KATA PENGANTAR
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap bulan Agustus.
Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur ini memuat informasi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016, Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 terhadap Rata-ratanya atau normalnya selama 30 tahun (1981 – 2010), Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2016 dan Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016. Nilai rata yang digunakan saat ini merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode 1981 – 2010).
Dengan diterbitkannya Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung kegiatan di berbagai sektor pembangunan.
KUPANG, MARET 2016
PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG
CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP. 19731214 199402 2 001
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ...………... LAMPIRAN ... ... i ii iii iv I. PENDAHULUAN ………..
Fenomena Yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia ……….……….. 1. El Nino dan La Nina ……….. 2. Dipole Mode ………..….... 3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia ... 4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis ... 5. Suhu Muka Laut di Wilayah Perairan Indonesia... II. RINGKASAN ... ... A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut ...
1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD ………. ... a. El Nino Southern Oscillation (ENSO) ... b. Indian Ocean Dipole (IOD) ... 2. Monitoring Dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ
dan Suhu Permukaan Laut Indonesia ... a. Sirkulasi Monsun Asia – Australia... b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis... c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia... B. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur... ... 1. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 ... 2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap
Rata-Ratanya ... 3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016... III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016 ZOM DI NUSA TENGGARA TIMUR ...
A. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 ... B. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata-Ratanya . C. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 ... IV. LUAS ZONA MUSIM NUSA TENGGARA TIMUR TERHADAP PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016... A. Zona Musim terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016... B. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Maju/Mundur Awal Musim Kemarau
2016 ... C. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Sifat hujan Musim Kemarau 2016... V. ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM ...
A. Curah Hujan ... B. Curah Hujan Kumulatif ... C. Sifat Hujan ... D. Zona Musim ... ... E. Permulaan Musim Kemarau...
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 6 6 7 8 11 11 11 12 13 13 13 13 13 13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa
Tenggara Timur………. 6
Tabel 2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap
Rata-Ratanya ………. ... 7
Tabel 3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur………... 8 Tabel 4. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara
Timur………... 9
Tabel 5. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016…...…. 11 Tabel 6. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Maju/Mundur Awal Musim
Kemarau 2016……… 11 Tabel 7. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 ... 12
LAMPIRAN
Tabel 8. Rata-rata Curah Hujan Dasarian Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur Periode Tahun 1981 - 2010
Gambar 1. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur Terhadap Rata-Ratanya
Gambar 3. Peta Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur
I. PENDAHULUAN
Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap fenomena perubahan cuaca / iklim. Kondisi iklim Indonesia dipengaruhi fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah timur Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah barat Indonesia (Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika), disamping dipengaruhi oleh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, daerah berlembah, serta banyak pantai, merupakan topografi lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola iklim, dimana 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) terdapat perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki 2 maksimum curah hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau daerah dimana sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah.
Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia 1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)
El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem
interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomaly suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Sementara itu dampak pengaruh El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino yang berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat, El Nino tidak menyebabkan kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Indian Ocean Dipole (IOD)
Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di
Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole
Mode Index (DMI).
Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.
3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia
Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya menaikan pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.
4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)
ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.
5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia
Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.
II. RINGKASAN
A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut
Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut Indonesia.
Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2016, adalah :
1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD a. El Nino Southern Oscillation (ENSO)
Sejak akhir Februari tahun 2016 kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino3.4) berada pada kondisi yang cenderung hangat, kondisi ini diprediksi terus berlanjut hingga Maret 2016 kemudian meluruh menuju Netral pada April-Mei 2016. Pada akhir Februari 2016 indeks Nino3.4 sudah berada pada kondisi El Nino Moderate dengan indeksnya bernilai +1,79.
Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi El Nino Moderate akan meluruh hingga pertengahan tahun 2016. Dalam kaitan ini memberikan indikasi bahwa awal Musim Kemarau 2016 di Wilayah Indonesia tidak signifikan terpengaruh kondisi El Nino seiring meluruhnya ke kondisi Netral.
Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Mei 2015 sampai dengan Februari 2016 masih bernilai negatif kuat hingga kurang dari -10, nilai ini menunjukkan terjadinya El Nino. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat berpengaruh kurang signifikan ke wilayah Indonesia.
b. Indian Ocean Dipole (IOD)
Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0,08 (Desember 2015) ; -0,48 (Januari 2016) dan -0.26 (Februari 2016). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Maret hingga Juli 2016 berkisar pada nilai +0,11 s/d +0,36. Nilai ini berada pada kondisi normal positif. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2016, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi Normal.
2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ, dan Suhu Permukaan Laut Indonesia
a. Sirkulasi Monsun Asia – Australia
Hingga akhir Februari 2016 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya masih dalam kisaran normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb untuk wilayah Indonesia bagian selatan bertiup dari arah barat, sedangkan di wilayah Indonesia
bagian utara angin berbelok dari arah timur laut ke tenggara. Diprakirakan bahwa monsun Asia diprediksi masih kuat hingga Maret 2016.
b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)
Posisi ITCZ pada akhir Februari 2016 dominan masih berada di selatan ekuator dan akan bergerak ke arah utara menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim hujan di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah masing-masing.
c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia
Hingga akhir Februari 2016, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi hangat dengan anomali suhu berkisar +0,25°C s/d +1,5°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan di barat Sumatera dan Samudera Hindia bagian selatan, yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1,5 s/d +2°C .
Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2016 diprakirakan sebagai berikut :
1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan tetap hangat hingga agustus 2016 dengan anomali suhu berkisar +0,5°C s/d +2°C.
2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan akan cenderung normal hingga lebih dingin dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -0,5oC s/d 0°C.
B. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur
1. Prakiraan ”Awal” Musim Kemarau 2016
- Maret 2016 : 7 ZOM ( 30,4% dari 23 ZOM)
- April 2016 : 14 ZOM ( 60,9% dari 23 ZOM)
- Mei 2016 : 2 ZOM ( 8,7% dari 23 ZOM)
2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata-Ratanya (Periode 1981–2010)
- Maju dari rata-ratanya : 14 ZOM ( 60,9% dari 23 ZOM) - Sama dengan rata-ratanya : 4 ZOM ( 17,4% dari 23 ZOM) - Mundur dari rata-ratanya : 5 ZOM ( 21,7% dari 23 ZOM) 3. Prakiraan ”Sifat Hujan“ Musim Kemarau 2016
- Normal (N) : 12 ZOM ( 52,2% dari 23 ZOM)
Prakiraan Musim Kemarau 2016 pada 23 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
1). Awal Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur diprakirakan umumnya mulai April 2016.
2). Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981- 2010), Awal Musim Kemarau 2016 diprakirakan di sebagian besar daerah Nusa Tenggara Timur Maju dari rata-ratanya.
3). Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2016 di sebagian besar daerah Nusa Tenggara Timur diprakirakan umumnya Normal.
III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016 ZONA MUSIM (ZOM)
DI NUSA TENGGARA TIMUR
A. Prakiraan “Awal” Musim Kemarau 2016
Tabel 1. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 di Nusa Tenggara Timur
Dasarian ZOM
Maret I – Maret III
249 (Flores Timur bagian utara); 250 (Adonara, Solor, Lembata); 251 (Alor, Pantar) dan 258 (Kota Kupang, Kupang bagian barat).
Maret II – April I 248 (Sikka bagian utara, Flores Timur bagian barat laut); 256 (Sabu) dan 257 (Rote Ndao).
Maret III – April II
243 (Manggarai Barat bagian tenggara, Manggarai bagian selatan, Manggarai Timur bagian selatan, Ngada bagian selatan dan tenggara, Nagekeo bagian selatan); 246 (Ende bagian selatan); 254 (Sumba Timur/Sumba Tengah bagian utara); 255 (Sumba Timur bagian selatan); 260 (Timor Tengah Selatan bagian utara); 261 (Kupang bagian barat); dan 263 (Timor Tengah Utara, Belu bagian utara).
April I – April III
241 (Manggarai Barat bagian barat); 252 (Sumba Barat Daya dan Barat, Sumba Tengah bagian barat); 253 (Sumba Tengah bagian timur, Sumba Timur bagian tengah) dan 259 (Timor Tengah Selatan/Belu bagian selatan).
April II – Mei I
244 (Ngada bagian tengah, Nagekeo bagian tengah, Ende bagian barat); 245 (Nagekeo/Ende bagian utara, Sikka bagian barat) dan 247 (Sikka bagian selatan, Flores Timur bagian barat daya)
April III – Mei II 242 (Manggarai Barat bagian utara, Manggarai, Manggarai timur, Ngada bagian utara).
B. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata-Ratanya
Tabel 2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata-Ratanya
Perbandingan ZOM
Maju
241 (Manggarai Barat bagian barat); 242 (Manggarai Barat bagian utara, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada bagian utara); 252 (Sumba Barat Daya dan Barat, Sumba Tengah bagian barat); 253 (Sumba Tengah bagian timur, Sumba Timur bagian tengah); 255 (Sumba Timur bagian selatan); 256 (Sabu); 257 (Rote Ndao); 258 (Kota Kupang, Kupang bagian barat); 259 (Timor Tengah Selatan bagian selatan, Belu bagian selatan); 260 (Timor Tengah Selatan bagian utara); 261 (Kupang bagian timur, Timor Tengah Selatan bagian barat); 262 (Kupang bagian utara, Belu bagian barat); dan 263 (Timor Tengah Utara, Belu bagian utara).
Sama
243 (Manggarai Barat bagian tenggara, Manggarai bagian selatan, Manggarai Timur bagian selatan, Ngada bagian selatan dan tenggara, Nagekeo bagian selatan); 244 (Ngada bagian tengah, Nagekeo bagian tengah, Ende bagian barat); 249 (Flores Timur bagian utara); dan 251 (Alor, Pantar).
Mundur
245 (Nagekeo bagian utara, Ende bagian utara, Sikka bagian barat); 246 (Ende bagian selatan); 247 (Sikka bagian selatan, Flores Timur bagian barat daya); 248 (Sikka bagian utara, Flores Timur bagian barat laut); 250 (Adonara, Solor, Lembata); dan 254 (Sumba Timur/Sumba Tengah bagian utara).
C. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016
Tabel 3. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 di Nusa Tanggara Timur
Sifat ZOM
Normal
242 (Manggarai Barat bagian utara, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada bagian utara); 244 (Ngada bagian tengah, Nagekeo bagian tengah, Ende bagian barat); 245 (Nagekeo bagian utara, Ende bagian utara, Sikka bagian barat); 250 (Adonara, Solor, Lembata); 256 (Sabu); 257 (Rote Ndao); 258 (Kota Kupang, Kupang bagian barat); 259 (Timor Tengah Selatan bagian selatan, Belu bagian selatan); 260 (Timor Tengah Selatan bagian utara); 261 (Kupang bagian timur, Timor Tengah Selatan bagian barat); 262 (Kupang bagian utara, Belu bagian barat); dan 263 (Timor Tengah Utara, Belu bagian utara).
Bawah Normal
241 (Manggarai Barat bagian barat); 243 (Manggarai Barat bagian tenggara, Manggarai Timur bagian selatan, Manggarai Timur bagian selatan, Ngada bagian selatan, dan tenggara, Nagekeo bagian selatan); 246 (Ende bagian selatan); 247 (Sikka bagian selatan, Flores Timur bagian barat daya); 248 (Sikka bagian utara, Flores Timur bagian barat laut); 249 (Flores Timur bagian utara); 251 (Alor, Pantar); 252 (Sumba Barat Daya dan Barat, Sumba Tengah bagian barat); 253 (Sumba Tengah bagian timur, Sumba Timur bagian tengah); 254 (Sumba Timur bagian utara, Sumba Tengah bagian utara); dan 255 (Sumba Timur bagian selatan)
Prakiraan Musim Kemarau 2016 pada 23 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur, secara rinci disajikan pada Tabel 4. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 di Nusa Tenggara Timur disajikan pada Gambar 1, Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 Terhadap Rata-ratanya disajikan pada Gambar 2, dan Peta Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 disajikan pada Gambar 3.
Tabel 4. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Zona Musim (ZOM) di Nusa Tenggara Timur
NO
ZOM Daerah / Kabupaten
Awal Musim Kemarau Antara Perbandingan Thd Rata- rata (Dasarian) Sifat Hujan 1 2 3 4*) 5
241 Manggarai Barat bagian barat Apr I - Apr III -1 BN
242
Manggarai Barat bagian utara, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada bagian utara
Apr III - Mei II -1 N
243
Manggarai Barat bagian tenggara, Manggarai bagian selatan,
Manggarai Timur bagian selatan, Ngada bagian selatan dan tenggara, Nagekeo bagian selatan
Mar III - Apr II 0 BN
244 Ngada bagian tengah, Nagekeo
bagian tengah, Ende bagian barat Apr II - Mei I 0 N
245 Nagekeo/Ende bagian utara, Sikka
bagian barat Apr II - Mei I +1 N
246 Ende bagian selatan Mar III - Apr II -1 BN
247 Sikka bagian selatan, Flores Timur
bagian barat daya Apr II - Mei I +1 BN
248 Sikka bagian utara, Flores Timur
bagian barat laut Mar II - Apr I +1 BN
249 Flores Timur bagian utara Mar I - Mar III 0 BN
250 Adonara, Solor, Lembata Mar I - Mar III +1 N
251 Alor, Pantar Mar I - Mar III 0 BN
252 Sumba Barat Daya dan Barat,
Sumba Tengah bagian barat Apr I - Apr III -2 BN
253 Sumba Tengah bagian Timur,
Sumba Timur bagian tengah Apr I - Apr III -1 BN
254 Sumba Timur/Sumba Tengah
bagian utara Mar III - Apr II +2 BN
1 2 3 4*) 5
256 Sabu Mar II - Apr I -1 N
257 Rote Ndao Mar II - Apr I -1 N
258 Kota Kupang , Kupang bagian barat Mar I - Mar III -2 N
259 Timor Tengah Selatan/Belu bagian
selatan Apr I - Apr III -1 N
260 Timor Tengah Selatan bagian utara Mar III - Apr II -1 N
261 Kupang bagian timur, Timor Tengah
Selatan bagian barat Mar III - Apr II -1 N
262 Kupang bagian utara, Belu bagian
barat Mei I - Mei III -2 N
263 Timor Tengah Utara, Belu bagian
IV. LUAS ZONA MUSIM NUSA TENGGARA TIMUR TERHADAP
PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016
A. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016
Luas Zona Musim di Nusa Tenggara Timur terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan luas Zona Musim (ZOM), prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 menunjukkan sebagian besar luasan ZOM (63,3 %) terjadi pada dasarian I - III April 2016. Secara Akumulasi sejak awal terjadi Musim Kemarau hingga April 2016, sebesar 85,0 % luasan ZOM di Nusa Tenggara Timur telah mengalami Musim Kemarau.
Tabel 5. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016
Daerah
Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 ( Waktu/Luasan ZOM (Km2) )
Maret April Mei
NTT 1,042,027 3,036,708 721,608
Persentase 21,7% 63,3% 15,0%
Akumulasi Persentase
21,7% 85,0% 100%
B. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Maju/Mundur Awal Musim Kemarau 2016
Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Maju/Mundur Awal Musim Kemarau 2016 selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Luasan Zona Musim (ZOM) awal Musim Kemarau 2016 terbesar diprakirakan maju dari rata-ratanya (67,7% luas seluruh ZOM).
Tabel 6. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Maju/Mundur Awal Musim Kemarau 2016
Daerah
Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 ( Waktu/Luasan ZOM (Km2) )
Maju Sama Mundur Jumlah
NTT 3,251,270 651,017 898,056 4.800.343
C. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016
Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016 selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Luasan Zona Musim (ZOM) Nusa Tenggara Timur terbesar diprakirakan sifat hujannya Normal (56,2% luas seluruh ZOM).
Tabel 7. Luas Zona Musim terhadap Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2016
Daerah
Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 ( Waktu/Luasan ZOM (Km2) )
Bawah Normal Normal Atas Normal Jumlah
NTT 2,103,470 2,696,873 - 4.800.343
IV. ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM
A. Curah Hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
B. Curah Hujan Kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM).
C. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim ) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Di Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya. b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.
c. Di Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya. D. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan
yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM.
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
\
E. Permulaan Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).
F. Permulaan Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).
G. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10.
b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.