• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 BUPATI KUDUS,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 BUPATI KUDUS,"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

1

BUPATI KUDUS

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 10 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

BUPATI KUDUS,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2013;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

(2)

2

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

-2-

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Nasional Tahun 2005-2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 14. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010

(3)

3

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

-3-

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 422);

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun 2007 tentag Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 99);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Kudus (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 107);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 113);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 122);

(4)

4

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Bupati adalah Bupati Kudus.

-4-

3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kudus.

Pasal 2

(1) RKPD Tahun 2013 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008-2013.

(2) RKPD Tahun 2013 mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(3) RKPD Tahun 2013 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi landasan Penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka Penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran 2013.

Pasal 3

RKPD Tahun 2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 4

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kudus.

(5)

5

Diundangkan di Kudus pada tanggal 25 Mei 2012

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUDUS,

P R A M O N O

Ditetapkan di Kudus

pada tanggal 24 Mei 2012 BUPATI KUDUS,

M U S T H O F A

(6)

6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai suatu siklus perencanaan yang berkelanjutan (sustainable), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kudus Tahun 2013 merupakan kelanjutan dari RKPD Kabupaten Kudus Tahun 2012. Penyusunan RKPD Tahun 2013 mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Proses penyusunan RKPD Tahun 2013 diawali dengan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tahun 2012 yang berpedoman pada Surat Gubernur Jawa Tengah tanggal 30 Desember 2011 Nomor 050/23318, perihal : Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2013 dan penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2012. Musrenbang merupakan forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud yaitu pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang efektif dan partisipatif. Hasil Musrenbang menjadi bahan penyusunan rancangan akhir RKPD Tahun 2013, untuk kemudian ditetapkan dengan Peraturan Bupati. RKPD Tahun 2013 menjadi dasar perumusan rancangan akhir Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Tahun 2013, penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2013. KUA dan PPAS tersebut selanjutnya dibahas Bupati bersama DPRD untuk disepakati sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kudus Tahun 2013 disusun mendasarkan pada :

a. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

LAMPIRAN :

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2012

TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

(7)

7

f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

g. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

k. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

l. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

m. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

n. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ;

p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

q. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013;

r. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025;

s. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

t. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Kudus;

u. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2005-2025; v. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008-2013. 1.3 Hubungan Antar Dokumen

(8)

8

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kudus Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran/tahapan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kudus Tahun 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati terpilih yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dijabarkan kedalam perencanaan pembangunan tahunan, yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah dipakai sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan rancangan APBD. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati dijadikan sebagai pedoman penyempurnaan rancangan Renja SKPD yang disusun mengacu pada rancangan awal RKPD dan berpedoman pada Renstra SKPD. Rancangan Renja SKPD setelah disahkan dengan Keputusan Bupati dan ditetapkan Kepala SKPD menjadi Renja SKPD digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD dengan mengacu pada KUA dan PPAS yang telah disepakati oleh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. RKA SKPD yang telah sesuai dengan KUA dan PPAS selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD. RAPBD yang telah disetujui Kepala Daerah dan pimpinan DPRD kemudian dievaluasi oleh Gubernur, untuk selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah menjadi APBD.

Hubungan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kudus dengan dokumen perencanaan lainnya secara sistematis didiskripsikan dalam bentuk diagram alir seperti pada Gambar 1.1 di bawah ini :

(9)

9

Hubungan RKPD Kabupaten Kudus dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4 Sistematika Dokumen RKPD

Sistematika RKPD ini disusun terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD dan kedudukan RKPD tahun rencana dalam periode dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD yang memuat ketentuan secara langsung dengan penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional maupun daerah.

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Menjelaskan hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya secara sistematis dalam suatu alur mekanisme perencanaan.

1.4 Sistematika Dokumen RKPD

Mengemukakan sistematika RKPD terkait dengan pengaturan serta penjelasan ringkas isi dari setiap bab.

1.5 Maksud dan Tujuan RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra KL Renja - KL Renstra SKPD Renja SKPD Diacu Pedoman Dijabarkan Pedoman Diperhatikan Dijabar-kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Rencana awal diacu Diacu dan

diserasikan melalui Musrenbang Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah KUA PPAS RAPBD RKA SKPD yang telah sesuai

KUA PPAS Bahan penyusunan Acuan Persetujuan Antara KD & DPRD sejalan Dipedomani APBD

(10)

10

Menjelaskan maksud dan tujuan penyusunan RKPD tahun rencana.

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Menjelaskan potensi dan kecenderungan daerah dari aspek geografi, demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayananan umum, dan aspek daya saing daerah.

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Mencakup telaahan hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah, dari hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun lalu dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 2.3 Penelaahan Pokok-pokok Pikiran DPRD.

Merupakan kompilasi identifikasi hasil reses DPRD . 2.4 Permasalahan Pembangunan Daerah

Memuat penjelasan terhadap permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi daerah tahun 2011 dan tahun 2012, tantangan dan prospek perekonomian daerah tahun 2013 dan 2014.

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Menjelaskan proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan serta arah kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah;

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

4.1 Visi, Misi,Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Mengemukakan Visi dan Misi serta sasaran pembangunan daerah yang merupakan sasaran pembangunan lima tahunan.

4.2 Prioritas Pembangunan

Mengemukakan prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dikaitkan dengan program yang merupakan jawaban permasalahan pada tahun rencana.

(11)

11

Mengemukakan perencanaan program dan kegiatan prioritas yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan dan capaian kinerja yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

BAB VI PENUTUP

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya RKPD ini adalah :

a. Menjabarkan program pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kudus tahun 2008 - 2013 ke dalam RKPD Kabupaten Kudus Tahun 2013 dengan memperhatikan hasil evaluasi terhadap capaian kinerja RKPD tahun-tahun sebelumnya.

b. Menciptakan sinergi program kegiatan pembangunan antar wilayah (kecamatan), antar kewenangan urusan pembangunan dan antar SKPD.

c. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumber daya yang ada dalam rangka pembangunan daerah.

d. Menyelaraskan pencapaian sasaran, dan prioritas program pembangunan daerah terutama yang didanai dari Urusan Bersama/Tugas Pembantuan, Dana Alokasi Khusus (DAK), Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN), dan/atau antar pemerintahan daerah seperti bantuan keuangan provinsi kepada kabupaten dan bantuan keuangan kabupaten kepada pemerintahan desa.

Sedangkan tujuan disusunnya RKPD ini adalah untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

(12)

12

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1 Letak Geografis Wilayah

Secara geografis Kabupaten Kudus terletak antara 0648’37’’ - 0651’55’’ Lintang Selatan dan 11047’42’’ - 11053’05’’ Bujur Timur. Adapun wilayah administratifnya berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupatan Jepara dan Kabupaten Pati. Sebelah Barat : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak. Sebelah Selatan : Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. Sebelah Timur : Kabupaten Pati.

2.1.1.2 Topografi dan Kelerengan

Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam yaitu ketinggian wilayah yang berkisar antara 5-1600 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter di atas permukaan air laut berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di Kecamatan Dawe, yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Kudus memiliki kelerengan yang bervariasi, yaitu: 1. Kelerengan 0 – 8 %

Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Bae.

2. Kelerengan 8 – 15 %

Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief landai. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo.

3. Kelerengan 15 – 25 %

Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan Gunung Pati Ayam bagian Timur.

4. Kelerengan 25 – 45 %

Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief berbukit kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah Gunung Pati Ayam bagian utara, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo.

5. Kelerengan > 45 %

Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe dan Kecamatan Gebog.

(13)

13

2.1.1.3 Geologi dan Jenis Tanah

Kabupaten Kudus memiliki struktur tanah yang bervariasi mulai dataran rendah, perbukitan sampai pegunungan. Berikut ini adalah jenis tanah yang terdapat di daerah Kabupaten Kudus dan penyebarannya :

1. Jenis tanah andosol, tersebar di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

2. Jenis tanah grumosol mediteran, tersebar di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

3. Jenis tanah latosol merah , penyebarannya meliputi Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

4. Jenis tanah planosol coklat, penyebarannya di Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Jekulo.

5. Jenis tanah latosol coklat, penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

6. Jenis tanah litosol grumosol, penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

7. Jenis tanah mediteran, penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae, Kecamatan Kota, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jati dan Kecamatan Kaliwungu.

8. Jenis tanah aluvial coklat, tersebar di Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo dan dan Kecamatan Kaliwungu

2.1.1.4 Hidrologi

Berdasarkan atas jumlah, mutu dan kemudahan untuk mendapatkan air tanahnya, di Kabupaten Kudus dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) wilayah potensi air tanah yaitu :

1. Potensi air tanah sedang pada Akuifer Dangkal dan tinggi pada Akuifer Dalam. 2. Potensi air tanah sedang pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam.

3. Potensi air tanah rendah pada Akuifer Dangkal dan sedang pada Akuifer Dalam. 4. Potensi air tanah rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam.

5. Potensi air tanah nihil pada Akuifer Dangkal dan rendah pada Akuifer Dalam. 6. Potensi air tanah nihil pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam

2.1.1.5 Klimatologi

Kabupaten Kudus secara umum dipengaruhi oleh zona iklim tropis basah. Bulan basah jatuh antara bulan Oktober – Mei dan bulan kering terjadi antara Juni – September, sedang bulan paling kering jatuh sekitar bulan Agustus. Curah hujan yang jatuh di Kabupaten Kudus berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi di daerah puncak Gunung Muria, yaitu antara 3.500 – 5.000 mm/tahun.

Temperatur tertinggi berkisar pada 30,50 C dan terendah berkisar pada 19,60 C dengan temperatur rata-rata 280 C. Angin yang bertiup adalah angin barat dan angin timur yang bersifat basah dengan kelembaban sekitar 74 %. Kelembaban rata-rata bulanan berkisar antara 69 % - 78,5 %, angin umumnya bertiup dari arah barat dengan kecepatan minimum 5 km/jam, kecepatan maksimum mencapai 50 km/jam.

(14)

14

2.1.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kudus sebagai berikut :

1) Kawasan Pertanian, meliputi :

a. Kawasan Pertanian Lahan Basah : Kecamatan Undaan, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Mejobo dan Kecamatan Kaliwungu.

b. Kawasan Pertanian Lahan Kering : sebagian Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan Kecamatan Jekulo.

c. Kawasan Perkebunan Rakyat : sebagian Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.

d. Kawasan Hutan Produksi : Kecamatan Jekulo yang meliputi Desa Tanjungrejo, Desa Klaling, Desa Terban dan Desa Gondoharum dan Kecamatan Undaan yang meliputi Desa Wonosoco.

e. Kawasan Peternakan dan Perikanan : tersebar di semua wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Kota.

2) Kawasan Non Pertanian, meliputi :

a. Kawasan Permukiman : tersebar di semua wilayah Kecamatan dengan penekanan di Kecamatan Bae, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo dan tetap menghindari pemakaian tanah pertanian subur dan/atau beririgasi teknis b. Kawasan Pertambangan : Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo dan Desa

Rejosari, Kecamatan Dawe

c. Kawasan Peruntukan Industri meliputi :

i. Desa Pladen, Desa Terban dan Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo dan Desa Kaliwungu, Desa Papringan dan Desa Sidorekso Kecamatan Kaliwungu untuk industri polutan.

ii. Desa Gondangmanis dan Desa Bacin Kecamatan Bae, Desa Jati Wetan dan Desa Jati Kulon Kecamatan Jati, Desa Gondosari, Desa Besito dan Desa Karangmalang di Kecamatan Gebog, Desa Kesambi Kecamatan Mejobo untuk industri non polutan.

iii. Industri eksisting di luar kawasan peruntukan industri dapat mengadakan pengembangan/perluasan dengan ketentuan merupakan industri non polutan dan tidak menggunakan tanah pertanian subur dan atau beririgasi teknis.

iv. Industri kecil dapat dikembangkan di seluruh wilayah, sepanjang tidak mengganggu lingkungan dan fungsi utama kawasan tersebut.

d. Kawasan Pariwisata : kawasan sekitar Makam Sunan Muria Desa Colo Kecamatan Dawe, kawasan sekitar Makam Sunan Kudus dan Menara Kudus Desa Kauman Kecamatan Kota, Taman Krida Wisata Desa Wergu Wetan Kecamatan Kota, Museum Kretek dan Tugu Identitas di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati.

(15)

15

3) Kawasan Campuran

Kawasan Campuran adalah kawasan yang merupakan wadah bagi berbagai kegiatan pembangunan yang satu sama lain tidak saling merugikan, meliputi permukiman, perkantoran, perdagangan, jasa, pergudangan, garasi, industri non polutan. Adapun kawasannya meliputi :

Jalan By Pass (Jalan Lingkar Tenggara), Jalan Lingkar R.Agil Kusumadya - Mijen, Jalan Lingkar Mijen - Peganjaran, Peganjaran - UMK, UMK - Ngembalrejo dan Jalan Ngembalrejo - Jekulo dengan radius 500 meter dari As jalan, Sepanjang Jalan Kota Kudus - Kaliwungu, dan sepanjang Jalan Kota Kudus - Ngembalrejo, serta sepanjang Jalan Kota Kudus - Panjang.

2.1.1.7 Wilayah Rawan Bencana

Kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan dan pengendalian terhadap terjadinya bencana alam, terdiri dari 2 (dua) jenis :

a. Bencana alam tanah longsor : Kecamatan Gebog yang meliputi Desa Rahtawu, Desa Menawan dan Kecamatan Jekulo yang meliputi Desa Terban.

b. Bencana alam banjir : Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan dan Kecamatan Kaliwungu bagian selatan.

Dengan mempertimbangkan faktor geologi, hidrologi, kelerengan dan tata guna lahan, maka Kabupaten Kudus dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu sebagai berikut :

a. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah meliputi Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan Kecamatan Jekulo.

b. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah di jumpai di lereng-lereng sungai karena adanya gerusan aliran sungai, di lembah sungai bagian atas kadar lereng sampai > 50 %, wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo.

c. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi, daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga sering terjadi adanya gerakan tanah, wilayahnya meliputi Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe. 2.1.1.8 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada Tahun 2011 tercatat sebesar 769.904 jiwa, terdiri dari 382.021 jiwa laki-laki (49,62%) dan 387.883 jiwa perempuan (50,38%).. Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2011 sebesar 0,98% yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di semua kecamatan (kecuali Kecamatan Gebog dan Dawe).

(16)

16

Tabel 2.1.

Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Per 16Kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2011

Kecamatan Laki-laki ( jiwa ) Perempuan ( jiwa ) Jumlah ( jiwa ) Sex Ratio ( persen ) 01. Kaliwungu 45.168 45.674 90.842 0,99 02. Kota 44.502 47.618 92.142 0,93 03. Jati 47.936 50,026 97.962 0,96 04. Undaan 34.669 34.801 69.470 0,99 05. Mejobo 34.604 34.953 69.557 0,99 06. Jekulo 49.174 49.389 98.563 0,99 07. Bae 31.021 31.373 62.394 0,99 08. Gebog 47.148 46.988 94.136 1,00 09. Dawe 47,414 47,424 94.383 1,00 JUMLAH 381.635 388.247 769.904 0,98

Sumber : BPS Kabupaten Kudus

Kepadatan penduduk dalam kurun waktu 4 (empat) tahun (2008 - 2011) sebagaimana tertuang dalam tabel 2.2. menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2011 tercatat sebesar 1.811 jiwa per Km2. Disisi lain persebaran penduduk masih belum merata, Kecamatan Kota merupakan kecamatan yang terpadat dan Kecamatan Undaan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.

Tabel 2.2.

Kepadatan Penduduk Kabupaten Kudus Tahun 2008 – 2011

Tahun Luas daerah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk

(jiwa per Km2) 2008 2009 2010 2011 425,16 425,16 425,16 425,16 752.921 759.249 764.606 769.904 1.771 1.786 1.798 1.811 Sumber :BPS Kabupaten Kudus

Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi beberapa faktor, antara lain tingkat pendidikan yang telah ditamatkan. Semakin tinggi proporsi penduduk yang berpendidikan, akan mendukung partisipasi masyarakat dalam berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2.3 menggambarkan komposisi dan peningkatan kapasitas penduduk Kabupaten Kudus dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan.

Tabel 2.3

(17)

17

Dilihat dari Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk

menurut Tingkat Pendidikan

2008 2009 2010 2011*

Tidak Sekolah 50.609 39.656 43.394 42.424

Tidak / Belum Tamat SD 97.414 99.046 91.393 93.223

Tamat SD 211.636 203.351 195.358 186.035

Tamat SLTP 116.063 125.092 130.531 133.750

Tamat SLTA 115.756 124.040 125.771 127.471

Akademi / Sarjana 22.022 27.468 36.559 42.742

Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional dan BPS Kabupaten Kudus Keterangan : * Angka sementara

Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan menunjukkan potensi dan komposisi penduduk yang akan mempengaruhi kapasitas penduduk dalam pengembangan sumber daya yang dimilikinya. Kecenderungan dalam empat tahun terakhir 2008-2011 dapat diketahui bahwa penduduk yang tidak sekolah, tidak/belum tamat SD kencenderungannya menurun, sedangkan tamat SMP, SMA dan Akademi/PT kecenderungannya meningkat. Penduduk yang tidak sekolah adalah penduduk usia 10 tahun yang tidak mengenyam pendidikan. Penduduk yang tidak/belum tamat SD adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak tamat SD dan masih sekolah SD. Penduduk yang tamat SD adalah Penduduk telah tamat SD/sederajad baik yang melanjutkan pendidikan maupun tidak. Penduduk yang tamat SLTP adalah Penduduk yang telah tamat SLPT/sederajad baik yang melanjutkan sekolah maupun tidak. Penduduk tamat SLTA adalah penduduk yang telah tamat SLTA/sederajad baik yang melanjutkan sekolah maupun tidak. Jumlah penduduk tamat SD merupakan jumlah terbanyak, yang diikuti jumlah penduduk tamat SMP dan SMA. Tabel di atas menggambarkan bahwa dalam tiga tahun terakhir banyak penduduk yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Secara umum pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun mendapat respon positif dari masyarakat, namun kecenderungan yang patut dicermati adalah komposisi penduduk yang telah tamat SMP dan SMA, meskipun meningkat namun proporsi tamat SMA hanya 75 % dari tamat SMP. Dengan demikian terdapat 25 % lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA/sederajad. Untuk mengantisipasi bertambahnya penduduk tamat SMP/sederajad dan SMA/sederajad ini, berbagai pelatihan ketrampilan dan keahlian dilakukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk sehingga kualitasnya diharapkan sesuai dengan kebutuhan bursa kerja.

(18)

18

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.4.

Berdasarkan tabel 2.4. dapat diketahui, bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kudus semakin membaik seiring dengan menguatnya sendi-sendi ekonomi riil dan membaiknya kinerja instrumen moneter. Menguatnya nilai rupiah secara langsung meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Pergeseran permintaan ini sangat dipengaruhi oleh selera, harga, dan elastisitas ketersediaan barang.

Peningkatan permintaan yang cepat direspon pasar, ditunjang dengan produk lokal yang berdaya saing serta perdagangan yang aktif, akan mempercepat arus perputaran ekonomi. Angka pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat yaitu tahun 2008 sebesar 3,92 %, tahun 2009 sebesar 3,78 %, tahun 2010 sebesar 4,16 % , tahun 2011 dan 2012 diprediksikan sebesar 4,70 % dan 4,94 %.

Berdasarkan tabel 2.5 dapat dilihat bahwa perkembangan ekonomi masih didominasi sektor industri, yang merupakan sektor yang mempunyai daya ungkit tertinggi. Faktor penentu daya ungkit ini, adalah kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja, nilai tambah yang dihasilkan dan keterkaitan dengan sektor lain. Sektor perdagangan sangat berperan dalam mendorong perekonomian daerah, namun sejak berlakunya CAFTA pada 2010 maka barang-barang dari Negara Cina yang diperdagangkan makin meluas baik volume maupun jenisnya. Dengan demikian omzet industri lokal harus bersaing lebih ketat.

Berdasarkan tabel 2.6 dapat dilihat bahwa Kecamatan Kota, Jati dan Kaliwungu merupakan wilayah yang potensial dan strategis. Keberadaan industri di wilayah tersebut mendorong terciptanya aglomerasi ekonomi sehingga diperoleh keuntungan long scale economies. Namun demikian, daya dukung wilayah relatif terbatas sehingga wilayah kota sudah dibatasi pengembangannya. Relokasi beberapa industri besar ke wilayah Kecamatan Jekulo, Kaliwungu, dan Bae sebagian telah beroperasi sehingga konstribusi sektor industri di wilayah tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi.

(19)

1

Tabel 2.4.

Nilai dan Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Kabupaten Kudus NO Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* Rata-rata ukur (Rp) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 369,113 386,787 4,79 426,934 4.68 453,100 6.13 478,904 5.69 5.80

2 Pertambangan & Penggalian 4,667 4,798 2,80 3,014 -27.09 3,076 2.07 3,245 5.46 2.01

3 Industri Pengolahan 7,145,779

7,421,852 3.86 7,651,696 3.10 8,014,973 4.75 8,304,699 3.61 3.74 4 Listrik,Gas & Air bersih 39,435 46,683 18,38 49,832 11.02 54,111 8.58 58,705 8.49 9.90

5 Konstruksi 174,742 187,233 7.15 206,119 7.36 214,758 4.57 245,905 14.50 2.38

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,218,015 3,309,324 2.84 3,503,267 5.86 3,658,052 4.42 3,804,253 4.00 4.21 7 Pengangkutan & Komunikasi 229,420 237,284 3.43 251,675 5.05 264,921 5,26 280,515 5.89 5,56 8

Keuangan, sewa, & Js.

Perusahaan 252,551 276,391 9.44 282,907 4.76 297,463 5.51 351,800 18.27 6.83

9 Jasa-jasa 250,098 255,331 2.09 274,863 7.63 283,952 4.14 370,778 30.58 6.16

PDRB 11,683,820 12,125,682 3.78 12,650.309 4.16 13,244,906 4,70 13,898,804 4.94 Keterangan : * Angka Sementara

(20)

1

Tabel.2.5.

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten Kudus ( dalam jutaan) NO Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* Rata-rata ukur (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 669,647 2.46 735,052 2.54 886,993 2.82 1,002,615 2.95 1,111,478 3.00 2.79 2 Pertambangan & Penggalian 9,092 0.03 9,649 0.03 6,609 0.02 7,424 0.02 8,102 0.02 0.03 3 Industri Pengolahan 17,408,532 63.90 18,369,528 63.55 19,742,459 62.75 21,501,482 62.96 22,837,947 61.74 62.92 4 Listrik,Gas, & Air bersih 100,613 0.37 135,643 0.47 131,503 0.42 145.030 0.43 159,327 0.43 0.41

5 Konstruksi 347,586 1.28 379,547 1.31 457,799 1.46 499,325 1.47 594,670 1.61 1.43

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 7,102,368 26.07 7,516.800 26,00 8,272,931 26.29 8,992,734 26.26 9,823,672 26.56 26.23

7

Pengangkutan & Komunikasi angangkutan & Komunikasi

394,677 1.45 416,104 1.44 422,936 1.34 606,393 1.78 481,898 1.30 1.44

8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 556,817 2.04 637,503 2.21 709,068 2.25 788,006 2.32 978,830 2.65 2.27

9 Jasa-jasa 656,060 2.41 705,632 2.44 833,908 2.65 697.642 2.05 996,904 2.69 2.44

PDRB 27,245,392 100.00 28,905,457 100.00 31.463,807 100.00 34,240,653 100.00 36,992,828 100.00 Keterangan : * Angka Sementara

(21)

1

Tabel 2.6

Perkembangan PDRB Per Kecamatan Kabupaten Kudus Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Belaku

(dalam jutaan rupiah)

NO Kabupaten/Kota/ Kecamatan*) PDRB 2008 2009 2010 2011 2012* HB HK HB HK HB HK HB HK HB HK 1 Kecamatan Kaliwungu 4,863,521 2,053,285 4,832,805 2,003,309 4,779,128 1,903,960 4,737,496 1,833,580 4,696,227 1,765,800 2 Kecamatan Kota 8,605,029 3,654,525 9,217.547 3,831,759 10,137,895 4,033,825 11,004,831 4,238,000 11,945,902 4,452,510 3 Kecamatan Jati 4,561,394 1,969,211 4,856,079 2,053,392 5,312,445 2,156,403 5,748,320 2,256,584 6,209,438 2,361,419 4 Kecamatan Undaan 627,609 298,452 701,724 319,683 787,158 341,761 881,553 365,718 987,268 391,355 5 Kecamatan Jekulo 2,026,590 871,235 2,293,261 961,735 2,636,030 1,057,636 964,201 382,701 1,008,032 386,325 6 Kecamatan Mejobo 843,897 372,033 873,482 374,964 922,275 379,111 3,006,463 1,165,299 3,428,953 1,283,922 7 Kecamatan Bae 1,595,814 679,327 1,526,666,90 637,539 1,583,054 632,764 1,877,572 610,933 1,871,568 589,854 8 Kecamatan Gebog 3,267,644 1,388,292 3,688,390 1,532,955 4,215,806 1,676,959 4,788,639 1,883,934 5,453,915 2,116,815 9 Kecamatan Dawe 853,893 397,460 956,931 430,279 1,090,016 467,890 1,231,578 507,657 1,391,525 550,803 Jumlah 27,245,392 11,683,820 28,946,886 12,144,952 31,463,807 12,650,309 34,240,653 13,244,406 36,992,828 13,898,804

(22)

2

b. Laju Inflasi

Laju inflasi di Kabupaten Kudus dibandingkan dengan Kota Semarang dan Nasional adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2.7

Nilai Inflasi Kabupaten Kudus, Kota Semarang, dan Nasional

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012*

Kudus 11,99 % 3,07 % 7,65 % 3,34 % 6 %

Semarang 11,06 % 3,19 % 7,11 % 2,87 %

Nasional 10,34 % 2,78 % 6,96 % 3,79 % 4 – 6 %

Sumber : BPS Kabupaten Kudus Keterangan : * Angka asumsi

Laju inflasi nasional tahun 2011 sebesar 3,79 % mengalami penurunan dibandingkan dengan angka inflasi 2010 sebesar 6,96 %. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan laju inflasi bulanan seluruh kelompok pengeluaran dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di Kabupaten Kudus angka inflasi pada tahun 2011 sebesar 3,34 % masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional, tetapi lebih tinggi sedikit di atas Kota Semarang yang hanya 2,87 %. Hal ini dipengaruhi oleh elastisitas perubahan harga terhadap permintaan terkait dengan peran Kabupaten Kudus yang berada di bawah Kota Semarang. Kota Semarang dengan lingkup layanan lebih luas akan menjadi simpul distribusi barang sehingga fluktuasi harganya lebih rendah.

Kenaikan inflasi yang cukup signifikan terjadi pada kelompok sandang sebesar 23,74 % yang terjadi pada semua jenis pakaian, disusul kelompok kesehatan sebesar 6 % (kenaikan obat-obatan), kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 4,02 % (kursus-kursus/pelatihan), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,77 %, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 3,09 %, transportasi dan komunikasi sebesar 2,13 %.

Untuk kelompok bahan pangan mengalami deflasi/penurunan sebesar 0,06 %. Hal ini dipengaruhi kondisi cuaca yang cukup bagus sehingga mengakibatkan kenaikan produktivitas sektor pertanian. Peningkatan supply aneka bahan pangan (buah-buahan, kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, dll) yang sangat banyak, berpengaruh terhadap penurunan harga beberapa produk pangan.

c. Indeks Gini dan Indeks Williamson

Indeks Gini di Kabupaten Kudus pada tahun 2009 sebesar 0,228 dan pada 2010 sebesar 0,217. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Kudus relatif rendah. Indeks Williamson Kabupaten Kudus pada tahun 2009 sebesar 0,797 dan tahun 2010 sebesar 0,7871 artinya tingkat kesenjangan antar wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus makin berkurang. d. Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kudus dari tahun 2008 ke 2011 terus mengalami penurunan. Untuk tahun 2011 jumlah penduduk miskin mengalami

(23)

3

penurunan sebanyak 1.821 orang atau 2,6 %. Kondisi ini menunjukkan program– program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Kudus cukup efektif dan perlu lebih disinergikan baik program, waktu pelaksanaan, anggaran dan sasarannya .

Tabel 2.8.

Penduduk Miskin Kabupaten Kudus Tahun 2008 - 2011

Uraian 2008 2009 2010 2011*

Jumlah Penduduk

Miskin 97.810 84.860 70.200 68.379

Jumlah Total Penduduk 752.921 759.249 777.437 768.972 Prosentase Penduduk

Miskin

12,58 11,18 9,02 8,89

Sumber : BPS Kabupaten Kudus Keterangan : * Angka sementara

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan sosial antara lain : angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, dan pengeluaran perkapita penduduk, angka partisipasi kasar, angka partisipasi murni, angka kematian ibu, angka kematian balita, tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan data statistik indikator pendidikan dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa dalam waktu tiga tahun terakhir tingkat kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Kudus semakin membaik. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.9.

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

No Uraian 2008 2009 2010 2011*

1 Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

540.758 546.060 550.367 554.637

2 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun

keatas 542.385 546.935 551.083 554.637

3 Angka melek huruf 98.74 99.85 99.87 100

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus Keterangan : * Angka Sementara

Angka Melek Huruf (AMH) menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Data pada tahun 2010, warga melek huruf di Kabupaten Kudus mencapai 99,87 % dan pada tahun 2011 warga melek huruf di Kabupaten Kudus sudah mencapai 100 %. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase warga melek huruf pada dua tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan keberhasilan program-program pendidikan dalam upaya menekan angka buta huruf khususnya di Kabupaten Kudus.

(24)

4

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari : 2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu:

a. Urusan Pendidikan

Layanan umum urusan pendidikan dapat dilihat dari indikator Angka Partisipasi Sekolah, rasio ketersediaan sekolah, dan rasio jumlah guru dan siswa sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Tabel 2.10

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1.1 Jumlah Murid Usia 7-12 Th 70.644 71.343 71.368 82.672

1.2 Jumlah Penduduk kelompok Usia 7-12 Th 85.511 86.237 86.841 85.856

1.3 APS SD/MI 102,16% 102,07% 101,88% 101,32%

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Murid Usia 13-15 Th 28.424 29.884 28.909 40.155

2.2 Jumlah Penduduk kelompok Usia 13-15 Th 44.307 44.681 44.994 45.309

2.3 APS SMP/Mts 96,57% 97,36% 97,12% 96,00%

Sumber : Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Kudus

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dan juga sebagai ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS SD/MI pada tahun 2008 tercapai 102,16 % cenderung menurun hingga tahun 2011 tercapai 101,32 %. Kondisi ini menggambarkan penduduk usia sekolah SD/MI telah terlayani secara keseluruhan, bahkan terdapat siswa dari kabupaten lain yang bersekolah di Kabupaten Kudus. Adapun APS SMP/MTs di Kabupaten Kudus tahun 2008 mencapai 96,57 % meningkat pada tahun 2009 dan 2010, kembali menurun pada tahun 2011 yang mencapai 96,00 %. Hal ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 4 % yang tidak bersekolah. Adapun APS SMA/MA/SMK tahun 2008 mencapai 64,88 % cenderung meningkat hingga tahun 2011 tercapai sebesar 75,25 % . Dengan demikian penduduk usia 16-18 yang bersekolah di Kabupaten Kudus hanya mencapai 75 %,

(25)

5

sedangkan 25 % lainnya bisa berbagai kemungkinan. Pemberian beasiswa dan dana untuk sekolah yang dimaksudkan untuk menjamin setiap anak bisa bersekolah masih diperlukan untuk meningkatkan APS di Kabupaten Kudus, namun dibutuhkan kecermatan sehingga tepat sasaran.

Tabel 2.11.

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

NO Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1,1 Jumlah Gedung Sekolah 608 611 605 609

1,2 Jumlah Penduduk

kelompok Usia 7-12 Th 85.511 86.237 86.841 85.856

1,3 Rasio 0,00711 0,007085 0,006967 0,007093

2 SMP/MTs

2,1 Jumlah Gedung Sekolah 102 111 113 114

2,2 Jumlah Penduduk

kelompok Usia 13-15 Th 44.307 44.681 44.994 45.000

2,3 Rasio 0,002302 0,002484 0,002511 0.002533

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus

Pelayanan pendidikan dapat dilihat dari rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah. Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI dari tahun 2008 sampai dengan 2011 menunjukkan angka yang terus menurun. Kenaikkan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai dengan 12 tahun tidak seimbang dengan perubahan pada jumlah gedung sekolah yang fluktuatif tiap tahunnya. Pada tahun 2011, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia 7 - 12 tahun sebesar 0,007093 atau tersedia 7,093 sekolah per 1.000 penduduk usia sekolah. Bila diasumsikan tiap gedung sekolah terdapat 6 kelas dengan daya tampung 25 siswa, maka daya tampung bisa mencapai 91.350 siswa. Jadi ketersediaan gedung SD/MI relatif memadai. Adapun jenjang SMP/MTs pada tahun 2011 mencapai 0,002533 atau tersedia 2,533 sekolah per 1.000 penduduk usia 13-15 tahun. Bila diasumsikan tiap gedung rata-rata menampung 4 lokal dengan murid 40 siswa untuk masing-masing kelas, maka diprediksikan daya tampung SMP/MTs berkisar 54.720 siswa. Dengan melihat rasio ketersediaan sekolah per penduduk SMP/MTs menunjukkan bahwa pelayanan pendidikan berupa penyediaan sekolah cukup memadai, namun yang perlu mendapat perhatian adalah rasio di desa dan kota yaitu kesenjangan kualitas sarpras yang cukup lebar.

Tabel 2.12.

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2008 - 2011 Kabupaten Kudus

No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1,1 Jumlah Guru 6.117 6.908 7.023 6.987

1,2 Jumlah Murid 86.472 87.034 86.576 85.741

(26)

6

2 SMP/MTs

2,1 Jumlah Guru 3.148 2.817 3.056 3.113

2,2 Jumlah Murid 41.072 42.319 41.174 42.299

2,3 Rasio 0,076646 0,066566 0,074222 0,073595

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kudus

Pelayanan pendidikan dapat dilihat dari rasio jumlah guru terhadap murid sebagaimana tertuang pada tabel 2.12. Dari tabel di atas, dapat dilihat perkembangan rasio guru terhadap murid tingkat SD/MI dan SPM/MTs. Rasio jumlah guru terhadap murid jenjang pendidikan SD/MI tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun untuk SMP/MTs perkembangan lebih fluktuatif, menurun drastis pada tahun 2009 dari 0,076646 menjadi 0,066566, tetapi tahun berikutnya naik kembali menjadi 0,074222 atau 74,222 per 1.000 murid. Meskipun pada tahun 2011 menurun kembali menjadi 0,073595 atau menjadi 73,595 per 1.000 murid. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelayanan pendidikan berupa penyediaan guru cenderung mengalami peningkatan, namun masih perlu peningkatan kualitas guru.

b. Urusan Kesehatan

Dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan pelayanan kesehatan dasar gratis, peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan telah didukung melalui pemenuhan sarana prasarana dan tenaga medis serta paramedis yang masih perlu ditingkatkan, sebagaimana tabel 2.13, 2.14, 2.15 dan 2.16 berikut.

Tabel 2.13.

Jumlah Puskesmas dan Pustu Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus N o Uraian 2008 2009 2010 2011 1. Jumlah Puskesmas 19 19 19 19 2. Jumlah Pustu 43 43 43 43 3. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 4. Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0.000025 0.000025 0.000025 0.000025 5. Rasio Pustu persatuan penduduk 0.000057 0.000057 0.000057 0.000057

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Tabel 2.14.

Jumlah Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

No Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah Rumah Sakit

Umum (Pemerintah) 1 1 1 1

2.

Jumlah Rumah Sakit AD/AU/AL/POLRI

(27)

7

3. Jumlah Rumah Sakit

Swasta 2 3 4 4

4. Jumlah seluruh Rumah Sakit

4 5 6 6

5. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904 6. Rasio 0.00531 0.00658 0.00785 0.00779

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Tabel 2.15

Jumlah Dokter Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

No Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah Dokter 276 283 283 288

2. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769.904

3. Rasio 0.36657 0.37273 0.37 0.3745

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Tabel 2.16

Jumlah Tenaga Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan Lainnya Tahun 2008 – 2011 Kabupaten Kudus

No Uraian 2008 2009 2010 2011 1. Jumlah Perawat 757 757 757 1.099 2. Jumlah Bidan 276 276 276 378 3. Jumlah Tenaga Kesehatan Lainnya 238 245 245 433 4. Jumlah Penduduk 752.921 759.249 764,606 769,904 5. Rasio 1.69 1.68 1.67 2.48

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Untuk mengukur peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain dengan indikator angka harapan hidup, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi dan balita per 1.000 kelahiran hidup, yang mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Tabel 2.17

Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita Tahun 2008 – 2011

No Variabel Indikator 2008 2009 2010 2011

1 Angka Harapan Hidup (tahun) 69,69 69,71 69,71 69,71 2 Angka Kematian Ibu Melahirkan

(per 100.000 Kelahiran) 24,27 81 49,19 103

3 Angka Kematian Bayi (per 1000 KH) 5,02 5,91 6,39 6,61 4 Angka Kematian Balita (per 1000 KH) 0,46 0,39 1,58 0,07

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

Pada tabel di atas, dapat dilihat perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) mulai tahun 2009 sampai 2011 yang cenderung stabil. Untuk perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2009 angka AKI tercatat 81 per 100.000 kelahiran, tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 49,19 dan tahun 2011 kembali naik menjadi 103.

(28)

8

Perkembangan Angka Kematian Bayi dihitung per 1000 kelahiran hidup mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2008 sebesar 5,02 menjadi 6,61 di tahun 2011. Sedangkan Angka Kematian Balita mengalami progress report yang baik yaitu menurun, walaupun pada tahun 2010 tercatat 1,58 tetapi turun kembali mencapai angka 0,07 di tahun 2011.

c. Urusan Pekerjaan Umum

Status jalan di Kabupaten Kudus terbagi menjadi tiga golongan dimana masing-masing dikelola secara terpisah. Ketiga golongan tersebut adalah jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten dengan panjang 697,299 km. Jalan negara yang melewati wilayah Kabupaten Kudus adalah jalur Pantura atau disebut juga jalan Daendels, sepanjang 21,18 km atau 3,04 % dari total panjang jalan, sedangkan jalan provinsi sepanjang 54,94 km atau 7,88 % dan jalan kabupaten sepanjang 621,180 km atau 89,08 %.

Dilihat dari jenis permukaannya, baik jalan negara, provinsi maupun kabupaten sepanjang 507,099 km sudah beraspal (72,72 %), jalan berpermukaan kerikil sepanjang 169,700 km (24,34 %), jalan berpermukaan tanah sepanjang 18 km (2,58 %), serta tidak diperinci sepanjang 2,5 km (0,36 %). Sedangkan bila dilihat dari kondisi jalan, jalan kondisi baik mencapai 154,729 km (22,19 %), jalan kondisi sedang mencapai 239,100 km (34,29 %), jalan kondisi rusak ringan mencapai 177,750 km (25,49 %) dan jalan rusak berat mencapai 125,720 km (18,03 %). Untuk perkembangan jalan kabupaten, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami penambahan panjang jalan sebesar 137,064 km, sedangkan kondisi jalan kabupaten dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah ini.

(29)

9

Tabel 2.18

Kondisi Jalan Kabupaten Kudus Tahun 2009 – 2011 (meter)

No Kondisi Jalan 2009 % 2010 % 2011 % 1 Baik 133.875 27,69 119.996 19,34 164.742 26,55 2 Sedang 242.318 50,13 208.860 33,55 165.886 26,62 3 Rusak Ringan 58.600 12,12 123.506 19,91 156.939 25,29 4 Rusak Berat 49.432 10,23 168.818 27,21 133.613 21,53 Jumlah 483.400 100,00 621.180 100,00 621.180 100,00

Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus

Sampai dengan tahun 2011 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik mencapai 26,55 %. Apabila dibandingkan prediksi proporsi jalan kondisi baik dengan panjang jalan seluruhnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah 48 % maka sampai dengan tahun 2011 belum mencapai target yang ditetapkan, sehingga tetap perlu upaya yang lebih serius dalam mencapai target untuk mewujudkan jalan dalam kondisi baik.

Sedangkan kondisi jalan lingkungan sampai dengan tahun 2011 yang sudah tertangani sepanjang 42.975,25 meter dengan kondisi baik.

Pembangunan jembatan di Kabupaten Kudus dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan baik dari aspek peningkatan kondisi jembatan maupun peningkatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi jembatan. Jumlah dan kondisi jembatan di Kabupaten Kudus tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.19.

Jumlah dan Kondisi Jembatan di Kabupaten Kudus Tahun 2009 – 2011 (unit) No Kondisi Jembatan 2009 % 2010 Tahun % 2011 % 1 Baik 158 74,18 160 76,19 167 76,96 2 Sedang 34 15,96 33 15,71 33 15,21 3 Rusak 21 9,86 17 8,10 17 7,83 Jumlah 213 100 210 100 217 100

Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus

Berdasarkan tabel 2.19 di atas diketahui bahwa jumlah dan rasio jembatan dalam kondisi baik pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebanyak 7 unit. Sedangkan jumlah dan rasio jembatan dalam kondisi sedang diupayakan perawatan sehingga tidak semakin buruk. Adapun jembatan yang rusak diupayakan rehabilitasi ataupun rekonstruksi sehingga jumlahnya menurun. Sarana irigasi dalam kondisi baik di Kabupaten Kudus telah mengalami peningkatan dari tahun sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.20 berikut ini.

(30)

10

Tabel 2.20.

Kondisi Daerah Irigasi Kabupaten Kudus Tahun 2009 – 2011 (Ha) Kondisi Daerah Irigasi Tahun 2009 % 2010 % 2011 % Baik 5.772 37,23 6.402,70 41,30 8.980 57,92 Rusak Ringan 3.125,41 20,16 3.302,14 21,30 1.102 7,1083 Rusak Berat 6.605,59 42,61 5.798,16 37,40 5.421 34,97 Total 15.503 100 15.503 100 15.503 100

Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Kudus

Kondisi DI yang baik kualitasnya ditingkatkan melalui pembangunan baru dan perawatan, sehingga mampu mengairi lahan pertanian secara optimal. Pada tahun 2011 luas lahan pertanian di Kabupaten Kudus adalah 28.308 Ha sehingga rasio jaringan irigasi yang kondisinya baik dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Kudus adalah sebesar 0,31. Apabila dibandingkan prediksi rasio jaringan irigasi dengan luas lahan budidaya pertanian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah 0,0011 maka sudah memenuhi target.

Adapun DI yang kondisinya rusak dilakukan rehab ringan maupun rehab sedang, sehingga kondisinya menjadi baik guna persediaan air untuk irigasi secara berkelanjutan.

d. Urusan Perumahan

Urusan perumahan telah dilaksanakan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang layak huni dan sehat yang berupa sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman berupa prasarana air bersih, air minum, air limbah, drainase dan persampahan. Adapun indikator keberhasilan yang telah dicapai antara lain terwujudnya fasilitas permukiman yang layak huni bagi masyarakat yang telah berakseskan terlayani air minum sebesar 84%. Namun masih perlu upaya serius dalam pencapaian sasaran yang dimaksud.

e. Urusan Penataan Ruang

Urusan Penataan Ruang yang dilaksanakan meliputi tiga hal yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum yang disusun berupa Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten. Sedangkan rencana rinci disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang, yang terdiri atas Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten dan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Kabupaten. Dokumen perencanaan yang telah disusun tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut.

(31)

11

Tabel 2.21.

Perencanaan Penataan Ruang Kabupaten Kudus tahun 2008-2011

2008 2009 2010 2011

1. Evaluasi & Revisi Perda No. 8 Tahun 2003 ttg RTRW Kab. Kudus 1. Penyusunan RDTRK Kaw. Perkotaan 2. Penyusunan Ranperda RTRW Kab. Kudus 1. Penyusunan RDTRK IKK Jekulo 2. Penyusunan RTBL Kaw. Perkotaan (difokuskan di Jl. R. Agil Kusumadya, Jl. Sunan Kudus, Jl. Jend. Sudirman) 3. Penyempurnaan Ranperda RTRW (persetujuan substansi dari Gubernur) 1. Penyusunan RTBL Kaw. Perkotaan (difokuskan di Jl. Tembus Kencing-Tanjung dan Tugu Identitas-Simpang Tujuh) 2. Penyempurnaan Ranperda RTRW (persetujuan substansi dari Kementerian PU) Sumber : Bappeda Kabupaten Kudus

Adapun pelaksanaan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang lebih diarahkan untuk monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang melalui mekanisme perizinan serta sosialisasi regulasi penataan ruang dan pelatihan pengendalian pemanfaatan ruang untuk aparat Pemerintah daerah.

f. Urusan Perencanaan Pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan sangatlah diperlukan dalam suatu kebijakan pembangunan. Pada kondisi sekarang ini, masyarakat tidak lagi berperan sebagai obyek pembangunan namun masyarakat dilibatkan partisipasinya dalam pembangunan sehingga diharapkan pembangunan yang ada berpihak kepada masyarakat secara transparan akuntabel, dan berkelanjutan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, diamanatkan bahwa Pemerintah harus memfasilitasi terlaksananya proses partisipatif dalam perencanaan pembangunan. RPJMD dijadikan pedoman dalam menyusun perencanaan pembangunan mulai dari musrenbang secara berjenjang untuk menghasilkan RKPD, yang akan dijadikan pedoman dalam penyusunan KUA PPAS sampai dengan penyusunan APBD.

Adapun masa berlaku RPJMD sesuai dengan masa bakti Kepala Daerah yaitu 30 Juni 2013. Pada saat menyusun dokumen perencanaan RKPD tahun 2014

diperlukan pedoman transisi untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan setelah RPJMD berakhir. Tantangan bagi pemerintah daerah adalah menyelesaikan masalah – masalah pembangunan yang belum seluruhnya tertangani hingga akhir periode RPJMD dan masalah-masalah yang akan dihadapi pada periode pertama masa pemerintahan baru.

(32)

12

Pelayanan urusan perhubungan dapat dilihat dari keberadaan terminal dan jumlah kendaraan yang transit sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.22.

Tipe Terminal dan Jumlah Kendaraan yang Transit Tahun 2008-2011

No Nama Terminal Tipe Kendaraan Transit (buah)

2008 2009 2010 2011

1 Terminal Jati Kudus A 162.970 127.579 126.717 125.656

2 Terminal Jetak B 80.823 75.575 72.934 65.162

3 Terminal Kalirejo B 16.794 13.724

4 Terminal Getas C 22.091 23.014 25.037 19.743

5 Terminal Singocandi C - - - -

6 Terminal Padurenan C - - - -

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kudus

Berdasarkan tabel 2.22 dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan yang transit di berbagai terminal mengalami penurunan, padahal kualitas sarana terminal telah ditingkatkan dengan berbagai pembangunan. Hal ini disebabkan adanya pergeseran pemanfaatan kendaraan umum ke kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua.

Tabel 2.23

Sarana dan Prasarana Perhubungan

No Sarana Prasarana Satuan Kendaraan Transit (buah)

2008 2009 2010 2011

1 Alat Uji Kendaraan Unit 9 9 9 9

2 Traffic Light Simpang 17 18 19 21

3 Rambu-rambu lalu lintas Buah 1.070 1.176 1.348 1.898

4 Marka M2 1.932 2.477 3.128 3.808

5 Guardrail M’ 50 50 50 298

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kudus

Dalam upaya mendukung pelayanan prima kepada penggunan jasa perhubungan serta kebijakan preventif dan represif guna mewujudkan ketertiban, kelancaran, keamanan dan keselamatan lalu lintas, maka penyediaan sarana prasarana menjadi prioritas untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan dapat menjangkau ke seluruh wilayah serta menghubungkan antar dan inter moda angkutan. Seiring dengan perkembangan jumlah kendaraan yang cukup tinggi, maka penyediaan sarana prasarana juga ditingkatkan .

h. Urusan Lingkungan Hidup

Urusan Lingkungan Hidup diupayakan untuk pengelolaan persampahan di perkotaan, perlindungan dan konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

(33)

13

Data upaya pelayanan sarana dan prasarana urusan lingkungan hidup dari tahun 2008 - 2011 tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.24.

Indikator Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus tahun 2008-2011

No Jenis Informasi Tahun Data Sat. Ket.

2008 2009 2010 2011

1 Sarana IPAL:

- Jumlah 8 6 8 0 Buah

- Volume 364,74 193,68 439,60 0,00 m3

2 Luas Lahan Kritis: 6.046,33 5.842,00 5.542,00 5.484,69

- Kritis 873,07 669,00 414,00 386,18 Ha

- Agak kritis 5.173,26 5.173,00 5.128,00 5.098,51 Ha

3 Limbah Pabrik:

- Volume 183.978 183.978 185.428 185.428 m3/bln

4 RTH (Ruang Terbuka Hijau):

- Pohon turus jalan 78.558 118.308 118.901 123.523 batang jumlah pohon

- Pemeliharaan Hutan Kota 1 3 4 0 lokasi

- Pemeliharaan Taman kota 5 0 5 3 lokasi

- Pembuatan Taman kota 0 4 0 2 lokasi

- Pemeliharaan Areal

Pemakaman 5 5 5 6 lokasi

5 Pelayanan Persampahan

Pengadaan:

- dump truck 2 0 0 0 unit

- truck container 1 0 0 0 unit

- tempat sampah 0 0 565 83 unit

- bin tong sampah 0 0 50 50 unit

- container 0 0 11 1 unit

- becak sampah 0 0 25 14 unit

- becak motor sampah 3 0 0 3 unit

- depo sampah tipe B 0 0 0 8 lokasi

- depo sampah tipe C 0 0 0 7 lokasi

Pemeliharaan:

- dump truck 15 2 3 16 unit

- arm roll 5 1 2 6 unit

- truck engkel 3 0 3 3 unit

- becak motor sampah 19 24 8 21 unit

- becak sampah 140 0 5 95 unit

- incenerator 1 1 1 1 unit

- TPS 1 7 4 7 lokasi

- TPA 4 3 1 1 paket luas = 5,6 Ha;

Desa Tanjungrejo

Outsourcing kebersihan

- jumlah tenaga 0 1 52 27 orang

- jumlah lokasi 0 1 0 0 kantor

- jumlah lokasi 0 0 17 9 ruas

jalan Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus

i. Urusan Pertanahan

Pelayanan urusan pertanahan dilaksanakan dalam rangka fasilitasi manajemen pertanahan berbasis masyarakat khususnya di kelurahan sehingga tersedia database tanah secara akurat. Di samping itu, pengadaan tanah untuk embung Logung diupayakan secara bertahap mengingat keterbatasan anggaran daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,

kalau dampak pasti ada mbak, dampaknya kalau sudah makai strategi tadi pada produk bancassurance itu adanya pengaruh pada bertambahnya nasabah kami dalam memilih produk

Bila ingin mengatur posisi cursor agar berada pada baris ke-2 kolom ke-5, maka setelah mengirimkan command Locate DDRAM diikuti dengan data kolom bernilai “04h” kemudian data

Pelayanan kesehatan terpadu dapat dengan cepat mengatasi kecelakaan kerja pada suatu perusahaan terutama bagi perusahaan yang kondisi kerjanya rentan terjadi kecelakaan,

Tercantum Dalam Pasal 8 Undang- Undnag Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang

Duties of the Chair shall be to preside at all meetings, appoint committees, call special meetings pursuant to these Bylaws, act as an ex-officio member of all sub-committees of

Material komposit sudah dikembangkan dalam berbagai aplikasi, dengan memanfaatkan limbah (biowaste) tulang sapi yang diolah menjadi serbuk Hidroksiapatit dengan campuran

Analisa ini berupa data akurasi yang akan dibandingkan antara alat dengan Google Earth.yang mana dari data tersebut dapat disimpulkan letak akurasi yang