• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Berdasarkan Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3.1. Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Berdasarkan Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

III - 1 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

B

B

A

A

B III

B

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

K

K

A

A

P

P

U

U

A

A

S

S

H

H

U

U

L

L

U

U

3.1. Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Berdasarkan Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Strategi pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu meliputi strategi pengembangan sektor-sektor perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian, sebagai pedoman dalam pelaksanaan otonomi daerah, penyeimbang pertumbuhan antar wilayah, strategi pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan kualitas penduduk lokal.

1. Pengembangan sektor-sektor perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian dengan penajaman komoditi yang tangguh terhadap perubahan pasar global dan dapat mendorong peningkatan perekonomian daerah serta mengurangi ketergantungan pada trickle down effect pusat pertumbuhan berbasis sektor industri dan sektor tersier di kawasan perkotaan serta pilihan basis perekonomian pada sektor pertanian dengan penajaman komoditi yang tangguh terhadap perubahan pasar global.

2. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan otonomi daerah yang membawa implikasi terhadap posisi dan fungsi rencana tata ruang dalam perkembangan pembangunan menurut hirarki pemerintahan, rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kapuas Hulu perlu diposisikan secara tepat pada arah kebijaksanaan tersebut, sehingga mampu berperan sebagai instrumen pencapaian tujuan pembangunan melalui pemanfaatan ruang kabupaten.

(2)

III - 2 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

3. Ketidak-seimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar wilayah terutama antara daerah sepanjang jalur lintas selatan, pesisir Sungai Kapuas dengan daerah pedalaman (bagian selatan dan utara). Ketidakseimbangan pertumbuhan akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan dan sosial - ekonomi yang dapat mengganggu ketertiban proses pembangunan. Asas demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu melandasi RTRW Kabupaten Kapuas Hulu dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah. 4. Sebagai salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara

Malaysia (Sarawak), Kapuas Hulu memiliki polensi besar untuk meraih pasar global terutama untuk Asia Pasifik. Posisi Kapuas Hulu yang berada di ujung timur Kalimantan Barat, tanpa ada aksesibilitas menerus ke arah Kalimantan Timur dan Tengah membuat kabupaten ini relatif kurang menarik untuk investasi di luar sektor primer. Oleh karena itu, pengembangan akses melalui PLB Badau merupakan salah satu keputusan penting untuk merangsang terjadinya economic generation di kawasan ini. 5. Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu yang perlu dipertimbangkan

dalam RTRW Kabupaten Kapuas Hulu, terutama menyangkut pengelolaan kawasan lindung dan masalah pencemaran Kapuas Hulu yang merupakan kawasan dimana Sungai Kapuas, yaitu sungai terpanjang di Indonesia dan melintasi hampir semua wilayah kabupaten di Kalimantan Barat, berhulu. Ini berarti kualitas air Sungai Kapuas sangat ditentukan oleh bentuk pengelolaan lingkungan di kawasan ini.

6. Peningkatan kualitas penduduk lokal perlu dilakukan baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan pada akhirnya dapat menciptakan kesejahteraan penduduk.

(3)

III - 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

3.1.1 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Keppres No. 32 Tahun 1990, dalam pelaksanaannya di lapangan mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagaimana disebutkan dalam RTRWN (PP No. 47/1997) yaitu mencakup perihal :

• Pemeliharaan kelestarian lingkungan;

• Penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang telah ada di dalam kawasan lindung; dan

• Pengembangan prasarana dasar di kawasan lindung.

Untuk memelihara kelestarian lingkungan, ditetapkan strategi sebagai berikut: a) Secara bertahap mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah

terganggu;

b) Mengupayakan kawasan lindung yang berada di daerah perbatasan wilayah administrasi membentuk suatu kesatuan yang selaras;

c) Melarang semua kegiatan budidaya yang akan di kembangkan dalam kawasan lindung, kecuali jika di tentukan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; seperti diatur dalam UU No. 5/90 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pada Pasal 17), dan Kepres No. 32/90 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (pada Pasal 37 dan Pasal 38) ;

d) Pada setiap wilayah kota, perlu ditetapkan ruang terbuka hijau (RTH) berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, rekreasi, lapangan olah raga, pemakaman umum, pertanian, dan pekarangan dengan luas keseluruhan lebih dari 30 %;

(4)

III - 4 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

3.1.2 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Terhadap kegiatan budidaya yang telah ada didalam kawasan lindung, ditetapkan strategis sebagai berikut

a) Mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap melalui program pembangunan terpadu; kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, bersamaan dengan diundangkannnya Peraturan Daerah ini.

b) Membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di dalam kawasan lindung dengan memperkenankan penerapan konsep-konsep ekonomi lingkungan;

c) Kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan lindung perlu segera ditata batas dalam masa rencana jika kawasan permukiman perdesaan tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara terpadu dengan program transmigrasi.

Untuk pengembangan prasarana dasar di kawasan lindung ditetapkan strategi sebagai berikut:

a) Apabila dibutuhkan, jaringan prasarana dasar seperti jaringan transportasi, jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, prasarana dan sarana distribusi air bersih, pos keamanan (termasuk pos jagawana), serta bangunan pengendali bencana alam dapat dibangun dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan lindung;

b) Untuk pembangunan prasarana sebagimana disebutkan di atas pada kawasan lindung, diperbolehkan melakukan penelitian pendahuluan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan lindung

(5)

III - 5 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

Adapun strategi pengembangan kawasan budidaya dapat dijabarkan dalam sepuluh langkah sebagai berikut :

1. Kawasan budidaya dikembangkan secara terpadu dengan upaya meningkatkan daya dukung lingkungan dan pengembangan prasarana wilayah;

2. Pengembangan pariwisata dilakukan secara terpadu sehingga terbentuk paket-paket wisata dimana pada setiap paket memiliki keunggulan, kekhasan, dan kelengkapan jenis wisata dengan prioritas pengembangan pada obyek-obyek wisata di kawasan-kawasan pariwisata potensial yang telah ditunjang dengan keberadaan prasarana dan sarana pendukung yang memadai dan merupakan ciri khas Kapuas Hulu;

3. Pengembangan kegiatan pertambangan melalui eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral untuk memacu tumbuhnya industri yang berorientasi ekspor dan substitusi impor.

4. Pengembangan kegiatan kehutanan dengan prinsip-prinsip konservasi dan kelestarian, melalui sistem tebang pilih dan tanam, serta pemberian label pada komoditas ekspor hasil pengolahan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan (ecolabelling).

5. Pengembangan HTI pada kawasan hutan produksi yang tidak berhutan atau merupakan lahan kritis.

6. Pengembangan kegiatan perkebunan dan agroindustri sesuai dengan potensi wilayah dan prospek pemasaran, melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan optimalisasi lahan bagi lahan-lahan yang telah diarahkan. 7. Optimalisasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pertanian tanaman padi, dan dalam rangka menunjang swasembada pangan sub regional Kapuas Hulu.

8. Pengembangan kawasan industri manufaktur, pengolahan hasil hutan, hasil pertanian, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, serta pengolahan bahan tambang dan galian.

(6)

III - 6 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

9. Pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada pertimbangan kondisi sebaran pusat-pusat permukiman yang telah ada, strategi dasar pengembangan struktur tata ruang, rencana pengembangan sistem transportasi (jalur lintas sentra produksi dan lintas pusat-pusat permukiman utama), serta kawasan yang potensial berkembang menjadi kawasan permukiman baru atas dasar rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya.

10. Pusat-pusat permukiman yang dikembangkan diutamakan pada pusat-pusat permukiman yang dilintasi jalur antar sentra produksi dan antar pusat permukiman utama (PKL dan sub PKL) dalam rangka penyelarasan upaya peningkatan produksi dan produktifitas dengan upaya memperlancar pemasaran.

3.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Kota-Kota

Kedudukan dan fungsi Kabupaten Kapuas Hulu dalam konteks struktur tata ruang Propinsi Kalimantan Barat dapat ditinjau dari empat aspek utama yaitu :

1. Fungsi dan peranan Kabupaten Kapuas Hulu seperti yang digariskan melalui sistem pembagian Wilayah Pembangunan yang tertuang dalam Pola Dasar Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat.

2. Struktur kawasan lindung dan budidaya yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Barat.

3. Sistem kota-kota di Kalimantan Barat, baik kondisi eksisting maupun rencana pola pengembangan sistem kota-kota yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Kalimantan Barat.

4. Keterkaitan sistem transportasi yang ada dan rencana pengembangan dikaitkan yang telah tertuang dalam RTRWP Kalimantan Barat.

(7)

III - 7 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

Sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat I Kalimantan Barat maka Kabupaten Kapuas Hulu telah ditetapkan sebagai bagian Wilayah Pembangunan D bersama-sama dengan Kabupaten Sintang dengan Pusat Pengembangan di Kota Sintang. Kota Putussibau sebagai ibukota Kabupaten Kapuas Hulu (Kabupaten sebagai salah satu subpusat pengembangan disamping Kota Hulu). Nanga Merakai dan Nanga Pinoh (Kabupaten Sintang). Ini berarti secara makro, Kabupaten Kapuas Hulu dinilai relatif erat kaitannya dengan Kabupaten Sintang yang secara fisik maupun ekonomis lebih berkembang.

Dalam rencana pemantapan kawasan lindung yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Kalimatan Barat, telah ditetapkan bahwa ± 44 % kawasan berfungsi lindung di Kalimantan Barat berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Jenis kawasan yang dilindungi yang cukup luas adalah Hutan Suaka Alam/Taman Nasional Betung Kerihun. Hutan Lindung dan Daerah Resapan Air. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geomorfologis Kabupaten Kapuas Hulu dimana sebagian besar daerah dengan kemiringan di atas 40% dan ketinggian di atas 500 m (kriteria utama penentuan kawasan hutan lindung) berada di kabupaten ini. Dengan demikian, keselamatan dan kelestarian lingkungan di Kalimantan Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan sistem pengelolaan sumber daya alam yang ada dalam konteks propinsi, Kabupaten Kapuas Hulu berfungsi dan berperanan besar sebagai wilayah konservasi demi menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan baik Kabupaten Kapuas Hulu sendiri maupun wilayah lain terutama daerah sepanjang aliran Sungai Kapuas.

Berdasarkan kriteria penentuan pusat-pusat pertumbuhan yang berlaku bagi seluruh wilayah propinsi Kalimantan Barat, tercatat 38 pusat pertumbuhan utama di Kalimantan Barat, tiga diantaranya terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu Putussibau, Selimbau dan Semitau, sedangkan ibukota kecamatan lainnya hanya merupakan pusat pemerintahan (dimana kantor camat berada

(8)

III - 8 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

dengan skala pelayanan maksimal wilayah kecamatannya masing-masing). Letak geografis ketiga pusat tersebut, dapat dikatakan bahwa Putussibau merupakan pusat pertumbuhan wilayah timur kabupaten, Semitau sebagai pusat pertumbuhan wilayah barat kabupaten sedangkan Selimbau merupakan pusat pertumbuhan diantara kedua wilayah timur dan barat.

Dalam skala propinsi, Kota Putussibau diidentifikasikan sebagai pusat pertumbuhan orde ketiga, Semitau sebagai Pusat pertumbuhan orde keempat sedangkan Selimbau diidentifikasikan sebagai pusat pertumbuhan orde kelima. Ini berarti, dalam skala kabupaten, Putussibau dapat dianggap sebagai pusat pertumbuhan orde kesatu, Semitau kedua dan Selimbau ketiga.

Kota Putussibau, seperti hasil identifikasi skala propinsi, merupakan pusat orde pertama dalam skala Kabupaten Kapuas Hulu. Kota ini memiliki hampir semua fungsi yang ditelaah. Indeks Sentralitas kota tersebut sebesar 218,0 yang jauh di atas kota-kota lainnya. Kota ini memiliki fungsi sebagai: • Pusat permukiman,

• Pusat pemasaran dan perdagangan, • Pusat perhubungan dan telekomunikasi, • Tempat kegiatan usaha jasa dan produksi, dan

• Tempat pelayanan sosial, seperti pendidikan, kesehatan. dan rekreasi.

Melihat fungsinya yang relatif kompleks, dapat dikatakan bahwa kota Putussibau merupakan pusat pelayanan utama wilayah Kapuas Hulu atau sebagai Pusat Pelayanan Regional. Sementara, sebagai kota orde kedua adalah Semitau dengan Indeks Sentralitas sebesar 123,3. Di kota orde kedua ini semua jenis fasilitas yang ditelaah telah ada, sama dengan di Kota Putussibau, hanya fasilitas kesehatan yang di Putussibau sudah pada tingkat Rumah Sakit, di Semitau hanya berupa Puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan, untuk kondisi saat ini kota Semitau lebih merupakan wakil Putussibau untuk melayani wilayah kabupaten bagian barat.

(9)

III - 9 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

Kota-kota orde ketiga memiliki Indeks Sentralitas di atas 90 yaitu Nanga Tepuai dan Kedamin. Jika dalam analisis skala propinsi, kota yang diidentifikasikan sebagai kota orde ketiga skala Kabupaten Kapuas Hulu (atau orde kelima skala propinsi) adalah Kota Selimbau. Akan tetapi, dalam analisis skala kabupaten ternyata Kota Selimbau hanya menduduki hirarkhi ke empat. Hal yang menarik disini adalah terjadinya pergeseran peranan Kota Nanga Tepuai yang menggantikan posisi Kota Selimbau dan Nanga Bunut yang pada tahun 1990 masih merupakan kota orde ketiga. Hal ini lebih disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan Kota Nanga Tepuai sebagai akibat besamya peranan jalur lintas selatan yang melaluinya. Sedangkan Kota Kedamin teridentifikasi sebagai kota orde ketiga lebih disebabkan oleh kedekatannya dengan Kota Putussibau.

Interaksi merupakan indikator tingkat kemampuan suatu wilayah dalam memiliki keuntungan internal yang dapat terus berlangsung di dalamnya dan kcmampuan untuk ikut berpartisipasi dalam interaksi terhadap wilayah luar (eksternal atau perekonomian regional dan nasional). Interaksi terutama ditentukan oleh jumlah interaksi yang timbul diantara pusat-pusat permukiman dalam suatu wilayah. Jumlah interaksi dalam suatu sistem spasial tergantung pada tingkat artikulasi dalam hirarkhi

Fungsi pusat-pusat kegiatan wilayah tersebut di atas ditentukan berdasar-kan arahan pengembangan kawasan budidaya pada wilayah-wilayah pe-layanannya. Pusat-pusat dengan hirarkhi yang sama belum tentu memiliki fungsi yang sama, tergantung pada potensi wilayah yang dilayaninya.

Secara umum terdapat empat jenis fungsi pusat-pusat selain fungsi utamanya sebagai pusat pengembangan wilayah pedalamannya, yaitu:

1) Sebagai pusat permukiman penduduk (residential subcentre);

2) Sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan administrasi wilayah belakang (hinterland services);

(10)

III - 10 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

3) Sebagai pusat komunikasi antar wilayah (interregional communication); dan 4) Sebagai pusat kegiatan manufaktur (good processing/manufacturing).

Sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan administrasi wilayah belakang ditentukan berdasarkan keberadaan pusat diharapkan dapat menyediakan berbagai fasilitas pemerintahan, utilitas umum, fasilitas perdagangan dan jasa-jasa lain yang dibutuhkan wilayah belakangnya. Sebagai pusat komunikasi antar wilayah di lihat dalam konteks aksesibilitas pusat tersebut dengan pusat lain baik dalam orde yang sama maupun pusat pertumbuhan yang lebih tinggi. Sebagai pusat kegiatan manufaktur ditentukan dengan melihat potensinya untuk menyediakan berbagai fasilitas pengolahan atau sebagai sentra industri untuk menampung produksi sektor primer di wilayah belakangnya. Sedangkan sebagai pusat permukiman, hanya ditinjau dari fungsinya sebagai wilayah pemusatan tempat tinggal penduduk sedangkan kegiatan usahanya berada pada wilayah lain.

Strategi pengembangan kota-kota di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Memantapkan Kota Putussibau, Nanga Badau, Nanga Tepuai dan Semitau sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi sebagai simpul utama transportasi regional, pusat kegiatan ekonomi (industri, perdagangan dan jasa komersial), pusat permukiman utama, pusat pelayanan fasilitas sosial skala lokal, dan pusat kegiatan pemerintahan kabupaten (Putussibau). Dalam upaya memfungsikan peran kota-kota tersebut diatas sebagai PKL, maka dalam pengembangannya perlu didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana pelayanan yang berskala subregional. Dalam masa rencana keempat kota tersebut dihubungkan dengan jalan arteri primer dan atau jalur penerbangan menuju PKW (Sintang) dan KMP (Kawasan Metropolitan Pontianak).

(11)

III - 11 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

2. Kota Putussibau, Nanga Bunut, Mentebah, Nanga Tepuai, Nanga Dangkan, Semitau, Nanga Silat, Nanga Badau, dan Lanjak, sebagai Subpusat Kegiatan Lokal (Sub PKL) dengan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, simpul tansportasi, dan pusat pelayanan sosial untuk satu atau lebih kecamatan. Dalam upaya memfungsikan peran kota-kota tersebut sebagai sub pusat kegiatan lokal serta untuk lebih meningkatkan peranannya sebagai sebuah kota, maka dalam pengembangannya perlu didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana yang berskala pelayanan lokal (kecamatan atau beberapa kecamatan).

3.1.4 Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah (a) Prasarana Transportasi :

(i) Memantapkan (rehabilitasi dan atau peningkatan) prasarana Bandara Pangsuma sebagai bandara tersier pendukung sistem angkutan udara Kalimantan Barat secara keseluruhan.

(ii) Peningkatan kerjasama dengan Sarawak dalam pengembangan pos lintas batas negara (PLBN) di Nanga Badau disertai dengan pemantapan jalan di sepanjang daerah perbatasan.

(iii) Pemantapan jaringan jalan PKW-PKL, antar-PKL, antara PKL-Sub PKL, serta jalan antar negara.

(iv) Pengembangan dan pemantapan prasarana jalan pada sentra-sentra pengembangan pertanian / perkebunan untuk mendukung agrobisnis dan agroindustri.

(v) Memanfaatkan poros jalan pada jalur regional utama, terutama pada wilayah-wilayah yang potensial berkembang.

(vi) Peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana penyeberangan untuk memperlancar transportasi antar negara melalui Sintang – Simpang Sejiram – Semitau – Nanga Kantuk – Nanga Badau – Lubuk Antu (Sarawak).

(12)

III - 12 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

(vii) Pengembangan sarana dan prasarana perhubungan sungai bagi wilayah-wilayah yang sulit terjangkau jaringan transportasi darat.

(b) Prasarana Wilayah Lainnya;

(i) Mengembangkan sumber daya energi listrik pada pusat-pusat pelayanan potensial, diupayakan pemanfaatan sumber daya alam setempat (batubara dan tenaga air).

(ii) Pengadaan fasilitas telekomunikasi pada seluruh PKL dan sub PKL. (iii) Peningkatan Pelayanan air bersih pada seluruh PKL dan Sub PKL. (iv) Pengembangan fasilitas pemasaran dan peningkatan produksi, seperti

pasar permanen pada setiap PKL.

TABEL III-1

GAMBARAN KONDISI PRASARANA DAN SARANA DASAR KABUPATEN KAPUAS HULU

No Uraian Kondisi Saat Ini

TA 2013 Kondisi Akhir PJM TA 2014 Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) Jalan Lingkungan - Pembangunan - Peningkatan - Pemeliharaan Kurang

memadai Kurang memadai Diperlukan pembangunan peningkatan dan pemeliharaan Drainase - Pembangunan Drainase - Pemeliharaan Drainase Kurang

memadai Kurang memadai Diperlukan pembangunan & pemeliharaan Air Bersih

- Pembangunan Prasarana Air Bersih - Pembangunan hidran

umum

Kurang

memadai Kurang memadai Diperlukan pembangunan & pemeliharaan

Air Limbah

- Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah

Kurang memadai

Kurang memadai Diperlukan pembangunan & pemeliharaan Persampahan - Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu

(13)

III - 13 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

3.1.5 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas adalah kawasan fungsional yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana. Kawasan prioritas yang ditetapkan meliputi :

(a) Pengembangan kawasan tertentu, kawasan andalan, dan atau kawasan pengembangan ekonomi terpadu yang telah ditetapkan secara nasional. (b) Pengembangan kawasan sentra-sentra produksi yang bersifat lintas

kabupaten.

(c) Penanganan kawasan tertentu yang telah didukung keberadaan prasarana wilayah.

(d) Penanganan kawasan tertentu lainnya.

3.2 Skenario Pengembangan Bidang PU-Cipta Karya

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu seperti yang tercantum dalam Rencana Strategis Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Tahun 2013 menetapkan beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

A. Meningkatkan kualitas permukiman baik gedung, perumahan maupun bangunan umum lainnya serta kualitas lingkungan, dengan sasaran :

1. Terciptanya permukiman yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya.

- Terpeliharanya bangunan bersejarah,

- Tingkat pemenuhan kebutuhan gedung dan perumahan,

- Prosentase pemukanan yang tertatta dan sesuai dengan ketentuan, - Tingkat kelayakan gedung dan perumahan.

(14)

III - 14 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

2. Terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dengan indikator kinerja sasaran di antaranya :

- Prosentase air buangan yang telah dikelola secara memadai,

- Terlaksananya fasilitasi dan bimbingan teknis penyehatan

lingkungan,

- Tingkat kecukupan/pemenuhan atas sarana air bersih,

- Tingkat cakupan masyarakat yang mendapatkan air bersih/air

minum,

- Tingkat kecukupan/pemenuhan jaringan air minum/bersih,

- Tingkat kecukupan/pemenuhan jaringan instalasi air

limbah/kotor/drainase.

Skenario pengembangan sektor Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu mencakup beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kelangsungan beberapa aktifitas sosial-ekonomi penduduk yang sehat, nyaman dan dengan dampak yang sekecil mungkin.

Strategi pengembangan sektor tersebut mencakup hal-hal yang dijelaskan dibawah ini:

1. Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan

Strategi pengembangan jaringan jalan diarahkan pada penentuan pola sirkulasi dan sistem angkutan, yang dapat menghubungkan pusat-pusat pelayanan dengan perumahan dan permukiman penduduk.

2. Strategi Pengembangan Air Bersih

Strategi pengembangan Air Bersih dengan usaha pengembangan pelayanan air bersih dengan menambah kapasitas atau debit air maupun jaringan perpipaan pada wilayah yang belum terlayani.

3. Strategi Pengembangan Drainase

Dalam pengembangan sistem drainase, strategi yang dapat dilakukan adalah strategi pengembangan diarahkan dengan mempertahankan kondisi

(15)

III - 15 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU

dan karakteristik lahan sesuai dengan peruntukannya dan diarahkannya pada perbaikan jaringan drainase menjadi permanen.

4. Strategi Pengembangan Prasarana Air Limbah

Strategi pengembangan Prasarana Air Limbah meliputi pengembangan sistem pengolahan air limbah diarahkan pada pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem on-site, pengembangan pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem offsite septic tank komunal dengan sasaran perumahan penduduk di daerah terpencil.

5. Strategi Pengembangan Prasarana Persampahan

Strategi pengolahan persampahan meliputi pelaksanaan atau penyiapan lahan untuk pengolahan persampahan (pembuatan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu).

6. Strategi Pengembangan Prasarana Perumahan dan Permukiman Strategi pengolahan prasarana terpusat pada pembangunan jalan antar dusun ke desa, desa ke Kecamatan serta peningkatan jalan gang, gertak, serta jembatan kayu.

7. Strategi Pengembangan Prasarana Bangunan Gedung dan Tata Ruang.

Strategi yang dikembangkan dalam pembangunan meningkatkan pelayanan masyarakat terhadap fasiltas pemerintah dalam mengemban kesejahteraan masyarakat dengan membangun Kantor Kecamatan, Rumah Camat, Rumah Sekcam, kopel, Mess dan bangunan fasilitas umum lainnya.

Gambar

TABEL III-1

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga didukung penelitian Primantara (2015), Rustiarini dan Sugiarti (2013). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh variabel kompleksitas operasi

Jadi tujuan dari proses pengkayaan (enrichment) bijih Fe ini adalah untuk mendapatkan konsentrat Fe dengan kadar kemurnian >60% dan ukuran tertentu yang

Skripsi yang berjudul Pengaruh Penambahan Serum dan atau DNase dalam Medium Disosiasi terhadap Jumlah dan Viabilitas Spermatogonia Ikan Gurame (Osphronemus gouramy

Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram yang mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kepegawaian

Kelompok ini pada bulan Januari 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar -0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,33 pada bulan Desember

Berdasarkan aduan pelajar dan tindakan pembaikan yang telah dilaksanakan oleh pihak kontraktor didapati terdapat jenis-jenis kerosakan yang boleh dielak atau dicegah

Defek kecil yang melibatkan margo palpebra superior dapat diperbaiki dengan penutupan langsung jika teknik ini tidak mengambil tekanan yang terlalu besar pada luka.. Penutupan

akan terjangkau serta masyarakat yang tidak memiliki kartu fisiknya, mereka masih tetap bisa berobat dengan menggunakan mobile JKN dengan aplikasi pintar tersebut. f.) jenis