud) Tingkat Pusat dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Fraud

Pusat, dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini

KEDUA :

Tim Fraud Pusat sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu bertugas:

a. menyosialisasikan regulasi, dan budaya yang berorientasi pada kendali mutu dan kendali biaya;

b. meningkatkan budaya pencegahan kecurangan (fraud);

c. mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan tata kelola klinis yang baik;

d. melakukan penanganan kecurangan (fraud); e. monitoring dan evaluasi;dan

(15)

KELIMA :

Tim Fraud Pusat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Tim Sekretariat yang berkedudukan pada Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, yang bertugas:

a. melaksanakan tugas kesekretariatan;

b. menyiapkan surat menyurat yang dibutuhkan pada pelaksanaan pencegahan dan penanganan kecurangan (fraud);

c. memfasilitasi dan menyiapkan rapat yang diperlukan;dan

d. menyiapkan laporan secara berkala.

KEEMPAT :

Tim Fraud Pusat dalam

melaksanakan tugasnya dapat melibatkan pakar / ahli,

organisasi profesi, dan/ atau asosiasi fasilitas kesehatan.

KETIGA :

Tim Fraud Pusat terdiri dari: a. sub tim pencegahan; dan b. sub tim penanganan

KEENAM :

Tim Fraud Pusat Bertanggung jawab dan wajib melaporkan pelaksanaan

tugasnya kepada Menteri Kesehatan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan.

KETUJUH:

Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan tugas Tim Fraud Pusat dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Kesehatan.

(16)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK 01.07/MENKES/718/2019 TENTANG

TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECURANGAN (FRAUD ) TINGKAT PUSAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

I. :MENTERI KESEHATAN

II. :

1. 2.

3. Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial

4. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan

5. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan 6. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan, Kementerian Kesehatan

7. Deputi Bidang Pencegahan, Komisi Pemberantasan Korupsi 8.

9. Deputi Investigasi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 10. Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan

11. Direktur Hukum dan Hubungan Antar Lembaga, BPJS Kesehatan

III. PENANGGUNG JAWAB :Inspektur Jenderak Kementerian Kesehatan

IV. PELAKSANA :

A. SUB TIM PENCEGAHAN

Ketua :Inspektur I, Kementerian Kesehatan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

Deputi Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

PELINDUNG PENGARAH

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PENCEGAHAN DAN PENANGAN KECURANGAN (FRAUD) TINGKAT PUSAT

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri

Anggota :

1. Inspektur II, Kementerian Kesehatan

2. Kepala Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan 3. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan 4. Direktur Penelitian dan Pengembangan, Komisi Pemberantasan Korupsi

6. Kasubdit Pencegahan Korupsi I, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 7. Deputi Direksi Jaminan Pembiayaan Kesehatan, BPJS Kesehatan

8. Deputi Direksi Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan, BPJS Kesehatan 9. deputi Direksi Pelayanan Peserta, BPJS Kesehatan

B. SUB TIM PENANGANAN

Ketua :Inspektur Investigasi, Kementerian Kesehatan

Anggota :

1. Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Kesehatan 2. Inspektur IV, Kementerian Kesehatan

3. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan 4. Direktur Pengaduan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi 5. Direktur Investigasi I, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 6. Kasubdit Investigasi I, Badan Pengawsan Keuangan dan Pembangunan 7. Deputi Direksi Kepatuhdan dan Pelayanan Hukum, BPJS Kesehatan 8. Deputi Direksi Pengawasan Internal, BPJS Kesehatan

IV. SEKRETARIAT

Ketua :Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan

Anggota :

1.

5. Direktur Bidang Sosial dan Penangan Bencana, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Kepala Bagian Tata Usaha, Hukum dan Kepegawaian Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan

2.

3.

4. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat I, Kementerian Kesehatan

5. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat Investigasi, Kementerian Kesehatan 6. dr. Umar Firdous, M.Kes

7. Dede Sunardi, SH, MM 8. Achmad Suryaman, Apt 9. Danny, SKM

10. Suryati Oka Citra, S.Kom

REPUBLIK INDONESIA

TERAWAN AGUS PUTRANTO Kepala Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Sekretariat Inspektorat Jenderal, Kementerian Kesehatan

Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Hukum Sekretariat Inspektorat Jenderal, Kementerian Kesehatan

MENTERI KESEHATAN

(17)

Sosialisasi dan Advokasi Tata Kelola Pencegahan

Kecurangan Terhadap Program Jaminan Kesehatan

Pelaksanaan Kegiatan

RTL Kegiatan

Membentuk Tim Pencegahan dan

Penanganan di Tingkat Provinsi,

Kabupaten/Kota dan FKRTL Veritkal

se-Indonesia dalam waktu 90

(sembilan puluh hari)

Inspektorat Jenderal Mengadakan Kegiatan Sosialisasi dan Advokasi Tata Kelola Pencegahan Kecurangan terhadap Program Jaminan Kesehatan, di Hotel Ibis Style Jakarta Airport, tanggal 28

November – 1 Desember 2019.

Dihadiri oleh :

 34 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi  34 Inspektorat Provinsi

 34 Pengelola JKN pada masing-masing Provinsi  15 RS Vertikal Kemenkes

(18)

Rekomendasi

1

2

3

4

Menerbitkan Surat Edaran Menkes kepada Pimpinan Daerah untuk membentuk Tim Pencegahan dan Penaganan Kecurangan (Fraud)

Melakukan Sosialisasi Pembentukan Tim Pencegahan Kecurangan (Fraud) ke

Kabupaten/Kota

Mengalokasikan Anggaran untuk kegiatan Pencegahan & Penanganan Kecurangan (Fraud) melalui APBN dan dana lainnya sesuai dengan ketentuan per-UU-an

Melakukan pelatihan ToT untuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kecurangan (Fraud) JKN

TPPK Tk Pusat Melakukan Pendampingan Teknis Kpd Tim pencegahan dan penanganan

Kecurangan JKN tk Provinsi

Mengembangkan sistem pencegahan dan penanganan Kecurangan (Fraud) Berbasis IT (e-Fraud)

Melakukan Koordinasi antara TPPK JKN Tingkat PUSAT dengan APH Pusat terkait pemahaman dalam

mencegah kecurangan JKN

Mengusulkan kepada Kemendagri untuk Menjadikan monitoring dan evaluasi sistem

pencegahan dan penanganan kecurangan (fraud) JKN sebagai program prioritas dalam kebijakan pengawasan tahunan

(19)

SURAT EDARAN NOMOR HK.02.0l/MENKES/34/2020

TENTANG

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECURANGAN

(FRAUD) DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DI TINGKAT

(20)

TUJUAN DARI SURAT EDARAN

Sebagai himbauan agar para Gubernur,

Bupati/Walikota melaksanakan upaya

pencegahan dan penanganan kecurangan

(fraud) dalam program Jaminan

Kesehatan dengan mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16

Tahun 2019 ten tang Pencegahan dan

Penanganan Kecurangan (Fraud) serta

Pengenaan Sanksi Administrasi terhadap

Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan

Para Gubemur, Bupati/Walikota untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membangun sistem pencegahan kecurangan

(fraud) dalam program Jaminan Kesehatan yang

salah satunya membentuk tim pencegahan dan penanganan kecurangan (fraud) di tingkat provinsi oleh Gubernur clan tim pencegahan kecurangan

(fraud) di tingkat kabupaten/kota oleh

Bupati/Walikota;

2. Mendorong setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk

membentuk tim pencegahan kecurangan (fraud) di masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Membantu pelaksanaan sosialisasi, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan dan penanganan kecurangan (fraud) dalam program Jaminan.

4. Menginformasikan pelaksanaan surat edaran ini kepada Kementerian Kesehatan melalui Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan selaku Ketua Tim Pencegahan dan Penanganan Kecurangan (Fraud) di Tingkat Pusat.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi SAKIP dimaksud mengacu pada Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Apapun jenis peraturan daerah yang akan dibentuk, maka rancangan perda tersebut harus secara jelas mendiskripsikan tentang penataan wewenang (regulation of authority) bagi

Tanin larut dalam air dan mengalami disosiasi yang mengakibatkan terjadi modifikasi struktur kimianya berdasarkan waktu, perubahan struk- tur ini menyebabkan menurunnya kapasitas

Dalam mewujudkan misi tersebut maka pada tahun 2013 Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara menetapkan 3 Sasaran yang terdiri dari 13 Indikator Kinerja. Capaian dari

usulan yang dilakukan oleh Tim Penilai Provinsi, selanjutnya disampaikan kepada Kementerian Kesehatan cq. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, dengan tembusan kepada Eselon I

Dalam perkembangannya karena keinginan dari para orang tua siswa dari TK Raudhatul Athfal yang ingin melanjutkan pendidikan anaknya di Pondok Pesantren Mamba’ul

Sekolah Tinggi harus memberi kesempatan kepada program studi dan program pascasarjana untuk aktif berinteraksi dengan masyarakat profesi, masyarakat perguruan tinggi

* Oleh kerana hanya satu komputer sahaja yang boleh menghantar data Oleh kerana hanya satu komputer sahaja yang boleh menghantar data dalam satu masa, maka ini akan memberi