• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dipersatukan dan diberikan keturunan hingga lahirlah manusia-manusia dari. generasi ke generasi seperti yang terjadi saat ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dipersatukan dan diberikan keturunan hingga lahirlah manusia-manusia dari. generasi ke generasi seperti yang terjadi saat ini."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki beberapa ciri yang melekat seperti bernafas, makan dan minum, bergerak atau berpindah, berakal, serta memiliki keturunan. Melalui fungsi keturunan tersebut yang membuat manusia melahirkan generasi baru dimulai dari manusia yang hidup pada zaman prasejarah hingga saat ini. Ciri-ciri tersebut merupakan kodrat manusia yang tidak bisa dihilangkan atau dihindari. Dalam Islam, sejarah manusia adalah saat diturunkannya Nabi Adam AS dan Siti Hawa di bumi, kemudian dipersatukan dan diberikan keturunan hingga lahirlah manusia-manusia dari generasi ke generasi seperti yang terjadi saat ini.

Sebelum memiliki keturunan, manusia harus melalui satu tahapan atau fase terlebih dahulu yakni melangsungkan sebuah pernikahan yang sesuai dengan peraturan agama, negara dan adat setempat. Pernikahan yang legal adalah pernikahan yang sah secara agama dan tercatat dalam arsip kenegaraan sehingga memiliki perlindungan hukum. Melalui pernikahan tersebut seorang laki-laki dan perempuan menjadi suami dan istri yang sah untuk berkumpul bersama yakni menjadi sebuah keluarga.

(2)

2 Pernikahan termasuk ke dalam rangkaian dari siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu fase yang dialami manusia sebagai gerbang yang menyatukan pria dan wanita menjadi sebuah unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga. Dari perkawinan inilah akan terbentuk suatu keluarga baru, baik sebagai keluarga inti maupun keluarga besar. Dalam peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 yang membahas mengenai perkawinan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pernikahan atau perkawinan adalah suatu ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum : 21).

Pernikahan dianggap sebagai sebagai jalan untuk memperluas serta mempererat tali persaudaraan antar manusia, terutama antara keluarga besar suami dan keluarga besar istri. Di samping itu pernikahan juga merupakan cara untuk menyalurkan kebutuhan psikologis dan biologis serta langkah awal bagi manusia untuk menjaga generasinya. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1992:93 dalam Linda Pradhipti Oktarina, 2015:77) pernikahan sengaja dilakukan oleh manusia dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga manusia mampu menempatkan diri pada fungsi dan perannya masing-masing di dalam suatu perkawinan. Dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan gerbang utama

(3)

3 membangun rumah tangga, di mana rumah tangga merupakan kebutuhan manusia. Terlepas dari tanggungjawab dan tugas yang bertambah setelah menjalani pernikahan, kehidupan rumah tangga merupakan kebutuhan setiap manusia baik dari sisi biologis, hukum, maupun sosial.

Ditinjau dari segi legalitas, pernikahan dianggap sah dan memiliki perlindungan hukum apabila sah menurut agama maupun peraturan hukum serta tercatat oleh negara. Bukti pernikahan yang sah digunakan sebagai identitas keluarga salah satunya adalah status dan perlindungan hukum anak-anaknya. Sehingga baik suami, istri maupun anak sama-sama memiliki status yang jelas sebagai warga negara dibuktikan dengan Kartu Keluarga. Melalui bukti tersebut status, hak dan kewajiban dalam keluarga mendapat perlindungan hukum dan juga dapat diperkarakan apabila terjadi ketidaksesuaian.

Tujuan dari suatu pernikahan yaitu guna membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia selamanya (Agustian dalam Satih Saidiyah dan Very Julianto, 2016:125). Keluarga adalah kehidupan yang dijalani bersama dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, proses perkawinan maupun adopsi (Thio dalam Lindha Pradhipti Oktarina dkk 2015:76). Setidak nya terdapat suami, istri, dan seorang anak baik kandung maupun adopsi. Ditinjau dari segi sosial, pernikahan tidak hanya menyatukan pasangan baik suami maupun istri namun juga menyatukan keluarga dari suami dan istri tersebut baik keluarga inti maupun keluarga besar. Setelah menjalankan pernikahan seseorang akan menjadi anggota keluarga baru bagi keluarga

(4)

4 suami atau istrinya. Keberadaan istri menjadi anggota baru dalam keluarga suami tidak hanya membutuhkan penerimaan yang baik suami itu sendiri melainkan penerimaan yang baik dari keluarga suami tersebut, demikian juga sebaliknya. Menjadi anggota baru dalam keluara pasangan tentunya beberapa hal yang mungkin berbeda dengan keluarga sendiri, dan seseorang dituntut untuk dapat beradaptasi dengan keluarga baru tersebut.

Pernikahan tidak hanya menyatukan pria dan wanita dengan status sebagai suami dan istri, namun lebih jauhnya menyatukan dua pribadi yang berbeda ke dalam satu ikatan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga yang harmonis merupakan dambaan setiap manusia atau pasangan. Pernikahan merupakan langkah awal bagi setiap pasangan untuk beradaptasi dan saling memahami satu sama lain. Baik keharmonisan yang terjadi antar pasangan maupun keharmonisan dengan keluarga pasangan. Perbedaan seperti latar belakang, ras, kelebihan dan kekurangan antar pasangan selalu hadir mewarnai siklus kehidupan rumah tangga di mana hal tersebut seharusnya dapat disikapi dengan bijak agak keharmonisan dalam keluarga tersebut tetap terjaga.

Ketidakcocokan keluarga suami terhadap istri maupun keluarga istri terhadap suami menimbulkan ketidakharmonisan antarkeluarga dan seringkali menimbulkan permasalahan bagi keluarga yang bersangkutan. Ada kalanya seseorang yang telah mendapat restu untuk menikahi pilihannya, namun setelah menikah terdapat ketidakcocokan antara pasangan dengan keluarga tersebut. Agar dapat diterima dengan baik oleh pasangan serta keluarganya

(5)

5 seseorang harus memiliki cara atau strategi yang dapat menarik hati pasangan dan keluarganya agar dapat diterima keberadaannya oleh keluarga tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kehidupan yang dialami manusia setelah menjalani pernikahan pun jelas berbeda termasuk yang berkaitan dengan hak, kewajiban serta tanggungjawab yang dimiliki oleh suami dan istri baik terhadap pasangan, keluarga pasangan maupun keluarga sendiri. Setelah pernikahan suami maupun istri memiliki tanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan rumah tangganya. Konstruksi berpikir masyarakat Indonesia saat ini adalah bahwa suami berkewajiban untuk menafkahi keluarganya sedangkan istri berkewajiban untuk mengurus urusan rumah tangga atau singkatnya mengurus pekerjaan rumah, namun istri juga tidak dilarang untuk membantu suami menjalankan tugasnya apabila tanggungjawab utamanya telah mampu dilaksanakan.

Dalam sebuah penelitian tentang pemaknaan pernikahan disebutkan bahwa tanggungjawab pernikahan secara garis besarnya adalah bahwa posisi atau kedudukan antara suami dan istri adalah sama, artinya bahwa hak dan kewajiban keduanya tidaklah bersifat dominan atau berat sebelah, sehingga keduanya memiliki porsi yang sama dalam menjalankannya. Meskipun suami dan istri memiliki peran yang berbeda untuk saling melengkapi, namun hal tersebut tidak membedakan kedudukan keduanya, hanya saja untuk menempatkan posisi suami dan istri sesuai porsinya agar tidak memberatkan salah satu pihak.

(6)

6 Normatifnya hal itu tidak menjadi masalah bagi pasangan karena masing-masing telah memahami tanggung jawab dan tugasnya setelah menjalani kehidupan berumah tangga. Masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi adalah masalah-masalah yang memang umumnya terjadi dalam kehidupan rumah tangga seperti masalah ekonomi, perbedaan pendapat, dan beberapa masalah rumah tangga lain. Hal ini tentunya berbeda dengan permasalahan yang akan dialami oleh pernikahan-pernikahan tertentu. Misalnya pada pernikahan berbeda agama, masalah yang mungkin akan dihadapi adalah sulitnya mendapatkan restu dari masing-masing keluarga serta taggung jawab dalam mengajarkan keyakinan untuk anak-anaknya, harus mengajarkan keyakinan istri atau keyakinan suami kepada anak-anaknya.

Contoh permasalahan lain yang berpotensi terjadi adalah pada pernikahan di mana suami dan istri sama-sama bekerja. Keadaan tersebut tidak jarang menimbulkan permasalahan berupa waktu luang untuk keluarga, tanggungjawab atas pengasuhan anak yang dilimpahkan pada pembantu atau orang tua dari suami atau istri, kurangnya keintiman antar keluarga karena intensitas berkumpul yang kurang, anak-anak merasa kurang diperhatikan oleh orangtuanya, dan beberapa permasalahan lain. Selain pernikahan beda agama dan pernikahan pasangan yang keduanya sama sama berkarir, masih banyak contoh pernikan yang dalam pandangan masyarakat umum masih dianggap tidak biasa salah satunya adalah pernikahan antara penyandang disabiltas dengan pasangan yang normal.

(7)

7 Bagi orang dengan kebutuhan khusus, tentunya tanggungjawab yang bagi mayoritas masyarakat dianggap wajar akan memberikan beberapa kesulitan sendiri. Orang dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu yang kita kenal sebagai penyandang disabilitas akan menemukan kesulitan menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai suami maupun istri, mengingat untuk menghadapi diri sendiri saja masih menemui beberapa kesulitan. Keadaan yang demikian agar tidak menimbulkan masalah baru bagi rumah tangganya harus ada pemakluman dari pasangan dan juga keluarga pasangannya serta saling membantu apa yang tidak bisa dilakukan oleh pasangan. Apabila pasangan tidak bisa menerima dan memaklumi kekurangan yang dimiliki pasangannya adalah indikator utama bahwa rumah tangga tersebut sedang berada di ujung tanduk dan mendekati garis merahnya.

Bagi pasangan sesama penyandang disabilitas tentu saja dapat menerima dan memaklumi kondisi pasangannya mengingat bahwa mereka memiliki kondisi atau keterbatasan yang sama, namun bagi manusia pada umumnya menerima keberadaan disabilitas merupakan sesuatu yang sulit apalagi menjadikannya sebagai pasangan hidup. Bagi pasangan sesama disabilitas cara yang dilakukan dalam menjalankan kehidupan dan menghadapi permasalahan rumah tangga bersama pasangan sedikit banyak memiliki kesamaan dengan cara yang dilakukan oleh pasangan sesama normal, tentang bagaimana tanggungjawab dan fungsi yang mereka jalankan dalam kehidupan rumah tangganya.

(8)

8 Sedangkan bagi pasangan dengan kondisi yang berbeda hal ini umumnya akan menjadi kesulitan dan menimbulkan ketimpangan dalam menjalankan tanggungjawab dan tugas masing-masing. kondisi ini tentu akan menimbulkan permasalahan sendiri apabila pasangan tidak mampu menerima dan memaklumi kondisi atau kekurangan tersebut.

Di sisi lain dalam realitas yang terjadi saat ini normalnya hal itu sulit diterima dan seringkali dipandang sebagai suatu beban yang harus ditanggung oleh orang-orang di sekitarnya termasuk pasangannya. Tidak semua orang mampu memaklumi kondisi disabilitas dalam menjalankan tanggungjawabnya, sebaliknya, juga tidak semua disabilitas mampu beradaptasi dengan orang normal apalagi menjadi suami atau istrinya. Sehingga selain penerimaan oleh pasangan, disabilitas juga memiliki cara atau strategi tersendiri agar mampu beradaptasi dalam kehidupan berumahtangga dengan pasangan yang normal beserta keluarganya agar dapat menerima kekurangan yang dimilikinya.

Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang tahun 2018 berhasil terdata sebanyak 1,397 jiwa penyandang disabilitas dengan rincian menurut jenis kelamin 755 laki-laki dan 642 perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penyandang terdapat banyak sekali penyandang disabilitas di Kota Malang. Sementara itu di Kabupaten Malang sendiri juga banyak penyandang disabilitas, dikutip dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Malang tahun 2018 terdata sebanyak 7,686 jiwa penyandang disabiltas yang tersebar dalam 33 kecamatan.

(9)

9 Menelusuri lebih jauh tentang penyandang disabilitas di Kabupaten Malang, Sumberpucung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang dihuni oleh banyak sekali penyandang disabilitas. Sebanyak kurang lebih 170 penyandang disabilitas tinggal di wilayah ini. Dari 170 penyandang disabilitas, 46 di antaranya adalah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) atau disabilitas mental. Selebihnya mengalami disabilitas fisik, intelektual dan sensorik. Dari sejumlah penyandang disabilitas beberapa di antaranya membangun rumah tangga dengan pasangan yang normal (non disabilitas). Penyandang disabilitas yang telah menikah dengan pasangan normal adalah tuna daksa, tuna rungu, dan tuna wicara. Sedangkan untuk kasus tuna grahita yang menikah dengan pasangan normal belum ditemui di wilayah ini hingga saat ini. Kehidupan rumah tangga yang dijalani penyandang disabilitas dengan pasangan yang normal tersebut dapat dikatakan berlangsung sebagaimana mestinya seperti keluarga-keluarga pada umumnya. Penyandang disabilitas yang tinggal di wilayah Kecamatan Sumberpucung dapat diterima dengan baik oleh pasangan dan keluarga yang normal, mereka pun diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tanggungjawabnya dan juga dukungan seperti halnya pasangan pada umumnya.

Keharmonisan yang terjadi di dalam keluarga ini bagi sebagian orang tentunya akan menjadi pertanyaan sendiri mengapa pasangan yang dianggap timpang tersebut dapat bersatu dan bertahan hingga memiliki keturunan, dan bahkan bahtera rumah tangga yang dijalaninya pun cenderung harmonis. Penelitian ini tidak akan menggali mengenai bagaimana model penerimaan

(10)

10 seseorang dengan kondisi normal yang memiliki pasangan disabilitas, namun sebaliknya yang akan digali adalah bagaimana strategi yang dimiliki atau dilakukan oleh penyandang disabilitas untuk beradaptasi sehingga dapat diterima dengan baik oleh pasangan beserta keluarga dari pasangannya yang masih menjadi realitas menarik. Strategi yang akan digali meliputi strategi sebelum melangsungkan pernikahan hingga setelah pernikahan dan menjalani kehidupan rumah tangganya sehingga rumah tangga yang mereka bangun tetap berjalan harmonis sebagaimana kehidupan rumah tangga pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalahnya adalah bagaimana strategi penyandang disabilitas dalam resepsi keluarga baru?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi penyandang disabilitas dalam resepsi keluarga baru.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diklasifikasikan ke dalam 2 kategori yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat yang diperoleh antara lain:

(11)

11 1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih berupa ilmu pengetahuan guna mengembangkan teori-teori Sosiologi khususnya pengembangan teori tindakan voluntaristik dari Talcott Parsons.

1.4.3 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian-penelitian yang relevan yang akan dilakukan selanjutnya sehingga akan terus terbaharui oleh pengembangan penelitian tersebut.

b. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini mampu memberikan sumbangan informasi bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Sosial, Kementerian Sosial, serta pemerintahan lain yang terkait agar dapat digunakan sebagai pertimbangan pengembangan atau pembuatan kebijakan baru untuk mengatur permasalahan terkait kelayakan hidup dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.

(12)

12 1.5 Definisi Konseptual

1.5.1 Penyandang Disabilitas

Disabilitas merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental atau sensorik dalam jangka waktu yang lama sehingga dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar dapat mengalami hambatan dan sulit berpartispasi penuh dengan warga lainnya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas). Penyandang disabilitas merupakan istilah untuk menyebutkan suatu kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik dan kelainan mental (Juli Astutik dkk, 2019:35). Dalam Undang-Undang Penyandang Cacat pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa penyandang disabilitas adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau menghambat baginya untuk melakukan kegiatan sebagaimana mestinya, terdiri dari cacat fisik, cacat mental, serta cacat fisik dan mental (cacat ganda).

1.5.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil yang terdapat dalam lingkungan masyarakat, di mana unit tersebut terdiri dari suami, istri, beserta anak-anaknya (Undang-Undang No 52 Tahun 2009). George Murdock (dalam Rohmat, 2010) mendefinisikan keluarga sebagai suatu kelompok sosial dengan beberapa ciri antara lain memiliki tempat

(13)

13 tinggal, melakukan kerjasama ekonomi dan reproduksi. Keluarga terdiri setidaknya dari dua orang dewasa dari jenis kelamin yang berbeda, diikat dengan hubungan pernikahan yang sah dan hubungan seksual yang disepakati secara sosial, serta terdapat satu atau lebih anak kandung atau anak adopsi dari hasil hubungan seksual secara dewasa (Rohmat, 2010).

1.5.3 Resepsi

Secara luas resepsi diartikan sebagai pengolahan dan pemberian makna serta pemberian respon dari khalayak terhadap suatu objek Resepsi juga diartikan sebagai suatu penerimaan, penyambutan, tanggapan dan reaksi atau sikap (Nyoman Kutha Ratna dalam Umar Bukhory, 2011:210).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sujana dan Ibrahim, 1989:65). Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengungkap suatu permasalahan atau fenomena secara detail.

(14)

14 Pendekatan kualitatif yaitu mengamati orang dalam lingkungannya dengan berinteraksi bersama mereka serta menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar (Nasution S, 1996:5) pendekatan jenis ini tidak memperbolehkan untuk mengisolasikan subjek penelitian ke dalam hipotesis, tetapi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Pendekatan jenis ini digunakan karena penelitian difokuskan pada bagaimana penyandang disabilitas melakukan atau memiliki strategi yang dapat meyakinkan pasangan yang normal maupun keluarga pasangan tersebut untuk dapat menerima kondisi dirinya terlebih dalam kehidupan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga sendiri memerlukan manajemen yang lebih matang daripada kehidupan individu sebelum menikah, sehingga penyandang disabilitas harus memiliki strategi masing-masing yang sesuai dengan kondisi diri dan keluarga barunya.

Data disajikan dengan memaparkan bagaimana strategi yang dimiliki dan dilakukan oleh penyandang disabilitas tersebut berdasarkan jeni disabilitas atau kecacatan yang dialaminya. Data yang disajikan berupa penggambaran meliputi jenis strategi yang dilakukan oleh masing-masing penyandang disabilitas, kemampuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi keluarga, serta bentuk resepsi atau penerimaan yang terjadi setelah dilakukannya strategi tersebut.

(15)

15 1.6.2 Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis mikro. Penggunaan analisis tingkat mikro didasarkan pada cakupan penelitian yang menjelaskan suatu fenomena sosial dengan memfokuskan penggalian dan analisis data pada individu yaitu penyandang disabilitas yang membangun rumah tangga dengan pasangan non disabilitas, di mana penyandang disabiltas memiliki atau melakukan suatu strategi agar dapat diterima oleh pasangan yang normal beserta keluarganya. Analisis dilakukan pada masing-masing individu yang menjadi subjek penelitian yakni penyandang tuna daksa, tuna netra dan tuna rungu wicara untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan tepatnya di Kecamatan Sumberpucung, di mana di kecamatan Sumberpucung sendiri terdapat banyak penyandang disabilitas dan beberapa di antaranya membangun rumah tangga bersama pasangan normal. Dari data yang tercatat, sebanyak kurang lebih 170 jiwa penyandang disabilitas tinggal di Kecamatan Sumberpucung. 46 di antaranya merupakan ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa), sedangkan sisanya merupakan penyandang disabilitas fisik, mental dan sensorik seperti tunarungu, tunawicara, tunadaksa dan

(16)

16 antaranya telah membangun rumah tangga dengan pasangan normal (non disabilitas).

Sasaran penelitian ditujukan pada penyandang disabilitas di wilayah ini yang menikah dengan orang normal. Sasaran ini peneliti untuk fokus ke permasalahan yang akan digali. Sebanyak lima penyandang disabilitas yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini bertempat tinggal di Desa Jatiguwi, Sumberpucung, Sambigede dan Senggreng Kecamatan Sumberpucung.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek dalam penelitian kualitatif dikategorikan menjadi probability sampling dan nonprobability

sampling. Probability sampling memungkinkan setiap anggota populasi

mendapatkan peluang yang sama sebagai sumber data. Sementara dalam teknik nonprobability sampling tidak semua anggota populasi mendapat peluang yang sama sebagai sumber data, hanya anggota-anggota tertentu yang bisa mendapatkan peluang tersebut.

Teknik penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti (Sugiyono, 2015:218-219). Kriteria subjek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagi berikut:

(17)

17 a. Penyandang disabilitas yang tinggal di Kecamatan Sumberpucung. Hal ini disesuaikan dengan tema yang diambil beserta fokus lokasi yang ingin digali.

b. Telah menikah dengan pasangan yang normal. Hal ini dikarenakan penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana strategi yang dimiliki atau dilakukan oleh penyandang disabilitas agar bisa diterima oleh pasangan dengan fisik yang normal beserta keluarganya.

c. Mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Hal ini dimaksudkan agar subjek dapat memberikan informasi kepada peneliti dalam keadaan sadar dan mampu menyampaikan sesuatu dengan baik dan dapat diterima oleh peneliti. Subjek meliputi penyandang tuna daksa dan tuna netra, serta tuna rungu wicara. Komunikasi dengan tuna daksa dan tuna netra dilakukan secara langsung, sedangkan komunikasi dengan tuna rungu wicara menggunakan bahasa isyarat yang dibantu oleh penerjemah bahasa isyarat.

Jenis penyandang disabilitas yang dipilih adalah tuna daksa, tuna netra dan tuna rungu wicara. Hal ini dikarenakan setiap jenis penyandang disabilitas memiliki strategi yang berbeda sesuai dengan jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapinya. Misalnya strategi yang dimiliki oleh penyandang tuna daksa berbeda dengan strategi yang dimiliki oleh penyandang tuna netra maupun tuna rungu wicara, begitu juga sebalikya.

(18)

18 1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik gabungan yakni wawancara semi terstruktur (semistructure interview) observasi partisipatif pasif dan studi dokumen guna menggali data secara mendalam mengenai fokus permasalahan. Wawancara semi terstruktur (semistructure interview) adalah teknik wawancara secara mendalam (depth in interview) yang pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara terstruktur, di mana tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan dengan lebih terbuka dari subjek penelitian ( Sugiyono, 2015:233). Wawancara dalam penelitiaan ini dilakukan setelah pendekatan berhasil dilakukan sehingga terjalin keintiman antara peneliti dengan subjek penelitian tersebut dan informasi yang diperoleh lebih valid.

Teknik yang kedua yaitu observasi partisipatif pasif. Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data secara sistematis dengan prosedur terstandar (Suharsimi Arikunto, 2010:265). Observasi partisipatoris pasif yaitu suatu teknik observasi di mana peneliti berada di tempat aktivitas atau kegiatan subjek namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan subjek (Sugiyono, 2015:227). Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dan wawancara dalam satu waktu. Sehingga informasi yang didapat melalui wawancara dapat langsung dilihat ketika subjek melakukan tindakannya.

(19)

19 Teknik terakhir yang digunakan adalah studi dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang pernah terjadi atau sudah berlalu yang berbentuk gambar, tulisan atau karya monumental (Sugiyono, 2015:240). Studi dokumen dalam penelitian digunakan sebagai data penunjang dari data yang dikumpulkan melalui teknik-teknik sebelumnya yaitu wawancara semi terstrukur dan observasi partisipatif pasif. Studi dokumen yang dilakukan menghasilkan data terkait pemerintahan Kecamatan Sumberpucung serta dokumen pribadi yang hanya dimiliki oleh subjek penelitian.

Teknis di lapangan adalah menemukan subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Setelah subjek ditemukan langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan sekaligus wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan data serta melakukan observasi partisipatif pasif dengan cara mengamati keseharian subjek baik dari segi interaksinya dengan pasangan dan keluarganya maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan rumah tangganya seperti tugas rumah tangga dan sebagainya. Khusus penggalian data dengan subjek tuna rungu wicara, dibantu oleh seorang penerjemah bahasa isyarat untuk memudahkan proses wawancara. Selanjutnya studi dokumen dilakukan guna menambah data yang belum didapatkan pada proses wawancara semi terstruktur dan observasi sehingga diperlukan data tambahan.

(20)

20 1.6.6 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses pengolahan hasil data di lapangan yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang dilakukan. Analisa data dilakukan dengan cara mengorganisasikan dan menjabarkan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari serta membuat kesimpulan akhir (Sugiyono, 2015:244).

Analisa data hasil penelitian dilakukan dengan memberikan gambaran atau deskripsi hasil temuan lapangan dari subjek yang diteliti. Analisa data hasil penelitian dilakukan secara berkala setiap melakukan penelitian. Pada analisis data akhir dilakukan setelah proses pengumpulan data berakhir.

Teknik analisa data lapangan pada penelitian ini menggunakan model analisa interaktif atau kausal yang dicetuskan oleh Miles dan Hurberman di mana proses analisa data penelitian dibagi dalam tiga tahapan (Sugiyono, 2015:246). Ketiga teknik tersebut yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Setelah melakukan penggalian data pada subjek penelitian, banyak informasi yang didapatkan baik yang mengerucut pada fokus penelitian maupun kurang atau tidak mengerucut. Oleh karena banyaknya informasi yang diterima, maka perlu dilakukan pencatatan rinci. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

(21)

21 pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian maka dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2015:247).

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan berkala setelah melakukan penggalian data pada subjek pertama hingga subjek terakhir. Data kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenis subjek mengingat terdapat tiga jenis subjek penelitian yakni penyandang tuna daksa, runa netra serta tuna rungu wicara.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data hasil reduksi tersebut. Dalam penelitian ini data disajikan dengan uraian singkat mengenai fokusan yang diangkat dan data-data yang diperoleh selama di lapangan serta hubungan antar kategori.

Data yang disajikan meliputi deskripsi subjek penelitian yang dipilih, strategi yang dimiliki atau dilakukan oleh penyandang disabilitas, kemampuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi keluarga serta bentuk penerimaan keluarga baru terhadap penyandang disabilitas yang telah menerapkan beberapa stratei tersebut.

(22)

22 3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dari analisa data model ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik didukung dengan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh peneliti. Kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan masalah awal mungkin juga tidak. Hal ini tergantung pada temuan informasi selama proses penelitian.

Kesimpulan dari penelitian ini menjawab dari rumusan masalah, yakni menggambarkan beberapa macam strategi yang diterapkan beserta hasil yang didapatkan. Kesimpulannya yaitu strategi yang telah diterapkan oleh penyandang disabilitas mampu untuk membantu disabilitas sehingga dapat diterima oleh keluarga baru dengan baik.

(23)

23 Skema 1.1 Proses Analisa Data Lapangan Menggunakan Model Interaktif

Penggalian

Data Lapangan

Subjek 1

Subjek 2

Subjek 3

Reduksi

tahap 1

Reduksi

tahap 1

Reduksi tahap 1 Reduksi tahap 1

Reduksi

tahap 1

Reduksi

tahap 2

Penyajian data yang telah direduksi

Penarikan kesimpulan dan

menjawab rumusan masalah

(24)

24 1.6.7 Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian penting dilakukan untuk memastikan bahwa data hasil penelitian yang dilakukan benar-benar akurat. Uji validitas data pada penelitian ini dilakukan dengan metode triangulasi data. Triangulasi merupakan metode pengecekan ulang menenai data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2015:273). Metode triangulasi dibedakan menjadi 3 yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data serta triangulasi waktu.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik merupakan cara untuk menguji keabsahan data dengan teknik yang berbeda dari teknik yang digunakan sebelumnya, kemudian dideskripsikan dan ditarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas data adalah teknik survey yang menguji hasil data yang diperoleh melalui teknik wawancara dan observasi. Apabila ditemukan perbedaan maka penelitian akan diteruskan lagi hingga memperoleh data yang sama dari metode yang berbeda tersebut.

Pada penggalian data awal digunakan teknik wawancara semi terstruktur yang dilanjutkan dengan observasi pada kelima narasumber yang ditentukan. Hasil dari penggalian data tersebut kemudian direduksi untuk mengklasifikasikan data utama dan data pendukung. Setelah data direduksi dilanjutkan dengan uji validitas data yaitu dengan

(25)

25 menggunakan survey yaitu pertanyaan-pertanyaan yang substansinya sama dengan pertanyaan wawancara.

Hasil dari wawancara semiterstruktur, observasi serta survey hasil yang sama. Data yang dihasilkan melalui proses wawancara dan observasi memiliki kesamaan dengan data yang dikumpulkan melalui teknik survey sehingga hasil tersebut dapat diyakini sebagai hasil yang valid.

Referensi

Dokumen terkait

12 Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada Juru Pelindung Pengembangan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Gapura Masjid Wali

Kemudian penelitian ini memiliki sisi yang menarik dan menjadikan alasan juga penulis untuk meneliti yaitu pada rezim sebelumnya seperti Protokol Kyoto sebagian besar negara

Tanggul alamiah (‘natural levee’) merupakan gambaran dari kondisi sistem sungai tua. Tanggul alamiah terbentuk dekat dengan alur sungai sebagai proses pengendapan material

Untuk membantu perusahaan yaitu PT.X dalam perencanaan dan pengendalian manajer pusat laba didalam pengambilan keputusan yang optimal serta memungkinkan perusah:aan

Secara umum, pada Bulan Januari 2015, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan kegiatan dengan baik sesuai dengan rencana pencapaian tahapan-tahapan

perusahaan, maka BCP dari sistem informasi harus menyertakan bagian lain yang terkait dengan BCP Staf-staf yang diperlukan untuk menjalankan fungsi bisnis yang penting saat

Kemampuan produk nasional untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mengakses pasar yang lebih luas dalam pasar bebas regional dan global, tentunya tidak

Pada penelitian ini, peneliti mengambil judul “Pembuatan Sistem Informasi Rental Mobil Pada Purnama Rent Car Ploso Pacitan” Rental mobil merupakan salah satu bisnis yang