• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran agama Hindu di sumatera utara berasal daerah pantai barat sumatera utara yang dulunya menjadi pintu gerbang perdagangan. Dari daerah inilah penyebaran agama Hindu dimulai hingga menyebar ke kota Medan yang menjadi pusat ibukota sumatera utara, hingga membentuk suatu kumpulan penganut agama hindu. Kumpulan dari orang-orang pemeluk agama Hindu dalam satu lingkungan menyebut kumpulan mereka ini sebagai masyarakat Hindu1

Upacara Mandalabhisekam merupakan upacara peresmian peletakan arca-arca dewa umat Hindu (Bhakta

. Dalam menjalankan dan melaksanakan ajaran agama Hindu yang dianut, masyarakat Hindu melaksanakan kegiatan ibadah rutin yang dilaksanakan setiap hari di kuil.

Oleh karena ajaran agama menganjurkan untuk beribadah di kuil, maka masyarakat Hindu membangun Kuil sebagai tempat beribadah atau sembahyang untuk memuja Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Satu Kuil tempat persembahyangan yang baru dibangun dan terdapat di Medan adalah Shri Balaji Venkateshwara Koil. Dan pada saat peresmian kuil ini, dilakukanlah upacara Mandalabhisekam sebagai syarat agar kuil tersebut dapat dipergunakan sesuai dengan aturan agama Hindu.

2

1 Wawancara dengan Bapak Suba Thina Thayalan,SE pada tanggal 12 April 2012 2Bhakta adalah umat dalam agama Hindu

) yang antara lain perwujudan dari dewa Wishnu (Shri Balaji Venkateshwara), perwujudan Shri Padmawati, perwujudan Shri Aandaal, perwujudan dewa Ganesha (Shri Wisnu Ganapathi), perwujudan Shri Garuda, dan perwujudan Shri Hanuman yang telah didoakan dan nantinya akan dimandikan (disucikan) serta dikawinkan secara

(2)

simbolis sebagai persyaratan dalam upacara Mandalabhisekam. Upacara ini dilakukan selama 13 hari, dimana selama 12 hari para Bhakta akan rutin mengadakan doa yang dimulai pada pukul 18.00 hingga 20.00. Upacara berdoa tersebut dilakukan untuk mendoakan segala persiapan menyambut pelaksanaan upacara Mandalabhisekam serta mendoakan kesucian arca-arca dewa umat Hindu. Selama dalam rentang waktu mengadakan upacara ini, semua Bhakta yang terlibat diharuskan agar menjaga kesuciannya dengan cara tidak mengkonsumsi bahan yang berasal dari hewani melainkan menjadi vegetarian. Pada rentang waktu selama 13 hari ini juga para Bhakta dapat mengadakan acara ucapan syukur kepada dewa dengan cara mengadakan jamuan makan kepada seluruh Bhakta.

Dan pada hari ke-13, upacara Mandalabhisekam merupakan puncak upacara, setelah upacara peletakan arca-arca dewa dilakukan, selanjutnya dilakukan dua tahap upacara pada hari yang bersamaan. Tahap pertama dilakukan pada pukul 08.00 - 12.30 yaitu upacara 108 Kalasa Thirumanjana dan tahap ke-dua akan dilakukan pada jam 17.00 - 20.00 yaitu upacara Kalyana Mohotsava.

Tahap pertama, upacara yang dilakukan adalah upacara 108 Kalasa Thirumanjana, yaitu upacara memandikan Vigraha Dewa Wishnu (Shri Balaji Venkateshwara) yang terdapat di kuil dengan menggunakan sarana / perlengkapan susu, susu masam, minyak sapi, madu, air kelapa muda, serbuk kunyit, serbuk cendana berikut air yang disucikan dan didoakan dari 108 kalasa yang disediakan Bhakta. Dalam upacara ini pendeta yang berkedudukan sebagai pemimpin upacara akan mengucapkan mantra yang ditujukan kepada dewa-dewa yang diagungkan. Upacara ini dilakukan oleh 108 pasangan yang berasal dari Bhakta. Manfaat upacara 108 Kalasa Thirumanjana bagi para Bhakta yaitu akan mengalami penyembuhan dari cacat mental, penyakit kronis, dan dikaruniai keturunan.

Dengan berpartisipasi dalam upacara 108 Kalasa Thirumanjana, Dewa Wishnu (Shri Balaji Venkateshwara) sebagai pelipur lara Bhakta akan memberikan obat dan kepuasan dari

(3)

kekhawatiran serta kendala lain Bhakta sehari-hari seperti kedamaian hati, panjang umur, tambah harta, kemakmuran lingkungan, keselamatan bagi para petani (Dhana Dhanya Samruthi), harmonisasi keluarga, dan pekerjaan / usahanya sendiri.

Tahap kedua yaitu upacara Kalyana Mohotsava yang merupakan upacara perkawinan simbolis arca perwujudan Dewa Wishnu (Shri Balaji Venkateshwara) dengan arca perwujudan Shri Padmawati dan arca perwujudan Shri Aandaal yang dilakukan oleh pendeta dan seluruh Bhakta. Dalam upacara ini Bhakta yang terdiri dari wanita bersuami atau anak gadis dapat membawa hantaran untuk perkawinan (Varisai Taddu) berupa dua macam buah, bunga atau kalung bunga, gelang tangan, serbuk kunkuman, daun sirih, dan pinang yang ditempatkan pada sebuah talam. Hantaran ini nantinya akan dipersembahkan kepada dewa yang mereka sembah. Pada akhir upacara ini, arca dewa-dewi yang telah dikawinkan secara simbolis akan diarak kejalanan sesuai lokasi yang telah disepakati, untuk mengabarkan kepada semua Bhakta bahwa perkawinan yang dilakukan telah terlaksana dan memberi berkat kepada para Bhakta yang tidak dapat hadir dalam upacara itu.

Dalam pelaksanaan upacara ini, pendeta juga akan mengucapkan mantra3 yang diucapkan dengan tekhnik Chanting4

3 Mantra adalah kata-kata atau doa yang diucapkan atau dinyanyikan oleh pemimpin upacara yaitu Pendeta dalam upacara keagamaan, memiliki arti dan terkadang rahasia sifatnya.

4 Chanting adalah mengucapkan doa dengan tekhnik bernyanyi.

, yang berasal dari kitab suci Veda, dan diiringi oleh instrument Nagasvharam yaitu sejenis alat musik yang tergolong kedalam aerofon (alat musik tiup) sebagai instrument utama pembawa melodi, ditambah iringan Thavil yaitu alat musik berbentuk barrel yang tergolong kedalam membranofon dan Sruthi box. Sruthi box yang dipakai pada upacara ini merupakan sejenis alat musik yang tergolong kedalam elektrofon yang berfungsi sebagai drone (nada yang dimainkan secara terus menerus). Musik berfungsi sebagai pengiring pengucapan mantra dan pelengkap dalam pelaksanaan upacara.

(4)

Pada saat arak-arakan, musik dipercaya berfungsi sebagai penjaga dan pembawa roh dewa yang diarak ke arah yang ingin dituju.

Fungsi dari mantra ini dipercayai oleh Bhakta dapat menjadi sarana komunikasi penyampai keinginan dan ucapan syukur kepada dewa yang diagungkan serta sarana untuk meminta berkat kepada dewa. Dalam mengucapkan mantra para Bhakta akan dipimpin oleh seorang Aiyere Swamy (pendeta) kemudian diikuti oleh Bhakta, dimana mantra yang diucapkan ini berasal dari Veda (kitab suci agama Hindu). Selama proses ini berlangsung selalu diiringi oleh instrument Nagasvharam, Thavil, dan Shruti box. Mantra pada upacara Mandalabhisekam ini merupakan suatu penyajian yang menarik perhatian penulis, karena penulis percaya bahwa mantra memiliki peran yang sangat penting dan dapat dikatakan upacara ini tidak akan tercapai jika mantra tidak diucapkan.

Disini yang menjadi objek penelitian penulis adalah mantra yang dibacakan dengan tekhnik bernyanyi. Berangkat dari sinilah penulis ingin mengetahui dan meneliti berbagai aspek yang terkait dengan teks mantra yang terdapat dalam pelaksanaan upacara Mandalabhisekam, nilai religius mantra yang tercermin dari pelaksanaan upacara Mandalabhisekam, dan bagaimana nilai sastra yang berkaitan dengan aspek teks mantra yang digunakan dalam upacara tersebut.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memakai beberapa skripsi terdahulu sebagai bahan referensi, yaitu S, Jhonny Edwin.1995. Pirartenei pada Aktifitas Religius Masyarakat Tamil di Shri Mariaman Kuil-Medan: Kajian Struktur Musik Dan Teks. Medan: USU , Purba,Destri Damayanti. 2011. Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara Adhi Triwula Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri Singgamma Kali Koil Medan. Medan: USU dan Simanjuntak, Rina Gustriani.2011. Studi Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Kitab Shri Guru Granth Sahib Ji Pada Upacara Pahila Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing Tinggi. Medan: USU.

(5)

Hal-hal di atas tersebut yang menjadi dasar penulis sehingga memilihnya menjadi tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Dengan demikian penulis memberi judul: “STUDI DESKRIPTIF PENGUCAPAN MANTRA DALAM KONTEKS UPACARA MANDALABHISEKAM PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI BALAJI VENKATESHWARA KOIL MEDAN”.

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi upacara Mandalabhisekam yang berlangsung di kuil Shri Balaji Venkatheswara Koil?

2. Bagaimana struktur melodi mantra pada upacara Mandalabhisekam? 3. Bagaimana fungsi mantra dalam upacara Mandalabhisekam?

4. Bagaimana makna teks mantra pada upacara Mandalabhisekam?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penulis mengadakan penelitian dan penulisan ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan mendokumentasikan upacara Mandalabhisekam pada masyarakat Hindu Tamil di kuil Shri Balaji Venkateshwara Koil Medan.

2. Untuk mengetahui struktur melodi mantra yang dipakai dalam upacara Mandalabhisekam.

3. Untuk mengetahui fungsi mantra yang dipakai dalam upacara Mandalabhisekam. 4. Untuk mengetahui makna teks mantra dalam upacara Mandalabhisekam.

(6)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian adalah:

1. Memberikan informasi tentang jalannya upacara Mandalabhisekam pada masyarakat Hindu Tamil di kuil Shri Balaji Venkateshwara Koil Medan.

2. Memberikan kajian musikologis mantra pada suatu upacara religi yang melibatkan unsur-unsur musikal dalam disiplin ilmu Etnomusikologi secara khusus dan ilmu pengetahuan secara umum.

3. Salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. R.Merton mendefinisikan: “Konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati; konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan hubungan empiris” (Merton, 1963: hal.89).

Adapun konsep musik dalam konteks upacara Mandalabhisekam yang dimaksud penulis adalah musik vokal yang dalam hal ini adalah pengucapan mantra.

Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Upacara dalam konteks agama menurut Koentjaraningrat (1992:252) disebut sebagai kelakuan agama (perasaan cinta, hormat, bakti, tetapi juga takut, ngeri, dan lain sebagainya) yang bertujuan untuk mencari hubungan dengan dunia gaib.

Istilah masyarakat dalam penulisan judul memiliki arti seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1983:106-107), yaitu sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan

(7)

organisasi-organisasi tertentu. Selain itu Soerjono Soekanto menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian.

Upacara Mandalabhisekam merupakan upacara peresmian kuil yang memiliki tahapan, antara lain peletakan arca-arca dewa umat Hindu (Bhakta) yang antara lain perwujudan dari dewa wishnu (Shri Balaji Venkateshwara), perwujudan dari Shri Padmawati, perwujudan Shri Aandaal, perwujudan dari dewa Ganesha (Shri Wisnu Ganapathi), perwujudan dari Shri Garuda dan perwujudan Shri Hanuman yang telah didoakan dan nantinya akan dimandikan (disucikan) serta dikawinkan secara simbolis sebagai persyaratan dalam upacara Mandalabhisekam, yang bertujuan untuk meminta berkat, rejeki, umur yang panjang serta kesembuhan dari penyakit.

Mantra adalah doa yang diucapkan dengan tekhnik bernyanyi, yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dan agar diberikan berkat yang berkelimpahan dan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Konsep tentang pengucapan mantra secara Etnomusikologi dikategorikan sebagai musik vokal, yang berpedoman pada pengertian musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 85

Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Kecuali (1) menyimpulkan generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta hasil pengamatan, teori

)

1.4.2 Teori

5

Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun 1977 yang dialihbahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada tahun 1993.

(8)

itu juga; (2) memberi kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian; (3) memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi; (4) mengisi lowongan dalam pengetahuan kita tentang gejala-gejala yang telah atau sedang terjadi. Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan judul di atas. Teori yang dimaksud sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1977:30), yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.

Berikut ini teori-teori yang digunakan yaitu:

1. Untuk mengkaji upacara Mandalabhisekam, penulis menggunakan konsep unsur-unsur pendukung upacara yang dikemukakan Koentjaraningrat (1985:168) bahwa upacara keagamaan terbagi atas 4 komponen, yaitu : (a) tempat upacara, (b) saat upacara, (c) benda-benda dan alat-alat upacara, (d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

2. Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi mantra sebagai musik vokal pada upacara Mandalabhisekam, penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam (1964:219-222) mengatakan secara implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3 )fungsi hiburan, (4) fungsi

(9)

perlambangan, (5) fungsi reaksi jasmani, (6) fungsi komunikasi, (7) fungsi kesinambungan budaya, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (9) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, (10) fungsi pengintegrasian masyarakat, tetapi Merriam tidak mengadakan pembatasan, mungkin fungsinya lebih dari sepuluh. Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 (lima) kategori, yaitu: 1) Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2) Hubungan musik dengan kelembagaan sosial, 3) Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4) Hubungan musik dengan nilai-nilai estetika, 5) hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan (uses) musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan (folkways) memainkan musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas yang lain.

3. Berkaitan dengan musikologis, teori Weighted Scale dari William P.Malm (1977;8) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan ketika mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) Scale (tangga nada), (2) Nada Dasar, (3) Range (wilayah Nada), (4) Frequency of notes (jumlah nada-nada), (5) Prevalent Intervals (interval yang dipakai), (6) Cadence Patterns (pola-pola kadensa), (7) Melodic Formulas (Formula-formula melodi), (8) Contour (kontur).

4. Untuk melihat hubungan antara teks mantra dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis. Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi mantra.

5. Dalam hal transkripsi terhadap mantra, penulis berpedoman kepada teori Nettl (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu :

(10)

b) Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti upacara Mandalabhisekam ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan:

“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri. Dalam bagian ini disusun rancangan penelitian ini, menjajaki/menilai keadaan lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.

Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan seorang peneliti untuk mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu Handycam merk Sony, kamera digital merk Canon, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) upacara Mandalabhisekam pada bulan Maret.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama.

(11)

Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori. Dan sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Dalam tahapan ini penulis mencari, mempelajari, dan menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dan dapat membantu pemecahan permasalahan. Dari hasil studi kepustakaan yang dilakukan penelitian upacara Mandalabhisekam dalam hubungannya dengan mantra masih sulit didapat.

Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Tamil yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku Metode-metode penelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan:

(1). Observasi (Pengamatan)

Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan-kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan,

(12)

maka pengamat menghadapi persoalan bagaimana cara ia dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan tanpa harus bersembunyi, tetapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan-kegiatan yang diamatinya.

Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang jalannya upacara, sarana yang dipergunakan, pelaku upacara, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan

sebagai laporan hasil pengamatan penulis. Dalam hal ini penulis terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak panitia upacara.

(2). Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan dari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu.

Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan.

(13)

(3). Perekaman

Dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara :

1. Perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan handycam merk Sony mini DVD. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal.

2. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk Canon. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak panitia dan panitia pelaksana.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan, sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.

Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspek struktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang inter-disipliner dan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehingga permasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun dalam bentuk skripsi. Jika data yang dirasa masih kurang lengkap, maka penulis melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal ini dilakukan berulang-ulang.

(14)

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih Kuil Shri Balaji Venkateshwara Koil, yang terletak di Jalan Bunga Wijaya Kesuma no. 25-A, kelurahan Padang Bulan selayang II, kec. Medan Selayang, Medan. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan beberapa alasan yaitu :

1. Kuil Shri Balaji Venkateshwara merupakan kuil yang baru dibangun dan upacara ini hanya dilakukan pada saat pembangunan suatu kuil baru maupun pemugaran kuil jika dibutuhkan. Di sini penulis mendapat ijin dari pihak panitia upacara Mandalabhisekam dan pendeta untuk menyaksikan dan mengikuti jalannya upacara ini, sebagai sarana tempat penelitian penulisan.

2. Penulis mengikuti jalannya upacara di Kuil dari awal hingga akhir upacara, karena pelaksanaan upacara ini sangat jarang dilakukan.

3. Tokoh-tokoh agama yang mengetahui tata cara upacara ini masih ada yang berdomisili di Medan.

1.7 Pemilihan Narasumber (Informan)

Untuk pengumpulan data yang diperlukan, penulis memilih beberapa informasi yang dapat memberikan informasi-informasi yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Hal ini didukung oleh pendapat Koentjaraningrat (1977:163-164) mengenai informan pangkal dan informan pokok.

1. Informan pangkal adalah informan yang memberikan petunjuk kepada peneliti tentang adanya individu lain dalam masyarakat yang dapat memberikan berbagai keterangan yang diperlukan.

Untuk penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah :

1. Bapak Drs.Gopala Krishna Naidu, SH, yaitu yang telah memberikan informasi tentang upacara Mandalabhisekam dan lokasi penelitian.

(15)

2. Anan Kumar, yaitu pengurus upacara yang memberikan informasi dan akses.

2. Informan pokok (kunci) adalah informan yang ahli tentang sektor-sektor masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan yang ingin kita ketahui.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan pokok adalah :

1. Bapak Suba Thina Thayalan,SE, yaitu penerjemah sekaligu narasumber. 2. Pendeta V.Hanumacharyulu, pada saat melakukan wawancara peneliti dan

narasumber mengalami hambatan dalam hal komunikasi sehingga dibantu oleh Bapak Suba Thina Thayalan, namun komunikasi diantara keduanyapun tidak berjalan dengan lancar sehingga peneliti dalam tulisan ini memasukkan data yang berhasil diterjemahkan oleh Bapak Suba Thina Thayalan, dimana ketepatan dan kekurang tepatan data yang didapat di lapangan, peneliti serahkan kepada Bapak Suba Thina Thayalan.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengukur dan menganalisa apakah terdapat pengaruh CAR, NPL, LDR dan BOPO tersebut terhadap kinerja yang diproksi

Uji statistik yang digunakan untuk mengeta- hui interaksi antara Indeks Massa Tubuh dan rasio lingkar pinggang pinggul terhadap kadar kolesterol LDL menunjukkan nilai

Penelitian ini adalah Penelitian Pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik pada pokok bahasan Pecahan untuk

Komunikasi interactive merupakan komunikasi 2 arah antara pelanggan dengan perusahaan untuk saling bertukar informasi. Triwarna Eka Multimedia menyediakan fitur chatting

Has il penelitian menunjukkan bahwa nilai Kuat Tekan maksimum campuran agregat dari berbagai quarry dengan menggunakan standar SK SNI diperoleh pada quarry Danau

Bantalan pada alat uji dibagi atas dua bagian, yaitu bantalan 1 dan bantalan 2 yang berada pada bagian 1, bantalan 1 merupakan bantalan yang mengalami

Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah ter- struktur dengan tujuan untuk mengumpulkan jawaban kuesioner dari dosen akuntansi yang bekerja

Bagi mereka yang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak, mengakibatkan luka berat atau kematian