• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh faktor. maka diperlukan pembinaan dan pengembangan melalui proses pendidikan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh faktor. maka diperlukan pembinaan dan pengembangan melalui proses pendidikan,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh faktor manusianya atau sumber daya manusianya. Untuk mencapai kualitas sumber daya manusia yang mampu mengawal proses pembangunan atau perubahan sosial, maka diperlukan pembinaan dan pengembangan melalui proses pendidikan, pendidikan dalam aspek-aspek tertentu memungkinkan terjadinya proses sosialisasi yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup bermasyarakat. Dengan kata lain pendidikan berusaha menyiapkan generasi-generasi muda untuk mengisi peranan-peranan tertentu dalam masyarakat dan mewariskan pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003, pendidikan diartikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Landasan yuridis di atas memberikan isyarat bahwa lembaga pendidikan khususnya pendidikan formal yang dikelola secara terpadu oleh guru, konselor, tenaga administrasi, kepala sekolah, serta bantuan dari berbagai pihak terutama orang tua siswa untuk mampu mengembangkan potensi serta memberikan layanan dan bantuan sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah.

(2)

Di sekolah, bimbingan dan konseling harus turut membantu siswa dalam proses terwujudnya tujuan pendidikan. Oleh karena itu bimbingan memperhatikan dan mendukung agar tujuan pendidikan terealisasi semaksimal mungkin pada diri setiap anak didik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dan memberi pertolongan kepada mereka dalam mengikuti proses pendidikan. Dengan demikian bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk kegiatan yang mempunyai peranan penting.

Melalui layanan bimbingan dan konseling para peserta didik dibantu mengenal diri dan lingkungannya, serta perencanaan masa depan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Mappiare, 1984) yang menyatakan bahwa bimbingan diperlukan individu untuk menciptakan situasi yang dapat menstimulirnya memahami diri dan lingkungan sehingga ia mampu membuat pilihannya secara bijak dan tepat dimasa mendatang. Dengan demikian, maka bimbingan dan konseling seharusnya diterapkan dan dilaksanakan secara proaktif oleh guru pembimbing atau konselor sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan, dalam hal ini melaksanakan bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan jabatan atau karir. Yang tentu saja sesuai dengan kondisi atau keadaan siswa yang membutuhkan.

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa kadang mengalami berbagai masalah yang dapat menghambat prestasi belajarnya. Masalah yang muncul dalam proses belajar siswa dapat menimbulkan berbagai gangguan yang dimanifestasikan dalam berbagai macam tingkah laku seperti membolos, datang terlambat, tidak menyelesaikan tugas, yang pada gilirannya tinggal kelas. Dengan

(3)

demikian, untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa di atas perlu adanya bantuan layanan khusus dari pihak sekolah, dalam hal ini berupa layanan bantuan bimbingan dan konseling.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian minat

Minat (interest) adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Demikian minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut ( Semiawan, 1988).

Selanjutnya Marimba (1980) mengemukakan bahwa “minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu dan disertai dengan adanya perasaan senang”. Selanjutnya Verbach (Abubakar, 1997) mengemukakan bahwa minat adalah “apabila seseorang memperhatikan sesuatu dengan perasaan senang karena ia tertarik sehingga orang yang bersangkutan ikut terlibat dalam bidang tersebut”

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa minat itu mencakup daya tarik, kegemaran, perasaan senang terhadap sesuatu obyek. Minat merupakan salah satu unsur kepribadian individu yang memegang peranan penting dalam pembuatan keputusan-keputusan seseorang di masa depan. Minat mengarahkan tindakan individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang, tertarik atau tidak tertarik terhadap suatu obyek tertentu.

(4)

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu yang disertai oleh adanya perasaan senang, adanya daya tarik, kegemaran atau adanya kemauan dan perhatian terhadap suatu obyek tertentu yang berguna serta bernilai bagi diri seseorang.

2. Pengertian Persepsi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari aktivitas psikologis dan sering dihadapkan pada pilihan dari luar yang dapat mempengaruhinya misalnya faktor lingkungan, pendapat orang lain dan sebagainya. Tidak semua yang datang dari luar diterima begitu saja, tentu ada yang diterima dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan persepsi seseorang atau kelompok orang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka persepsi penting dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Dapat dikatakan bahwa tingkah laku seseorang adalah manifestasi dari cara memandang suatu obyek. Bilamana seseorang memiliki persepsi yang positif terhadap suatu obyek dalam hal ini mempunyai kesan dan pemahaman yang baik maka terdapat kecenderungan prilaku baik. Sebaliknya bila seseorang memiliki persepsi yang negatif terhadap suatu obyek kemungkinan prilakunya negatif pula, dalam hal ini anggapan atau pemahaman terhadap suatu obyek sangat mempengaruhi tindakan atau perbuatan yang berhubungan dengan obyek tersebut.

Oleh karena itu mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dari mengubah persepsinya. Mc Mahon (Rukminto,1991) memberikan pengertian

(5)

bahwa “bahwa persepsi adalah pengalaman tentang, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan”. Kedua pendapat diatas sama-sama memberikan penekanan bahwa persepsi muncul karena adanya pengaruh dari luar yang menimbulkan reaksi terhadap seseorang yang menghasilkan pandangan tersendiri terhadap obyek tersebut.

Sedangkan (Slameto,1989) mengemukakan bahwa persepsi adalah:

Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diperoleh gambaran yang jelas bahwa proses terjadinya persepsi seseorang, bilamana panca inderanya berfungsi yang dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu (faktor intern) dan faktor yang ada diluar individu (faktor ekstern).

Faktor intern ini bersifat selektif, dalam arti daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar harus betul-betul dipertimbangkan dengan baik. Karena faktor ini lebih didominasi oleh pertimbangan pribadi yang disebabkan oleh kebutuhan, lingkungan dan latar belakangnya.

Faktor ekstern diperoleh dari adanya hasil interaksi sosial, misalnya interaksi seseorang dengan hasil kebudayaan melalui alat komunikasi seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan sebagainya. Karena itu persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap suatu obyek lain disekitarnya. Hal ini berarti adanya penalan dan harapan-harapan seseorang terhadap obyek tersebut.

(6)

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam persepsi itu ada tiga aspek yang utama yaitu:

a. Kemampuan akademik, yaitu dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya di dalam kehidupan sehari-hari.

b. Aspek pribadi, yaitu memiliki potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan diaplikasikan dalam kehidupannya.

c. Aspek sosial, yaitu dapat berkomunikasi baik dengan lingkungan sekitarnya.

d. Aspek kode etik, yaitu memiliki sifat yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dengan demikian persepsi merupakan penyimpulan informasi dan penafsiran pesan yang dapat memberikan makna sesuai dengan pengalaman tenteng suatu obyek.

Jadi jelas bahwa persepsi merupakan suatu proses mental yang dapat menimbulkan kesadaran terhadap suatu obyek disekitar kita, di mana dalam proses tersebut terdapat komponen yang mendahuluinya, seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, perabaan dan sebagainya, semua itu merupakan hal yang mempengaruhi individu dalam mempersepsi sesuatu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi itu adalah proses penginterpretasian informasi dan penafsiran yang dapat memberikan makna bagi seseorang sesuai dengan pengalaman tentang suatu obyek.

Berkaitan dengan hal di atas, maka perlu dikemukakan tentang prinsip-prinsip dasar persepsi sebagaimana dikemukakan oleh (Slameto, 1987) yaitu:

(7)

a. Persepsi itu relatif bukannya absolut b. Persepsi itu selektif

c. Persepsi itu mempunyai tatanan

d. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)

e. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi

orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang prinsip-prinsip persepsi diatas,di bawah ini akan di jelaskan satu persatu sebagai berikut:

a. Persepsi itu relatif bukannya absolut.

Manusia bukanlah makhluk yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya kerelatifan persepsi ini, dampak dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih dari pada rangsangan yang datang kemudian. Seorang siswa yang pertama kali berhadapan dengan guru yang berpenampilan sangat tegas mungkin siswa tersebut mempunyai anggapan bahwa guru itu keras atau sebutan lain yang bernada negatif, tetapi selanjutnya anggapan dari siswa itu dapat saja berubah, jika ia sudah banyak berkomunikasi atau berhubungan dengan guru tersebut.

b. Persepsi itu selektif

Seorang menerima rangsangan akan tergantung pada apa yang ia pernah pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dapat mempengaruhi

(8)

kecenderungan arah persepsinya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa ada keterbatasan dalam kemampun seseorang dalam menerima rangsangan.

c. Persepsi itu mempunyai tatanan

Seseorang menerima rangsangan tidak dengan sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan itu tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

d. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun dalam situasinya sama.

Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri dengan adanya perbedaan-perbedaan individual,perbedaan dalam kepribadian,perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

Hubungan antara Persepsi Terhadap BK dengan Minat Berkonsultasi

Mc Mahon (Rukminto, 1991) memberikan pengertian bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan”. Sedangkan (Slameto, 1989) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

(9)

(Marimba, 1980) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu dan disertai dengan adanya perasaan senang, selanjutnya menurut Fishbein dan Ajzen (Hadaniyah, 2003) mengartikan minat sebagai suatu komponen konatif dari sikap, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen konatif ini berhubungan erat dengan komponen afektif dari sikap, pada dasarnya minat berkaitan erat dengan pengetahuan (belife) seseorang terhadap sesuatu hal, sikapnya (attitude) pada hal itu, serta dengan perilaku itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari minatnya.

Beberapa pengertian persepsi dan minat maka kita dapat memberikan suatu pernyataan bahwa persepsi dan minat sangatlah berkaitan erat, keduanya saling mempengaruhi, jika persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling baik maka timbullah minat untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling secara baik pula, sebaliknya jika persepsi siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling buruk maka siswa tidak berminat untuk memanfaatkan dengan baik layanan bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling secara baik dan berkesinambungan oleh guru pembimbing atau konselor dapat memberikan kesan pada siswa bahwa keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai fungsi dan manfaat yang cukup besar dalam membantu siswa mencapai tujuan pendidikannya di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan guru pembimbing atau konselor senantiasa proaktif melaksanakan berbagai kegiatan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu siswa, baik yang mengalami masalah maupun yang tidak.

(10)

Dengan adanya kegiatan layanan tersebut yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan siswa, langsung atau tidak langsung dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah, khusunya tentang fungsi dan peranannya serta bentuk-bentuk layanan yang dapat diberikan, sehingga akan mendorong siswa untuk banyak berhubungan dengan konselor dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan berbagai persoalaannya, karena salah satu faktor timbulnya persepsi siswa yang negatif terhadap bimbingan dan konseling adalah adanya layanan yang diberikan oleh guru pembimbing atau konselor yang tidak sesuai dengan kerangka kerja atau berdasarkan kebiasaan saja sehingga peranan dan fungsi bimbingan dan konseling disekolah ditanggapi dan dipahami secara negatif oleh siswa.

Implikasi dari hal itu siswa bersikap acuh tak acuh, enggan datang berkonsultasi dengan konselor bahkan merasa bersalah bila berhubungan dengan konselor atau guru pembimbing.

Rendahnya minat siswa untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling lebih disebabkan, di samping kurangnya pemahaman siswa tentang keberadaan bimbingan dan konseling juga disebabkan adanya kegiatan-kegiatan konselor atau guru pembimbing yang menghukum siswa yang terlambat, bolos, tidak masuk sekolah dan sebagainya, semua itu menimbulkan kesan negatif dan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan dan ketidaktertarikan siswa mengikuti layanan bimbingan konseling yang merupakan wadah untuk mendapatkan petunjuk dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.

(11)

Oleh karena itu untuk menghilangkan persepsi siswa yang keliru maka perlu diintensifkan pelaksanaan layanan bimbingan konseling, terutama layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Munculnya berbagai persepsi yang keliru terhadap konselor atau bimbingan konseling di sekolah, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa akan keberadaan bimbingan konseling di sekolah. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa akan bimbingan konseling tersebut disebabkan pula antara lain kurangnya sosialisasi atau Pemberian informasi tentang bimbingan secara menyeluruh. Implikasi dari hal tersebut menyebabkan kurangnya minat siswa untuk membicarakan berbagai persoalan yang dihadapinya dengan secara sadar dan sukarela kepada guru pembimbing (konselor).

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu obyek, mengakibatkan kurangnya ketertarikan atau minat terhadap obyek tersebut. Begitu pula halnya dengan keberadaan bimbingan konseling di sekolah. Olehnya itu, salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa memanfaatkan layanan bimbingan konseling di sekolah adalah dengan memberikan berbagai informasi bimbingan yang dibutuhkan oleh siswa, mulai dari eksistensi BK, peranan dan fungsi BK sampai pada jenis layanan yang diberikan dan prosedur pelaksanaannya.

(12)

Hipotesis Penelitian

“Ada hubungan yang positif antara persepsi siswa dengan minat berkonsultasi di SMU Islam 3 Sleman”

C. Metode Penelitian

Identifikasi Variabel-Variabel penelitian

1. Variabel Bebas : Persepsi Terhadap BK 2. Variabel Tergantung : Minat Berkonsultasi

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam hal ini adalah seluruh siswa kelas II SMU Islam 3 Sleman, yang terdaftar pada tahun 2005/2006

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala persepsi terhadap BK berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Desiderato (Rahmat, 1996). Sedangkan skala minat berkonsultasi berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Manrihu (Abu bakar, 1997) diungkap melalui skala persepsi terhadap bimbingan konseling (skala A) dengan korelasi total bergerak antara 0,107 sampai 0,641. Sebaran aitem dalam skala persepsi terhadap BK,Alpha sebesar 0,914, Sedangkan minat

(13)

berkonsultasi (skala B), dengan korelasi total bergerak antara 0,005 sampai dengan 0,673, menunjukkan koefisien korelasi Alpha sebesar 0,917

Metode Analisis Data

Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Korelasi Pearson. Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS 11.0 For Windows 1998.

D. Hasil Penelitian

Pelaksaan dan Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian

Data subjek penelitian yang dapat dianalisa adalah 41, 13 dari siswa pria dan sisanya adalah wanita

Deskripsi Data Penelitian Tabel 1

Deskripsi Data Penelitian

Variabel Skor yang dimungkinkan (Hipotetik)

Skor yang diperoleh (Empirik)

Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Persepsi 140 35 75 17 132.00 87.00 107.3902 11.92241 Minat 132 33 63 16 125.00 78.00 100.2683 10.61608

Tingga : x > { Mean + (1,0 SD) }

Sedang : { Mean – (1,0 SD) } < x < { Mean + (1,0 SD)} Rendah : { Mean – ( 1,0 SD) }

(14)

Tabel 2

Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap BK Dengan Minat Berkonsultasi

Variabel Kategorisasi Skor Frekwensi Prosentase Persepsi Tinggi x > 149 17 41,46% Sedang 120 < x ,149 20 48,78% Rendah x < 119 4 9,75% Minat Tinggi x > 149 17 41,46% Sedang 120 < x < 149 23 56,09% Rendah x < 119 1 2,43%

Variabel persepsi terhadap BK termasuk kategori seedang (48,78%) dan variabel Minat berkonsultasi termasuk kategori sedang (56,09%).

Uji Hipotesis

Dari hasil analisis diperoleh besarnya koofisien korelasi antara variabel persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi adalah r = 0,627 ( p = 0,000 atau p < 0,01 ). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara variabel persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi sehingga hipotesis yang diajukan diterima.

(15)

Pembahasan

Dari Analisis korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan bahwa hubungan positif antara persepsi siswa terhadap BK dengan minat berknsultasi hasil penelitian ini ditunjukkan oleh nilai r = 0,627, p = 0,000 < 0,01. Hal ini berarti semakin positif persepsi terhadap BK maka semakin tinggi minat siswa berkonsultasi yang dialami oleh siswa SMU Islam 3 Pakem, Yogyakarta.

Korelasi antara kedua variabel ini pula menunjukkan bahwa persepsi terhadap BK memprediksi munculnya minat berkonsultasi. Korelasi positif antara persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi menunjukkan bahwa kenaikan persepsi terhadap BK secara proporsional akan diikuti oleh kenaikan minat siswa berkonsultasi.

Hasil penelitian tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Dakir, 1986) minat berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang seseorang terhadap sesuatu objek. Apabila suatu objek (baik berupa orang, benda maupun aktivitas) dirasa menyenangkan bagi seseorang, maka dia akan berminat untuk melakukan hubungan dengan orang, benda maupun dengan aktifitas tersebut. Begitupun minat siswa di sekolah tentu tidak terlepas dari perasaan senangnya terhadap konselor sekolah.

Persepsi positif yang diperlihatkan siswa terhadap karakteristik konselor sekolah akan dipersepsi siswa secara positif kalau sikap dan tingkah laku maupun perbuatannya sehari-hari dipandang baik dari segi norma-norma sosial menurut (Corrigan dkk, 1990).

(16)

Karakteristik konselor yang baik dan menyenangkan membuat siswa memandang konselor sebagai orang yang dapat membantu siswa dalam menangani masalah yang sedang dihadapinya. Ternyata konselor sekolah dengan karakteristik seperti di atas dapat meningkatkan minat berkonsultasi pada siswa-siswa SMU, seperti yang dikemukakan (Hanna, 1999) bahwa seorang konselor sekolah yang profesional tidak cukup dengan menguasai konsep, teori, dan teknik konseling saja, tapi juga karakteristik yang menyenangkan, dalam upaya menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan siswa, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi pada siswa SMU.

Hasil penelitian yang di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Latipun, 2001) bahwa harapan siswa untuk datang berkonsultasi pada konselor sekolah dapat dipengaruhi oleh persepsinya tentang pengalamannya berkonsultasi sebelumnya. Kalau siswa mendapat pengalaman yang menyenangkan yaitu merasakan manfaat atau hasil yang positif setelah mendapatkan bantuan dari konselor sekolah, tentu siswa mempunyai kecenderungan untuk datang lagi berkonsultasi apabila mengalami masalah, karena mengakui konselor mempunyai kemampuan dan keahlian khusus untuk membantunya, di mana upaya-upaya sebelumnya dari siswa untuk mengatasi masalahnya tidak berhasil, dan mengharapkan upayanya kekonselor membuahkan hasil yang baik (Harris, 1995).

Layanan konseling dikatakan efektif apabila siswa dapat merasakan hasil atau manfaatnya setelah melakukan proses konseling dengan konselor sekolah.

(17)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan ada hubungan yang positif antara persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi.

E. Penutup Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi positif antara persepsi terhadap bimbingan konseling dengan minat berkonsultasi pada siswa artinya Semakin positif persepsi siswa terhadap bimbingan konseling, maka semakin tinggi minat siswa berkonsultasi. Sebaliknya bila semakin rendah tingkat persepsi terhadap bimbingan konseling maka semakin rendah minat siswa berkonsultasi. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang ditujukan kepada konselor sekolah, kepala sekolah dan kepada peneliti yaitu :

1. Konselor Sekolah dan Peneliti a. Konselor Sekolah

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa persepsi siswa terhadap BK dapat mempengaruhi minat berkonsultasi, untuk itu seorang konselor sekolah dalam melakukan tugasnya sehari-hari hendaknya dapat membuat program-program yang dapat membangun persepsi positif terhadap BK seperti menunjukkan program-program yang menarik yaitu bimbingan karir, tips mencari teman, dan cara belajar yang baik.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar MS. 1997. Kurangnya Minat Mahasiswa FIP IKIP Ujung Pandang Berkonsultasi di Unit Bimbingan Konseling IKIP Ujung Pandang Laporan penelitian. Fakultas Ilmu pendidikan IKIP Ujungpandang. Ahmadi, A & Rohani, A. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Ed. 1. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Azwar, S. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ed. 2. yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S 1997. Reliabilitas dan Validitas. Ed. 3. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Corrigan, J. D., Dell, M. D., Lewis, K. N., and Schinidt, L.D.1990. Counseling as

a social inflluence process : A Review. Journal Of Counseling Psychology, 27 395-441.

Dakir, 1986. Dasar-dasar Psikologi Yogyakarta : Kaliwangi Offset.

Djamhur, & Surya, M. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu.

Gunawan, Y. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Pustaka utama.

Hanna, F. J., Stafflre, B. & Stewart, N. R. 1970. Principles Of Guidance.

Harris, D. 1995. Group Counseling With The Adolescent Offenders. Arkansas : University Of Arkansas.

Isbandi, R. 1994. Psikologi Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.

(19)

Muhammadi, Hubungan Antara Persepsi Tentang Karakteristik Konsselor dan Persepsi Tentang Efektivitas Layanan Konseling Individual Dengan Minat Berkonsultasi Pada Siswa SMU. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Rahmat, J. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Salam, A. 1994. Pengaruh Persepsi Mengenai Siri dan Motif Berprestasi Belajar tesis (tidak diterbitkan) Bandung : UNPAD.

Slameto. 1987. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Salatiga: Rineka Cipta.

Sukardi, D. K. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Bina Aksara.

Suria. 1997. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Hasil Belajar skripsi (tidak diterbitkan)

FIP IKIP Ujungpandang

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional Penerbit CV. Eko Jaya, Jakarta 2003.

Walgito, B. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset

(20)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BK DENGAN MINAT BERKONSULTASI

Oleh Wahida Wahid H. Fuad Nashori

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(21)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BK DENGAN MINAT BERKONSULTASI DI SMU ISLAM 3 PAKEM YOGYAKARTA

Telah disetujui pada tanggal _________________________

Dosen Pembimbing (H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si.

(22)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BK DENGAN MINAT BERKONSULTASI DI SMU ISLAM 3 PAKEM YOGYAKARTA

Wahida wahid H. Fuad Nashori

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa dengan minat berkonsultasi terhadap BK. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 16 sampai 19 tahun atau remaja sekolah menengah umum. Skala yang digunakan adalah skala persepsi berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Manrihu (Abu bakar, 1997).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS Versi 11.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap BK dengan minat berkonsultasi.

Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,627 : p = 0,000( p < 0,01). Yang artinya ada hubungan positif antara persepsi terhadap BK dan minat berkonsultasi, dengan demikian hipotesa diterima.

Referensi

Dokumen terkait

Hanya atas izin Allah, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Preparasi dan Karakterisasi Calsium Ferrite (CaFe 4 O 7 ) dari Keramik Bio Gelas.. melalui SBF

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

Yana Respati Dewi, S.E, M.M 12 Juni - 18 Agustus 2017 Surabaya Surabaya PT Olride Digital 100. Badan Kepegawaian Kota Probolinggo Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Pemantauan kondisi tingkat kebisingan tidak hanya dilakukan pada lingkungan kerja Toyota AUTO 2000 TSO Lenteng Agung, sehingga kegiatan pengukuran dan pengambilan

Hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang akan datang.. • Negatif punishment:

Jika semua sample dengan ukuran tertentu diambil dari suatu populasi, maka distribusi sampling dari sample mean akan mendekati distribusi normal. Aproksimasi ini akan menjadi lebih

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan

seafood Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat.. Imelda, analisis risiko pada usaha penangkapan kepiting... dipenuhi karena