• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi

2.1.1 Pengertian Maloklusi

Pengertian oklusi menurut Dewanto (1993) adalah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi di rahang atas dengan permukaan oklusal gigi geligi di rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup. Sedangkan menurut Pambudi (2009), oklusi dalam pengertian yang sederhana adalah penutupan rahang beserta gigi atas dan bawah. Pada kenyataannya oklusi merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan gigi (termasuk morfologi dan angulasinya), otot, rahang, sendi temporomandibula, dan gerakan fungsional rahang. Oklusi juga melibatkan relasi gigi pada oklusi sentrik, relasi sentrik, dan selama berfungsi.(1,4)

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dan gigi geligi pada kedua rahang.

Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan muscular system. Oklusi gigi bukan merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi misalnya : centrix, excentrix, habitual, supra-infra, mesial, distal, lingual.(5)

Dikenal ada 2 macam istilah oklusi yaitu (Dewanto, 1993):

a. Oklusi ideal yaitu suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan yang

(2)

b. Oklusi normal yaitu suatu hubungan gigi geligi antara satu rahang terhadap gigi geligi rahang lain apabila kedua rahang tersebut dikatupkan dan condylus mandibularis berada pada fossa glenoidea.

Perkembangan oklusi gigi merupakan proses berkesinambungan meskipun pentahapannya dapat dibagi dalam tahap belum bergigi, geligi sulung, geligi pergantian, dan geligi permanen. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan memahami proses perkembangannya.(2)

Maloklusi adalah bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk norrnal. Maloklusi juga berarti kelainan ketika gigi-geligi atas dan bawah saling bertemu ketika menggigit atau mengunyah.

Maloklusi dapat berupa kondisi "bad bite" atau sebagai kontak gigitan menyilang (crossbite), kontak gigitan yang dalam (overbite), gigi berjejal (crowdeed), gigitan menyilang (scisor bite) atau posisi gigi maju ke depan (protrusi). Hal ini dapat memberikan efek terhadap penampilan estetis, berbicara atau kenyamanan dalam mengunyah makanan (Daniel, 2000). Dalam penelitian ini maloklusi juga dapat diartikan sebagai susunan gigi-geligi yang tidak teratur.(5)

Sedangkan pengertian maloklusi menurut Pambudi (2009), adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi lainnya yang terjadi pada bagian tubuh yang lain, tetapi karena variasi letak gigi mudah diamati dan mengganggu estetis sehingga menarik perhatian dan memunculkan keinginan untuk melakukan perawatan. Meningkatnya letak gigi yang berdesakan mungkin disebabkan tidak adanya atrisi proksimal dan oklusal yang terjadi pada gigi. Maloklusi dapat disebabkan adanya kelainan gigi dan

(3)

malrelasi lengkung geligi atau rahang.(4)

2.1.2 Etiologi Maloklusi,

Maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor saja, ada beberapa faktor berbeda yang merupakan penyebabnya yaitu, genetik dan lingkungan. Menurut Proffit (1998), secara umum maloklusi disebabkan karena 2 faktor yaitu : (6,7)

a. Faktor keadaan di luar gigi (faktor ekstrinsik) 1. Herediter

Pengaruh herediter dapat bermanifestasi dalam dua hal, yaitu disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi berdesakan atau maloklusi berupa diastema multiple; dan disproporsi ukuran, posisi, dan bentuk rahang atas dan bawah yang menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis.

2. Kelainan kongenital

3. Pertumbuhan dan perkembangan yang salah pada waktu prenatal dan postnatal

4. Penyakit-penyakit sistemik yang menyebabkan adanya kecenderungan ke arah maloklusi seperti: ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolisme, penyakit infeksi, dan malnutrisi.

5. Kebiasaan jelek, sikap tubuh yang salah dan trauma.

b. Faktor-faktor pada gigi (intrinsik / faktor lokal):

1. Anomali jumlah gigi, terdiri dari adanya gigi berlebih (dens supernumerary teeth) dan tidak adanya gigi (anondontia),

(4)

3. Anomali bentuk gigi,

4. Frenulum labii yang tidak normal, 5. Kehilangan dini gigi desidui, 6. Persistensi gigi desidui,

7. Terlambatnya erupsi gigi permanen, 8. Jalan erupsi yang abnormal,

9. Ankilosis, 10. Karies gigi,

11. Restorasi gigi tidak baik.

2.1.3 Akibat Maloklusi dan Kerugiannya

Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan kepribadian.

Koreksi posisi gigi yang tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal.(5,8)

Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal, tidak saja merugikan kesehatan individu, namun juga dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik serta estetis yang kurang menyenangkan. Adapun kerugian dari maloklusi antara lain :

a. Penampilan wajah yang kurang menarik.

Maloklusi pada keadaan tertentu dapat menyebabkan penampilan wajah menjadi buruk atau kurang menarik, sehingga menimbulkan masalah psikososial.

(5)

b. Resiko terhadap karies.

Susunan gigi yang abnormal selain tidak memiliki efek self cleansing juga menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi rumit dan meningkatkan resiko terhadap karies. Keadaan gigi yang berjejal dapat menyebabkan penumpukan plak akibat pembersihan gigi dan mulut yang tidak adekuat sehingga dapat menimbulkan karies. (9)

c. Predisposisi penyakit periodontal

Hubungan maloklusi dengan oral hygiene yang buruk menyebabkan penyakit periodontal, selain itu gigi yang berada dalam posisi abnormal dapat mengalami traumatik oklusi dengan akibat kerusakan jaringan periodontal dan mengakibatkan kehilangan gigi yang lebih cepat.(11)

d. Gangguan psikologis

Pada keadaan tertentu maloklusi dapat mempunyai pengaruh buruk terhadap penampilan wajah seseorang yang berakibat gangguan psikologis. Penampilan wajah yang tidak menarik menyebabkan seseorang menjadi sangat rendah diri dan introvert. Sehingga perawatan maloklusi pasien sangat membantu dalam perbaikan mental dan kepercayaan diri.(8)

Dibiase (2001) menyatakan beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap psikologi dan perkembangan sosial, yang disebabkan karena rasa tidak percaya diri yang berupa ejekan dan hinaan dari lingkungannya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan sangat menyakitkan hati sehingga remaja korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.(10)

(6)

e. Resiko terhadap trauma

Gigi-gigi insisif yang terlalu proklinasi atau protrusi yang parah memiliki resiko tinggi tehadap injuri khususnya selama bermain atau terjatuh karena kecelakaan, demikian juga dengan posisi gigi kaninus yang labio versi sering mengalami trauma.

f. Abnormalitas fungsi

Banyak keadaan maloklusi menyebabkan abnormalitas fungsional terhadap sistem stomatognatik seperti gangguan penelanan, gangguan bicara, gangguan pernafasan, kesulitan dalam menggerakan rahang (gangguan otot dan nyeri), dan lain-lain.(8)

g. Masalah temporo mandibula joint (TMJ)

Maloklusi dihubungkan dengan kontak premature yang menyebabkan traumatik oklusi, selain itu dapat menyebabkan masalah sendi TMJ dengan gejala rasa sakit dan disfungsi.(11)

2.1.4 Klasifikasi Maloklusi

Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal.

Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang sagital, vertical atau tranversal, (Houston, 1993).

Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:

1. Klas I Angle (Netroklusi)

Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar

(7)

pertama bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.

Menurut Dewey, klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :

a) Klas I tipe 1 : tonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih ke labial).

b) Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif.

c) Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior.

d) Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang posterior.

e) Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi ke arah mesial.

2. Klas II Angle

Sehubungan tonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar pertama bawah. Juga apabila tonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke anterior dan tidak pada garis bukal pertama atas melewati tonjol mesiobukal molar pertama bawah.

Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif lateral dan kaninus bawah. Pada umumnya kelainan ini disebabkan karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.

Menurut Dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:

(8)

1. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung.

2. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.

3. Klas III Angle (mesioklusi)

Disini tonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati tonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.

Menurut Dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:

a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).

b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior hubungannya normal.

c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu penderita menonjol ke depan.

Sedangkan gigi berdesakan atau crowding teeth merupakan akibat maloklusi yang disebabkan oleh tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi, (Harty & Oyston, 2002) .

(9)

Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan.

Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah usia antara 13-14 tahun, dan kemudian mungkin akan berkurang. Dalam penelitian ditemukan gigi berdesakan terbanyak ditemukan pada usia 9 tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti menghubungkan timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama proses perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai lengkung gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan.

Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut.

Selain itu kesadaran, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetik yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi organ pada saat prenatal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak

(10)

diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak diharapkan.

Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya bagi para orang tua harus dapat mengontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh. Kewajiban orangtua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi.

2.1.5 Tujuan Perawatan Ortodonsia

Tujuan perawatan dan sasaran terapi ortodonti telah diringkaskan oleh Jackson sebagai Jackson’s triad. Tiga sasaran utama dari perawatan ortodonti adalah efisiensi fungsional, keseimbangan struktural, dan estetis yang harmonis.

Banyak maloklusi yang mempengaruhi fungsi normal dari sistem stomatognatik.

Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan fungsional dari bagian- bagian orofasial.

Keseimbangan struktural pada regio orofasial meliputi: sistem dento- alveolar, jaringan skeletal, jaringan lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut secara harmonis

Sementara itu, sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah.

Sebagian besar maloklusi menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan

(11)

dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki estetis pada individu.

2.1.6 Ruang lingkup perawatan dan jenis-jenis perawatan ortodonti

Ruang lingkup dalam perawatan ortodonsia meliputi perubahan dalam posisi gigi dan perubahan dalam pola skeletal. Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan tertentu pada gigi, yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang. Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal.

Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang (maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal. Spesialis ortodonti dapat memberikan perubahan dalam tiga arah yaitu sagital, transversal dan vertikal.

Sedangkan perawatan dalam bidang orthodonti meliputi: ortodonti preventif, ortodonti interseptif, ortodonti korektif, ortodonti bedah. Ortodonti preventif meliputi prosedur dasar sebelum terjadi maloklusi dalam mengantisipasi perkembangan maloklusi. Ortodonti preventif dapat didefenisikan sebagai tindakan untuk mempertahankan integritas suatu keadaan normal pada usia

(12)

pada awal maloklusi dengan tujuan untuk membatasi atau mengurangi keparahan dari maloklusi. Dengan prosedur interseptif yang tepat, dapat mencegah terbentuknya maloklusi yang lebih parah yang membutuhkan perawatan ortodonti jangka lama serta biaya yang lebih besar pada usia berikutnya. Ortodonti korektif merupakan tindakan perawatan ortodonti yang dilakukan pada maloklusi yang telah nyata terbentuk. Ortodonti bedah adalah tindakan perawatan ortodonti yang disertai pembedahan. Prosedur pembedahan umumnya dilakukan untuk menghilangkan faktor etiologi atau untuk memperbaiki relasi dento-fasial yang sangat parah yang tidak dapat dirawat hanya dengan terapi ortodonti.

2.2 Pertumbuhan dan perkembangan

Dokter gigi atau ortodontis harus memiliki 2 (dua) dasar persyaratan yaitu memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi pertumbuhan dan perkembangan kepala, serta menguasai teknik pengaturan posisi gigi. Dahulu, interaksi antara dua dasar informasi tersebut dianggap hanya sebagai informasi yang minimal. Namun sekarang ditetapkan bahwa bentuk pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah penting untuk keberhasilan perawatan ortodonti. Pertumbuhan dan perkembangan meliputi : pertumbuhan, maturasi, deferensiasi, dan perkembangan.

2.2.1 Definisi Pertumbuhan

Tidak terdapat defenisi yang dapat diterima secara umum. Para klinisi memiliki bermacam-macam defenisi mengenai pertumbuhan dalam cara yang berbeda-beda. Pengertian pertumbuhan secara umum dikaitkan dengan

(13)

pertambahan dalam ukuran, namun beberapa kondisi yang meliputi kemunduran juga dipertimbangkan turut berperan selama pertumbuhan. Sebagai contoh, atrofi kelenjar tymus, atau juga perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

2.2.2 Defenisi perkembangan

Menurut Moyers (1996), perkembangan berkaitan dengan seluruh perubahan yang terjadi tidak langsung secara alami dalam kehidupan seorang individu berdasarkan peranan sebagai sel tunggal yang berkembang menjadi unit multifungsional hingga berakhir pada kematian. Jadi, perkembangan meliputi rangkaian keadaan normal yang terjadi antara kelahiran dan kematian.

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1997) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari perubahan totalitas itu lambat laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

(14)

Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan pernah dirangkumkan oleh Arifin (2001), bahwa pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangkan perkembangan menunjuk pada perubahan- perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi pelbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat gejala- gejalanya.

2.2.3 Fakto-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan, waktu dan karakter dari pertumbuhan, antara lain :

a. Herediter

Keadaan genetik sangat mempengaruhi terhadap ukuran dari bagian-bagian, kecepatan pertumbuhan dan puncak pertumbuhan. Karena itu gen-gen berperan besar dalam seluruh pertumbuhan seseorang.

b. Nutrisi

Malnutrisi dapat mempengaruhi seluruh aspek pertumbuhan meliputi ukuran bagian-bagian tubuh, proporsi tubuh, kualitas dan tekstur jaringan dan puncak pertumbuhan. Efek malnutrisi adalah reversibel terhadap suatu perkembangan tertentu seperti pada anak-anak yang mempunyai kemampuan penyembuhan yang baik. Jika efek buruk tersebut tidak terlalu parah, maka proses pertumbuhan lebih cepat saat nutrisi yang tepat diberikan. Keadaan ini dikenal dengan mengejar pertumbuhan.

(15)

c. Penyakit

Umumnya anak-anak kecil mempunyai penyakit yang biasanya tidak dapat ditunjukkan untuk pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan. Namun demikian penyakit yang diderita dalam waktu lama dan melemahkan dapat menunjukkan suatu pengaruh pada seluruh aspek pertumbuhan.

d. Ras

Perbedaan ras antara satu dengan yang lainnya, menunjukkan perbedaan pertumbuhan diantara ras yang berbedapula. Sebagai contoh dalam bangsa Amerika berkulit hitam, kalsifikasi dan erupsi gigi terjadi hampir setahun lebih cepat daripada yang berkulit putih.

e. Faktor sosio-ekonomi

Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi sosioekonomi yang sejahtera dan menguntungkan menunjukkan puncak pertumbuhan yang lebih cepat. Anak- anak tersebut juga tumbuh menjadi lebih besar daripada anak-anak dalam lingkungan sosio-ekonomi yang rendah.

f. Jumlah keluarga dan urutan kelahiran

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kelahiran bayi pertama cenderung memiliki berat yang lebih rendah pada saat kelahiran dan tingginya lebih rendah tetapi memiliki IQ yang lebih tinggi. Jumlah keluarga kecil akan memiliki nutrisi yang lebih baik dan kondisi yang menguntungkan.

g. Gejala seluler

Perubahan ukuran dan maturasi dalam sebuah populasi yang besar dapat ditunjukkan berdasarkan waktu. Sebagai contoh, anak laki-laki berusia lima

(16)

50 tahun. Meskipun tidak terdapat penjelasan yang memuaskan mengenai penemuan ini, kemungkinan dikarenakan perubahan dalam kondisi sosio- ekonomi dan kebiasaan makan.

h. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis tampak bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman dalam kondisi penuh tekanan dapat menghambat sekresi hormon pertumbuhan. Gangguan psikologis pada waktu yang lama dapat menghalangi pertumbuhan.

i. Olahraga

Selain penting untuk menjaga kesehatan tubuh, olahraga yang teratur dapat mempengaruhi pertumbuhan yang baik. Beberapa aspek pertumbuhan seperti perkembangan serta bertambahnya massa otot dapat dipengaruhi oleh olahraga.

2.2.4 Beberapa Konsep Pada Pertumbuhan Normal

Keadaan normal adalah sesuatu yang umumnya diharapkan, keadaan biasanya atau tipikal. Konsep normal tidak sama dengan ideal. Ideal merupakan kecederungan sentral terhadap kelompok, sedangkan normal berkaitan dengan rentang. Aspek lain konsep normal mengenai pertumbuhan cranio-facial adalah perubahan usia. Sesuatu yang terlihat normal atau merupakan yang diharapkan untuk suatu kelompok usia dapat menjadi tidak normal terhadap kelompok usia yang berbeda.

(17)

2.2.5 Fase-Fase perumbuhan dan perkembangan

Setiap orang tumbuh dan berkembang dengan karakteristik tersendiri.

Menurut Hooton (1999), pertumbuhan manusia adalah proses yang tidak tetap dan serentak, tampak ada irama selama proses pertumbuhan. Irama pertumbuhan ini sangat jelas terlihat dalam pertambahan atau tinggi badan. “Gelombang” pertama pada pertumbuhan tampak dalam kedua jenis kelamin dari lahir sampai usia lima atau enam tahun.

Sedangkan menurut Santrok dan Yussen (2002), perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses: proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.

Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.

Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja.

Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran waktu suatu fase itu dimulai dan berakhir.

1. Fase pra natal (saat dalam kandungan)

Adalah waktu antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.

(18)

Adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai usia 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa ynng sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi.

3. Fase kanak-kanak awal

Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai usia 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang keterampilan- keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.

4. Fase kanak-kanak tengah dan akhir

Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastikan dunia yang lebih luas dengan budayanya.

Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

5. Fase remaja

Adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa anak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan- perubahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti membesarnya payudara,

(19)

tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identifas diri.

Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.

Pada saat ini para ahli tidak lagi berpendapat bahwa perubahan-perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat.

2.4 Pengetahuan Kognitif

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil sebuah kerja atau program. Secara garis besar terdapat tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Pengetahuan kognitif adalah displin ilmu yang mempelajari tentang pikiran dan intelejensia: atensi, pengetahuan, pemrosesan, filosofi yang di anut, pembelajaran, dan perkembangan, memori, psikologi, intelejensia yang didapat, neuroscience, bahasa, persepsi, dan aksi, dan antropologi. Teori kognitif menerangkan bahwa pembelajaran adalah perubahan dalam pengetahuan yang disimpan di dalam memori. Teori kognitif ini bermaksud penambahan pengetahuan ke dalam ingatan jangka panjang atau perubahan pada skema atau struktur pengetahuan. Pengkajian terhadapTeori belajar kognitif memerlukan penggambaran tentang perhatian, memori dan elaborasi reheashal, pelacakan kembali, dan pembuatan informasi yang bermakna. Manusia memilih,

(20)

yang lama mangutamakan perolehan pengetahuan. Pandangan yang baru mengutamakan pembinaan atau pembangunan ilmu pengetahuan. Dalam proses pembelajaran kognitif ini melibatkan dua proses mental yang penting yaitu persepsi dan pembentukan konsep (tanggapan).

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah.

2. Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

(21)

3. Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori- teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

4. Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor- faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

5. Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif.

Penilaian/evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan

(22)

2.5 Predentcare (Pregnancy Dental Care Program)

Predentcare merupakan suatu program pembentukan kader kesehatan dalam bidang kedokteran gigi. Dalam penelitian ini, pembentukan kader dilakukan dengan pembimbingan kader posyandu (kader yang sudah ada) untuk diberikan materi tambahan tentang kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan yang dilakukan oleh kader posyandu di setiap pelayanan adalah meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi tubuh, dan pengukuran lingkar kepala pada anak- anak, serta memberikan tambahan makanan pada anak-anak dan ibu yang hamil.

Kegiatan yang dilakukan tidak cukup memberikan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, sehingga pada penelitian ini diberikan pengetahuan pada kader- kader posyandu, terutama tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil sebagai bekal untuk calon bayi dan anak-anak dalam bidang ortodonti sebagai usaha mengurangi keparahan masalah susunan gigi yang lebih parah.

Karena pada dua waktu tersebut (ibu hamil dan anak-anak), kesehatan gigi dan mulut sangat penting.

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas terminal penumpang di Minangkabau International Airport di tahun 2015 sudah tidak memadai dengan jumlah penumpang 3.1 juta per tahun, lebih besar dari

[r]

Dari hasil penelitian nyang saya lakukan pada tanggal 25 April - 25 mei 2016 di Ruang Edelweis RSUD Jombang, didapatkan hasil, sebagian besar responden mengalami kecemasan

Dinas Bina Marga dan PSDA kota Salatiga memiliki tugas pelayanan masyarakat dalam hal menyediakan infrastruktur kebinamargaan dan sumber daya air di kota Salatiga.

I Wayan Gede Suacana, M.Si Koordinator FI Gedung I KU LAB.FE R.113.. 22 Luh Putu Suryani, SH., MH

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami pembahasan perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai istilah yang dipakai dalam penelitian yang

Oleh karena itu untuk menjamin pelak sa naan prinsip-prinsip demokrasi , negara berdasarkan atas hukum dan lain - lain hal yang sudah ditentukan maka tidak ada

Terkait dengan metode penanaman nilai-nilai agama Islam dalam membangun karakter religius kepada Allah Bapak Djiwo menyatakan bahwa, Kalau bicara masalah metode penanaman