• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencerminan Nilai-nilai Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia Ditinjau Dari Ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pencerminan Nilai-nilai Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia Ditinjau Dari Ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA

SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL

INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA

JOSEPH ATJA SULANDRA

NIM : 1090561065

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA

SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL

INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

JOSEPH ATJA SULANDRA

NIM : 1090561065

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)
(5)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pencerminan Nilai-Nilai Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia Ditinjau Dari Ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia”.

Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, S.H.M.H., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.MS., selaku Dosen Pembimbing I atas segala ketulusan dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

(6)

vii

6. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana atas berbagai dukungan administratif dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan guna kelancaran penyelesaian tesis ini.

8. Bapak Prof. Dr Johanes Usfunan, Drs.,SH.MH., Bapak Prof. Dr I Wayan Parsa, SH.M.Hum., serta Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.M.Hum., selaku dosen penguji.

9. Para dosen Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

10.Seluruh staf akademik Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana yang senantiasa memberi bantuan dan fasilitas dalam pelaksanaan pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

11.Ibu dan ayah penulis, Ny. Maria Theresia Sulandra, dan (almarhum) J.W. Sulandra, SH, yang telah melahirkan, membesarkan dan membimbing penulis dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang; serta adik-adik penulis, Maria Christina Setianingsih Sulandra, Maria Ignatia Setiawati Sulandra, Maria Francisca Setiastuti Sulandra dan Franciscus Ketut Wihardana Sulandra; yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

(7)

viii

13.Para sahabat yang telah penulis anggap sebagai saudara dalam suka dan duka : Dr. I Dewa Gede Palguna, SH, M.Hum, Adnyana, SH, MH, Johanis BNP Sani, (almarhum) Rudolf Gustaf Malelak, Adolf Godlief Malelak, Paulus Arya Chandra, Victor Malelak, serta sahabat-sahabat lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu per satu, atas segala bantuan moril maupun materiil yang telah menjadikan tesis ini dapat terwujud.

14.Keluarga besar serta rekan-rekan sesama mahasiswa, serta semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini tetap dapat bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatnya kepada kita semua.

Denpasar, 25 Juni 2016 Joseph Atja Sulandra

(8)

ix

ABSTRAK

PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA

NASIONAL INDONESIA

Sapta Marga atau “Tujuh Jalan Prajurit” adalah Kode Etik, Kode Kehormatan, atau Dasar Kehormatan yang mencerminkan Jati Diri TNI sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional; suatu rumusan tertulis yang terdiri dari tujuh butir ikrar pengabdian yang mempersatukan jiwa keprajuritan dan semangat kepejuangan seluruh jajaran TNI dalam mengemban Tugas Pokoknya, yaitu menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara. Nilai-nilai yang terkandung didalam Sapta Marga memperlihatkan bahwa TNI adalah pembela ideologi Negara Pancasila dan UUD NRI tahun 1945, dan berjanji untuk tidak akan menyerah kepada setiap kekuatan yang berusaha untuk merubahnya.

Didalam Pasal 2 UU No. 34 tahun 2004 yang mengatur tentang Jati Diri TNI, terjadi kekosongan norma akibat tidak dicantumkannya frasa Sapta Marga secara eksplisit, sehingga dapat mengakibatkan TNI sulit atau gamang bertindak apabila terjadi distorsi terhadap ideologi Negara. Berbagai ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila dan nilai-nilai ke Indonesiaan dengan mudahnya masuk akibat era keterbukaan dan kebebasan yang berlangsung saat ini, sehingga pencantuman Sapta Marga secara eksplisit sebagai Jati Diri TNI menjadi penting bahkan mutlak dilakukan, dengan cara perubahan atas UU No. 34 tahun 2004 atau membentuk UU TNI yang samasekali baru.

(9)

x ABSTRACT

SAPTA MARGA VALUES AS THE CORE IDENTITY OF THE TENTARA

NASIONAL INDONESIA AS VIEWED FROM PROVISIONS OF LAW

NUMBER 34 OF 2004 ON TENTARA NASIONAL INDONESIA

Sapta Marga is the Code of Conduct, Code of Honor, or Basic of Honor reflecting

TNI’s Core Identity as the People's Armed Forces, Patriotic Armed Forces and National Armed Forces; a written formula that consists of a seven pledges devotion that unites the warrior and struggle spirit of the TNI in carrying out its main tasks, i.e. upholding the sovereignty of the State, maintaining the integrity of The Unitary State of the Republic of Indonesia based on Pancasila and the 1945 Constitution, as well as to protect all the people and the country of Indonesia from threats and harassment against the integrity of the nation and the State. The values contained in Sapta Marga shows that the TNI is the defender of the State ideology Pancasila and the 1945 Constitution, and promised to not surrender to any force that might try to change it.

(10)

xi

RINGKASAN

Penelitian yang berjudul PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA ini tersusun dalam lima (5) Bab sebagai merikut:

BAB I : PENDAHULUAN.

Bab ini diawali dengan Latar Belakang Masalah, dimana diuraikan tentang pengertian Sapta Marga, yang berarti “Tujuh Jalan Prajurit”, suatu Kode Etik, Kode Kehormatan, atau Dasar Kehormatan Prajurit TNI yang mencerminkan Jati Diri TNI sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional yang profesional. Didalam Jati Dirinya sebagai prajurit Sapta Marga, segenap jajaran TNI mengemban tugas pokok untuk menegakkan kedaulatan Negara dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, NKRI yang berideologi Pancasila dan berkonstitusi UUD NRI tahun 1945, serta siap berkorban jiwa-raga demi melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.

Dinamika kebebasan dan keterbukaan di era globalisasi yang melanda dunia, serta era reformasi di Indonesia, di satu sisi membawa dampak positif dalam wujud berkembangnya demokrasi dan demokratisasi, namun di sisi lain juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap ideologi Negara Pancasila, dengan masuknya berbagai ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dan hal tersebut akan mengakibatkan TNI sulit atau gamang bertindak sesuai tugas pokoknya, oleh karena frasa Sapta Marga tidak dicantumkan secara eksplisit sebagai Jati Diri TNI dalam Pasal 2 UU TNI yang sekarang berlaku, yaitu UU No. 34 tahun 2004.

(11)

xii

BAB II : TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA.

Bab ini menguraikan tinjauan umum tentang TNI dan Sapta Marga sebagai Jati Diri TNI; terdiri dari tiga (3) sub-bab. Pertama, diulas mengenai sejarah terbentuknya Tentara Nasional Indonesia, yang pada awalnya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR), kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada sub bab ini diulas pula hal-hal yang unik dalam perjalanan sejarah tersebut, terutama yang menyangkut proses transformasi TNI dari self created Armed Forces sehingga menjadi organisasi ketentaraan yang profesional yang berstandar internasional.

Kedua, diulas mengenai proses terbentuknya jati diri TNI, yang pada dasarnya merupakan penanaman character building dalam tubuh TNI dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia terutama di era perang kemerdekaan, melalui keteladanan pimpinan TNI terutama Panglima Soedirman, yang kemudian dibakukan dalam bentuk tertulis berwujud Sapta Marga; dimana ditegaskan bahwa TNI adalah Prajurit Rakyat, Prajurit Pejuang, Prajurit Nasional, Bhayangkari Negara yang bertekad akan mempertahankan kemerdekaan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.

Ketiga, diulas mengenai bagaimana TNI sebagai salah satu komponen bangsa menempatkan dirinya dalam ikut mewujudkan tujuan Nasional sesuai dengan situasi dan kondisi dari masa ke masa, sehingga terjadi dinamika peran serta TNI dalam bidang sosial-politik.

BAB III : NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA.

(12)

xiii

dan nilai-nilai Sapta Marga dimuat dalam UU No. 2 tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Kedua, diulas mengenai nilai-nilai Sapta Marga dalam UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI. Dalam posisi tidak lagi terlibat dalam fungsi sosial-politik dan hanya memfokuskan diri sebagai alat negara dibidang pertahanan, nilai-nilai Sapta Marga termuat dalam Pasal 1 angka 1., Pasal 7 ayat (1), dan Pasal 25 ayat (1) huruf a. dan huruf b. Namun demikian, frasa Sapta Marga justru tidak terdapat pada Pasal 2 yang mengatur tentang Jati Diri TNI. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan norma, oleh karena Sapta Marga adalah Jati Diri TNI, atau Jati Diri TNI adalah Sapta Marga.

BAB IV : KONSEKUENSI YURIDIS TIDAK DICANTUMKANNYA SAPTA MARGA SECARA EKSPLISIT SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA.

Bab ini terdiri dari dua (2) sub-bab, yang merupakan jawaban dari Rumusan Masalah kedua. Pertama, diulas mengenai pentingnya Sapta Marga sebagai Jati Diri TNI dicantumkan secara eksplisit dalam Pasal 2 UU TNI, oleh karena TNI sampai kapanpun tidak akan pernah meninggalkan Jati Dirinya sebagai prajurit Sapta Marga. Sistem pendidikan TNI, sejak pendidikan dasar maupun pada pendidikan lanjutan di semua strata, dirancang untuk membentuk prajurit-prajurit TNI berdasarkan Sapta Marga; pendidikan prajurit TNI adalah mendidik patriot-patriot bangsa Indonesia, prajurit-prajurit yang berwatak ksatria yang harus membela kebenaran dan keadilan menurut ukuran-ukuran kemanusiaan yang diajarkan Pancasila. Pencantuman Sapta Marga sebagai Jati Diri TNI pada Pasal 2 UU TNI akan memberikan legitimasi yuridis bagi TNI untuk melaksanakan tugas pokoknya, yaitu menegakkan kedaulatan Negara, mepertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.

(13)

xiv

Tujuan, Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan, Asas Kejelasan Rumusan, Asas Pengayoman, Asas Kebangsaan, Asas Kekeluargaan, Asas Kenusantaraan, Asas Bhinneka Tunggal Ika, serta Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum.

BAB V : PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua (2) sub-bab. Pertama, adalah Simpulan dari seluruh hasil penelitian penulis.

(14)

xv

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN TESIS... xi

DAFTAR ISI ... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 15

1.3. Ruang Lingkup Masalah. ... 15

1.4. Tujuan Penelitian ... 15

1.4.1. Tujuan Umum ... 16

1.4.2. Tujuan Khusus ... 16

1.5. Manfaat Penelitian ... 17

1.5.1. Manfaat Teoritis ... 17

1.5.2. Manfaat Praktis ... 17

(15)

xvi

1.7. Landasan Teoritis ... 20

1.7.1. Teori Cita Hukum ... 21

1.7.2. Teori Sistem Perundang-undangan ... 25

1.8. Metode Penelitian ... 27

1.8.1. Jenis Penelitian ... 27

1.8.2. Jenis Pendekatan ... 28

1.8.3. Sumber Bahan Hukum ... 29

1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 31

1.8.5. Teknik Analisa Bahan Hukum ... 33

BAB II. TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA... 34

2.1. Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia ... 34

2.2. Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia ... 53

2.3. Sapta Marga Dan Fungsi Sosial-Politik TNI. ... 58

BAB III. NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA ... 72

3.1. Nilai-Nilai Sapta Marga Dalam Sejarah Perjalanan Tentara Nasional Indonesia ... 72

(16)

xvii

BAB IV. KONSEKUENSI YURIDIS TIDAK DICANTUMKANNYA SAPTA MARGA SECARA EKSPLISIT SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004

TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA ... 110

4.1. Pentingnya Sapta Marga Sebagai Jati Diri TNI Dicantumkan Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia ... 110

4.2. Konsekuensi Yuridis Tidak Dicantumkannya Sapta Marga Secara Eksplisit Sebagai Jati Diri TNI Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia ... 116

BAB V. PENUTUP ... 125

5.1. Simpulan ... 125

5.2. Saran ... 127

Referensi

Dokumen terkait

While the reason for this student using the Line is a variety of factors starting from friends, the features offered by Line messenger, to the high ratings of the

Penelitian dan pengembangan untuk mendukung pengintegrasian WASH yang akan diuraikan pada bab ini lebih banyak tentang elemen air dan sanitasi pada rumah tangga, baik

diizinkan (sejajar dan tegak lurus serat) untuk dua ukuran baut dalam sambungan tiga elemen (geser ganda), menunjukkan nilai yang meningkat secara proporsional dengan ketebalan

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru TIK/KKPI dan meningkatkan perannya di dalam Implementasi Kurikulum 2013, LPPPTK Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi

Pada Gambar 3 terlihat bahwa desain sistem pemantauan yang akan dibuat merupakan pelengkap dari sistem yang sudah ada pada Gmbar 2, hanya saja ada 2 buah perbedaan yang cukup

Uji Regresi Linier Sederhana antara Kualitas Media dan Kualitas Pesan terhadap Dampak Komunikasi... Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji

PENGARUH STRATEGI CO-BRANDING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 1 BAB I

Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti bahwa terdapat hubungan negatif antara problem focused coping dengan prokrastinasi akademik