BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejahatan dapat terjadi di mana saja baik di kota besar maupun di kota kecil bahkan di desa-desa. Demikian juga dengan para pelakunya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Berbicara mengenai kejahatan maka tidak dapat melupakan masyarakat sebagai tempat timbulnya kejahatan atau dengan kata lain bahwa kejahatan selalu ada dalam masyarakat dan berkembang seiring dengan kehidupan manusia.
Tidak semua perbuatan manusia yang menyerang atau merugikan masyarakat dapat dipidana. Dalam pengertian yuridis ditentukan bahwa perbuatan yang dapat dipidana adalah perbuatan yang memenuhi rumusan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yakni perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan moral kemanusiaan dan merugikan masyarakat, maka sepantasnyalah bila orang yang telah melakukan perbuatan pidana mendapat suatu hukuman atau sanksi. Sanksi dalam hukum pidana sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang-cabang hukum lainnya, karena sanksi ini bisa mengenai harta benda, kehormatan, kemerdekaan bahkan kadang-kadang merampas nyawa terpidana.
Seperti diketahui bahwa menghilangkan nyawa orang lain merupakan salah
satu bentuk gangguan terhadap perlindungan jiwa seseorang. Pembunuhan
dikategorikan sebagai bentuk perampas hak seseorang yang paling asasi.
Hak yang paling asasi ini, yaitu hak untuk hidup dan ini benar-benar dihormati siapapun orangnya harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam masalah hak yang paling asasi ini. Tidak ada perbedaan status seseorang baik laki- laki maupun perempuan, tua maupun muda, termasuk hak hidup baik anak.
Hal ini dikarenakan perlindungan terhadap anak telah ada peraraturan perundangan-undangannya, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Dalam pasal 2 disebutkan dengan tegas:
(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam hubungannya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.
(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.
1Perbuatan mengganggu hak hidup anak dengan mengadakan pembunuhan terhadapnya akan menimbulkan masalah sosial yang dapat mempengaruhi kelancaran pembangunan di segala bidang, khususnya di bidang hukum. Apalagi yang menjadi korban adalah bayi yang baru dilahirkannya dan pelakunya adalah ibunya sendiri.
Dikatakan mempengaruhi terhadap proses pembangunan dikarekan anak merupakan
1 Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hal 65.
penerus pembangunan bangsa. ”Bahwa anak adalah potensi atau penerus cita-cita bangsa dan dasar-dasarnya telah ditetapakn oleh generasi sebelumnya”.
2“ Mengabaikan masalah perlindungan terhadap anak tidak akan memantapkan pembangunan nasional”.
3Pembunuhan oleh seorang ibu terhadap bayi yang baru dilahirkannya atau tidak lama setelah dilahirkan, tegas-tegas menyalahi hukum yang berlaku di negara kita. Ancaman pidana bagi pelaku tindak pidana ini sudah jelas pengaturannya termuat di dalam kitab undang-undang hukum pidana, yaitu pasal 341 KUHP dan pasal 342 KUHP.
Pasal 341 yang berbunyi:
“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya diancam karena membunuh anaknya sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun“ .
4Ketentuan ini digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana pembunuhan anak oleh ibu yang direncanakan terlebih dahulu.
Sedangkan pasal 342, yang berbunyi:
“Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang diperlukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
2 Ibid, hal 63.
3 Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Cetakan III, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993,hal 226.
4 Moeljatno,KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), Cetakan XIII, Bina Aksara, Jakarta, 1990, hal 147.
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun”.
5Ketentuan ini dipakai untuk memidana pelaku tindak pidana pembunuhan anak yang direncanakan terlebih dahulu.
Anak dalam hal ini adalah bayi yang baru dilahirkan sebenarnya harus dilindungi, dirawat serta diasuh, akan tetapi malah dibunuh. Anak yang nantinya tumbuh dan berkembang merupakan potensi penerus pembangunan, tidak layak untuk direnggut kehidupannya. Terlebih lagi pelakunya adalah ibunya sendiri, sampai begitu teganya seorang ibu membunuh bayinya merupakan fenomena yang menarik untuk dijadikan bahan kajian.
Kalaupun sampai saat ini dijumpai kasus tindak pidana pembunuhan bayi, kita harus mengetahui apa yang menjadi alasan-alasan pelaku melakukan tindak pidana tersebut.
Dengan adanya pemahaman tentang sebab musabab terjadinya kejahtan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dilakukan tindak pidana yang terjadi
”penyusunan strategi pencegahan pembinaan pelanggar hukum memerlukan dasar- dasar pemahaman yang menyeluruh dan sistematik baik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan”.
6Pembinaan narapidana dalam tindak pidana pembunuhan anak memerlukan suatu pola tertentu bagi narapidananya agar setelah bebas dari lembaga pemasyarakatan menjadi insan yang baik dan berguna di dalam kehidupan
5 Ibid, hal.147-148.
6 Mulyana W. Kusumah, Kejahatan Penjahat dan Reaksi Sosial, Alumni, Bandung 1983, hal 13.
bermasyarakat. Juga agar tidak mengulangi lagi perbuatannya dan menularkan kejahatannya pada masyarakat untuk melakukan kejahatan yang sama.
Seperti kasus bayi yang baru lahir dibunuh dengan cara dimasukan ke dalam WC (jumleng) milik seorang warga desa Bluto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kodya Mojokerto. Ibu bayi yang bernama jumilah, warga desa setempat, tega berbuat sadis dengan alasan takut dimarahi orang tuanya karena mempunyai anak tanpa bapak.
Berdasarkan pemikiran di atas serta gejala-gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat, maka penulis mencoba untuk mengangkat dan membahas masalah yang dihadapi oleh pelaku kejahatan pembunuhan anak oleh ibunya yang dituangkan dalan skripsi ini dengan judul: “PEMBINAAN NARAPIDANA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN TERHADAP BAYINYA SENDIRI (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam kegiatan penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Bagaimanakah pembinaan narapidana yang melakukan tindak pidana pembunuhanan terhadap bayinya sendiri di Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Kelas II A Malang?
2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala atau hambatan dalam Pembinaan
narapidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap bayinya sendiri
di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang dan solusinya?
3. Apakah ada perbedaan pembinaan narapidana yang melakukan pidana pembunuhan terhadap bayinya sendiri dengan narapidana yang lain?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang penulis lakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pembinaan narapidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap bayinya sendiri di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam pembinaan narapidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap bayinya sendiri di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang dan solusinya.
3. Untuk mengetahui apakah ada pembedaan nara pidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap bayinya sendiri dengan narapidana lain.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian terhadap permasalahan pembinaan narapidana yang melakukan tindak pidana pembunuhan anak oleh ibu kandungnya sendiri nantinya diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat yaitu:
1. Segi Teoritis
Memberikan manfaat pengetahuan kepada masyarakat serta memberikan
sumbangsih untuk pengetahuan ilmu hukum dan memberikan manfaat khususnya
tentang perlindungan anak.
2. Segi Praktis
a) Bagi Masyarakat
- Dapat memberikan gambaran yang jelas dan informasi bagi masyarakat tentang lembaga perlindungan anak
- Dapat menjadi masukan pengetahuan bagi masyarakat agar mengetahui hak-hak anak
b) Bagi Instansi Terkait
- Dapat dijadikan sebagai masukan yang berarti bagi lembaga pemasyarakatan maupun instansi sejenis dalam menyikapi hal tersebut - Dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mensosialisasikan
Lembaga Pemasyarakatan sebagai wadah perlindungan anak.
c) Bagi Peneliti
- Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti tantang Lembaga Pemasyarakatan serta hal-hal yang berkaitan tentang perlindungan hukum bagi anak korban kekerasan
- Dapat digunakan sebagai tolak ukur peneliti dalam menerapkan kemampuan akademik dalam bentuk kerja nyata untuk menyumbang hasil pemikirannya.
- Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memenuhi syarat penulisan
tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
(S-1) di bidang Ilmu Hukum.
E. Metode Penelitian 1. Pendekatan
Dalam kasus ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis-sosiologis. Yaitu pembahasan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta dikaitan dengan teori-teori hukum dengan melihat realita yang menjadi pokok permasalahan.
2. Lokasi penelitian.
Studi ini dilakukan dengan kegiatan secara langsung dilapangan. Dalam hal ini penelitian tersebut dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang yang berada di Jln. Raya Kebonsari No 29 Malang.
3. Sumber Data
a. Data primer yaitu obyeknya adalah para petugas dan narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A data asli yang diperoleh peneliti dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan oleh orang lain
7. Data primer yang digunakan adalah jawaban dari pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dari lokasi penelitian yaitu di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Malang. Dengan waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai bulan Mei 2010.
b. Bahan hukum sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan anak, buku-buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, artikel dan lainnya yang masih berkaitan dengan fokus penelitian
8 Hadikusuma, Hilman, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar. Bandung, 1995, h.65.