• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Perusahaan bertugas mengolah sumber-sumber ekonomi atau sering disebut faktor-faktor produksi. Tujuan utama didirikan perusahaan selaku pelaku bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kelangsungan usaha. Modal merupakan salah satu faktor yang dominan dalam kelangsungan usaha perusahaan.

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang disetor oleh para investor dalam rangka kemajuan perusahaan, perlu adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Berbagai aspek perlu dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu mengelola dana yang berasal dari investor atau pemegang saham, dengan menilai dari seberapa besar capital gain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat capital gain yang diberikan oleh perusahaan kepada investor maka akan semakin tinggi nilai perusahaan yang tercermin dalam nilai saham di bursa efek. Kondisi ini biasanya terjadi pada perusahaan yang go public atau Perusahaan Terbuka (Tbk), yang menjual saham di pasar modal atau bursa efek. Salah perusahaan yang menjual sahamnya pada bursa efek dan memiliki kinerja baik yaitu industri semen.

Pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa penjualan semen domestik sepanjang semester pertama 2011 naik 15% menjadi 22,49 juta ton didorong kuatnya permintaan dari sektor properti dan proyek infrastruktur. Hal ini pun dikuatkan oleh CLSA, Di Shui yang mengatakan bahwa tiga produsen semen nasional, PT Semen Gresik Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk menguasai 87% pasar. Kapasitas produksi BUMN semen

(2)

itu mencapai 19 juta ton setahun. Sementara tingkat pemanfaatan kapasitas (utilisasi) sudah mencapai 97%. www.investor.co.id.

Dari ketiga perusahaan semen, yaitu PT Semen Gresik Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk yang tercatat mengalami kenaikan laba khususnya pada tahun 2011. Masing – masing laba yang diperoleh dapat mencerminkan kinerja yang baik dan memungkinkan para investor akan menanamkan investasi pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Indonesia.

Pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk mencatatkan laba komprehensif naik 15% dari Rp 1,64 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp 1,89 triliun pada semester pertama 2011. Hal ini dapat dikuatkan dengan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia yaitu total laba yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dari Rp 1,62 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp1,89 triliun pada semester pertama 2011. Kenaikan laba bersih diikuti kenaikan pendapatan dari Rp 6,61 triliun pada semester pertama 2010 menjadi Rp7,60 triliun pada semester pertama 2011.www.semengresik.com.

Sedangkan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami kenaikan laba bersih pada kuartal 1-2011 ini disebabkan kenaikan laba usaha dari Rp 979,99 miliar pada kuartal 1-2010 menjadi Rp 1,06 triliun. Pendapatan bersih kuartal 1-2011 juga naik menjadi Rp 2,94 triliun dari Rp 2,55 triliun pada kuartal 1-2010. pasarmodal.inilah.com.

Selain kenaikan laba yang telah dijelaskan diatas, unik dan resilient dapat memberikan gambaran kondisi industri semen nasional. Di tengah fenomena pertumbuhan ekonomi yang terus bergerak naik, disertai dukungan pemerintah terhadap perbaikan iklim investasi dan pembangunan infrastruktur, nampaknya kinerja industri semen nasional akan semakin cemerlang. Tingkat permintaan yang resilient didukung oleh kemampuan mempertahankan harga jual, telah berhasil mendorong kinerja keuangan produsen semen yang sangat baik. Uniknya, ditengah kondisi perusahaan lain mengalami penurunan kinerja keuangan dan bahkan ada yang merugi, secara rata-rata margin produsen semen masih bisa dipertahankan di kisaran 20%-30% dan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun

(3)

sebelumnya. Kinerja keuangan yang baik ini diperkirakan akan terus berlanjut dari tahun ke tahun. bataviase.co.id.

Tingginya kinerja keuangan produsen semen yang sangat baik dapat mempengaruhi investor untuk berinvestasi pada perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan, yaitu seberapa jauh manajemen perusahaan telah berhasil mengelola perusahaan atas nama para pemegang saham sehingga kekuatan pasar di bursa ditunjukkan dengan adanya transaksi jual beli saham perusahaan tersebut di pasar modal. Terjadinya transaksi jual beli tersebut didasarkan pada pengamatan para investor terhadap kinerja perusahaan sehingga pada umumnya perusahaan yang diketahui mempunyai kinerja yang bagus akan mempunyai prospek kenaikan harga saham dengan cepat.

Naiknya harga saham merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh para pemegang saham karena investor akan memperoleh keuntungan dari kepemilikan saham berupa capital gain (merupakan selisih lebih, dari harga beli saham dan harga jual saham) disamping dividen kas (yaitu pembagian sebagian laba perusahaan kepada para pemegang saham). Dengan mempertimbangkan kinerja perusahaan para pemegang saham yang tidak puas terhadap kinerja perusahaan akan menjual sahamnya dan menanamkannya pada perusahaan lain.

Selama ini alat populer yang biasa digunakan dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio keuangan, namun disadari bahwa rasio keuangan sebagai alat pengukuran kinerja ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah bahwa rasio keuangan tersebut mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Selain itu, dalam menganalisis setiap rasio di atas, angka-angka yang diperoleh dari perhitungan tidak bisa berdiri sendiri. Rasio-rasio tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal berikut ini bisa terpenuhi, yaitu adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir sama dan juga harus diadakan analisis kecendrungan (trend) dari setiap rasio terhadap rasio-rasio sebelumnya.

(4)

Mengingat keterbatasan analisis rasio keuangan tersebut sebagai alat pengukur kinerja keuangan perusahaan, maka ada pendekatan lain yang disebut dengan Economic Value Added (EVA). Konsep Economic Value Added adalah pengukuran kinerja perusahaan harus mempertimbangkan harapan pada penyandang dana secara adil dengan mempertimbangkan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital, WACC). Dengan perhitungan Economic Value Added dan Market Value Added, diharapkan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomi perusahaan yang realistis, dan juga dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga dapat mempermudah para pemakai laporan keuangan dalam melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan dalam rangka pembuatan keputusan untuk berinvestasi.

Konsep EVA secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ukuran perhitungan riil dari operasi perusahaan. EVA diperoleh dari laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal (cost of capital), yaitu jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan yang merupakan jumlah dari total utang dan modal saham dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).

Apabila dilihat dari harga saham yang merupakan salah satu parameter pengukuran kinerja dari sebuah perusahaan dan menunjukkan adanya peningkatan kekayaan pemegang saham sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Karena naik turunnya harga saham dapat dilihat dari banyak tidaknya minat beli para investor untuk membeli saham suatu perusahaan dalam pasar saham. Pada industri semen harga saham tahun 2010 mengalami peningkatan, pada Holcim peningkatan sebesar 1,62% dan Indocement sebesar 0,34%. Namun dikatakan bahwa peningkatan harga saham tidak dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham (MVA) dan tidak menunjukkan kinerja positif pada perusahaan tersebut.www.inilah.com.

Berdasarkan pemaparan diatas dan mengingat pentingnya pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan, terutama untuk memenuhi keinginan pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan tersedianya alat ukur keuangan lain, yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), maka penulis menjadikan hal ini sebagai topik dalam penelitian dengan

(5)

judul “Pengukuran Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Semen yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Periode 2006-2010)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja keuangan industri semen dengan menggunakan analisis EVA ?

2. Bagaimana kinerja keuangan industri semen dengan menggunakan analisis MVA ?

3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada industri semen dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kinerja PT Semen Gresik Tbk dengan menggunakan analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Disamping itu penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh gelar Sarjana Ekonomi, pada Fakultas Bisnis dan Manajemen.

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis kinerja keuangan industri semen dengan menggunakan analisis Economic Value Added ( EVA).

2. Untuk menganalisis kinerja keuangan industri semen dengan menggunakan analisis Market Value Added (MVA).

3. Untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan pada industri semen dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

(6)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Bagi Manajemen Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan besarnya kinerja pada perusahaan tersebut, sehingga pihak manajemen dapat meningkatkan kinerjanya melalui kebijakan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan.

2. Bagi Investor

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai informasi dalam pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi di pasar saham berdasarkan EVA dan MVA.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengkaji masalah yang sama sehingga segala kekurangan yang ada dalam penelitian ini dapat disempurnakan melalui penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini bagi penulis diharapkan sebagai sarana untuk mengetahui lebih jauh tentang teori yang diperoleh dengan aplikasinya dalam praktek dan dapat menambah pengetahuan serta lebih memahami tentang kinerja pada suatu perusahaan.

1.5 Kerangka pemikiran

Investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi. Beberapa penelitan telah menggambarkan bagaimana pasar sebagai individual atau agregat merespon laporan keuangan sebagai informasi untuk membuat keputusan investasi. Salah satu metode untuk mengetahui reaksi pasar adalah dengan melihat tingkah laku pasar yang diproxikan dengan perubahan volume perdagangan.

(7)

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak yang berkepentingan. Sebagai alat untuk berkomunikasi maka data keuangan tersebut perlu diolah sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Misalnya, para kreditor akan sangat berkepentingan dengan informasi likuiditas perusahaan. Pemilik obligasi berkepentingan dengan informasi tentang kemampuan cashflow perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat menentukan kinerjanya dengan menentukan rasio keuangan. Pengukuran rasio keuangan sebagai ukuran kinerja perusahaan memiliki keterbatasan salah satunya adalah tidak memperhitungkan biaya modal, kesulitan dalam mengidentifikasi jenis industri dari perusahaan yang dianalisa apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha, rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan (Sawir, 2005 : 44). Untuk menutupi kekurangan tersebut, maka ukuran kinerja lainnya dapat menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

Economic Value added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern, analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart and Co. EVA adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA mengukur kinerja perusahaan dengan mengurangi laba operasi setelah pajak dengan beban biaya modal (cost of capital), dimana biaya atas modal mencerminkan resiko atau opportunity cost bagi perusahaan.

(8)

Stewart & Co. (1996) seorang pakar keuangan dalam Cornelius (2008) mengatakan:

“ Economic Value Added put simply is Net Operating Profit after Tax minus a charge for cost of capital necessary to generate that profit. EVA tells you whether you are beating your Cost of Capital and if you are not, it forces you rethink your business strategy.”

Artinya bahwa Economic Value Added secara sederhana menempatkan laba operasi bersih setelah pajak dikurangi ongkos biaya modal yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan. EVA memberitahukan anda apakah anda mengurangi biaya modal anda dan jika tidak, maka memaksa anda memikirkan kembali strategi bisnis anda.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa EVA dapat mengukur kinerja keuangan yang didasarkan pada perhitungan residual income dengan mengurangkan laba operasi setelah pajak dengan biaya modal (cost of capital). Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value di perusahaan, sedangkan biaya modal menggambarkan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh nilai tersebut. Dengan demikian menurut Stewart (1993) dalam Tunggal (2001 : 1) EVA dapat dihitung dengan rumus :

EVA= NOPAT- (Total Cost of Capital x Total Capital Invested) Dimana:

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

Total Cost of Capital = jumlah dari Cost of Debt dan Cost of equity Total Capital Invested = jumlah dari Total Debt dan Total Equity

Hasil perhitungan EVA menurut Sawir (2000 : 48) secara spesifik dijelaskan sebagai berikut :

1. Tingkat pengembalian yang diperoleh dari modal dasar yang tersedia mengikat, yaitu meningkatkan laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal dalam bisnis.

2. Modal tambahan diinvestasikan pada proyek-proyek yang memberikan return lebih dari biaya perolehan modal baru.

(9)

Dengan melakukan perhitungan terhadap nilai EVA suatu perusahaan, maka akan ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh yaitu : (Rudianto, 2006 : 348)

1. EVA > 0 (positif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan melebihi harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan mampu menutupi biaya-biaya yang timbul untuk memperoleh keuntungan tersebut, terjadi penambahan nilai.

2. EVA = 0 (impas) maka keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan sudah sesuai dengan yang diharapkan investor dan mampu menutupi biaya-biaya modal yang timbul untuk mendapatkan keuntungan tersebut.

3. EVA < 0 (negatif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak dapat tertutupi.

Selain EVA, parameter lain yang dapat menjadi ukuran bagi kinerja perusahaan adalah MVA atau Market Value Added. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Menurut (Brigham, 2006: 68), nilai tambah pasar atau MVA (Market Value Added) adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Dan MVA dapat diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan nilai buku perlembar dengan jumlah saham yang dikeluarkan (Stern dan Shiely, 2001). Nilai pasar saham perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut berlangsung (umumnya per 31 Desember). Nilai buku per lembar saham diperoleh dengan membagi keuntungan per lembar saham atau earning per share (EPS) dengan tingkat pengembalian atas modal sendiri atau Return On equity (ROE) atau dengan membagi total equity dengan jumlah lembar saham yang beredar. Untuk menghitung MVA digunakan rumus : (Brigham, 2006: 68)

(10)

Dalam menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu : (Young dan O’Byrne, 2001: 27)

1. MVA positif, jika nilai tersebut menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.

2. MVA negatif, jika nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Selain itu MVA memiliki kelebihan, menurut (Baridwan & Legowo, 2002: 139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahan MVA adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.

Namun terdapat perbedaan antara EVA dan MVA. Menurut (Brigham & Houston, 2006: 70) yaitu :

1. EVA menunjukkan adanya nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan.

2. EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah perusahaan besar sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Salah satunya Mursalim (2009) yang meneliti tentang Economic Value Added dan Market Value Added dampaknya terhadap nilai perusahaan, mendapatkan hasil bahwa EVA dan MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Artinya PT INCO, Tbk mampu mengelola modal yang diperoleh dalam bentuk saham.

Hasil penelitian Sedek (2009) dalam penelitian yang membahas analisis perbandingan kinerja keuangan dengan menggunakan EVA dan MVA antara PT

(11)

Indocement Prakarsa Tbk dan Semen Gresik (PERSERO) Tbk menyatakan bahwa EVA bagi PT Indocement Prakarsa Tbk menunjukkan negatif (EVA < 0) menunjukkan bahwa manajemen perusahaan memiliki kinerja yang buruk dan menunjukkan positif (EVA > 0) menunjukkan bahwa manajemen berhasil menambah nilai bagi perusahaan. Dan EVA bagi PT Semen Gresik Tbk menunjukkan nilai positif (EVA > 0) hal ini bahwa kinerja perseroan baik. Sedangkan untuk MVA kedua perusahaan tersebut memiliki MVA positif artinya kinerja yang baik, manajemen kedua perusahaan berhasil memaksimalkan kekayaan yang dimiliki oleh shareholder.

Zaenatul (2010) dalam penelitiannya yang membahas perbedaan kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) pada EVA dan MVA PT.Telkom, Tbk dan PT.Indosat, Tbk pada tahun 2005-2009 mampu menciptakan nilai positif. Sedangkan dengan uji statistik Independent Sample T-Test diketahui terdapat perbedaan kinerja keuangan antara PT.Telkom, Tbk dan PT.Indosat,Tbk jika dinilai dengan metode EVA dan MVA.

Agung (2009) melakukan penelitian tentang Analisis EVA sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada PT. Aqua Golden Missisipi, Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Dimana hasil penelitian tersebut mengungkapkan EVA pada PT. Aqua Golden Missisipi, Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur, Tbk bernilai positif dan pada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan.

Fajar (2009) melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja keuangan dengan mengunakan Pendekatan EVA dan MVA pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dimana hasil penelitian tersebut mengungkapkan EVA dan MVA PT. Telkom bernilai positif. Dimana EVA yang positif menujukkan bahwa pada perusahaan mampu menghasilkan kinerja keuangan yang efektif dan efisien. Sedangkan nilai MVA yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan mampu menghasilkan kekayaan bagi investor dan perusahaan. Jadi EVA dan MVA signifikan dalam mengukur kinerja perusahaan.

(12)

Dari penelitian sebelumnya telah dijelaskan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat perbedaan objek dalam penelitian ini, objek yang diambil adalah sektor industri Semen yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2010 dan mencoba memberikan informasi tentang kinerja industri semen serta membandingkan kinerja keuangan perusahaan semen sehingga bisa memberikan informasi kepada calon investor dalam memilih perusahaan semen mana yang sebaiknya dibeli sahamnya untuk berinvestasi.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dilihat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Garis yang diteliti Garis yang tidak diteliti

PERUSAHAAN

Laporan Keuangan

EVA MVA

Perbedaan Perhitungan Kinerja Keuangan Dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan

(13)

1.6 Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan explanatory yaitu penelitian yang bertujuan menelaah antar variabel yang menjelaskan fenomena tertentu. (Zulganef, 2008:10). Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif melalui studi komparatif. Menurut Nazir (2005:7) yaitu :

“Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Penulis juga menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan. Serta menggunakan studi komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiyono, 2004 : 11). Penelitian komparatif merupakan sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya fenomena tertentu. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis (Sugiyono, 2004 : 6). Sedangkan metode penelitian Ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut (Sugiyono, 2004 : 7).

Data yang telah diperoleh selama proses penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistic parametric berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistic parametric yang digunakan yaitu uji beda dengan menggunakan Independent Sample T-Test.

(14)

1.7 Waktu dan Lokasi

Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan data sekunder yang diambil di Pojok Bursa Efek Universitas Widyatama di jalan Cikutra No 204A Bandung. Sedangkan waktu penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini mulai pada bulan September 2011 sampai dengan Januari 2012.

Referensi

Dokumen terkait

So the hypothesis state, “ there is any significant difference between the ability of writing recount text of the eighth grade students of SMP1 Mejobo Kudus in the

Analisis dilakukan terhadap hasil pengujian aktual dan pembebanan metode FEA dengan beban aktual sebesar 2000 N untuk horizontal dan vertical force, sesuai data yang

 menyerahkan KTP-el dan berkas kepada Petugas Pendukung Pelayanan KEPALA SEKSI PETUGAS PENDUKUNG PELAYANAN 3 4 5 6 Membawa berkas:  KTP-el yang salah  Formulir permohonan

Postur kerja operator dalam proses pemasangan stiker dengan menggunakan alat bantu pemasangan stiker seperti ditunjukkan pada tabel 4.11 sebagai berikut.. commit

Dari metode tersebut, menunjukan bahwa usaha break event point untuk memberikan gambaran tentang batas penjualan yang dapat diusahakan agar Toko Obat Lia tersebut tidak

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 yang merupakan sebuah program aplikasi berbasiskan window dan bersifat user friendly sehingga

Proses kerja uji untai reaktor riset merupakan miniatur untuk mempelajari proses pendinginan primer dan sekunder sebuah reaktor , sehingga sistem pemipaan yang digunakan

Untuk menghitung prakiraan pelanggan bisnis digunakan persamaan 2.2 dengan variabel pelanggan publik, sedangkan parameter yang digunakan untuk laju pertumbuhan