• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA WATAMPONE KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA WATAMPONE KABUPATEN BONE"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENATAAN RUANG DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA WATAMPONE KABUPATEN BONE

Oleh:

WIRDAYANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 105611125316

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

JALAN DI KOTA WATAMPONE KABUPATEN BONE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan oleh :

WIRDAYANTI

Nomor Stambuk : 10561 11253 16

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi :Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone

Nama Mahasiswa : Wirdayanti Nomor Stambuk : 105611 1253 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui: Pembimbing I

Dr. Muhammad Isa Ansari, M.Si

Pembimbing II

Drs. Ansyari Mone, M.Pd

Mengetahui: Dekan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si NBM: 730727

Ketua Program Studi

Nasrul Haq, S.Sos, M.PA NBM: 1067463

(4)

iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor 0157/FSP/A.4-II/II/42/2021 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang dilaksanakan di Makassar pada hari Rabu, tanggal 24 Februari 2021.

TIM PENILAI Ketua

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM: 730727

Sekretaris

Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si NBM: 1084366

PENGUJI:

1. Dr. Hj. Budi Setiawati, M.Si ( )

2. Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si ( )

3. Dr. Haerana, S.Sos., M.Pd ( )

(5)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Wirdayanti Nomor Stambuk : 10561 11253 16

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skirpsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 24 Februari 2021 Yang Menyatakan

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak tugas akhir skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua bapak almahrum Rustan dan ibu Sakura yang tercinta, tersayang, dan terkasih yang selalu senantiasa memberikan semangat, doa, kasih sayang serta bantuan baik moril maupun materil.

2. Bapak Dr. Isa Ansari, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Ansyari Mone, M.Pd selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vi

yang ada di lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone, Inspektorat Kabupaten Bone, dan seluruh informan yang telah banyak membantu kemudahan serta kelancaran dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini.

7. Adik serta kakak ku yang tercinta Riska erpiana dan Adi wardana yang senantiasa membantu, memberikan semangat dan segala dukungan.

8. Serta teman-teman kelas seperjuangan Ilmu Administrasi Negara terima kasih untuk segala cerita, kenangan dan kebersamaannya selama ini. 9. Seluruh Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

10. Serta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis beranggapan bahwa skripsi ini merupakan karya terbaik yang dapat penulis persembahkan. Dan penulis menyadari bahwa tidak tidak tertutup kemungkinan di dalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Makassar, 24 Februari 2021

(8)

vii ABSTRAK

Wirdayanti, Muhammad Isa Ansari, dan Ansyari Mone. Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone.

Implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan. Berdasarkan hal tersebut, kajian penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan implementasi program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupatn Bone.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan dan menjelaskan implementasi program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini meliputi Kepala bidang jalan dan jembatan, Kepala sub bagian TU UPT pemeliharaan jalan dan jembatan wilayah VII, Inspektorat Kabupaten Bone, serta masyarakat umum. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di kaji dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan program pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone pelaksanaannya belum berjalan baik. Dalam aspek komunikasi masih kurang dilihat dari kurangnya respon atau menanggapi setiap usulan dari masyarakat untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak atau jalan-jalan yang perlu untuk di bangun. Dari aspek sumberdaya dalam implementasi program pembangunan infrastruktur jalan dari aspek sumberdaya anggaran menyesuaikan dari anggaran yang ada, serta kurangnya sumberdaya manusia seperti pengawas dan pejabat eselon. Aspek disposisi dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam implementasi program pembangunan infrastruktur jalan sudah bagus dilihat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. Struktur birokrasi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur jalan sudah bagus dilihat dari telah memiliki SK pada bidang masing-masing namum dalam menjalankan tugasnya masih kurang dilihat dari masih di dapati jalan-jalan yang rusak dan berlubang.

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJAN ... ii

HALAMANPENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Konsep dan Teori ... 9

1. Teori Administrasi Pembangunan ... 9

2. Pengertian Program ... 10

3. Konsep Kebijakan Publik ... 11

4. Konsep Implementasi Kebijakan ... 12

5. Perspektif Implementasi ... 13

6. Model Implementasi Kebijakan ... 15

7. Konsep Pembangunan Infrastruktur ... 23

C. Kerangka Pikir ... 26

D. Fokus Penelitian ... 27

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 29

C. Informan Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

(10)

ix

F. Teknik Pengabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 33

B. Hasil penelitian... 53 C. Pembahasan Penelitian ... 76 BAB V PENUTUP ... 83 A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN ... 88

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 30

Tabel 4.1 Data Pejabat Struktural PUPR Kabupaten Bone ... 51

Tabel 4.2 Data SOP Bidang Jalan dan Jembatan ... 66

Tabel 4.3 Data Musrenbang Bidan Jalan dan Jembatan ... 70

Tabel4.4 Realisasi dan Rencancana Kerja Program Pembangunan dan Rehabilitasi Jalan dan Jembatan Tahun 2017 ... 71

Tabel 4.5 Realisasi Fisik Kegiatan Pembangunan Jalan (DAU) ... 73

Tabel 4.6 Realisasi Fisik Kegiatan Pembangunan Jalan (DAU) Tahun Anggaran 2017 ... 74

Tabel 4.7 Realisasi Fisik 5 Pembangunan Jalan (DAU Perubahan) ... 75

Tabel 4.8 Anggaran Pembangunan Infrastruktur Jalan Dinas PUPR Kabupaten Bone ... 78

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Carl Van

Horn ... 16

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 19

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George Edward III ... 20

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Grindle ... 22

Gambar 2.5 Kerangka Pikir ... 27

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Bone ... 33

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infrastruktur mempunyai peranan penting dalam memudahkan masyarakat setiap hari dalam melakukan aktifitas, saat ini setiap Negara memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pembangunan infrastruktur merupakan sebuah pelayanan atau fasilitas yang diberikan dari Negara untuk rakyat menjadi bagian pembangunan nasional, pemerintah pusat sendiri sudah mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di bagian infrastruktur khususnya jalan dan jembatan, baik untuk pembangunan, pengembangan maupun pemeliharaan ke dalam anggaran Departemen Pekerjaan Umum.

Pembangunan infrastruktur jalan bertujuan untuk memperlancar arus distribusi barang dan jasa, srta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia. Pembangunan jalan sebagai infrastruktur transportasi mengacu pada tata ruang, terintegrasi sistem transportasi nasional, serta memenuhi standar keselamatan jalan, dan berwawasan lingkungan. Pembangunan infrastruktur jalan juga harus memperhatikan 3 aspek penting sekaligus yaitu: aspek ekonomi, social, dan lingkungan. Pembangunan infrastruktur jalan yang memadai merupakan kondisi yang penting karena mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika suatu Daerah mempunyai infrastruktur jalan yang baik maka perekonomiannya juga dapat mendapatkan peningkatan, sebaliknya jika suatu Daerah yang kebutuhan infrastruktur jalannya kurang baik atau tidak terpenuhi maka perekonomian Daerahnya dapat mendapatkan penurunan.

(14)

Pengembangan perekonomian suatu Daerah akan menjadikan kesejahteraan masyarakat sehingga pembangunan jalan sangat penting.

Implementasi kebijakan yaitu tindakan-tindakan yang dibuat oleh individu dan kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan demi pencapaian tujuan sasaran yang dibuat oleh lembaga pemerintah.

Program merupakan kegiatan yang direncanakan, sehingga tentu saja perencanaan itu diarahkan pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu maka program itu bertujuan dengan keberhasilan dapat diukur. Memang dapat dikatakan tiap orang yang membuat progam kegiatan pasti ingin mengetahui sejauh mana program tersebut dapat terlaksana. Pencapaian tujuan tersebut diukur dengan cara alat tertentu.

Kebijakan publik adalah langkah yang diusulkan dari seseorang, kelompok atau pemerintah pada saat suatu lingkungan tertentu, yang memberikan kendala-kendala dan harapan-harapan atas kebijakan yang diusulkan demi memanfaatkan dan mengatasi untuk rangka memperoleh suatu tujuan ataupun melaksanakan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah perpanjangan tangan dari pemerintah pusat yaitu Kementrian Pekerjaan Umum, kehadirannya banyak memberi warna kepada pelayanan publik. Dinas Pekerjaan Umum (PU) merupakan perangkat daerah yang diberikan kekuasaan, kewajiban dan tanggung-jawab untuk melakukan otonomi daerah, desentralisasi pada bidang pekerjaan umum. Sebagaimana amanah Undang-undang Republik Indonesia di jabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2019 tentang

(15)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023 yang tertuang dalam pasal 1 diantaranya menyebutkan bahwa urusan Pemerintahan merupakan kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementrian Negara dan penyelenggara pemerintahan Daerah untuk mengamankan, mengabdi, memberdayakan, dan memakmurkan masyarakat.

Pembangunan adalah cara yang sistematik dan berkesinambungan atau berkelanjutan untuk membentuk keadaan yang mampu menyediakan berbagai alternatif yang berlaku pada pencapaian cita-cita setiap warga yang sangat humanistik (Anwar, 2005:59). Pembangunan adalah suatu terkoordinasi untuk menjadikan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga Negara untuk melengkapi dan mendapatkan aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho, 2004:9).

Infrastruktur adalah sistem fisik yang menyajikan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan demi mencukupi keperluan dasar manusia baik kebutuhan sosial ataupun kebutuhan ekonomi (Grigg, 1998). Dalam hal ini, hal-hal yang terikat oleh infrastruktur tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, struktur lingkungan bisa terhubung oleh adanya infrastruktur yang membantu antara sistem sosial dan sistem ekonomi. tersedianya infrastruktur memberikan efek kepada sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Maka infrastruktur harus di mengerti sebagai dasar-dasar dalam pengambilan kebijakan (J.Kodoatie, 2005).

(16)

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki tugas mengimplementasikan urusan-urusan pemerintahan Daerah di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang menjadi tanggungjawab Daerah dalam tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. Salah satu tugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone dalam bidang pembangunan infrastruktur jalan yaitu jalan-jalan yang rusak perlu perbaikan, jalan rusak yang berlobang, pengerasan dan perluasan ruas jalan.

Hasil observasi awal peneliti menemukan bahwa pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Bone belum terlalu menggembirakan, hal itu infrastruktur yang ada seolah-olah luput dari kepedulian pemerintah dimana keadaan infrastruktur yang merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan rusak dan sudah tidak layak. Banyak permasalah timbul akibat permasalahan tersebut seperti tingkat kecelakaan yang terjadi akibat jalan yang rusak dan berlubang Hal ini dibuktikan pada artikel yang dimuat salah satu media cetak/online https://radarbone.fajar.co.id/562.titik berlubang. Di kota.watampone/

Penelitian ini penting dilakukan agar dapat dijadikan rekomendasi bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone agar pengembangan infrastruktur jalan yang terkesan belum tersentuh secara optimal dapat menjadi prioritas. Alasannya dengan pengembangan jalan yang lebih sempurna, dapat memperpendek waktu dalam jarak tempuh yang jauh. Selain itu komunikasi antar produsen dan inspektor dapat terakses lebih cepat. Dan aktivitas masyarakat dalam kota akan lebih lancar.

(17)

Kebijakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone dengan menggunakan teori-teori dan konsep-konsep terkait Ilmu Administrasi Negara dan Pelayanan Publik.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti tertarik mengangkat judul “Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infastruktur jalan di Kota WatamponeKabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah ini, adalah:

Bagaimanakah Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini, adalah:

Untuk mengetahui Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka manfaat penelitian ini, adalah:

(18)

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan atau referensi bagi ilmu pengetahuan dan bagi peneliti yang akan mengangkat mengenai Implementasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infrastruktur jalan.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat agar dapat mengetahui bagaimana implementasi program Dinas Pekerjaan Umum dalam melakukan tugasnya. Dan hasil penelitian ini merupakan salah satu bahan evaluasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan fisik infrastruktur jalan.

(19)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berguna sebagai salah satu acuan peneliti untuk mencari perbandingan dan memperkaya teori dalam penelitian ini, dan juga dalam penelitian ini dapat memperhatikan kekurangan dan kelebihan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan. Tentunya penelitian terdahulu ini terkait dengan implementasi program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Teori

Metode yang di gunakan Hasil Penelitian 1 Venny Ria Ngongo loy (2019) Implementa si Kebijakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Manado dalam Pemeliharaa n Infrastruktu r Jalan Konsep kebijakan pemerintah, konsep pemeliharaan jalan, konsep infrastruktur jalan, konsep perangkat daerah.

Kualitatif Aspek komunikasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Manado dengan masyarakat Kota Manado masih kurang dilihat dari kurang menanggapi usulan masyarakat. Aspek sumberdaya anggaran masih kurang karena harus menyesuaikan dari anggaran yang ada, sedangkan

sumberdaya peralatan terbatas yaitu mesin produksi aspal. Aspek

(20)

disposisi pelaksanaan kebijakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Manado dalam pelaksanannya cenderung

menunjukkan sikap yang tidak merespon. Aspek birokrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Manado dalam melaksanakan pemeliharaan jalan tidak semua dilaksanakan bahkan tidak terlaksana. 2 Retno W. S., (2018) Implementa si Kebijakan Pembangun an Jalan Antar Kecamatan Di Kabuaten Kediri Konsep dan pengertian implementasi , Konsep dan pengertian kebijakan publik, Implementasi kebijakan publik, Good governance dalam pembanguna n infrastruktur, Teori pembanguna n infrastruktur

Kualitatif Pada umumnya infrastruktur jalan dan pembangunan jalan di Kabupaten Kediri sudah baik untuk jalan-jalan dari ibu kota kabupaten ke ibu kota kecamatan, antara ibu kota kecamatan, dan dari ibu kota kecamatan ke desa. Tetapi masi ada sedikit kekurangan, yaitu infrastruktur jalan desa dan pada pembangunan jalan penghubung antar desa, serta jalan-jalan di dalam desa itu sendiri. Pembangunan jalan Desa (jalan penghubung antar desa dan jalan di dalam desa) hanya mendapat sedikit perhatian dari Pemerintah Kabupaten.

(21)

3 Endah Puji Lestari dkk Implementa si Kebijakan Pembangun an Infrastruktu r Pedesaan Kebijakan publik, Good governance pada pembanguna n jalan desa, Pembanguna n infrastruktur jalan, Pavingisasi jalan di Kabupaten Bojonegoro.

Kualitatif Sistem konstraktual, pelaksanaan

pavingisasi jalan desa melalui sistem

kontraktual yaitu pelaksaan pavingisasi jalan desa yang dilakukan atas kerja sama antara Dinas Pekerjaan Umum (PU) dengan penyedia jasa kontruksi melalui sistem pengadaan barang dan jasa. Sistem pemberian bantuan paving (sharing) pelaksanaan pavingisasi jalan desa melalui sistem paving sharing adalah

kegiatan pemeberian bantuan paving dari pemerintah daerah ke pemerintah desa yang bermanfaat pada pemeberdayaan masyarakat desa.

B. Konsep Dan Teori

1. Teori Administrasi Pembangunan

Siagian (2007) menyatakan bahwa administrasi pembangunan mencakup dua pengertian, yaitu (1) administrasi dan (2) pembangunan. Administrasi berarti keseluruhan proses pelaksanaan keputusan yang sudah diambil dan siselenggarakan oleh dua orang atau lebih guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pembangunan biasanya di definisikan sebagai rangkaian usaha menciptakan pertumbuhan dan perubahan secara terancang dan sadar, yang di

(22)

tempuh suatu Negara bangsa mengarah modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Siagian (2007) akhirnya mendefinisikan administrasi pembangunan sebagai: segala usaha yang dilakukan untuk suatu Negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berbuah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan Negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya.

2. Pengertian Program

Pembahasan mengenai program tidak dapat di lepaskan oleh aspek kebijakan. Menurut Dye (1992), kebijakan yang dalam hal ini kebijakan publik bisa didefinisikan sebagai “Whatever government choose to do or not to do”. Hal itu diperkuat oleh Hogwood dan Gunn (1986) yang menyatakan

bahwa kebijakan publik yaitu seperangkat kegiatan pemerintah yang dirancang untuk mencapai hasil tertentu. Dan sebagai suatu perangkat yang dibuat oleh pemerintah, kebijakan publik dapat berbentuk aturan-aturan umum atau khusus baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang berisi pilihan-pilihan tindakan yang merupakan keharusan, larangan atau kebolehan yang dilakukan untuk mengarahkan seluruh warga masyarakat, pemerintah dan dunia usaha atas tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian program itu sendiri, menurut Jones (1984), program yaitu cara yang disahkan agar mencapai tujuan. Maka pengertian tersebut menggambarkan bahwa program itu muncul pada Rencana Strategis Kementrian/Lembaga atau Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

(23)

3. Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan publik (public policy) adalah segala hal yang mengatur dan mengikat semua lapisan masyarakat dalam suatu Negara. Suatu kebijakan publik bukan membatasi aktivitas dan peran masyarakat, tapi lebih menyelaraskan peran Negara dan masyarakat dalammencapai tujuan-tujuan bernegara secara efektif dan efisien. Riant Nugroho (2004) dalam Yuwono, dkk (2008:4) mengartikan kebijakan publik yaitu segala sesuatu yang dibuat dan tidak dibuat oleh pemerintah sebagai tokoh sentral kebijakan publik . kebijakan public merupakan kebijkan yang dibuat oleh pemerintah (public organizations) yang dilaksanakan oleh pejabat pemerintah yang berwenang untuk kepentingan masyarakat atau rakyat dengan berbagai strategi dan program.

Thomas R. Dye (1992) dalam Yuwono, dkk (2008:6) menguraikan proses kebijakan publik dalam beberapa tahapan yaitu: a) identifikasi masalah kebijakan, yang dibuat melalui pengenalan apa yang sebagai tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah. b) penyusunan agenda yang dilakukan dengan memfokuskan perhatian kepada pejabat public dan media masa atas hasil keputusan terhadap masalah public tertentu. c) perumusan kebijakan yang diawali dengan pengusulan rumusan kebijakan dan pembentukan usulan kebijakan dengan organisasi perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan dan birokrasi pemerintah. d) pengesahan kebijakan yaitu dengan kegiatan politik oleh partai politik, presiden dan kongres. e)implementasi kebijakan, yang dilaksanakan dengan birokrasi, anggaran publik dan aktivitas agen

(24)

eksekutif yang terorganisasi. f) evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, konsultan di luar pemerintah, pers, dan masyarakat (publik).

4. Konsep Implementasi Kebijakan

Menurut smith (Tachan, 200:37), implementasi kebijakan di pandang sebagai suatu proses atau alur. Model smith ini memandan proses implementasi kebijakan melaui proses kebijakan perspektif perubahan sosial dan politik, dimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan guna melakukan perbaikan atau perubahan pada masyarakat sebagai kelompok sasaran.

Menurut George C. Edward III (dalam Subarsono, 2011:90-92) Implementasi kebijakan memiliki aspek penting dalam mengukur keberhasilan suatu implementasi kebijakan, dengan melihat aspek sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah keberhasilan implementasi kebijakan menuntut agar implementor memahami apa yang harus dilakukan, dimana yang merupakan tujuan dan sasaran kebijakan harus transmisikan terhadap kelompok sasaran (target group) sehingga untuk mengurangi distorsi implementasi. Proses penyampaian informasi komunikator dalam hal ini. 2. Sumber Daya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas

dan sesuai, namun ketika implementor kekurangan sumberdaya untuk melakukan, lalu implementasi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya tersebut bisa berbentuk sumber daya manusia, misalnya kemampuan implementor dan sumber daya finansial.

(25)

3. Disposisi, yaitu watak dan karakteristik yang dimiliki bagi implementor, seperti tanggungjawab, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor mempunyai disposisi yang baik, kemudian implementor tersebut dapat melaksanakan kebijakan dengan baik sebagaimana apa yang diharapkan dari pembuat kebijakan. Jika implementor mempunyai sikap atau pandangan yang bertentangan dengan pelaksana kebijakan, kemudian proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak berhasil.

4. Struktur Birokrasi, struktur birokrasi atau struktur organisasi yang bekerja mengimplementasikan kebijakan mempunyai pengaruh yang penting kepada implementasi kebijakan. Bagian dari struktur organisasi yaitu Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang sangat panjang akan condong melemahkan pengawasan dan melahirkan red-tape, yaitu proses birokrasi yang rumit dan berbelit-belit yang membuat aktivitas organisasi tidak fleksibel.

5. Perspektif Implementasi

Meski penelitian implementasi telah dikembangkan selama hampir 30 tahun, implementasi telah diuji secara perspektif dari berbagai strategi, standar evaluasi, konsep, ruang lingkup dan metodologi sebagaimna disebutkan sebelumnya. (Parawangi, 2011).

Para ahli telah mengidentifikasi tiga generasi penelitian implementasi. Menurut Goggin 1986 (dalam Parawangi, 2011). Pertama; meriview segala sesuatu yang dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan selanjutnya. Kedua; strategi penelitian model: top down dan botton up. Ketiga; pengujian

(26)

secara sistematis berdasarkan kepada perbandingan dan disain peneliti statistik.

Senada dengan Goggin dikemukakan Peter deLeon dan Linda deLeon (2002) mengakomodir pendekatan-pendekatan implementasi kebijakan publik kedalam tiga kelompok generasi. Generasi pertama yaitu; pada tahun 1970-an, menafsirkan implementasi kebijakan menjadi persoalan yang terjadi antara kebijakan dan pelaksanaannya. Peneliti yang mempergunakan pendekatan ini antaralain Graham T.Allison dengan studi kasus misil kuba (1971,1999). Pada generasi ini implementasi kebijakan berhimpitan dengan studi pengambilan keputusan di sektor publik. Generasi Kedua; tahun 1980-an, yaitu generasi yang menguraikan pendekatan implementasi kebijakan yang berkarakter “dari atas ke bawah” (top down). Perspektif ini lebih inti pada tugas birokrasi untuk melakukan kebijakan yang telah diputuskan sebagai politik. Para ilmuan sosial yang menafsirkan pendekatan ini, terutama Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983), Robert Nakamura dan Frank Smallwood (1990), dan Paul Berman (1980). Pada waktu yang serupa, lahir pendekatan bottom-up yang dikembangkan oleh Michaael Lipsky (1971,1980), dan Benny Hjeren (1981,1983).

Generasi Ketiga; tahun 1990-an, di kembangkan oleh ilmuan sosial Malcolm L.Goggin (1990), mendatangkan pemikiran bahwa faktor perilaku faktor implementasi kebijakan makin menentukan keberhasilan implementasi kebijakan. Pada saat yang sama hadir pendekatan kontigensi atau situasional dalam implementasi kebijakan banyak di dukung oleh adaptasi implementasi

(27)

kebijakan tersebut. Para ilmuan yang mengembangkan pendekatan ini antara lain Richard Matland (1995), Helen Ingram (1990) dan Denise Scheberle (1997).

Tapi suatu pertanyaan yang memprihatinkan dikemukakan deLeon, bahwa pada tahun 2000-an, study tentang implementasi kebijakan secara intelektual berada di ujung buntu. (The study policy implementation has reached an intellectual dead end).

Sesungguhnya, study implementasi kebijakan, jika kita cermati dewasa ini, bukan berada di ujung buntu, seperti dikuatirkan deLeon tersebut, namun pada suatu muara di mana begitu banyak cabang ilmu pengetahuan memberikan kontribusi pada studi implementasi kebijakan. Masuknya pengaruh berbagai cabang ilmu pengetahuan, menurut Riant Nugroho (2009:503) memang membawa implikasi praktikalitas.

Perkembangan selanjutnya, adalah Generasi Keempat; yang salah satu pengaruh dapat kita lihat akhir-akhir ini adalah manajemen, khususnya manajemen yang dikembangkan pada sektor bisnis, sebagaimana Winter, Seren C (2004) mengembangkan model “An Integreted Implementation Model” Ia menekankan bahwa dalam konteks sosio-ekonomi keberhasilan implementasi di pengaruhi oleh: 1) formulasi kebijakan; 2) proses implementasi kebijakan; dan 3) dampak/hasil implementasi kebijakan.

6. Model Implementasi Kebijakan

Beberapa model implemntasi kebijakan yang dikemukakan oleh Agustino dalam bukunya Dasar-dasar Kebijakan Publik (2008:140) antara

(28)

lain:

a) Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn. Model ini disebut dengan model A Model Of The Policy Implemention. Proses implemntasi ini dilakukan secara sengaja untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai factor. Faktor tersebut antara lain: (1) ukuran dan tujuan kebijakan; (2) sumber daya; (3) karakteristik agen pelaksana; (4) sikap/ kecenderungan para pelaksana; (5) komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana; (6) lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.

Gambar 2.1

Model implementasi kebijakan Van Metter dan Carl Van Horn

(Sumber: Van Metter dan Van Horn dalam Indiahono (2009,40)) 1. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan

Kemampuan implementasi kebijakan dapat diukur tahap kesuksesannya pada ukuran dan tujuan kebijakan yang berwatak efisien dan sosio-kultur yang ada di tahap pelaksana kebijakan. Apabila bentuk dan dan

Komunikasi Antar Organisasi dan Pelaksana Standar dan Sasaran Sumber Daya Karakteristik Badan Pelaksana Lingkungan Sosial Ekonomi dan Politik Sikap Pelaksana Kinerja Kebijakan

(29)

sasaran kebijakan sangat sempurna (utopis), maka tentu susah direalisasikan (Agustino, 2006).

2. Sumber daya

Kesuksesan implementasi kebijakan benar-benar bergantung pada potensi menggunakan sumber daya yang ada. Manusia adalah sumber daya yang sangat penting dalam mensyaratkan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Selain sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial waktu merupakan perhitungan yang penting kepada keberhasilan implementasi kebijakan.

3. Karakteristik organisasi pelaksana

Fokus kepedulian biro pelaksana mencakup organisasi resmi dan organisasi tidak resmi yang hendak berperan serta kepada pengimplementasian kebijakan. Hal ini penting sebab kinerja implementasi kebijakan akan banyak dipengaruhi oleh kualitas yang tepat serta cocok oleh para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan kondisi kebijakan yang hendak dilakukan pada sebagian kebijakan didesak pelaksana kebijakan yang selektif dan displin.

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan tindakan-tindakan pelaksanaan Supaya kebijakan publik mampu dilakukan dengan efisien, menurut Van Horn dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang merupakan standar tujuan perlu dipahami oleh para individu (implementors). Yang berfungsi berdasarkan pencapaian standar dan tujuan kebijakan, sebab itu tolak ukur dan tujuan perlu dikomunikasikan terhadap para pelaksana.

(30)

5. Disposisi atau sikap para pelaksana

Berdasarkan pandangan (Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006)): “sikap penerimaan atau penolakan dari para biro pelaksana kebijakan benar-benar mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini benar-benar sepertinya berjalan karena kebijakan yang dilakukan tidaklah hasil perumusan warga setempat yang mengetahui pasti permasalahan dan persoalan yang mereka lalui.

6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Hal yang terakhir harus dilihat untuk menilai kinerja implementasi kebijakan yaitu sejauh mana lingkungan internal ikut serta membawa keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak mendukung bisa sebagai awal masalah oleh kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh sebab itu, usaha implementasi kebijakan menentukan kondisi lingkungan eksternal yang mendukung.

b.) Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Model ini disebut A Framework for Policy Impleention Analysis. Peranan penting implementasi kebijakan publik yaitu kemampuan dalam pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi berhasilnya tujuan-tujuan formal pada keutuhan proses implementasi. Faktor tersebut yaitu: (1) mudah tidaknya masalah yang akan dilakukan; (2) kapasitas kebijakan membentuk metode implementasi secara akurat; (3) faktor di luar undang-undang yang mempengaruhi implementasi.

(31)

Gambar 2.2

Model implementasi Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Tahapan dalam proses implementasi

(Sumber:Subarsono 2005:95)

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2005: 94) dan Tilaar dan Nugroho (2008: 215), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kesuksesan implementasi :

a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem).

b. Kapasitas kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi (ability of statute to structure implementation)

c. Variabel di luar kebijakan / variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation)

c.) Model George C. Edward III. Model ini disebut dengan Direct And Indirect Impact On Implemtion. Menurut Edward terdapat 4 yang sangat menentukan kebijakan adalah: (1) komunikasi (2) sumberdaya (3)

Mudah tidaknya masalah dikendalikan 1. Dukungan teori dan teknologi 2. Keragaman perilaku kelompok

sasaran

3. Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah penduduk 4. Ruang lingkup perubahan perilaku

yang diinginkan

Kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi

1. Kejelasan dan konsisten tujuan 2. Dipergunakannya teori kausal 3. Ketepatan alokasi sumber dana

4. Keterpaduan hirarkis diantara lembaga pelaksana

5. Aturan pelaksana dari lembaga pelaksana 6. Perekrutan pejabat pelaksana

7. Keterbukaan kepada pihak luar

Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi

1. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi 2. Perhatian media terhadap masalah

tersebut 3. Dukungan public

4. Sikap dan risorsis dari konsistuen 5. Dukungan pejabat yang lebih tinggi 6. Komitmen dan kualitas kepemimpinan

dari pejabat pelaksana

Output Kebijakan dari lembaga pelaksana Kepatuhan target untuk mematuhi output kebjakan

Hasil nyata output kebijakan

Diterimanya hasil tersebut

Revisi undang-undang

(32)

disposisi (4) struktur birokrasi.

Gambar 2.3

Model Implementasi George C. Edward III:

(Sumber: Subarsono,2005:91)

a. Menurut Edward dalam Budi Winarno (2007:174) komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan di komunikasikan kepada organisasi atau publik dan sikap serta tanggapan dari para pihak yang terlibat. Sedangkan pengertian komunikasi itu sendiri merupakan proses penyampaian informasi dari komunikasi kepada komunikan.

b. Sumber Daya, sumberdaya menjadi salah satu faktor penting dalam implementasi kebijakan publik. Sumberdaya meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran, dan sumberdaya fasilitas. Sumberdaya manusia berkenaan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk mengimplemntasikan kebijakan secara efektif.

c. Disposisi, adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Disposisi menentukan keberhasilan sebuah implementasi

Komunikasi Struktur Birokrasi Sumber Daya Disposisi Implementasi

(33)

kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

d. Struktur Birokrasi, ada dua karakteristik utama dari birokrasi menurut Edward, yaitu prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi (Winarno,2014:206). SOP yang baik adalah yang mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerja implementor.

d.) Model Merilee S. Grindle. Model Grindle ini dikenal dengan Implemention as A Political and Administrative Process. Menurut Grindle variabel yang mempengaruhi kebijakan ini adalah outcome merupakan berhasil atau tidaknya tujuan yang akan diraih. Pengukuran kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu: (1) dilihat dari prosesnya; (2) tujuan kebijakan tercapai.

Gambar 2.4

(34)

Faktor Konten berikutnya diperinci lagi ke dalam 6 unsur sebagai berikut:

1. Kelompok yang kepentingannya dipengaruhi The odore Lowi (dalam Grindle, 1980) mengatakan maka bentuk kebijakan publik yang dilakukan akan menyebabkan dampak tertentu terhadap bentuk kegiatan politik. Dengan begitu, jika kebijakan publik dimaksud untuk mendatangkan perubahan pada hubungan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya, untuk bisa mendatangkan munculnya perlawanan dari kelopok-kelompok yang keinginannya berbahaya dari kebijakan publik tersebut.

2. Jenis manfaat yang bisa didapat (type of benefits) rencana yang memberikan keuntungan secara bersama-sama atau kepada banyak orang akan bertambah ringan untuk mendapatkan dorongan dan derajat kedisiplinan yang tinggi dari sasaran group atau masyarakat banyak. 3. Capaian perubahan yang bisa di inginkan (extent of change envisioned)

(35)

karakter masyarakat dan tidak secara spontan atau secepat mungkin bisa dirasakan fungsinya oleh masyarakat cenderung lebih mendapat kesulitan dalam implementasinya.

4. Kedudukan pengambil keputusan (site of decision making) bertambah menjalar kedudukan pengambil keputusan pada implementasi kebijakan publik, baik secara geografis atau organisatoris, akan lebih sulit pula implementasi program. Karena semakin banyak unit-unit pengambil keputusan yang berpartisipasi di dalamnya.

5. Pelaksana-pelaksana program (program implementors) Keahlian pelaksana program dapat mempengaruhi pencapaian implementasi program itu. Birokrasi yang mempunyai staff yang rajin, bermutu, berkompeten serta berdedikasi tinggi kepada pelaksanaan kewajiban dan banyak mendukung keberhasilan implementasi program.

6. Sumber-sumber yang dapat disediakan (resources committed) Tersajinya sumber-sumber secara layak akan membantu keberhasilan implementasi program dan kebijakan publik.

7. Konsep Pembangunan Infastruktur a. Pengertian infrastruktur

Menurut Fajar Suryanto (2009) infrastruktur adalah suatu rangkaian yang terdiri atas adanya berbagai bangunan fisik yang masing-masing saling mengkait dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Pembangunan infrastruktur jalan berdasarkan atas sebuah gagasan, yang dimana memiliki maksud dan tujuan yang harus mampu meningkatkan masyarakat luas,

(36)

keberhasilan sebuah pembangunan infrastruktur yaitu dapat diukur dari sejauhmana pemanfaatan dan akibatnya bagi dinamika pembangunan ekonomi masyarakat menambah. Menurut Fajar Suryanto (2009) infrastruktur dapat digolongkan kedalam beberapa kategori yaitu:

1. Objek rahasia: gedung pusat pemerintahan, pusat penelitian, instansi militer, instansi polisi, BIN.

2. Objek vital: pusat dan jaringan listrik, pusat dan jaringan komunikasi perdagangan, pusat konsentrasi masyarakat, serta sarana dan prasarana transportasi.

3. Objek strategis: pabrik alat tempur militer, pabrik obat-obatan, radar pengamat, garisb perbatasan.

4. Objek umum: bangunan fasos dan fasum (pendidikan, peribadatan, tempat hiburan dll).

b. Definisi Pembangunan

BintoroTjokroamidjo dan Mustofadidjaja (2002:10) berpendapat bahwa pembangunan yaitu suatu upaya suatu masyarakat/bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang tamba berkembang dan baik, sesuai pandangan masyarakat/bangsa itu. Pembangunan adalah cara yang terancang dan berkelanjutan untuk membentuk situasi yang dapat menyiapkan berbagai alternatif yang berlaku bagi pencapaian ambisi setiap warga yang sangat humanistik (Anwar, 2005:59).

(37)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan berarti upaya yang dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi perannya secara wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk nanpu mengembangkan dan memberdayakan dirinya sehingga kdluar dapat berhubungan secara serasi, selaas, dinamis, sedangkan ke dalam mampu menciptakan keseimbangan (Suryono, 2004:37).

c. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan merupakan campur tangan pada ikatan kejadian-kejadian sosial kemasyarakatan dengan tujuan untuk menyempurnakan susunan kejadian dan tindakan yang ada dengan tujuan: (a) menumbuhkan efisiensi dan rasionalitas, (b) menumbuhkan peran kelembagaan dan profesional dan (c) merubah atau memperluas pilihan-pilihan untuk menuju tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi seluruh warga masyarakat (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan dapat dibagi menjadi: 1) Perancanaan jangka panjang, umumnya memiliki rentang waktu antara

10 sampai dengan 25 tahun. Perencanaan jangka panjang yaitu cetak biru pembangunan yang perlu dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang.

2) Perancanaan jangka menengah, umunya memiliki rentang waktu antara 4 sampai dengan 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah meskipun masih umum, namun sasaran pada kelompok besar sudah bisa diproyeksikan dengan jelas.

(38)

3) Perencanaan jangka pendek, memiliki rentang waktu 1 tahun umumnya disebut juga dengan rencana operasional tahunan. Apabila membandingkan pada rencana jangka panjang dan jangka menengah, rencana jangka pendek umumnya lebih akurat (Munir, 2002:47).

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini di lakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone, di mana masih didapati beberapa permasalahan berupa banyak jalan-jalan yang belum tersentuh tangan pemerintah sehingga menghambat pekerjaan masyarakat yang dalam hal ini seperti aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian tentang Kebijakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini akan dianalisis berdasarkan indikator: (1) komunikasi (2) sumber daya (3) disposisi (4) struktur organisasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang agar pembangunan infrastruktur jalan dapat lebih meningkat dan lebih baik. Uaraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnyakerangka pikir penelitian seperti pada Gambar dibawah.

(39)

Gambar 2.5

Kerangka Pikir Penelitian

D. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini dengan fokus penelitian implementasi program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangun infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone yang akan menjadi indikator untuk pencapaian tujuan yaitu:

1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi

4. Struktur birokrasi

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bone

Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Watampone Kabupaten

Bone

Implementasi Program

Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur

(40)

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun sub-sub fokus dari fokus penelitian Implementasi Program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam pembangunan infastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone adalah:

1. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikasi kepada komunikan. Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan konsisten.

2. Sumber Daya merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kebijakan Sumberdaya meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran, dan sumberdaya fasilitas. Sumberdaya manusia berkenaan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk mengimplemntasikan kebijakan secara efektif.

3. Disposisi, adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Disposisi menentukan keberhasilan sebuah implementasi kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. 4. Struktur Birokrasi merupakan struktur organisasi yang bekerja

mengimplementasikan kebijakann, bagian dari struktur organisasi yaitu Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi.

(41)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan dari tanggal 14 September sampai tanggal 14 November 2020. Lokasi penelitian ini berada di Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone. Dipilihnya lokasi penelitian ini karena melihat jalan yang terdapat di Kota Watampone Kabupaten Bone masih banyak jalanan baik dalam kondisi rusak ringan, sedang dan berat yang perlu diadakan pembangunan infrastruktur jalan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis penelitian kualitatif untuk menggambarkan atau melukiskan fenomena sesuai dengan objek penelitian mengenai program pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe penelitian deskriptif kualitatif yaitu merupakan penelitian yang menggambarkan secara jelas tentang program pembangunan infrastruktur jalan di Kota Watampone Kabupaten Bone.

(42)

C. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mampu memberikan informasi tentang kodisi dan situasi penelitian ini. Informan dalam penelitian kualitatif, lokasi dan partisipan penelitian atau informan di pilih dengan sengaja dan penuh perencanaan untuk membantu penulis dalam memahami masalah dalam suatu proses penelitian yang teliti (Craswell: 2010). Informan penelitian sebagai berikut

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Nama informan Inisial Pekerjaan Jumlah

1. Jibang, S.ST, M, Si J Kepala bidang jalan dan jembatan

1

2. Rustan, ST R Kasi pembangunan jalan

dan jembatan

1

3. Samsul Bahri, ST SB Kasubag TU UPT pamel. Jalan & jembatan Wil. VII

1

4. Drs. H.A. Islamuddin Inspektorat Kabupaten Bone 1 5. 6. Nahadriana Suma N S

Masyarakat pengguna jalan

2

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tindakan yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memperoleh

(43)

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono 2013:62).

1. Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang di selidiki. Fungsi observasi yaitu melengkapi data yang mungkin tidak di peroleh melalui wawancara.

2. Wawancara

Wawancara mendalam penelitian ini dilakukan melalui jalan mewawancarai narasumber penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sumber informasi dengan panduan wawancara dengan beberapa informan seperti Kepala bidang jalan dan jembatan, Kasi pembangunan jalan dan jembatan, inspektorat Kabupaten Bone, Kasubag TU UPT pamel. Jalan & jembatan Wil. VII, masyarakat pengguna jalan serta pihak-pihak yang relevan dengan penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel kalau di dukung oleh dokumen yang bersangkutan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model interaktif (Miles dan Huberman 1984 dalam Sugiyono 2013:91-99), sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction), proses pemilihan atau menyederhanakan data mentah yang telah dikumpulkan dengan membuat abstraksi.

(44)

2. Penyajian data (data display), yaitu proses penyajian data yang telah direduksi kedalam bentuk uraian teks naratif bentuk-bentuk praktis perilaku sosial masyarakat.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing/verification) merupakan proses terakhir yaitu menyimpulkan data-data yang telah disederhanakan.

F. Teknik Pengabsahan Data

Validasi mendalam penelitian sangat mendukung pada hasil akhir sebuah penelitian. Tentunya sangat diperlukan dalam sebuah penelitian kualitatif yakni melalui:

1. Tringulasi sumber peneliti membandingkan hasil wawancara informan yang satu dengan hasil wawancara informan lainnya dan beberapa informasi lainnya yang terkait dengan objek penelitian.

2. Tringulasi teknik membantu peneliti memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tujuan untuk menguji tingkat kepercayaan data dengan melakukan pemeriksaan data terhadap berbagai sumber dengan menggunakan teknik yang berbeda. Misalnya hasil wawancara dicetak ataupun dibandingkan dengan hasil dokumentasi maupun dokumen-dokumen lainnya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yaitu mengecek semua hasil wawancara berulangkali dengan maksud untuk mendapatkan sebuah data akurat dan valid.

(45)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Umum Kabupaten Bone

Ibu kota Kabupaten Bone merupakan Kota Watampone yang terletak 174 Km arah timur dari Kota Makassar (Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas daerah Kabupaten Bone yaitu 4.559,00 Km2. Secara administrasi pemerintahan daerah Kabupaten Bone dibagi kedalam 27 kecamatan dan terdiri oleh 333 desa dan 39 kelurahan. Tiga kecamatan di antaranya merupakan wilayah perkotaan Watampone, yaitu Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang, serta Tanete Riattang Timur.

(46)

Batas-batas administrasi Kabupaten Bone secara jelas terbagi sebagai berikut

a. Di Sebelah Utara berbatasan oleh Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng

b. Di Sebelah Selatan berbatasan oleh Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa

c. Di Sebelah Timur berbatasan oleh Teluk Bone

d. Di Sebelah Barat berbatasan oleh Kabupaten Maros, Pangkep, dan juga Barru.

2. Deskripsi Wilayah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone.

Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone yang mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan bidang lingkungan hidup melalui beberapa perumusan kebijakan teknis, pembinaan, fasilitasi serta penerapan kegiatan bia marga, sumber daya air, cipta karya, tata ruang dan tata perkotaan, air bersih, sanitasi dan dranaise, pertamanan, kebersihan serta pembinaan jasa konstruksi serta berbagai tugas lain yang telah diberikan oleh Bupati sesuai dengan aturan perundang- undangan yang berlaku yang berlokasi di Jl. Laksamana Yos Sudarso Watampone, Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulawesi- Selatan, kode pos 92715.

(47)

3. Visi Dan Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone.

a. Visi

Infrastruktur pekerjaan umum dan penataan ruang yang handal, di dalam mendukung kabupaten Bone yang Mandiri, Berdaya saing dan sejahtera.

b. Misi

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone adalah rumusan upaya yang hendak dilakukan selama periode 2018- 2023 dalam rangka untuk mencapai visi dan membantu cara pencapaian tujuan pembangunan wilayah di Kabupaten Bone, sebagaimana yang diamanatkan dalam Renstra dan RPJMD.

1. Mempercepat pembangunan jalan serta jembatan secara utuh, untuk mendukung keterpaduan konektivitas guna meningkatkan produktifitas, efesiensi dan pelayanan sistem logistik bagi penguatan daya saing daerah.

2. Mempercepat untuk pembangunan infrastruktur secara terpadu, yang didukung oleh industri dan sumber daya manusia dibidang konstruksi yang berkualitas.

3. Mempercepat penyediaan dan meningkatkan pengawasan serta pengendalian tata ruang, untuk mendukung kemampuan daya saing dan peluang investasi daerah.

(48)

4. Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana ke PU-an untuk mendukung seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur dan penataan ruang.

4. Kewajiban Inti Serta Tanggungjawab Dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bone.

Kewajiban Inti dengan Tanggungjawab

Berlandaskan Peraturan Bupati Bone nomor 62 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas pekerjaan umum dan penataan ruang.

KEPALA DINAS

 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bagian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan kekuasaan daerah serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah.

 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, saat melakukan tugas seperti dimaksud dalam ayat (1) menjalankan fungsi :

1. Perumusan kebijakan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan bagian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

2. Pelaksanaan kebijakan kegiatan pemerintahan bagian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

3. Pengerjaan penilaian serta pelaporan kegiatan pemerintahan bagian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

(49)

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan

5. Pengerjaan tugas lain yang diserahkan dari Bupati mengenai dengan kewajiban serta tanggungjawabanya.

SEKRETARIAT DINAS

 Sekretariat Dinas dipimpin oleh Sekretaris Dinas yang memiliki tugas membantu kepala dinas saat melakukan tugas koordinasi di bagian kesekretariatan yang merupakan tanggung jawab kedinasan.

 Sekretariat Dinas saat melakukan tugas seperti dimaksud pada ayat (1) menjalankan tugas:

1. Pembuatan program serta anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

2. Pengerjaan program dan anggaran;

3. Pengoordinasian tugas-tugas kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta memberikan pelayanan adminsitrasi pada bidang-bidang lain.

4. Penyusunan peralatan pengumpulan serta dat, peraturan perundang-undangan, penataan peralatan bacaan serta pelaksana kemitraan bersama masyarakat.

5. Penyusunan data, evaluasi dan penyediaan informasi penerapan program kerja pada kepala dinas.

6. Pengerjaan kegiatan ketatausahaan serta rumah tangga; 7. Pelaksanaan pengelolaan dokumen dinas serta kearsipan; 8. Pelaksanaan pembinaan ASN.

(50)

9. Pengerjaan tugas lain yang diserahkan dari Kepala Dinas mengenai kewajiban dan tanggungjawabnya.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian memiliki tugas :

1. Melakukan penhasilan, pengalokasian serta pemberian surat-menyurat, dokumen dinas serta pengurusan kearsipan;

2. Membentuk rencana formasi, informasi jabatan dengan data kepegawaian;

3. Melaksanakan masalah administrasi kepegawaian, keprotokolan, kehumasan serta pengadaan rapat dinas;

4. Melaksanakan ide perubahan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji teratur, libur, berhenti, pemecatan, izin belajar, kartu pegawai, kartu askes serta pembaharuan karir pegawai;

5. Melakukan penambahan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari program Pekerjaan dan pelatihan; 6. Melakukan pemeliharaan atau perawatan kendaraan dinas, gedung

kantor, perlengkapan kantor serta substansi lainnya;

7. Menyediakan penghapusan sarana dan prasarana/perlengkapan/aset; 8. Melakukan pembinaan staf; dan

9. Melakukan tugas lain yang diserahkan dari Sekretaris mengenai tugasnya.

Sub Bagian Program memiliki tugas :

1. Melakukan penghimpunan, pengerjaan, perancangan, penataan, monitoring, pemberitahuan dan evaluasi program kerja

(51)

2. Melakukan fasilitasi dan koordinasi program dan penganggaran pada wilayah di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

3. Melakukan dan menumbuhkan sistem informasi 4. Melakukan sosialisasi program pada wilayah

5. Melakukan pembuatan catatan tahunan, catatan triwulan, catatan bulanan, catatan pertanggung jawaban serta catatan kinerja

6. Melakukan pembentukan laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 7. Menyediakan rencana umum pengadaan

8. Melakukan rencana kerja tahunan; dan

9. Melakukan tugas lain yang diserahkan dari Sekretaris mengenai tugasnya.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :

1. Membentuk agenda serta aktivitas bagian keuangan, mengadakan pelayanan administrasi keuangan rutin, melakukan pembukuan keuangan, membuat laporan keuangan rutin, menjaga bahan dan pengurusan dokumen keuangan dengan membuat laporan pertanggung jawaban keuangan seperti dengan peraturan perundang-undangan;

2. Mengenali serta menginventarisasi sumber penerimaan dinas;

3. Mengarahkan dan melaksanakan adminsitrasi keuangan seperti asas akuntansi pemerintah serta ketetapan perundang-undangan; Mengawasi dan melakukan verifikasi administrasi keuangan;

(52)

4. Membina dan menata penatausahaan perbendaharaan sesuai bagi ketentuan yang berlaku;

5. Melakukan evaluasi pelaporan peningkatan pemakian dana dengan teratur;

6. Mengatur laporan hasil pengerjaan tugas di bagiannya; dan

7. Melakukan tugas lain yang diserahkan dari Sekretaris Dinas mengenai fungsinya.

BIDANG BINA TEKNIK DAN JASA KONTRUKSI

1. Bidang Bina Teknik Serta Jasa Konstruksi dipimpin dari Kepala Bidang Bina Teknik Dan Jasa Konstruksi memiliki tugas membantu kepala dinas saat mengatur kegiatan Pembinaan Teknik dan Jasa. 2. Bidang Bina Teknik Serta Jasa Konstruksi saat melakukan tugas

seperti dimaksud dalam ayat (1) menjalankan fungsi :

a. Pelaksanaan monitoring, penilaian serta pelaporan mengenai penerapan program serta urusan dinas baik itu fisik maupun nonfisik.

b. Perancangan dengan pemeliharaan teknis bidang ke-PU an;

c. Pembentukan agenda umum peningkatan jaringan jalan, tugas dan status jalan kabupaten;

d. Penyelenggaraan sistem manajemen jalan atau jembatan;

e. Pembentukan pengutamaan pengerjaan jaringan jalan dan jembatan;

(53)

g. Pemeliharaan kegunaan jalan;

h. Pengoordinasian, penyelarasan serta diskusi mengenai pembaharuan mekanisme serta pelayanan arsitektur;

i. Penerapan tugas lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai kewajiban dan tanggungjawabnya;

Seksi Pengawasan serta Pengendalian memiliki tugas :

1. Melakukan pengawasan, penilaian dan penanganan mengenai pengerjaan pekerjaan pengurusan jalan/jembatan, pemeriksaan tingkat arsitektur serta kegiatan ke PU-an lainnya;

2. Melakakukan penyediaan pelayanan konsultan; 3. Mengkaji dan menilai validasi teknis;

4. Membentuk pemberitahuan hasil monitoring dengan penilaian pengerjaan kegiatan ke PU- an secara teratur begitupun insendentil; 5. Melakukan kegiatan penunjang lainnya yang membantu kecepatan

pengerjaan pengawasan serta pengawasan kegiatan ke-PU an;

6. Melakukan fungsi lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai tugasnya.

BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

 Bidang Jalan dan Jembatan dipimpin dari Kepala Bidang Jalan Dan Jembatan memiliki tugas pokok melakukan kegiatan dinas pada bidang jalan dan jembatan dan pengembangannya yang sebagai tugas Pemerintah Kabupaten.

(54)

Jalan Dan Jembatan memiliki fungsi :

1. Pembangunan, pengawasan dan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan tergolong administrasi pengelolaannya;

2. manajemen dan penyelenggaraan pengerjaan infrastruktur jalan dan jembatan;

3. Pemilihan kedudukan, derajat serta manfaat jalan dan jembatan. 4. Pemberian izin serta pemeliharaan perluasan jalan bebas kendala

dan lintas Kabupaten yang dibuat oleh inisiatif Daerah.

5. Pembaharuan, pengendalian serta pemeriksaan kualitas konstruksi jalan atau jembatan.

6. Pengordinasian, koordinasi dan diskusi mengenai perluasan, pengawasan serta peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan; 7. Penerapan tugas lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai

tugas dan fungsinya.

Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan memiliki tugas :

1. Melakukan pembangunan jalan dan jembatan termasuk juga administrasi pengelolaannya;

2. Membuat urutan prioritas pembangunan jalan/jembatan.

3. Membuat studi kelayakan gambar RAB dengan dasar tehnis jalan/jembatan yang hendak dibangun;

4. Melakukan pengawasan dan penilaian kepada pengerjaan pembangunan jalan/ jembatan;

(55)

6. Melakukan kegiatan lainnya yang mendorong kesuksesan penyelenggaraan pembangunan jalan/jembatan;

7. Melakukan fungsi lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai tugasnya.

Seksi Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan memiliki tugas :

1. Melakukan pengawasan jalan atau jembatan dengan upaya penyelesaian kerusakannya;

2. Melaksanakan pengelolaan pemeliharaan jalan atau jembatan; 3. Membentuk dan mengerjakan jalan atau jembatan;

4. Menginventarisir data-data terkait pemeliharaan jalan/jembatan; 5. Membuat daftar pengutamaan pemeliharaan jalan/ jembatan; 6. Membuat studi kelayakan;

7. Melakukan pengawasan dan penilaian bagi pengerjaan pemeliharaan jalan/ jembatan;

8. Membuat seeta menyiapkan laporan terhadap pelaksanaan kegiatan; 9. Melakukan kegiatan penunjang lainnya yang mendorong kecepatan

pengerjaan pengawasan jalan/jembatan;

10. Melakukan fungsi lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai fungsinya.

BIDANG PENATAAN RUANG

 Bidang Penataan Ruang dipimpin dari Kepala bidang Penataan Ruang memiliki tugas menginterprestasikan serta melakukan kebijakan teknis pada bagian Penataan Ruang yang merupakan tugas Pemerintah

(56)

Kabupaten.

 Untuk melakukan tugas pokok seperti tersebut dalam ayat (1), di Bidang Penataan Ruang memiliki fungsi:

a. Penyediaan bahan dalam rencana penyusunan kebijakan Penataan Ruang;

b. Pelaksanaan sistem, konsultasi, singkronisasi dan membimbing dalam Penataan Ruang;

c. Pembuatan kebijakan perizinan pemanfaatan ruang;

d. Pengerjaan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan Penataan Ruang;

e. Penerapan tugas lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai tugas dan fungsinya.

Seksi Pemanfaatan Ruang memiliki tugas:

1. Menyediakan dan membangun pada hal fungsi ruang kabupaten dan kawasan;

2. Menghimpun, mengatur, membenahi, menjaga, memperbaharui data serta laporan dalam rangka membuat kebijakan pemanfaatan ruang; 3. Membuat kebijakan perizinan pemanfaatan ruang;

4. Menyediakan penambahan fungsi serta masyarakat pada pemanfaatan ruang;

5. Mengatur dan menyiapkan laporan yang terkait pengerjaan kegiatan; dan

(57)

tugasnya.

Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang memiliki tugas: 1. Menyediakan bahan dalam rangka membuat kebijakan pemeliharaan

dan pengendalian penggunaan ruang;

2. Mengkoordinasikan, menyediakan dan melakukan pemeliharaan dan pengelolaan kegunaan ruang yang mencakup pemeliharaan, peninjauan, penyelidikan serta penertiban kegunaan ruang;

3. Menyediakan peningkatan fungsi dengan masyarakat pada pemeliharaan dan pengelolaan kegunaan ruang;

4. Mengatur dan menyediakan informasi mengenai pengerjaan kegiatan; dan

5. Melakakukan fungsi lain yang diserahkan dari pimpinan mengenai tugasnya.

BIDANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

 Bidang Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum dipimpin oleh Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum memiliki tugas melakukan kegiatan pada bidang Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum yang membantu kegiatan ke-PU an yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten.

 Untuk melakukan tugas pokok seperti tersebut dalam ayat (1), bagian fasilitas, aparat dan manfaat Umum memiliki fungsi:

a. Perluasan dan pengawasan fasilitas, aparat dan manfaat umum bidang ke PU- an termasuk manajemen pengurusannya;

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1  Informan Penelitian
Gambar 4.1: Peta Admnistrasi Kabupaten  Bone

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2017 Pada

Jenis penataan ruang di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Surakarta yaitu terbuka dan semi terbuka; (2) hambatan-hambatan dalam pengelolaan tata ruang kantor

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah melaksanakan

Sistem informasi akuntansi yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan. Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karo dan sejauh

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Natuna Tahun 2021 – 2026 merupakan bentuk pelaksanaan Undang-undang Nomor

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Darmo selaku kepala bidang personalia Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purbalingga masih adanya pegawai yang

Berdasarkan pembahasan mengenai Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sumedang maka dapat disimpulkan bahwa

Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karo yang diberikan tugas dan wewenang untuk melaksanakan sebagian tugas-tugas Bupati di Bidang