• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Zinunö adalah sebuah buku nyanyian atau himne yang digunakan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Zinunö adalah sebuah buku nyanyian atau himne yang digunakan dalam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Buku Zinunö adalah sebuah buku nyanyian atau himne yang digunakan dalam kebaktian gereja BNKP Banua Niha Keriso Protestan). Nyanyian sangat penting dalam ibadah, sebabsebagian besar porsi ibadah dalam gereja adalah menaikkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan lewat lagu. Begitu pentingnya nyanyian dalam gereja sehingga Marthin Luther seorang tokoh gereja Protestan era Reformasimengatakanbahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bernyanyi1. Nyanyian yang berisi lirik- lirik pujian memiliki makna yang sangat dalam karena didalamnya terkandung ungkapan isi hati orang percaya terhadap iman Kekristenan mereka. Oleh karena itu, butuh proses yang panjang dan cukup lama dalam menyusun sebuah buku nyanyian untuk layak digunakan sebuah ibadah.

Dalamtahap pembuatanbuku zinuno saya merasaada banyak hal yang terjadi dibalik proses tersebut yang layak diangkat dan diketahui.

ZinunöMembaca kata sambutan yang disampaikan oleh Ephorus BNKP dalam Buku Zinuno terbitan tahun 2014 saya dihadapkan pada sebuah fenomena tentang latar belakang perkembangan buku zinuno BNKP. Berdasarkan keterangan

(2)

beliau, sejak Injil2masuk ke pulau Nias pada tahun 1865, para missionaris3sudah merencanakan untuk menyusun sebuah buku kidung berbahasa Nias yang akan digunakan dalam kelompok-kelompok masyarakat yang sudah , walaupun sebenarnya sulit untuk menghadirkan bukti tentang rencana yang dimaksudkan beliau4. Sebab, pada saat itu tak ada satupun organisasi gereja yang terbentuk sehingga ibadah dilakukan dengan cara berkelompok.

Menurut keterangan Ephorus BNKP, buku nyanyian pertama yang berhasil dibuat diberi judul "Sura Zinunö ba Danö Niha” ( Niassisches Gesang- Buchlein), jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengandung arti “ Buku Nyanyian di Tanah Nias”, pada tahun 1898 di Ernst Siedhoff, Bielefeld, Germany.Tujuh tahun setelah itu diperbahui kembali yaitu pada tahun 1905 berisi lirik lagu dan notasi balok dan dicetak di Leipzig, Germany. Kemudian pada tahun 1923 Buku Zinunö mengalami revisi kembali dengan penambahan lagu- lagu baru di buat di Missions Druckerei Ombolata. Pada saat itulah baru terdapat beberapa orang Nias yang ikut berpartisipasi dalam menyusun buku nyanyian tersebut.Mereka adalah Penatua Lotebulo, Penatua Ama Gana‟a, Penatua Ama Janaoli, Pendeta Ama Masia, Pdt. Ligi, Penatua Sarambowo, Guru lo‟a, Penatua Tao Bini, Guru Nga, Guru Tabisa, Guru Saloe-saloe, Pdt. Ama Wiro, Ketua Adat Ama De‟ali, dan Guru Amatia, bekerja sama dengan Missionaris E. Fries; H. LAgeman, C. Ufer, Frickernschmidt; G. Marg.

2

Injil berasal dari bahasa Yunani yaitu "euanggelion" yang artinya "kabar baik" atau "good message"tentang kemuliaan dan Rahmat Allah yang inti isi beritanya adalah Pertobatan,

Pengampunan Dosa dan Hidup Yang Kekal di dalam Yesus Kristus.

3

Orang yg melakukan penyebaran warta Injil kpd orang lain yg belum mengenal Yesus; 2 imam Kristen atau Katolik yg melakukan kegiatan misi (sumber KBBI)

4

Hasil wawancara via telepon dengan Bapak Pdt. Arr. Gea selaku salah satu Tim Revisi Buku Zinunö BNKP (Rabu, 11 Februari 2015 pukul 15.00 WIB)

(3)

Dungs; G. Ottolie Schl; E. (Schlipkoter). Revisi berikutnya masih pada masa missionaris dibuat pada tahun 1931 di Wuppertal, Germany.dan diberi judul “ Buku

Zinunö Mbanua Niha Keriso Protestan Ba Dano Nias Indonesia” (BukuNyanyian

Umat Kristen Protestan di Tanah Nias Indonesia). Kemudian di perbanyak pada tahun 1952 di Wuppertal- Barmen, Germany.

Beliau menambahkan setelah Yubellium 100 tahun kabar injil di Nias revisi sudah terjadi sebanyak 3 kali yaitu Buku Zinunö terbitan tahun 2000, dan buku terbitan tahun 2005 yang sudah memuat notasi angka dan di cetak di Nias. Namun, pada Persidangan Majelis Sinode5 BNKP ke -54 yang di adakan di Teluk Dalam, Nias Selatan memutuskan untuk memperbaharui kembali Buku Zinunö BNKP dengan tujuan lagu-lagu didalamnya lebih tersusun rapi dan dikelompokkan berdasarkan tema yang sudah di tentukan. Sebagai lanjutan dari keputusan di atas, maka pada tahun 2009 BPHMS (Badan Pengurus Harian Majelis Sinode) BNKP memberi mandat kepada Tim Revisi Buku Zinunö BNKP untuk melakukan revisi. Hasil revisi mereka yang terbaru di beri judul Buku Zinunö BNKP yang di cetak tahun 2014 dan memuat lagu-lagu lama yang beberapa liriknya mengalami penambahan, berikut dengan penambahan thema lagu “Fanusugi Dödö” (Pengingat Sanubari/Hati) yang berisi lagu-lagu yang diciptakan oleh orang Nias sendiri.

Sekilas memperhatikan Buku Zinunö, penulis melihat bahwa nyanyian dikemas dalam bentuk himne sederhana yang mudah untuk dinyanyikan oleh jemaat.

5

Sinode berasal dari kata Yunani “συνοδος”, yang berarti sidang atau pertemuan yang dihadiri oleh pemimpin- pemimpin umat Kristiani/ Katolik untuk membicarakan hal- hal yang

(4)

Tempo yang sedang dan jumlah birama yang tidak begitu banyak juga memberi keterangan bahwa Zinunö dapat menyatukan jemaat dari berbagai kalangan termasuk orang tua dan lansia (lanjut usia) untuk dapat mengingat lebih banyak deretan lagu terutama karena penggunaan melodi yang bersifat repetitif. Salah satu hal yang menarik adalah nyanyian ciptaan masyarakat lokal yang ikut tercantum dalam Buku Zinunö. Kumpulan lagu-lagu ini dikelompokkan dalam tema “Fanusugi Dödö ( Pengingat Hati/Sanubari). Salah satu lagu ciptaan orang Nias yang paling sering dinyanyikan oleh jemaat BNKP adalah lagu dalam “Buku Zinunö 2014 no. 498

Na’irugi inötö” bila diterjemahkan artinya „jika waktunya sudah tiba‟. Fenomena ini

mengisyaratkan kepada penulis bahwa jemaat memberi respon positif dan sangat antusias terhadap zinunö- zinunö lokal. Penulis juga menemukan bahwa pencipta lagu tidak dicantumkan dalam Buku Zinunö sebelumnya kecuali terbitan tahun 2014. Bahkan nama-nama komposer lagu- lagu Nias tidak dituliskan, melainkan diwakilkan oleh nama sebuah tim yang disebut tim revisi.

Salah satu kajian yang akan dilakukan dalam konteks proses dan hasil revisi yang terjadi adalah aspek identitas musikal Nias yang terdapat dalam Buku Zinunö. Secara spesifik penulis ingin melihat apakah elemen musikal seperti gaya musik vokal Nias yang masuk kedalam buku tersebut. Kalau ada, direvisi keberapa, kenapa dan bagaimana. Kemudian penulis ingin mengidentifikasi aspek musikal dengan menganalisa tangga nada yang ada terdapat dalam Buku Zinunö sehingga dapat membantu saya menemukan sebuah karakter musikal khusus yang ada dalam kebudayaan orang Nias.

(5)

Berdasarkan uraian diatas tentunya ada alasan-alasan tertentu mengapa revisi terjadi dan apa yang menjadi kontribusi kebudayaan setempat sehingga buku Zinunö dapat menjadi sebuah cerminan identitas musikal kebudayaan Nias. Oleh karena itu saya tertantang untuk mengetahui lebih dari sekedar yang sudah tertulis di dalam kata pengantar tersebut mengenai latar belakang perkembangan buku ini. Dua hal yang ingin saya lihat di dalam penelitian ini pertama apakah hubungan masing- masing revisi dan bagaimana buku ini menjadi sebuah catatan perkembangan kebudayaan Nias tidak saja dari religius, pendidikan, ekonomi dan teknologi tetapi dari aspek musikalnya.

Berdasarkan hal dan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk membahas nyanyian jemaat BNKP dan dituliskan dalam karya ilmiah dengan judul: “STUDI DESKRIPTIF DAN ANALITIS IDENTITAS MUSIKAL NIAS YANG TERKANDUNG DALAM “ZINUNÖ BNKP”

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan pada skripsi ini adalah Berdasarkan uraian di atas, adapun pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang menjadi latarbelakangperkembangan Buku Zinunö BNKPakn yang menjadi alasan terjadinya revisi dan bagaimana hubungan setiap revisi dalam hal ini apa yang menjadi gambaran masing- masing revisiserta apa yang menjadi kontribusi dari kebudayaan loZinunöcal sehingga buku ini dapat menjadi sebuah identitas musical kebudayaan Nias.

(6)

Hasil analisa dari ketujuh buku zinuno dan informasi yang didapat dari beberapa narasumber salah satunya adalah anggota Tim Revisi Buku Zinuno, Pdt. Tuhoni Telaumbanua selaku Ephorus serta Ibu Dorkas selaku sekretaris organisasi gereja BNKP, diharapkan mampu menunjukkan bahwa buku ini bukan hanya sekedar buku panduan jemaat dalam bernyanyi namun juga menjadi kumpulan catatan yang mengandung nilai sejarah masyarakat Nias baik dari segi sosial, religius, pendidikan, ekonomi, teknologi dan kekayaan musikal.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

1.Untuk mengetahui latar belakang sejarah perkembangan Buku Zinunö BNKP. 2. Untuk mengetahui alasan mengapa Buku Zinunö BNKP mengalami revisi.

3. Untuk megetahui hubungan masing- masing revisi dan gambaran dari masing- masing revisi.

4. Untuk mengetahui bentuk kontribusi dari kebudayaan Nias dalam penyusunan buku ini.

1.3.2 Manfaat

1.Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca, terutama yang berada dalam disiplin Etnomusikologi.

(7)

2. Untuk menambah referensi tentang perkembangan nyanyian gerejawi khususnya Buku Zinunö yang dalam konteks kebudayaan masyarakat Nias.

3. Sebagai referensi penelitian berikutnya dalam aspek Nyanyian Gereja di Nias.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Ada beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam penulisan skripsi ini. Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala (Mely Tan dalam Koentjaraningrat, 1991: 21). Konsep dimaksudkan untuk memberi definisi dan pembatasan pemahaman.

Deskripsi analitis terdiri dari 2 kata yaitu deskripsi yang artinya menguraikan apa adanya, sedangkan analitis adalah menjelaskan secara lebih dalam dan detail dengan focus pertanyaan kenapa, dan bagaimana. Berarti deskriptif- analitis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah. Adapun objek penelitian yang akan diuraikan adalah identitas musikal Nias yang terdapat dalam Zinunö BNKP.

Identitas yang dimaksud adalah suatu esensi yang dapat dimaknai melalui tanda selera, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup. Identitas dianggap bersifat personalsekaligus sosial dan menandai bahwa “ kita sama atau berbeda” dengan yang

(8)

lain. ( Kumbara, 2008: 316). Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa identitas dapat menumbuhkan rasa saling memiliki dan kebersamaan diantara komunitas sekalipun berada ditempat yang jauh dari tempat asalnya.

Identitas musikal adalah sebuah gaya atau ciri khas musik yang terdapat dalam sebuah komunitas dan membuatnya berbeda dengan yang lain. Identitas musikal Nias merupakan sebuah gaya atau ciri khas musik yang ada pada etnis Nias. Identitas musikal Nias dapat dididentifikasi dari musik lokal baik dalam bentuk instrumental ataupun dalam bentuk vocal.Dalam hal ini yang menjadi kajian identifikasi adalah Zinunö BNKP.

Zinunö BNKP adalah lagu atau kidung yang sering digunakan dalam ibadah- ibadah gereja BNKP baik di Nias maupun di luar Nias. Lagu- lagu tersebut kebanyakan berasal dari himne Jerman yang diterjemahkan kedalam bahasa Nias, hal ini dapat dilihat dari catatan kaki setiap lagu yang ada dalam buku Zinunö BNKP.

BNKP (Banua Niha Keriso Protestan, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti Himpunan atau kelompok masyarakat Kristen Protestan) adalah sebuah istitusi gereja yang beraliran Lutheran6 dimana dominan jemaatnya adalah orang Nias, kendatipun terdapat jemaat diluar masyarakat Nias.

6

Yaitu sebuah alirangereja yang berasaskan ajaran Martin Luther, tokoh Reformasi gereja pada abad ke-16 yang mengkritik ajaran tentang jaminan keselamatan melalui penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgensia) dan menyatakan bahwa keselamatan hanya didapatkan dengan iman dan anugerah.

(9)

1.4.2 Teori

Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan.

Menurut Anya P. Roiceidentitas adalah gabungan dari keseluruhan rasa yang terkait dengan nilai- nilai, simbol serta kesejarahan yang memberikan penekanan karakter suatu masyarakat (Roice dalam Purba 2014:265).

Lebih detail Tagor Nainggolan menambahkan dalam bukunya Batak toba di Jakarta : Kontinuitas Perubahan Identitas bahwa:

“ Ada 2 pengertian yang mendasar tentang identitas. Pertama, identitas mengacu pada persamaan atau kesamaan yang dimiliki oleh sekelompok orang sehingga membuat sekelompok orang bersatu. Kedua, identitas mengacu pada keunikan suatu kelompok etnis sehingga membedakan mereka dengan etnis lain ( tagor Nainggolan dalam jurnal Mauli Purba 2014:265)”a.

Dalam hal ini, bahasa Nias merupakan salah satu substansi identitas dalam system komunikasi. Bahasa Nias bukan hanya dipakai dalam keseharian masyarakat namun juga pada acara tertentu misalnya pesta adat dan juga dalam ibadah gereja- gereja kesukuan seperti gereja BNKP, gereja AMIN ( Angowuloa Masehi Indonesia Nias). Selain itu, nyanyian Nias yang dibarengi dengan sebuah tari komunal juga termasuk identitas yang menjadi ciri khas atau karakter orang Nias.Beberapa lagu tersebut terangkum dalam tarian maena dan nyanyian hoho.

(10)

Mauli Purba dalam artikelnya, Empat Komponen Kebudayaan Musikal Yang

Perlu Dipahami Dalam Rangka Pengembangan Musik paduan Suara

Etnismenjelaskan bahwa setiap tradisi musikal suatu masyarakat pastilah memiliki

systemmusiknya sendiri. System music tersebut adalah sebuah kekayaan yang unik dan merupakan ciri khas masyarakat penyandang tradisi tersebut yang terinternalisasi dalam diri setiap anggota masyarakat tersebutb1Oleh karena itu Jeff Todd Titon,menegaskan bahwa kebudayaan masyarakat itu terdiri dari 4 komponen yang saling terkait yaitu : Ideas About Music, Sosial Organization of Music, Repertoire of Music, dan Material Culture of Music.Teori dari Jeff Titon juga membantu penulis untuk memahami identitas masyarakat Nias terhadap musiknya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kepercayaan mereka tentang musik, apa yang indah menurut orang Nias, dalam konteks apa saja musik digunakan, termasuk didalamnya style, teks, dan bagaimana cara mengajarkannya.

1.5 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62) yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work).

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis. Deskriptif berarti menguraikan apa adanya mengenai perkembangan buku

(11)

Zinunö sedangkan analitis adalah mencari penjelasan lebih dalam mengenai topik tersebut dengan fokus pertanyaan mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana.

Dalam melakukan penelitian terhadap bahan tulisan ini, penulis melakukan beberapa tahapan kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, pengumpulan data dilapangan, dan bimbingan secara formal ataupun nonformal dengan dosen pembimbing dan kerja laboratorium meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang objek penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedi, jurnal, buletin, artikel, laporan penelitian sebelumnya, dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengadakan penelusuran kepustakaan untuk memperoleh pengetahuan awal mengenai apa yang akan diteliti.

Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari artikel, skripsi, maupun buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Studiini bertujuan untuk memperoleh konsep-konsep serta teori-teori yang relevan untuk

(12)

membahas permasalahan dalam tulisan ini sekaligus untuk menghindari kesamaan topik pembahasan.

Beberapa tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:

Skripsi Brian Lasso Harefa yang berjudul“ Analisis fungsional dan Musikal Ansambel Mamozi Aramba Dalam Kebudayaan Nias di Gunungsitoli. Skripsi ini membahas tentang ansambel musik yaitu mamozi aramba yang ada dalam kebudayaan Nias dalam konteks fungsional dan musikal. Kemudian, artikel yang ditulis oleh Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua berjudul “ Kearifan Lokal Dalam Konteks Nias”. Artikel ini membahas kearifan lokal dalam adat- istiadat selingkaran hidup, kearifan lokal dalam sistem kemasyarakatan, kearifan lokal dalam sistem kepercayaan asli, kearifan lokal dalam seni, kearifan lokal dalam menghadapi bencana kearifan lokal dalam sistem mata pencaharian, dan kearifan lokal dalam kepemimpinan. Selanjutnya buku yang di tulis oleh Lucas Partan Koestoro & Ketut Wiradyana berjudul “ Tradisi Megalitik di Pulau Nias” yang membahas tentang warisan kebudayaan Nias dengan objek megalitik yang juga berhubungan dengan sistem kepercayaan orang Nias pada masa lalu. Thesis Ramli SN Harahap berjudul “ A History of Christianity”. Tulisan ini membahas asal mula kekristenan dan proses masuknya kekeristenan di Indonesia. Artikel yang di postkan ke blog resmi milik BNKP yang berjudul “ Sejarah Singkat Datangnya Berita Injil di Nias”. Artikel ini memuat keterangan tentang keadaan di Nias sebelum datangnya berita injil serta proses singkat terjadinya pertobatan massal di pulau Nias.

(13)

Sejauh ini, penulis belum pernah menemukan kepustakaan yang yang membahas mengenai buku Zinunö secara spesifik. Namun demikian tulisan- tulisan diatas sangat kaya dengan informasi yang dapat saya gunakan sebagai identifikasi kebudayaan Nias, namun buku- buku diatas tidak ada hubungannya sama sekali dengan buku Zinunö

1.5.2 Kerja Lapangan

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan perekaman. Sebelum wawancara, penulis menyusun daftar pertanyaan untuk mengarahkan kepada pokok permasalahan yang ingin penulis ketahui. Namun demikian penulis tetap akan mengembangkan pertanyaan kepada hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian kualitatif menurut Hadari dan Mimi Martini (1994:176), yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informan yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/bidang kehidupan tertentu pada objeknya.

Selain itu juga penulis mengacu pada pendapat Merriam bahwa dalam Etnomusikologi, dikenal istilah teknik lapangan dan metode lapangan. Teknik mengandung arti pengumpulan data-data secara rinci di lapangan. Metode lapangan sebaliknya mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu meliputi dasar-dasar teoritis yang menjadi acuan bagi teknik penelitin lapangan. Teknik menunjukkan pemecahan masalah pengumpulan data hari demi hari, sedangkan metode mencakup teknik-teknik dan juga berbagai pemecahan masalah sebagai bingkai kerja dalam penelitian

(14)

Penulis akan melakukan kerja lapangan dengan mendatangi gereja dan juga menghadiri ibadah di jemaat BNKP yang pada dasarnya selalu menggunakan buku Zinunö. Ibadah ini termasuk ibadah raya Minggu, ibadah tengah minggu, dan latihan musik yang diselenggarakan oleh gereja.

1.5.3 Wawancara

Dalam rangka penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung kepada objek yang di teliti, baik penarinya, penyanyinya serta pemusiknya yang berguna untuk mengumpulkan data-data yang akurat untuk penelitian ini. Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak-pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancari (interview). Patton (dalam Moleong, 1988:135), mengungkapkan beberapa jenis wawancara, yaitu: (1) wawancara pembicaraan informal, (2) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (3) wawancara baku terbuka. Wawancara yang dimaksud disini adalah suatu cara yang digunakan seseorang untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dan bercakap-cakap serta bertatap muka dengan seseorang (Koentjaraningrat,1990:129). Wawancara yang penulis lakukan yaitu: wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview). Wawancara berfokus, pertanyaan yang dilakukan berpusat pada aspek permasalahannya saja sedangkan wawancara bebas pertanyaan yang diajukan tidak berpusat pada suatu pokok permasalahan yang lainnya.

(15)

Pada tahap ini penulis akan mencari informasi dengan mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh yang ikut mengambil andil dalam pembuatan buku ini. Salah satunya adalah Bapak Yas. Harefa dan Pdt. Arr. Gea yang ikut dalam Tim Revisi dan banyak mengetahui tentang buku ini. Tokoh lain adalah Pdt. Tuhoni Telaumbanua selaku Ephorus BNKP yang juga diperkirakan memiliki buku-buku dari cetakan awal hingga akhir, beliau juga mengetahui sejarah perkembangan buku ini. Dalam hal kebijakan gereja, Ibu Dorkas selaku sekjen BNKP juga dapat memberi informasi mengenai aturan-aturan dan kebijakan yang ada dalam organisasi gereja BNKP.

1.5.4 Perekaman Data Visual dan Audio

Perekaman data baik itu visual dan audio merupakan salah satu bagian terpenting juga yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data selain menggunakan teknik wawancara. Perekaman data visual dan audio dilakukan secara langsung pada saat ibadah sedang dilakukan. Perekaman dan pemotretan data ini di lakukan dengan menggunakan Camera DSLR Canon dan Handphone Samsung

Galaxy Grandprime. Media digunakan untuk merekam Zinunö yang dinyanyikan

oleh jemaat dalam ibadah. Hasil rekaman ini menjadi data yang selanjutnya akan dianalisis.

1.5.5 Kerja Laboratorium

(16)

mengolah data, penulis melakukan proses menyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang kurang. Dalam tulisan ini, penulis melakukan pendekatan deskriptif guna pengolahan dan penganalisisan data.

Transkripsi yang ada didalam tulisan ini menggunakan notasi angka. Sebagian materi sudah terlebih dahulu ditranskripsikan didalam Buku Zinunö. Penulis akan menggunakan notasi barat untuk menjelaskan bagian- bagian tertentu.

1.5.6 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian yang dipilih penulis adalah gereja BNKP Teladan Medan di Jl. Asrama II no. 3 Teladan, Medan. Penulis memilih lokasi tersebut karena gereja ini merupakan salah satu gereja Nias yang paling dikenal di Kota Medan, dan hampir seluruh jemaatnya adalah masyarakat Nias yang memang berasal dari Nias dan merantau ke Medan. Hal ini memungkinkan penulis untuk mengetahui lebih banyak mengenai identitas musical Nias dalam buku Zinuno berhubung karena kebudayaan masyarakat Nias masih dapat terlihat jelas, dan juga para informan kunci lebih banyak terdapat digereja ini dibanding dengan gereja BNKP yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Bab 3 penulis akan membahas mengenai bagaimana identitas Ethiopia yang ia telah dapatkan di Harar justru membuat terjadinya kebingungan tentang identitas pada tokoh Lily

1) menambah wawasan dan pengetahuan penulis, serta masyarakat untuk mengetahui bagaimana elemen iklan Magnum gold memproduksi dengan mencetak subjektivitas dan identitas

Disamping buku utama yang telah disebutkan tadi, penulis juga menggunakan buku-buku yang membahas tentang sistem kekerabatan masyarakat Jepang, pola pikir masyarakat Jepang

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah memiliki minat dalam membaca buku sejarah apabila ada buku yang membahas tentang tempat bersejarah yang berada di kota

Disamping buku utama tentang Shinto, penulis juga menggunakan buku-buku yang membahas tentang upacara-upacara keagamaan pada masyarakat Jepang, pola pikir masyarakat Jepang

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan melihat sejauh mana ketimpangan yang terjadi antar Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan

Jadi, penulis akan melakukan penelitian apakah beban kerja pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Tanjungpinang berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai.. Penelitian terdahulu mengenai

17 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Islam Buku Siswa SD Kelas 1 Penulis: Muhammad Nurzakun Joko Santoso ISBN :