1 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil. Negara kepulauan sering pula disebut sebagai negara maritim. Wilayah negara maritim meliputi wilayah daratan dan wilayah perairan laut. Wilayah daratan memiliki potensi sumber daya alam yang tersebar untuk dimanfaatkan dan diolah guna memenuhi kebutuhan penduduk. Di lain pihak, wilayah perairan atau laut memiliki kekayaan sumberdaya kelautan yang potensial untuk dimanfaatkan dan diolah secara potensial. Wilayah perairan atau laut memiliki lingkungan usaha prospektif, yaitu sebagai wahana atau sarana tempat dilaksanakannya berbagai jenis kegiatan ekonomi dan pembangunan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pelayaran, perdagangan antar pulau, perikanan, pertambangan bawah laut, perairan laut, kegiatan kepelabuhan (kunjungan kapal dan bongkar muat barang), industri di daerah pelabuhan, dan wisata bahari.
Terkait potensi wilayah daratan dan wilayah lautan yang berlimpah dan tersebar tidak merata menyebabkan ketergantungan satu wilayah dengan wilayah lain. Ketergantungan tersebut dikarenakan satu wilayah dengan wilayah lain memiliki karakteristik wilayah yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut tentunya akan menimbulkan sebuah keterkaitan pemenuhan kebutuhan antarwilayah baik barang maupun jasa. Hal ini menyebabkan peran transportasi
laut sangat dibutuhkan untuk pendistribusian barang maupun jasa, mengingat transportasi laut relatif lebih murah dibandingkan dengan transportasi udara untuk transportasi antar pulau.
Fungsi transportasi dalam pembangunan sangat vital dan bahkan menentukan keberhasilan pembangunan baik secara nasional maupun regional. Beberapa pernyataan yang mengemukakan sangat pentingnya transportasi, misalnya “transportasi itu setua dengan peradapan manusia, transportasi adalah urat nadi perekonomian, transportasi merupakan urat nadi pembangunan, dan terdapat pula semboyan yang seringkali diperbincangkan, yaitu ship follows trade” dan “trade follows ship”.
Pelabuhan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam sistem transportasi laut secara komprehensif, tidak hanya dilihat dari aspek keadaannya pada waktu sekarang dan perkembangannya pada masa depan tetapi juga sangat terkait dengan aspek perencanaanya dan manajemennya untuk menunjang pembangunan regional, antar daerah atau pulau atau pelabuhan, dimana terjadi interaksi antar sumberdaya penduduk, sumberdaya alam (sektoral), sumberdaya modal, sumberdaya teknologi dan sumberdaya pembangunan lainnya (Adisasmita, 2006).
Pelabuhan secara esensial memperlihatkan peristiwa melintasinya muatan antara tata ruang daratan dan kelautan, dimana perdagangan dilaksanakan secara reguler. Bongkar muat barang dapat terlaksana dalam konteks teknologi sederhana atau dapat pula terjadi dalam konteks sistem transportasi yang maju (Adisasmita, 2006).
Pelabuhan-pelabuhan berbeda dalam besaran kapasitas dan dalam pengembangannya, yang sering diasosiasikan dengan pembangunan perkotaan dan kompetisi antar pelabuhan, hal ini dipengaruhi oleh ciri-ciri lokasional, seperti kondisi, letak daratan dan perairan dan ciri-ciri sistem transportasi hinterland (daerah belakang). Landward yang berada pada sisi darat menyangkut ketergantungan kota pelabuhan, industrialisasi di daerah pelabuhan atau kota, jaringan transportasi dan pola perdagangan (regional dan nasional), keterkaitan antara pelabuhan atau kota dengan pembangunan regional (wilayah), dampak dari formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan pada berbagai tingkat pada proses pembangunan pelabuhan (Adisasmita, 2006).
Berdasarkan analisa keterkaitan antar wilayah maka, pendekatan kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi sangat tepat dalam penetuan pendekatan yang akan digunakan. Interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain, oleh karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut (Bintarto dan Hadisumarmo, 1991).
Keterkaitan antara permintaan dan penawaran antar wilayah juga menyangkut pentingnya fungsi pelabuhan dalam melayani kapal-kapal yang memuat dan membongkar barang, hal ini berarti bukan hanya tersedianya fasilitas-fasilitas pelabuhan diantaranya gudang, alat bongkar muat, dan lainnya. Pelabuhan juga harus mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Peningkatan mutu pelayanan merupakan salah satu sasaran pembangunan pelabuhan untuk jangka panjang.
Data yang bersumber dari perusahaan PT.Pelindo mengenai ketersediaan fasilitas-fasilitas yang ada di Pelabuhan Tanjung Wangi menunjukkan bahwa fasilitas yang ada kurang menunjang dalam peningkatan pemasukan pasar perdagangan. Fasilitas yang penunjang untuk palabuhan diantaranya gudang, kren, forklift, drumtruck, tlerler, container, truck dan sebagainya, akan tetapi di Pelabuhan Tanjung Wangi fasilitas tersebut tidak sepenuhnya ada yaitu diantaranya forklift, kren darat, dan container. Ketidaktersediaan fasilitas akan mempengaruhi kedatangan kapal untuk datang ke Pelabuhan Tanjung Wangi, hal ini dikarenakan dalam aktivitas bongkar muat barang, para pengusaha atau pemilik kapal tidak dapat melakukan aktivitas bongkar muat barang secara cepat, efektif dan efisien. Contohnya pada Desember 2012 yang lalu di Pelabuhan Tanjung Wangi sudah diuji coba container untuk mempermudah pemindahan dan dapat menjamin kerusakan barang seminimal mungkin dalam kegiatan bongkar muat barang. Akan tetapi dalam tiga kali kegiatan uji coba container tersebut sudah diberhentikan. Hal ini dikarenakan ketidaktersediaan fasilitas pendukung container.
Kegiatan bongkar muat barang yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Wangi dilakukan dengan bongkar muat secara tidak langsung. Kegiatan tersebut melibatkan penimbunan di gudang terlebih dahulu. Kendala yang terjadi pada saat kegiatan tersebut adalah ketidaksiapan gudang dalam menampung barang dan kendaraan drumtruck atau truck yang kurang sehingga kegiatan yang seharusnya lancar menjadi terhambat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesiapan
dalam semua fasilitas harus benar-benar dipertimbangkan untuk mencapai kegiatan yang dapat mengoptimalkan fungsi pelabuhan.
Di sisi lain, keterikatan suatu pelabuhan dengan kegiatan bongkar muat barang dimana kegiatan perdagangan antar daerah berlangsung secara berkesinambungan. Data arus barang yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Wangi pada tahun 2010 sampai 2012 menunjukkan bahwa:
Tabel 1.1 Data Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tanjung Wangi Tahun 2010-2012
Tahun Satuan Bongkar Muat Barang
2010 Ton 428.261.099
2011 Ton 617.805.857
2012 Ton 152.402.164
Sumber: Pelabuhan Indonesia III(Persero) Cabang Tanjung Wangi
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa peran pelabuhan utamanya dalam kegiatan angkutan barang peranannya terus meningkat dengan beberapa segi keuntungan yang dimiliki. Penelitian ini mengkaji sistem bongkar muat barang dan keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi sehingga dapat diketahui sistem Pelabuhan Tanjung Wangi terkait dengan aktivitas bongkar muat barang dari dan menuju wilayah foreland maupun hinterland sekitar pelabuhan. Aktivitas bongkar muat barang dapat menunjukkan terdapatnya hubungan ketergantungan antarwilayah di Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan.
1.2 Perumusan Masalah
Pelabuhan Tanjung Wangi awalnya bernama Pelabuhan Meneng. Keberadaannya menempati posisi strategis karena terletak di tengah-tengah daerah industri, perkebunan dan perikanan yaitu Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Propinsi Bali. Akibat kegiatan ekspor impor dengan fasilitas container yang belum berjalan di Pelabuhan Tanjung Wangi, maka perdagangan pasar justru melewatkan barangnya melalui Benoa Bali dan Tanjung Perak Surabaya. Padahal, secara geografis posisi Pelabuhan Tanjung Wangi sebenarnya sangat diuntungkan karena berada di teluk yang aman dari pengaruh gelombang dan dimana kedalaman lautnya mencapai 12,5 sampai 14 Low Water Spring (RPJP PT. PELINDO III, 2012).
Kegiatan perdagangan di Pelabuhan Tanjung Wangi selalu terkait dengan pertimbangan strategis, politik, ekonomi, sosial dan pengembangan wilayah serta hinterland dapat menunjang berkembangnya pelabuhan. Setiap potensi hinterland dari sebuah pelabuhan mempunyai beberapa sektor unggulan dan karakteristik sebagai acuan bagi berkembangnya pelabuhan dalam beberapa faktor antara lain PDRB, jumlah perusahaan industri, jumlah ekspor dan impor. Hinterland Pelabuhan Tanjung Wangi merupakan daerah penyangga sektor pertanian yang kuat, namun industrinya terbatas pada pengolahan hasil industri non migas. Terdapat pula agroindustri di Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo. Permasalahan dan potensi yang ada dalam penjabaran tersebut dapat mewujudkan upaya pengoptimalan pelabuhan dan hubungan keterkaitan
perdagangan antara wilayah-wilayah di Indonesia. Adapun perumusan beberapa permasalahan penelitian yang kemudian akan dikaji lebih lanjut, yaitu:
1. Bagaimana sistem bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Wangi? 2. Bagaimana keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi? 3. Bagaimana hubungan antara sistem bongkar muat barang dengan keterkaitan
spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis sistem bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Wangi. 2. Menganalisis keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi. 3. Menganalisis hubungan sistem bongkar muat barang dengan keterkaitan
spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sistem bongkar muat barang dan keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi Kabupaten Banyuwangi diantaranya:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Geografi Transportasi dalam hal menemukan keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pada pemerintah dan swasta kaitannya dengan upaya meningkatkan potensi wilayah hinterland di Kabupaten Banyuwangi, Jember, Situbondo dan Bondowoso. Peningkatan potensi wilayah akan berpengaruh pada pembangunan wilayah.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang sistem bongkar muat barang dan keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi Kabupaten Banyuwangi sudah pernah ada yang meneliti dan pembandingnya terdapat pada paparan sebagai berikut. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain terkait dengan bongkar muat barang. Perbedaan tersebut meliputi daerah penelitian, metode yang digunakan yaitu analisis kualitatif, analisis kuantitatif, analisis keterkaitan spasial menggunakan analisis gravitasi dan analisis statistik spasial menggunakan getis ord g. Dimana penelitian terdahulu menggunakan analisis tabel silang, analisis rasio imbangan, analisis rasio imbangan volume, analisis rasio imbangan nilai, analisis spasio temporal dan analisis deskriptif.
Merujuk adanya perbedaan perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu maka terdapat juga beberapa kesamaan yang umumnya masih digunakan yaitu metode penelitian yang menggunakan data sekunder dan menggunakan data primer yang berasal dari lapangan dengan melakukan indepth interview.
Secara rinci persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Beberapa Penelitian Terkait Bongkar Muat Barang
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Analisis Data Penelitian Hasil Penelitian Ade Puspitasari (2011) Evaluasi Strategi Bersaing dan Keunggulan Bersaing pada Industri Bongkar Muat Pelabuhan. Studi Kasus: PT Daisy Mutiara Samudra
1. Untuk mengevaluasi strategi bersaing yang diterapkan PT. Daisy Mutiara Samudra sudah tepat atau tidak.
2. Untuk mengevaluasi keunggulan-keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan. Wawancara, kuesioner, observasi dan metode unobstrusive (menggali lebih dalam)
a. Mengevaluasi five force dari poeter untuk melihat lingkungan bisnis (lingkungan eksternal dan internal) dan posisi persaingan perusahaan. b. EFE matrix untuk mengevaluasi
faktor-faktor eksternal perusahaan c. IFE matrix untuk mengevaluasi
faktor-faktor internal perusahaan. d. IE Matrix untuk mencocokkan
faktor eksternal dan internal perusahaan.
e. SWOT matrix analisis untuk melihat faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perusahaan.
Terdapat kekuatan , kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki PT.Daisy Mutiara Samudra. PT. Daisy Mutiara samudra terdapat pada kuadran I yang menunjukkan perusahaan pada posisi keadaan tumbuh dan berkembang. Strategi korporat yang digunakan dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya perusahaan dengan keunggulan sumber daya manusia dan peralatan bongkat muat yang lengkap.
Novita Rini Wardani (2011)
Kajian Bongkar Muat Barang dan Keterkaitan Spasial Arus Barang Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo
1. Mengetahui
karakteristik barang keluar dan barang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga
2. Mengetahui rasio imbangan muat bongkar barang di Pelabuhan Tanjung Tembaga Studi literatur, pengumpulan data sekunder, indepth interview
Analisis tabel silang (cross tab), Analisis rasio imbangan, rasio imbangan volume, rasio imbangan nilai, analisis spasio temporal, analisis komparatif, deskriptif.
1. Karakteristik barang masuk diantaranya migas dan non migas, kemudian untuk barang keluar diantaranya bahan pokok, bahan strategi , migas dan non migas dan barang lain.
2. Rasio imbangan muat bongkar barang menunjukkan bongkar lebih besar daripada muat
Lanjutan tabel 1.2
3. Mengetahui keterkaitan spasial arus barang Pelabuhan Tanjung Tembaga 4. Mengetahui fungsi Pelabuhan Tanjung Teembaga 5. Mengusulkan rekomendasi kebijakan bagi stakeholder terkait dengan pengelolaan Peelabuhan Tanjung Tembaga
3. Keterkaitan arus barang (backward lingkange) berupa migas dan non migas dan (forward lingkage) berupa bahan pokok, bahan strategis.
4. Kedudukan Kota
Probolinggo dalam sistem perkotaan di Jawa Timur masuk dalam orde II B. 5. Meningkatkan sarana dan
prasarana yang ada di Tanjung Tembaga. Winarto
(2008)
Akibat Hukum Kelalaian Perusahaan Bongkar Muat Barang yang Mengakibatkan Kerusakan Barang dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang
1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui lebih mendalam pelaksanaan bongkar muat barang yang dilakukan oleh perusahaan bongkar muat b. Untuk mengetahui batas tanggung jawab perusahaan bongkar muat barang apabila terjadi kecelakaan Studi literatur , pengumpulan data-data sekunder
Analisis kualitatif, analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya pihak perusahaan bongkar muat barang tidak melakukan
pembongkaran secara langsung akan tetapi bekerja sama dengan pihak koperasi buruh pelabuhan yang akan menyediakan tenaga buruh untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Bahwa dalam menentukan tangungjawab atas kerusakan atau kehilangan terhadap barang yang di bongkar atau dimuatnya, perusahaan
Lanjutan tabel 1.2
maupun kerusakan barang
2. Tujuan subyektif Untuk memperoleh data yang kongkrit yang berhubungan dengan obyek penelitian.
bongkar muat dengan surveyor, perusahaan pelayanan,
pengiriman atau penerimaan barang mengadakan
musyawarah atau joint survei.
Widya Jupitabwana (2013) Pengelolaan Infrastruktur Wilayah Kajian Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Kasus: Terminal Peti Kemas Internasional Pelabuhan Tanjung Priok 1. Mendeskripsikan perubahan pengelolaan pelabuhan pasca reformasi bidang kepelabuhan 2. Mengidentifikasi perubahan kinerja pelayanan pelabuhan pasca reformasi bidang kepelabuhan 3. Mengkajii keterkaitan variabel-variabel pengelolaan pelabuhan dengan peningkatan kinerja pelayanan Pengumpulan data primer, wawancara, pengamatan langsung, pengumpulan data sekunder,
Analisis kualitatif, analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan reformasi kepelabuhan yang memisahkan peran antara regulator, oleh Otoritas Pelabuhan, dengan operator, telah mendorong Pelindo, yang kini murni berperan sebagai operator terminal untuk
meningkatkan kinerja terminal. Sebagian besar kinerjan mengalami penurunan akibat keterlambatan dalam
mengantisipasi pesatnya pertumbuhan pelabuhan arus peti kemas. Peningkatan infrastruktur oleh operator terminal dilakukan dengan cukup baik dan mampu
meningkatkan kinerja terminal, namun kecepatan
Lanjutan tabel 1.2
pengembangan terminal tidak diiringi oleh kecepatan peningkatan pelayanan dan infrastruktur di luar
kewenangan operator terminal, seperti layanan proses
kepabeanan sampai ke
pembangunan akses pelabuhan. Hal ini menyebabkan terjadinya kepadatan (kongesti) di
lapangan penumpukan, dan memburuknya beberapa kinerja. Budiono Sandi
(2007)
Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Atas terjadinya Kerusakan Barang dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui lebih mendalam pelaksanaan bongkar muat barang yang dilakukan oleh perusahaan bongkar muat b. Untuk mengetahui batas tanggung jawab perusahaan bongkar muat barang apabila terjadi kecelakaan maupun kerusakan Studi literatur , pengumpulan data-data sekunder
Analisis kualitatif, analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya pihak perusahaan bongkar muat barang tidak melakukan
pembongkaran secara langsung akan tetapi bekerja sama dengan pihak koperasi buruh pelabuhan yang akan menyediakan tenaga buruh untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Bahwa dalam menentukan tangungjawab atas kerusakan atau kehilangan terhadap barang yang di bongkar atau dimuatnya, perusahaan bongkar muat dengan surveyor,
Lanjutan tabel 1.2
2. Tujuan subyektif Untuk memperoleh data yang kongkrit yang berhubungan dengan obyek penelitian.
perusahaan pelayanan, pengiriman atau penerimaan barang mengadakan
musyawarah atau joint survei.
Imelda Prima Valentina (2013)*
Sistem Bongkar Muat Barang dan Keterkaitan Spasial Arus Barang Di Pelabuhan Tanjung Wangi Kabupaten Banyuwangi
1. Menganalisis sistem bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Wangi.
2. Menganalisis
keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi. 3. Menganalisis hubungan
sistem pengoperasian bongkar muat barang dengan keterkaitan spasial arus barang di Pelabuhan Tanjung Wangi Studi literatur, pengumpulan data sekunder, indepth interview
Analisis kuantitatif, analisis kualitatif, analisis model gravitasi dan analisis statistik spasial getis ord g.
1. sistem bongkar muat barang terbagi menjadi sistem operasional, sistem
management dan sistem jaringan 2. berdasarkan data tahun 2010-2012 maka keterkaitan spasial yang terjadi pada komoditas barang migas, barang konsumsi, barang industri dan barang lain menunjukkan hasil yang saling terkait. 3. berdasarkan hubungan antara sistem bongkar muat barang dengan keterkaitan spasial arus barang maka dapat diketahui pada tahun 2010-2012, menunjukkan menyebarnya distribusi spasial.