• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERCROPPING SORGUM DAN KEDELAI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERCROPPING SORGUM DAN KEDELAI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KARET"

Copied!
416
0
0

Teks penuh

(1)

INTERCROPPING SORGUM DAN KEDELAI UNTUK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN

PENDAPATAN USAHATANI KARET

SORGHUM AND SOYBEAN INTERCROPPING TO INCREASE LAND PRODUCTIVITY AND INCOME FROM RUBBER FARMING

Radite Tistama1), Ratih Dewi Hastuti2), Suharsono3), Cici Indriani Dalimunthe1), Yan Riska Venata Sembiring1)

1) PT. Riset Perkebunan Nusantara 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

3) Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Areal kebun karet yang belum menghasilkan (TBM) mempunyai potensi lahan yang dapat dimanfaatkan petani sebagai sumber penghasilan sebelum tanaman karet dapat disadap. Pemanfaatan gawangan kebun karet perlu memperhatikan dua aspek yaitu tanaman sela (intercropping) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dapat memberi manfaat bagi tanaman utamanya. Penelitian pola tanam karet TBM dengan intercropping sorgum dan kedele dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, Laboratorium Balai Penelitian Tanah dan IPB. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu jarak tanaman intercropping terhadap tanaman karet (J), dan perlakuan jenis tanaman intercropping (P). Penelitian dilakukan di gawangan tanaman karet umur 1 tahun (TBM 1) dan umur 3 tahun (TBM 3). Parameter pengamatan yaitu analisis hara, intensitas serangan jamur akar putih, berat basah kering, dan kelayakan ekonomi tanaman intercrop pada perkebunan karet. Hasil penelitian

(2)

kedele) tidak mengganggu pertumbuhan tanaman karet pada jarak 1 m dari tanaman utama dengan mempertimbangkan faktor agroklimat dan waktu tanam. Produksi intercropping yang ditanam di gawangan karet yang tertinggi adalah sorgum dengan jarak tanam 0.5 m dari tanaman karet dibandingkan dengan perlakuan lainnya, seperti kedele maupun kombinasi (sorgum dan kedele). Namun untuk tanaman intercropping yang ditanam pada gawangan TBM 3 menunjukkan produksi dan pertumbuhan yang rendah karena pengaruh naungan/kanopi tanaman karet yang menghambat penyinaran matahari. Tanaman intercropping tidak memberikan dampak negatif terhadap tanaman karet, bahkan berpengaruh dalam penghambatan jamur akar putih.

Kata kunci: Intercropping, sorgum, kedele, karet, produktivitas, pendapatan, usahatani.

ABSTRACT

Immature (TBM) Rubber plantation area had potential land to the farmers as source of income before the rubber crops be tapped. Utilization embankment of rubber plantation should noticed two aspectsthat of the intercropping crops which has high economic value and could give benefits to the main crop. Research cropping patterns of immature rubber intercropping with sorghum and soybean conducted at Sungei Putih Research Institute, Laboratory of Soil Research Institute and IPB. The research using randomized block design with 2 factors and 3 replications. First factor was distance of intercropping crop to rubber plant, and the types of plants of intercropping (P). The study was conducted embankment 1 year old of rubber plants (TBM 1) and 3 years (TBM 3). Observed characters are nutrient values , intensity of root white fungus, dried and wet weight, and the economic feasibility of plant intercrop in rubber plantations. The results

(3)

showed that intercropped crops (sorghum and soybeans) was not interfere growth of rubber plants at a distance of 1 m from the the main plant by considering the agro-climatic factors and time of planting. The highest intercropping production grown in the embankment of rubber was sorghum with spacing of 0.5 m of rubber trees compared with other treatments, such as soy or combination (sorghum and soybeans). But intercropping crop grown in embankment TBM 3 showed low production and low growth as the effect of shade/canopy rubber plants that impede solar radiation. Intercropping crops was not negative impact on rubber trees, even effect in the inhibition of white root fungus.

Keywords: Intercropping, sorghum, soybean, rubber, productivity, income, farm.

(4)

PENGEMBANGAN MODEL DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MANAJEMEN RISIKO UNTUK RANTAI

PASOK PRODUK-PRODUK TANAMAN PANGAN

DEVELOPMENT OF MODEL IN RISK MANAGEMENT DECISION SUPPORT SYSTEM FOR SUPPLY CHAIN OF FOOD CROPS’

PRODUCTS

Suharjito1), Ford Lumban Gaol1), Indra Dwi Rianto1), Reni Kustiari2), Marimin3)

1) Universitas Bina Nusantara

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Sistem tata niaga pangan membutuhkan model mekanisme identifikasi dan evaluasi resiko rantai pasok, dan merumuskan mekanisme penentuan harga yang wajar pada tingkat petani. Analisis dalam penelitian ini menggunakan konsep penyeimbangan resiko setiap tingkatan rantai pasok jagung dengan pendekatan stakeholder dialog dan mengembangkan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen resiko rantai pasok. Pemodelan resiko menggunakan pendekatan Fuzzy AHP dan logika fuzzy dengan input data berupa pendapat beberapa ahli rantai pasok jagung. Variabel risiko yang perlu diantisipasi untuk pengendalian di tingkat petani yang beresiko tinggi adalah rendahnya kualitas, distorsi informasi, dan fluktuasi harga, ditambah sepuluh variabel lain yang berisiko sedang. Variabel risiko di tingkat agroindustri yang perlu penanganan dan pengendalian adalah rendah dan bervariasinya mutu pasokan. Pada tingkat pengepul, variabel yang berisiko sedang adalah kualitas pasokan yang rendah serta beragam, dan fluktuasi harga dan peramalan. Pada

(5)

tingkat distributor terdapat tiga variabel yang berisiko sedang yaitu perkiraan penjualan, akses, dan distorsi informasi. Selanjutnya pada tingkat konsumen, variabel yang berisiko sedang adalah fluktuasi harga dan ketidakpastian pasokan. Hasil verifikasi model negosiasi harga dengan pertimbangan penyeimbangan risiko rantai pasok, menghasilkan nilai harga yang lebih besar dari perkiraan harga rata-rata. Ini berarti bahwa model telah menunjukkan adanya pergeseran nilai risiko dari tingkat petani ke pihak lain dalam rantai pasok sesuai dengan kendala penyeimbangan risiko pada rantai pasok komoditas jagung. Dengan kata lain, model telah menunjukan hasil yang dapat menyeimbangkan resiko setiap tingkatan rantai pasok dengan memberikan nilai harga yang dapat memberikan distribusi keuntungan seimbang sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Hasil validasi dengan metode face validation menunjukkan bahwa model dapat diterapkan sebagai alat untuk membuat kesepakatan harga jagung di tingkat petani dengan konsekuensi setiap pelaku rantai pasok melengkapi mekanisme penentuan patokan harga setempat yang berlaku.

Kata kunci: Rantai pasok jagung, penyeimbangan resiko rantai pasok, optimasi fungsi utilitas risiko.

ABSTRACT

Food trade system requires a model of the mechanism of identification and evaluation of supply chain risk, and formulate a reasonable pricing mechanism at the farm level. The analysis in this study uses the concept of balancing the risk of any level with the maize supply chain stakeholder dialogue approach and develop intelligent decision support system of supply chain risk management. Modeling risk using fuzzy approach AHP and fuzzy logic with data input form the opinion of some experts maize supply chain. Risk variables that

(6)

need to be anticipated for control at the farm level are poor quality, distortion of information, and the high risk of price fluctuations. In addition, there are ten other variables being risky. The variable level of risk in the agro-industry that needs handling and control is low and the quality varied supply of high risk, in addition there are nine other variables being risky. At the level of collectors, medium risk variables are in short supply quality and variety, and price fluctuations and forecasting. At the distributor level, there are three variables that risk being that sales forecasts, access, and distortion of information. Furthermore, at the consumer level, the variables being is at risk of fluctuating prices and uncertain supplies. Results of the verification model of negotiating a price with consideration of balancing the risk of supply chain produces a value greater price than the estimated average price. This means that the model has demonstrated the value shift risk from the farmer to the other parties in the supply chain in accordance with the constraints of balancing the risks to the supply chain maize. In other words, the model has shown results that can balance the risk of any level of the supply chain by providing value prices can provide a balanced distribution of profits in accordance with the level of risk. Validation results with face validation method showed the model can be applied as a means to make a deal price of corn at the farm level with the consequences of any supply chain actors complements the benchmark price determination mechanism Local (HPS) is applicable.

Keywords: Corn supply chain, supply chain risk balancing, optimization utility function of risk.

(7)

PENINGKATAN KUALITAS GIZI BIJI SORGHUM

MELALUI FERMENTASI Lactobacillus SP DAN

Saccharomyces cereviceae UNTUK PRODUKSI

TEPUNG SORGHUM TERFERMENTASI SEBAGAI

PENGGANTI TEPUNG TERIGU

IMPROVING SEED NUTRITION QUALITY OF SORGHUM THROUGH FERMENTATION OF Sorghum lactobacillus SP AND Saccharomyces

cereviceae FOR PRODUCTION OF FERMENTED SORGHUM AS SUBSTITUTE OF WHEAT FLOUR

Nunuk Widhyastuti1), Alvi Yani2), Imelda K. E. Savitri3) 1) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

3) Universitas Pattimura

ABSTRAK

Sorghum berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai sumber karbohidrat non-beras karena kandungan karbohidrat biji sorghum yang tinggi. Tanaman sorghum mempunyai keistimewaan, yaitu lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan, dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah, relatif lebih tahan terhadap hama dan penyakit, budidaya mudah dan murah. Pemanfaatan biji sorghum menjadi produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program diversifikasi pangan. Selain itu, budidaya sorghum di lahan kering dan kurang subur juga menunjang program pemerintah dalam upaya pemanfaatan lahan marginal. Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan sorghum sebagai bahan pangan maupun pakan adalah rendahnya daya cerna

(8)

protein sorghum dan adanya senyawa antinutrisi, yaitu tannin,

antitrypsin dan asam fitat.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode standar dalam pembuatan tepung sorghum secara fermentasi menggunakan Lactobacillus sp., dan Saccharomyces cerevisiae. Dengan menggunakan fermentasi yang tepat diharapkan kualitis nutrisi sorghum dapat meningkat sedangkan senyawa antinutrinya menurun sehingga akan diperoleh tepung sorghum dengan kualitas yang baik.Metoda yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada berbagai referensi mengenai fermentasi biji-bijian dan umbi-umbian untuk pembuatan tepung modifikasi dengan berbagai modifikasi disesuaikan dengan fasilitas laboratorium, bahan dan alat yang tersedia. Tahapan penelitian yang dilakukan, yaitu: 1) seleksi biji sorghum, 2) pra-perlakuan biji sorghum, 3) penyiapan inokulum, 4) fermentasion biji sorghum, 5) penepungan (pengeringan dan penggilingan), 6) analisa mikrobiologi dan kimia, dan 7) organoleptic. Pembuatan tepung sorghum dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu a) tanpa fermentasi, b) fermentasi cair (dengan penambahan bakteri asam laktat dan khamir), c) fermentasi padat (dengan penambahan jamur), d) fermentasi padat + cair (dengan penambahan jamur, bakteri asam laktat dan khamir). Nilai gizi dan senyawa anti-nutrisi pada tepung sorghum sebelum dan sesudah fermentasi dianalisa dengan menggunakan metoda standar sesuai dengan the International of Official Agricultural Chemists (AOAC).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses fermentasi mampu menurunkan kadar tannin tepung sorghum sebesar

(9)

29,13-33,69% dan asam fitat sebesar 29,13-29,13-33,69% serta menaikkan daya cerna protein sorghum sebesar 3,5-5 kali. Sedangkan kadar protein, karbohidrat dan lemak serta kandungan asam-asam amino relatif tidak berubah.Tepung sorghum hasil fermentasi dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu hingga 100% dalam pembuatan cookies dan cake. Namun demikian, hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa substitusi tepung terigu oleh tepung sorghum hasil fermentasi yang dapat diterima dengan baik oleh panelis untuk cookies yaitu sebesar 75% dan cake sebesar 50%.

Kata kunci: Kualitas biji sorghum, proses fermentasi.

ABSTRACT

Sorghum has the potency to be developed in Indonesia as non-rice source of carbohydrate because of its high carbohydrate content. Sorghum has special characters, i.e., it can be grown in any type of soils, relatively tolerant to pest and diseases, and easy and chieve to cultivate. The use of sorghum seed for processed food is one of the effort to support food diversification program. Some constraints of the use of sorghum as food and feed are low digestability, low protein and it cointains ant-nutrion compound such as tannin, antitrypsin and fitat acid.

The objective of this research is to obtain standard method of sorghum flour processing by fermentation using Lactobacillus sp., and Saccharomyces cerevisiae. Apropriate fermentation are expected to increase the nutrion quality of sorghum and decrease the antitannin compound so that high sorghum flour can be obtained. The method for this research refer to some publication on some methos of fermentation of cereals and

(10)

tubers for modified flour which have been adjusted to the availability laboratorium facility, materials and tools. The steps of the research are: 1) selection of sorghum seeds, 2) pre-treatment on selected sorghum seeds, 3) preparation of the inocolum, 4) fermentation of sorghum seeds, 5) flouring (drying and grinding.), 6) micro-biological and chemical analysis, and 7) organoleptic test. The experiment of sorghum flouring consist of 4 treatment with 3 replication. The 4 treatments are: a) without fermentation, b) liquid fermentation (with the addition of lactat acid bactery and khamir), c) solid fermentation (with the addition of mushroom, d) liquid + solid fermentation (with the additon of mushroom, lactat acid bactery and khamir). The nutrition quality and the anti-nutrion comfound of the sorghum flour was determined using the AOAC standard method.

The results of the experiment showed that the fermentation reduced the tannin contain of the sorghum flour between 21.13-33.69% and fitat acid 29,13-33,69%, while increasing the digestability of sorghum protein 3.5-5 times. The protein, carbohydrate and fat content, as well as the amino acid content relatively did not change. However, the the organoleptic test showed that wheat flour substitution by sorghum flour that was acceptable by panelist are 75% for cookies and 50% for cakes.

(11)

KAJIAN KESESUAIAN VARIETAS SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU MOCAF DAN POTENSINYA DI JAWA UNTUK MENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

STUDY on SUITABILITY OF CASSAVA VARIETIES AS RAW MATERIALS of MODIFIED CASSAVA FLOUR (MOCAF) and its

potency IN JAVA SUPPORTI NATIONAL FOOD SECURITY Achmad Subagio1), Yudi Widodo2), Yuliasri Ramadhani Meutia3), dan

Deden TS Muliadi4) 1) Universitas Jember

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Balai Besar Industri Agro

4) PT. Kertalaksana

ABSTRAK

Modified Cassava Flour (Mocaf) adalah produk tepung dari singkong (Manihot esculenta Crantz) yang diproses dengan cara fermentasi. Informasi tentang ketersediaan dan kualitas singkong sebagai bahan baku utama Mocaf menjadi salah satu kendala. Informasi mengenai varietas yang cocok, usia dan daerah sentra produksi, khususnya Jawa, merupakan informasi penting bagi investor untuk berinvestasi pada pabrik Mocaf. Studi tentang kesesuaian varietas ubi kayu sebagai bahan baku dilakukan dengan uji coba produksi Mocaf dari berbagai varietas, umur dan karakteristik daerah untuk dicocokan dengan kemudahan proses, hasil, dan kualitas Mocaf. Pemetaan potensi singkong dilakukan dengan mempertimbangkan variabel varietas, produksi dan produktivitas, ketersediaan lahan dan penerimaan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi fermentasi Mocaf sesungguhnya dapat dilakukan pada berbagai varietas singkong. Varietas yang paling sesuai adalah varietas

(12)

Cimanggu, Adira-4, dan Malang-1. Sedangkan varietas UJ-5, Malang-4 dan Malang-6 agak sesuai, akat tetapi varietas Darul Hidayah dan UJ-3 tidak sesuai untuk Mocaf. Pengembangan singkong pada lahan pasir pesisir pantai selatan sangat potensial dilakukan, akan tetapi harus ditanam pada awal musim hujan, disertai pemupukan kombinasi pupuk organik (pupuk kandang/pupuk hijau) dan pupuk anorganik NPK. Dari sisi industri, total industri kecil dan menengah pengguna terigu di Jawa Timur yang terdidentifikasi sebanyak 228 IKM, terdiri atas 191 industri kecil dan 37 industri menengah. Terdapat 26 jenis produk pangan pengguna terigu yang berpotensi untuk disubstitusi Mocaf. Potensi Mocaf sebagai bahan pensubstitusi terigu pada produk-produk IKM pengguna terigu di Jawa Timur cukup tinggi yaitu sebesar 54.43%. Analisis SWOT menunjukkan Mocaf sebagai bahan pensubstitusi terigu pada berbagai produk memiliki posisi yang menguntungkan serta mempunyai peluang untuk berkembang, sehingga pangsa pasar dari produk ini masih sangat besar.

Kata kunci: Varietas singkong, Mocaf, industri pengolahan Mocaf.

ABSTRACTS

MOCAF (Modified Cassava Flour) is the product of flour from cassava (Manihot esculenta Crantz) processed by fermentation. One obstacle is the lack of information on availability and quality of cassava as the main raw material. Lack of information on suitable varieties, age and region producing, especially Java, are important factors for investors to invest on the MOCAF factory. In this research, the study of the suitability of cassava varieties as raw materials is done by trial MOCAF production of various varieties, age and characteristics of the region to be matched with the ease of the process, yield, and quality of MOCAF generated.

(13)

Meanwhile, the mapping of cassava potency will be done by considering variable varieties, production and productivity, land availability and farmers acceptance. The results showed that the fermentation technology mocaf can be done on cassava with different varieties. Cimanggu varieties, Adira-4, and Malang-1 most appropriate for mocaf. While the variety UJ-5, 4th Malang and Malang-6 rather appropriate, but varieties Darul Hidayah and UJ-3 not suitable for mocaf. Cassava development in the southern coastal sand land potentially be done, but must be planted at the beginning of the rainy season and fertilization with a combination of organic fertilizer (manure / green manure) and inorganic fertilizer NPK. Total small and medium industries that use wheat in East Java were identified as many as 228 SMEs, consisting of 191 small industries and 37 secondary industries. There are 26 types of food products made from wheat potentially to be substituted mocaf. Mocaf potential as an ingredient wheat substituents on the products of SMEs in East Java is quite high at 54.43%. SWOT analysis showed that mocaf as a substituent of wheat in the manufacture of various products has a a profitable position and have the opportunity to thrive, so that market share of these products is still very large.

Keywords: Variety, casava, MOCAF processing industry, Provinve of East Java

(14)

Gambar 1. Grading Mutu Gambar 2. Klaster 1

(15)

APLIKASI TEKNIK METAGENOM DALAM

EKSPLORASI AGENS HAYATI DAN INDUKSI

RESISTENSI TERHADAP PENYAKIT KRESEK YANG

DISEBABKAN OLEH XANTHOMONAS ORYZAE PV.

ORYZAE PADA TANAMAN PADI

APPLICATION OF METAGENONOMIC TECHNIQUE IN EXPLORING BIO-CONTROL AGENT AND INDUCTION OF

RESISTANT TO BACTERIAL LEAF BLIGHT DISEASE (XANTHOMONAS ORYZAE PV.ORYZAE) ON RICE

Giyanto1), Rustam2), Christoffol Leiwakabessy3) 1) Institut Pertanian Bogor

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Pattimura

ABSTRAK

Upaya swasembada beras terus dilakukan dengan berbagai pengembangan teknologi pertanian. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) atau sering disebut penyakit kresek yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae

(Xoo) merupakan salah satu penyakit padi yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 60%. Salah satu upaya mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan patogen tanaman adalah dengan pengendalian hayati yang digolongkan sebagai teknik pengendalian ramah lingkungan. Selain melalui pendekatan teknik konvensional dalam mendapatkan isolat agens hayati, teknik metagenom merupakan teknologi molekuler yang memungkinkan eksplorasi senyawa bioaktive maupun gen gen yang

(16)

bertanggung jawab terhadap induksi resistensi tanaman padi terhadap serangan hama maupun patogen baik pada mikroba yang hersifat dapat dibiakkan pada media sintetis (culturable) maupun mikroba yang tidak dapat dibiakkan pada media buatan (unculturable). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri agens hayati maupun senyawa bioaktive atau gen yang bertanggungjawab terhadap penekanan Xoo

melalui mekanisme antibiosis maupun induksi ketahanan sistemik tanaman padi terhadap serangan Xoo. Hasil penelitian initelah didapatkan 1034 isolat bakteri baik dari tanah, rhizosfer, maupun bakteri endofit dari beberapa lingkungan pertanaman padi yang bebeda beda. Sebanyak 18 isolat bakteri memiliki mekanisme antibiosis yang sangat kuat terhadap Xoo dan sebanyak 8 isolat bakteri endofit diketahui menginduksi resistensi tanaman padi terhadap serangan Xoo. Pendekatan teknik metagenom telah berhasil dilakukan tahapan isolasi DNA total dari rhizosfer beberapa ekosistem pertanaman padi, dan fragmentasinya dengan enzim restriksi, preparasi plasmid pUC119, ligasi DNA sisipan pada plasmid (vector

ekspresi. Pada penelitian ini pustaka genom (kumpulan dari E fragmen DNA) berhasil dikonstruksi melalui teknik kloning dengan seleksi biru putih yang sangat membantu mengidentifikasi strain atau klon bakteri E. coli transforman yang mengandung gen sisipan pada plasmid. Analisis fungsional menunjukkan bahwa sebanyak. 715 klon pustaka genom telah diuji potensi antibiosisnya terhadap X.oryzae pv

oryzae dan 27 diantaranya menunjukkan potensi antagonistik terhadap bakteri uji. Sementara itu uji fungsional induksi resistensi dari klon pustaka genom pada tanaman paditelah

(17)

ditemukan 18 klon pustaka genom sebagai penginduksi resistensi tanaman padi.

Kata kunci: Metagenom, Xanthomonas oryzae pv oryzae, induksi resistensi, hawar daun padi.

ABSTRACT

Rice self sufficient is the priority program of Indonesian government through development of agricultural technology. Bacterial leaf blight diseases (Xanthomonas oryzae pv. oryzae

(Xoo)) is the important diseases of rice that caused yield lost to 60%. Biological control is one of the technique to control plant pest and diseases that have been considered environmental friendly. Isolation of biological control agent using conventional method is not enough to cover microorganism with potency as biological control agent becaused not all microorganism associated with plant is culturable, but mostly uncultucable. Metagenome technique is one ot the powerfull methodto screen bioactive compounds or genes responsible for atntibiosis or induced systemic resistance of plant to pathogen. The aims of this research is to find bacterial isolate(s), bioactive compound or gene(s) responsible for controling Xoo through antibiosis and induced resistance of rice plant. We isolated1034 bacteria isolates from soil, rhizosfer or endophitic bacteria. Further investigation found 18 bacteria have antibiosis activity againts Xoo and 8 isolates induced systemic resistance of rice plant to Xoo. We also succesfully employ the metagenomic technique in order to explore the bioactive compound or gene(s) for controlling Xoo.We succesfully employed DNA exctraction, fragmentation, and plasmid preparation for construction of metegenomic library.

(18)

Construction of metagenomic library has been done and functional analysis of 715 metagenomic clones indicated that 27 clones positively have antagonistic activity to Xoo Furthermore functional analysis of resistance induction of rice plant to Xoo have been found 18 metagenomic clones positively induced rice systemic resistance.

Keyword: Metagenome, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, induced resistance, bacterial leaf blight.

Gambar 1. Hasil kontruksi Gambar 2. Pengujian sifat pustaka genom dengan teknik antibiosis klon pustaka meta- seleksi biru – putih genom terhadap Xoo

Gambar 3. Visualisasi Plasmid pUC119 dengan pemotongan enzim retriksi Apal

(19)

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN

PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA

PERTANAMAN PADI

DESIGN OF PREDATOR CONSERVATION AND PARASITOID FOR PEST CONTROL IN RICE FIELD

Tamrin Abdullah1), Abdul Fattah2), Ramlan2), Nurariaty Agus1), Nur Ilmi3)

1) Universitas Hasanuddin

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Islam Muhammadyah Pare-Pare

ABSTRAK

Perubahan iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan padi dan produksinya, serta populasi dan serangan organisme pengganggu tanaman padi. Salah satu yang dapat dilakukan untuk pengendalian hama padi yang efektif, ekonomis, ekologis dan hasilnya dapat berkesinambungan adalah konservasi predator. Dilakukan penelitian dengan perlakuan terditri dari beberapa jenis tanaman yang ditanam di pematang sawah sebagai shelter bagi predator yaitu : (a) pisang + talas, (b) kacang panjang, (c) jagung + kedelai, (d) gulma berbunga, dan (e) tanpa shelter (dibiarkan sesuai kebiasaan petani) sebagai perlakuan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbagai jenis arthropoda predator, baik yang tergolong kelas insekta, maupun kelas arachnida yang tertarik pada tanaman shelter di pematang sawah. Serangga predator didominasi oleh Ordo Coleoptera (Famili Coccinellidae dan Famili Staphylinidae), Ordo Dermaptera

(20)

(Famili Carchinophoridae), serta Ordo Hymenoptera (Famili Formcidae). Arachnida predator didominasi oleh Ordo Araneae, khususnya laba-laba pemburu (Famili Lycosidae) dan laba-laba pembuat jaring. Kumbang kubah (Famili Coccinellidae) yang ditemukan antara lain Coccinella sp. dan Micraspis sp. Pengamatan populasi hama pada pertanaman padi menggunakan mesin penghisap bertenaga aki dan dikurung dengan kurungan berukuran 1 m X 1 m x 2 m menunjukkan jenis hama padi yang dominan adalah wereng hijau Nephotettix sp., walang sangit Leptocorisa sp., ganjur Orselia oryzae, serta hama putih palsu, Cnaphalocrosis medinalis, dengan populasi rata-rata + 1 ekor/m2. Berdasarkan potensinya dalam menurunkan produksi padi, maka populasi empat jenis hama tersebut tergolong tinggi. Berturut-turut populasi hama tertinggi per petak percobaan (160 m2) terdapat sawah dengan shelter : kontrol (1.169 ekor), rumput berbunga (904 ekor), kacang panjang (902 ekor), pisang dan talas (851 ekor), dan terendah pada sawah ber-shelter jagung dan kedelai (845). Populasi predator tertinggi ditemukan pada padi sawah ber-shelter kacang panjang (331 ekor ), selanjutnya berturut-turut adalah jagung dan kedelai (300 ekor), rumput berbunga (293 ekor), pisang dan talas (285 ekor ), dan populasi predator terendah pada sawah tanpa tanaman shelter ((245 ekor). Dapat disimpulkan, penanaman tanaman shelter di pematang sawah berperan dalam konservasi predator untuk pengendalian hayati hama pada pertanaman padi, dengan tanaman anjuran sebagai shelter kacang panjang dan kedelai.

Kata kunci: Konservasi, predator, parasitoid, pengendalian, hama, padi.

(21)

ABSTRACT

Climate change effect on rice growth and production, as well as the population and attacks of paddy pest. One that can be done to control of paddy pest which are effective, economical, ecological and sustainable is the conservation of predators. Conducted the research with the treatment consists of several types of crops grown in the rice field as shelter for predators, namely: (a) banana + taro, (b) beans, (c) corn + soybean, (d) flowering weeds, and (e) without shelter (accordance to farmers habits) as a control treatment. The results showed there were different types of arthropod predators, both of which belong to the class of insects, arachnids and classes that interested in plants shelter in the rice field. Insect predators dominated by the Order Coleoptera (Family Coccinellidae and Family Staphylinidae), Order Dermaptera (Family Carchinophoridae), as well as the Order Hymenoptera (Family Formcidae). Arachnid predators dominated by the Order Araneae, particularly spider hunters (Family Lycosidae) and spiders making webs. Dome beetles (Family Coccinellidae) were found among others Coccinella sp. and Micraspis sp. Observations pest populations for paddy cultivation using battery-powered suction machine and locked with a cage sized 1m x 1m x 2 m indicating the type of of pests of paddy was predominantly of green leafhoppers Nephotettix sp., Leptocorisa sp., Orselia oryzae, and Cnaphalocrosis medinalis, with an average population + 1 head / m2. Based on its potential to reduce the production of of paddy, the four types of the pest population relatively high. The top pest populations per experimental plot (160 m2) respectively there was rice with shelter: control (1,169 head), flowering grasses (904

(22)

head), beans (902 head), banana and taro (851 head), and lowest in the paddy field Air-shelter corn and soybeans (845 head). The highest predator populations found in rice paddy shelter i.e beans (331 head), the next respectively was corn and soybeans (300 haed), flowering grasses (293 head), banana and taro (285 head), and the lowest predator population in paddy field without shelter ((245 head). Could be concluded, crops shelter in the paddy fields gave a role in the conservation of predators as biological control of pests in paddy field, with plant suggestions as shelter beans and soy. Keywords: conservation, predators, parasitoids, control, pests,

of paddy.

Gambar 1. Pematang sawah Gambar 2. Padi + kacang panjang

(23)

MODEL PENENTUAN MASA TANAM DAN PANEN PADI DAN LADANG RESOLUSI TINGGI UNTUK ADAPTASI

PERUBAHAN IKLIM

DETERMINATION MODEL PERIOD OF PLANTING AND HARVESTING RICE AND HIGH RESOLUTION FIELD FOR

CLIMATE CHANGE ADAPTATION

Armi Susandi1), Erizal Jamal2), Dedy Farhamsa3), Irsal Las2), Mamad Tamamadin1)

1) Institut Teknologi Bandung

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Tadulako

ABSTRAK

Perubahan iklim telah menyebabkan perubahan pola curah hujan sehingga para petani akan semakin sulit untuk menentukan kapan untuk mulai menanam. Salah satu wilayah yang terkena dampak perubahan pola curah hujan adalah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Para petani di wilayah ini setiap tahun selalu mengalami kegagalan panen karena keliru menentukan saat masa tanam. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para petani dengan membangun peta prediksi pola tanam padi dan ladang di Kabupaten Belu. Metodologi yang digunakan terdiri dari 4 tahap, yaitu membangun model prediksi curah hujan metode Fast Fourier Transform and Least Square Non-Linear, membuat prediksi curah hujan bulanan, membuat peta prediksi curah hujan bulanan, dan melakukan overlay antara peta prediksi curah hujan dengan peta sawah dan ladang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan curah hujan di periode ini membuat distribusi hujan di wilayah Belu semakin merata,

(24)

yaitu dari wilayah timur menuju barat. Pola tanam padi pun tidak saja didasarkan pada intensitas curah hujan yang turun. Pada lahan sawah yang beririgasi, yakni wilayah Belu bagian Utara, sawah dapat ditanami padi sebelum musim hujan datang. Penanaman padi sudah bisa dilaksanakan pada saat intensitas curah hujan tidak terlalu tinggi, yakni antara 120 hingga 150 mm/bulan. Berdasarkan hasil analisis iklim untuk estimasi potensi bencana, kejadian longsor dan banjir di wilayah Belu berpotensi meningkat di masa mendatang. Wilayah Atambua, Sasitamean, Malaka Tengah dan sekitarnya merupakan daerah yang paling rentan longsor, dan hama. Sedangkan Wilayah Sasitamean, Malaka Tengah, dan sekitarnya merupakan daerah yang paling rentan terhadap kekeringan.

Kata kunci: Kabupaten Belu, curah hujan, prediksi, masa tanam, padi, palawija, bencana.

ABSTRACT

Climate change has led to changes in rainfall patterns so that the farmers would be more difficult to determine when to start planting. One of the areas affected by changing rainfall patterns are Belu district, province of East Nusa Tenggara. The farmers in this region is always a failure at the time of plantingevery year. Therefore, this study aims to help farmers to build maps of rice and palawija planting time prediction in the district of Belu. The methodology consists of four stages, namely building a rainfall prediction model using method of Fast Fourier Transform and Non-Linear Least Square, making predictions of monthly rainfall, making monthly rainfall prediction map, and overlaying the map of predicted rainfall and rice and palawija fields. The results showed that the pattern of rainfall change in this period makes the distribution of rainfall in the Belu district evenly, from the east to the west

(25)

side. Rice planting pattern was not only based on rainfall, but irrigated wetland rice can cause can be prior to planting rice cropping time. Generally, the northern part of Belu district already has irrigated land. Therefore, this region has been able to planting rice with rainfall intensity that is not too high. With approximately 120 mm/month up to 150 mm/month, it can already be planted. Based on the analysis to estimate potential climate disaster, landslide and floods in Belu district may increase in the future. Atambua, Sasitamean, Central Malaka, and its surrounding area is the most vulnerable area of landslides, and pests. Sasitamean region, Central Malaka, and the surrounding areas that are most vulnerable to drought. Keywords: Belu, rainfall, prediction, planting, rice, palawija, potential, disaster

Gambar 1. Perangkat lunak model perubahan iklimGambar 2. Proyeksi curah hujan di Belu

(26)
(27)

ANALISIS TIPE HUJAN, PERUBAHAN

INTER-DECADAL, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PADI

DI WILAYAH PAPUA

ANALYSIS TYPE OF RAIN, INTER-DECADAL CHANGES AND RICE DEVELOPMENT STRATEGY IN THE PAPUA D. Wasgito Purnomo1), Tri Wahyu Hadi2), Aser Rouw3)

1) Universitas Negeri Papua 2) Institut Teknologi Bandung

3) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

ABSTRAK

Wilayah Papua memiliki perbedaan tipe hujan dalam periode analisis yang berbeda dan pola inter-decadal. Dengan kondisi ini maka diduga terdapat perubahan tipe hujan dalam skala waktu inter-decadal di wilayah tersebut. Penelitian bertujuan menganalisis variasi tipe hujan, variabilitas tipe hujan dalam skala waktu inter-decadal melalui telekoneksi dengan PDO, aktivitas konvektif dalam periode anomali curah hujan dalam skala waktu inter-decadal, serta strategi pengembangan padi di Papua dan evaluasi hubungan produksi padi dengan anomali iklim inter-decadal di zona semangga Tanah Miring, Merauke menggunakan model DSSAT. Penelitian dilakukan dengan desk study dan survey lapangan. Analisis data menggunakan PCA,

Cluster, Running mean, Korelasi, dan CEOF (Complex Orthogonal Function Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 21 cluster tipe hujan di Papua, yang merupakan variasi dari tipe hujan monsun, ekuatorial dan lokal. Tipe hujan monsun A meliputi A-1, A-2, A-3, A-4, dan A-5. Sementara, tipe hujan ekuatorial (B) meliputi B-1, B-2, B-3, B-4, B-5, B-6, B-7, B-8, B-9, dan B-10, sedangkan tipe hujan lokal C meliputi

(28)

C-1 dan C-2. Secara geografis tipe hujan tersebut bervariasi menurut tiga area utama, yaitu dataran rendah utara 7 cluster tipe hujan, deretan pegunungan tengah 5 cluster tipe hujan, dan dataran rendah selatan 9 cluster tipe hujan. Tipe hujan tersebut memiliki respon yang berbeda terhadap osilasi fase hangat (+) dan dingin (-) PDO, yaitu hubungan negatif, positif dan campuran dengan lag 14 tahunan di belakang osilasi PDO di Pasifik utara. Tipe hujan tertentu memperlihatkan perubahan tipe dalam skala waktu inter-decadal. Pada fase hangat, sebagian tipe hujan memiliki anomali yang tinggi, sebaliknya memiliki anomali rendah pada fase dingin PDO. Pada periode anomali rendah curah hujan, aktivitas konvektif annual dan semi-annual mendapat dukungan dari pengaruh lokal (land breeze) dari deretan pegunungan tengah, dan sea breeze pada area tertentu. Sedangkan pada fase anomali curah hujan tinggi, pengaruh lokal menurun signifikan, dibarengi dengan menguatnya magnitude konvektif oleh pola umum aktivitas konvektif benua maritim (sirkulasi general). Runtuhnya pengaruh konveksi lokal terhadap mode annual dan semi-annual menyebabkan berubahnya tipe hujan tertentu dalam skala waktu inter-decadal. Khusus untuk zona padi di Papua, Merauke memiliki tipe hujan monsun A, Manokwari memiliki tipe hujan monsun A-4, sedangkan zona pengembangan padi di Sorong memiliki tipe hujan lokal C-1. Pada periode anomali rendah tipe hujan monsun mengalami anomali tinggi 20-30 mm di atas rata-rata jangka panjang, sedangkan tipe lokal C-1 sebaliknya mengalami penurunan curah hujan pada periode anomali tinggi. Tipe hujan monsun pada kedua lokasi tersebut juga didukung oleh pengaruh lokal yang kecil pada aktivitas konvektif periode anomali rendah. Tipe hujan monsun A menunjukkan puncak di bulan Maret pada periode anomali tinggi, sedangkan periode anomali rendah cenderung sama yakni di bulan Februari-Maret dengan magnitude yang lebih rendah. Dari hasil evaluasi tipikal anomali curah hujan tinggi dan kaitannya dengan variabilitas

(29)

padi di Merauke, ditemukan waktu tanam optimal untuk periode MH dan MK. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan, pola anomali curah hujan akan mengalami perubahan mengikuti osilasi fase dingin PDO yang tampaknya sedang memasuki periode osilasi dingin.

Kata kunci: Tipe hujan, variabilitas, inter-decadal, aktivitas konvektif, AEZ Padi, Papua.

ABSTRACT

The previous researcher has shown the different rainfall type in the different time period of the analysis and an inter-decadal pattern in the long term monthly data of a few rainfall stations in the Papua region, so that there was the rainfall pattern changing on inter-decadal time scale in the Papua region. In addition, This research was performed to: analyze the variation of the rainfall, calculate the rainfall type variability on inter-decadal time scale by the teleconnection with the Pacific decadal Oscillation (PDO), assess the convective activity in the rainfall anomaly on inter-decadal time scale, and analyze the strategy of rice development, by analyze the rainfall type in the rice agro ecological zone (AEZ) in the region of Papua, and study in the rice field zone in the Semangga Tanah Miring, Merauke region to evaluate relationship of rice production and climate variability on inter-decadal time scale using DSSAT model. We found 21 cluster of rainfall type in Papua, which is a variation of the type of the monsoon rainfall: A, 1, 2, A-3, A-4, A-5 and A-6; the equatorial type B: B- 1, B-2, B-A-3, B-4, B-5, B-6, B-7, B-8, B-9 & B-10, and the local type of C: C-1, and C-2. Rainfall type vary according to three main areas, 7 clusters of rainfalls type in the northern lowlands, 5 clusters of rainfall type at the central mountain range, and 9 clusters of rainfalls type in the southern lowlands. Those rainfall pattern

(30)

have different responds to the warm (+) and cold (-) PDO phase, that are positive, negative and other with the lag 14 years behind the oscillation of PDO in the north Pacific. In the warm period most of the rainfall type have a higher anomaly and lower in the cold period. In the lower rainfall anomaly period, the annual and semi-annual convective activity was supported by the local influence, land breeze by the center mountain ranges, and sea breeze in the specific are. In the higher rainfall anomaly period, the local influence drops dramatically, coincide with increasing of the strong magnitude of the annual and semi-annual convective activity of the general circulation in the Indonesian Maritime Continent. This mechanism was responsible to the changing of the certain rainfall type on inter-decadal time scale in the Papua region. In the rice filed zone in the Papua region that are Merauke, Sorong, and Manokwari have different rainfall type. Merauke shows the monsoon type A, Sorong shows the local type C-1, and the monsoon type A-4 in the Manokwari. In the higher anomaly period, the monsoon type shows higher anomaly in rainfall magnitude about 20-30 mm above it’s the longer period. Conversely, the local C-1 tends to lower in the higher anomaly period. Both A and A-4 also was influenced by the local activity to annual and semi-annual convective activity with the smaller magnitude than other type in lower anomaly period. The monsoon A has a peak in March on higher anomaly period, whereas in the lower period it has the same peak in February to April with the lower magnitude than higher anomaly period. The typical rainfall anomaly of the monsoon A in the higher period relationship with the rice filed production in the Semangga Tanah Miring, Merauke was investigated. We found the optimal planting time of the rice filed. We estimate in the next few years it will be changing in the rainfall anomaly following the cold (-) phase of PDO that has been going down to the cooling phase.

(31)

Keywords: Rainfall type, Inter-decadal variability, the convective activity, the rice filed zone, Papua region.

Gambar 1. Variasi geografis tipe hujan di Papua

Gambar 2. Variabilitas inter-decadal tipe hujan di Papua terkait dengan osilasi fase hangat dan dingin pdo

(32)

PENENTUAN WAKTU TANAM DAN ESTIMASI HASIL

BERDASARKAN PREDIKSI CURAH HUJAN

MUSIMAN ANSAMBEL UNTUK ANTISIPASI RISIKO

KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI SAWAH

DETERMINATION AND ESTIMATED OF PLANTING TIME BASED ON SEASONAL RAINFALL FORECASTS ENSABLE TO

ANTICIPATE RISK OF DROUGHT IN RICE FIELD

Tri Wahyu Hadi1), Kasdi Subagyono2), Elza Surmaini2), Noersomadi3)

1) Institut Teknologi Bandung

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

ABSTRAK

Pengetahuan tentang iklim sangat membantu petani dalam merencanakn kegiatan pertanian dan pilihan teknologi. Jika kekeringan dapat diprediksi, maka petani dapat mempersiapkan teknologi yang adaptif kekeringan. Petani juga dapat memilih untuk tidak menanam untuk menghindari kerugian akibat kekeringan. Penelitian bertujuan mengembangkan metode penentuan waktu tanam dan estimasi hasil padi dengan risiko gagal panen minimum menggunakan prediksi musiman ansambel yang bersifat probabilistik dan dapat dikuantifikasi. Kemampuan model prediksi musiman dianalisis dengan ROC dan peluang optimal untuk pegambilan keputusan menggunakan Youden’s Index. Akurasi prediksi pada peluang optimal dianalisis menggunakan metode Propotion Correct (PC). Hasil penelitian menunjukkan, curah hujan dan debit dapat menggambarkan keragaman indeks kekeringan padi (IKP) dengan baik, batas kritis curah

(33)

hujan untuk menentukan terjadinya kekeringan pada sawah irigasi dan tadah hujan. Metode constructed analog dengan prediktor angin U850 mb berpotensi untuk diterapkan untuk prediksi curah hujan di wilayah Indonesia, dengan prediksi yang cukup tinggi berkisar antara 60-80%. Prediksi batas kritis curah hujan menggunakan prediksi musiman ansambel menghasilkan prediksi kekeringan yang dapat dikuantifikasi probabilitasnya. Peluang optimal pengambilan keputusan berkisar 40-60% untuk di atas batas kritis dan 20-50% di bawah batas kritis, dengan akurasi berkisar antara 44-75%. Penggunaan prediksi curah hujan musiman, dapat memperpanjang lead time prediksi, yaitu batas kritis curah hujan Maret dan Juni dapat diprediksi bulan Januari dan April.

Lead time 2 bulan dari waktu tanam menyediakan cukup waktu untuk menyusun strategi dan mempersiapkan sarana dan prasarana tanam pada musim tanam berikutnya. Dengan menggunakan prediksi musiman ansambel dapat dikuantifikasi peluang terjadi kekeringan pada tanaman padi MK1 dan MK2. Kata kunci: Iklim, waktu tanam, estimasi hasil, curah hujan,

ansambel, kekeringan, padi.

ABSTRACT

Research conducted to develop a method of determining the planting time and estimate yield of rice to minimum risk of failed harvesting using seasonally forecast probabilistic and ensemble, which can be quantified. Capability of seasonal prediction models were analyzed by ROC and optimum probabilities decision making using Youden's Index. The accuration of prediction at optimum probabilities were analyzed using Propotion Correct method (PC). The results showed, rainfall and water flow could illustrate the diversity of paddy drought index (IKP) properly, critical boundary of rainfall determined the occurrence of drought on irrigated and

(34)

rainfed rice field. Constructed analogous method to predict mb Wind U850 potential to be applied for forecast rainfall in parts of Indonesia, that forecasted fairly high ranging between 60-80%. Critical boundary of rainfall prediction using of ensemble seasonal forecast resulting in a prediction of drouht that can be quantified its probabilities. Probabilities optimum decision making were 40-60% of above critical limit and 20-50% below the critical limit, the accuracy range between 44-75%. The use of seasonal rainfall forecast, could prolong lead time forecast, the critical limit of rainfall in March and June can be predicted in January and April. Two monts lead time on planting time provide sufficient time to develop a strategy and prepare the infrastructure of planting in the next planting season. By using of seasonal ensemble forecast could be quantified probabilities of drought in rice plants MK1 and MK2. If the dryness predictable, farmers could took a risk technology that adaptive of drought. Farmers also could not to grow to avoid losses due to drought.

Keywords: Time, cropping, estimates, yield, rainfall, ensemble, dryness, paddy.

(35)

KAJIAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM

TERHADAP PEMBENTUKAN MIKOTOKSIN DAN

PERTUMBUHAN KAPANG TOKSIGENIK

STUDIES ON THE EFFECT OF CLIMATE CHANGES ON MYCOTOXIN FORMATION AND THE GROWTH TOXCYGENIC

FUNGI

Winiati P. Rahayu1), Wisnu Broto2), Santi Ambarwati1), Dian Herawati3)

1) Institut Pertanian Bogor

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Badan Pengawasan Obat dan Makanan

ABSTRAK

Perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikroba termasuk kapang toksigenik penghasil mikotoksin.Pertumbuhan kapang toksigenik penghasil mikotoksin pada jagung dan kedelai dapat menyebabkan masalah pada keamanannya. Penelitian untuk mengetahui pola pertumbuhan kapang toksigenik dan pembentukan mikotoksinnya pada berbagai kondisi suhu dan kelembaban ekstrim., Hasil penelitian menunjukkan, pertumbuhan kapang

A.ochraceus sebagai kapang toksigenik penghasil mikotoksin tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan iklim (peningkatan suhu lingkungan dan kekeringan). Akat tetapi pada A.flavus

dan F. Verticillioides, bertambahnya kelembaban ruang hingga 90% perlu diwaspadai karena berpotensi menstimulir kapang toksigenik untuk menghasilkan mikotoksin. Pertumbuhan

(36)

S. cerevisiae dengan daya hambat masing-masing 55%, 43%,dan 45% di laboratorium; pada jagung 52%, 59%, 45%, dan 38%, 49%, dan 45% pada kedelai. Penghambatan terbesar adalah pertumbuhan A. ochraceus pada jagung (59%) dan terkecil dalah menghambat A. flavus pada kedelai (38%). Penyimpanan jagung atau kedelai di dalam silo logam perlu diwaspadai, karena suhu dalam silo dapat meningkat lebih dari 30oC merupakan suhu rentan untuk pertumbuhan A.

flavus, A. ochracheus dan F.verticillioides. Silo perlu dilengkapi dengan sistem aerasi kering dingin untuk menurunkan suhu dan kelembaban sehingga pertumbuhan kapang penghasil toksin dapat ditekan. Guna mengurangi risiko pertumbuhan kapang tersebut di dalam silo pada suhu kamar(30oC), kelembaban harus 70%. Apabila kapang toksigenik sudah mencemari jagung dan kedelai sejak di lapang, maka kondisi silo harus diatur pada kondisi yang ekstrim (suhu 20 atau 40oC dan kelembaban 70%) agar kapang-kapang tersebut tidak dapat membentuk mikotoksin.

Kata kunci: Jagung, kapang toksigenik, kelembaban, kedelai, mikotoksin, suhu.

ABSTRACT

Climate change could spur increasing microbial growth including toxigenic fungi producing mycotoxins. Growth of toxigenic fungi producing mycotoxins in corn and soybeans could cause problems in safety. Research to determine the pattern of toxigenic fungi growth and mycotoxin formation in various conditions of temperature and humidity extremes Results showed that growth A.ochraceus as toxigenic fungi producing mycotoxins not severely affected a climate changes

(37)

(increaseing of ambient temperature and dryness). However,

ifor A.flavus and F. Verticillioides, increasing up to 90% humidity chamber needs to be examined, it was potential to stimulate toxigenic fungi rhat produce mycotoxins. The growth of A.flavus, A.ochraceus and F. verticillioides could inhibited by of S. cerevisiae , the inhibitation respectively 55%, 43%, and 45% in the laboratory; on corn 52%, 59%, 45%, and 38%, 49%, and 45% in soybean. The largest inhibition of growth of

A. ochraceus in maize (59%) and the smallest was inhibiting the A. flavus in soybean (38%). Corn or soybean storage in metal silos need to watch out, because temperature in the silo could increased by more on 30 oC a susceptible fot growth of of A. flavus, A. ochracheus and F.verticillioides. Silo need to be equipped with chilled dried aerated system to reduce the temperature and humidity so that growth of toxinproducing fungi could be reduced. To reduce the risk of fungi growth of in the silo at room temperature (30 °C), humidity must be 70%. If from the field the toxigenic fungi already contaminate corn and soybeans, the silos condition must be set in extreme conditions (temperature 20 or 40 °C and humidity of 70%), so that the fungus could not be form a mycotoxins

Keywords: Corn, toxigenic fungi, moisture, soybean, mycotoxins, temperature.

(38)

-20 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D iam e te r k o lo n i ( m m )

Waktu pertumbuhan (hari)

Suhu 20 oC, RH 70% Suhu 20 oC, RH 80 % Suhu 20 oC, RH 90 % Suhu Ruang(29.9 oC, RH 75 %)

Gambar 1. Pertumbuhan A. flavusbio 2237 di media CDA pada suhu 20oC dan kelembaban 70, 80, dan 90%

(39)

PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI MELALUI

PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN SECARA

TERPADU

INCREASING SOYBEAN PRODUCTION THROUGH INTEGRATED PHYTOSANITARY MANAGEMENT

Purnama Hidayat1), Marwoto2), Bambang Tri Rahardjo3) 1) Institut Pertanian Bogor

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan kedelai terus meningkat, namun peningkatan kebutuhan tersebut belum diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi. Penelitian untuk mengetahui pengaruh varietas dan pola pengelolaan kesehatan tanaman terhadap tingkat serangan hama dan penyakit, struktur komunitas serangga, dan produksi kedelai dilakukan dengan menggunakan rancangan Split-Plot RAK. Petak utama adalah varietas yaitu Anjasmoro dan Wilis, dan anak petak pengelolaan kesehatan tanaman terdiri dari, Pengelolaan Kesehatan Tanaman Terpadu (PKTT), Pengendalian Non-Kimiawi (PN-K), Pengendalian Kimiawi (P-K) dan kontrol. Ukuran plot 2 x5 m diulang tiga kali. Parameter pengamatan terdiri dari intensitas serangan hama dan penyakit, kelimpahan dan keanekaragaman serangga. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara varietas dan pengelolaan kesehatan tanaman. Varietas Wilis mendapat serangan organisme penggangu tumbuhan (OPT)

(40)

lebih rendah dan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Anjasmoro. Hal ini berbeda dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh faktor iklim dimana curah hujan yang tinggi mempengaruhi hasil produksi dan tingkat serangan OPT. Dibandingkan dengan perlakuan yang lain, kelimpahan populasi serangga yang paling banyak adalah pada kontrol, dimana tidak dilakukan pengendalian serangga..lain itu penambahan bahan organik juga sangat diperlukan agar keberadaan mikroflora/mikrofauna dalam tanah dapat lebih berkembang. Pola pengelolaan kesehatan tanaman dengan menggunakan bahan kimia (perlakuan P-K) memberikan R/C rasio tertinggi, namun demikian perlakuan ini mengurangi keanekargaman serangga dalam ekosistem pertanaman kedelai baik pada varitas Wilis maupun Anjasmoro, sehingga keankearagaman serangga pada plot P-K paling rendah. Nilai rasio R/C petak dengan pengelolaan kesehatan tanaman tanpa pestisida (PKTT dan PN-K) lebih rendah daripada perlakuan dengan kimiawi, namun lebih tinggi dibandingkan kontrol. Selain itu pengelolaan tanpa pestisida sintetis (kimiawi) merupakan cara yang ramah lingkungan serta mendukung kelestarian musuh alami pada ekosistem pertanaman kedelai. Katakunci: Kedelai, keanekaragaman, serangga, PHT, usaha

(41)

ABSTRACT

Along with the increasing population, soybean demand also increasing, but the increase have not been followed by availability of adequate supplies. Research to determine the effect of varieties and phytosanitary management pattern on the level of pests and diseases, insect community structure, and soybean production conducted by using a Split-Plot design. The main plot was the variety namely Anjasmoro and Willis, and the subplot consisted on phytosanitary management, Integrated Phytosanitary Management (PKTT), Control of Non-Chemical (PN-K), Control of Chemicals (PK) and controls. 2 x5 m plot size was repeated three times. Parameter observation consisted of the intensity of pests and diseases, the abundance and diversity of insects. The results showed no interaction between varieties and phytosanitary management. Pest in Wilis varieties lower than Anjasmoro varieties, but the production higher compared to Anjasmoro varieties. This was in contrast with the outcame previous studies, these differences may be due to climatic factors where high rainfall affecting production and the level of pest attacked. Compared with the other treatments, abundance of insect populations most was in control, which was not to control the insect.

(42)
(43)

PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI

BERBASIS SISTEM PAKAR UNTUK KETAHANAN

PANGAN

DEVELOPMENT OF EARLY WARNING SYSTEM BASED EXPERT SYSTEM FOR FOOD SECURITY

Supeno Mardi Susiki Nugroho1), Sudarmadi Purnomo2), Anggit Wikanningrum3), Christyowidiasmoro1)

1) Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

3) Universitas Wijaya Kusuma

ABSTRAK

Tanaman kedelai merupakan salah satu sumber protein utama sebagai besar penduduk Indonesia. Produktivitas kedelai Indonesia rendah karena kendala penentuan waktu tanam yang tepat, iklim, dan serangan organisme penggangu tanaman. Dengan membangun sistem pendugaan waktu tanam yang tepat berbasis zona musim dan pendugaan produksi serta dilengkapi dengan visualisasi yang menarik dan representative, diharapkan dapat membantu menyusun kebijakan strategis kedelai nasional. Untuk itu, dilakukan penelitian pengembangan modul pendugaan produksi hasil kedelai dan musim tanam menggunakan metode Support Vector Regression (SVR) berdasarkan data pertumbuhan lahan dari BBSDLSP. Modul musim tanam menggunakan metode

Bayesian Belief Network (BBN) dan dilengkapi dengan data curah hujan di setiap zona musim dari BMKG untuk menduga musim hujan dan kemarau yang akurat. Hasil pendugaan menunjukkan, pada modul pendugaan produksi didapatkan hasil akurasi yang rendah jika tahun digunakan sebagai

(44)

lahan maka akurasi pendugaan bertambah secara signifikan. Pada modul pendugaan musim tanam, dengan menggunakan data dari BMKG, pada tahun 2013 didapatkan hasil yang akurat dimana perubahan musim tidak terlalu menyimpang dari rata-rata curah hujan 30 tahun. Dengan demikian, untuk setiap pendugaan musim tanam harus digunakan dua buah data, yaitu data masukan berdasarkan pengamatan kondisi curah hujan saat ini selama 30 hari terakhir dan rata-rata curah hujan dari BMKG selama 30 tahun terakhir.

Kata kunci: Iklim, sistem pakar, pendugaan waktu tanam, kedelai.

ABSTRACT

Soybean crop is one of the main sources of protein for Indonesian. Indonesian soybean productivity low due to the lack of determining appropriate planting time, climate, and pest. By establishing a system of prediction planting season and zone-based estimation of production and equipped with a representative and interesting visualization, is expected to help determine strategic policy of Indonesian soybean. For it, research conducted to design module development and production of soybean planting season using Support Vector Regression (SVR) based on growth of area data from BBSDLSP. Module the planting season using Bayesian Belief Network (BBN) and equipped with rainfall data each zone season from BMKG to predict rainy and dry seasons accurate. The test results showed, the prediction module production showed low accuracy if the year be used as a predictor variable. If the prediction data was added the land area, the accuracy of prediction increased. In the module prediction of the planting season, using data from BMKG, in 2013 obtained accurate results where the change of seasons was not deviated than the average of rainfall of 30 years. For each

(45)

prediction the planting season should be used two pieces of data, that is data input based on observations of current rainfall conditions during the last 30 days and the average of rainfall from BMKG over the last 30 years.

Keywords: Dlimate, expert systems, prediction, time, planting, soybean.

(46)

PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN DINI

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

PADI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK

PERUBAHAN IKLIM BERBASIS GEOGRAFIC

INFORMATION SYSTEM

DEVELOPMENT of EARLY WARNING SYSTEM OF PEST CONTROL FOR RICE CROP TO ANTICIPATE CLIMATE CHANGE IMPACT BASED ON GEOGRAFIC INFORMATION

SYSTEM

Harisno1), Wahyunto2), Luthful Hakim3), Sarsito Wahono4) 1) Universitas Bina Nusantara

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Pusat dan Data dan Informasi Kementerian Pertanian 4) Balai Besar Peramalan Organisme Organisme Pengganggu

Tumbuhan Karawang

ABSTRAK

Pembangunan Sistem Informasi Peringatan Dini Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi (SIPERDITAN) merupakan sebuah sistem berbasis website yang dapat diakses melalui mobile browser. Sistem ini dapat membantu pihak pengambil kebijakan untuk melihat data luas dan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman padi yang telah diinput oleh para staf POPT-PHP yang telah dilatih tentang penggunaan SIPERDITAN dengan menggunakan moobile application. Metode penelitian menggunakan waterfall model

pembangunan dan pengembangan sistem, yang meliputi: (a) Analisis kebutuhan data dan informasi luas dan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman padi, (b) Perancangan Sistem, (c) Implementasi dan (d) evaluasi dan monitoring

(47)

SIPERDITAN. SIPERDITAN dapat dioperasikan di lapangan untuk mengumpulkan data luas dan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman padi, dan dapat dioperasionalkan dengan mudah, cepat dan murah tanpa harus menggunakan daftar tabel yang berisi kode propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Dengan adanya SIPERDITAN, para petugas PPOPT-PHP dapat memperpendek waktu perekaman dan penyimpanan data luas dan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman padi, sehingga respon pimpinan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang terjadi di lapangan dapat dilakukan dengan cepat dan benar.

Kata kunci: Sistem informasi, SIPERDITAN, hama dan pneyakit tanaman, padi

ABSTRACT

Pest and Disease Early Warning Information System Development of Rice (SIPERDITAN) is a web-based system that can be accessed through a mobile browser. This system can help to see the Top Management of extensive data and intensity of pests and diseases of rice that has been inputted by the staff POPT-PHP has been trained on the use of SIPERDITAN by using mobile application. By using this methodology (waterfall model system development), which include: (a) Analysis of data and information widely and intensity of pests and diseases of rice plant, (b) Design System, (c) implementation and (d) evaluation and monitoring SIPERDITAN, overall activity can be carried out. The results obtained that SIPERDITAN can be operated in the field to collect extensive data and intensity of pests and diseases of rice crop can be operated easily, quickly and inexpensively without having to use a list of tables that contain code provinces, districts, sub-districts and villages. by using SIPERDITAN officials PPOPT-PHP can shorten recording time

(48)

and vast data storage and intensity of pests and diseases of rice crop, so the response in the decision-making led to the problems that occur in the field can be done quickly and correctly, especially in control of pests and diseases of rice plants appearing pest and disease potential of rice plants in the field.

Keywords: System, information, pest, control, GIS.

Gambar 1. OPT Tanaman Padi di Propinsi Jawa Barat

(49)

PENGELOLAAN EKOLOGI MIKROBIA PELARUT

FOSFAT INDIGENOS PEMBENAH KESUBURAN

TANAH YANG TERCEMAR LIMBAH

PENAMBANGAN EMAS TANPA IJIN UNTUK

PERTANAMAN KEDELAI

ECOLOGYCAL MANAGEMENT OF INDIGENOUS PHOSPHAT SOLUBILIZING MICROBIA AS AMENDEMENT OF SOIL WHICH

IS CONTAMINATED BY POLLUTANT OF ILLEGAL GOLD MINING ON SOYBEAN CROPS

Uyek Malik Yakop1), Lolita Endang Susilowati1), M. Yusuf1), Muji Rahayu2), Lalu Ahmad Gifary3)

1) Universitas Mataram

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

ABSTRAK

Penghambatan proses pendauran hara P akibat rendahnya kehidupan dan aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat (MPF) akan berimpak pada pemenuhan fosfat bagi tanaman kedelai yang berimbas pada penurunan produktivitas. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan memperoleh teknologi pengelolaan ekologi tanah yang dapat mengoptimasi kehidupan & aktivitas MPF indigenos dalam melarutkan fosfat sehingga diperoleh efisiensi penggunaan pupuk P bagi tanaman kedelai dengan perolehan hasil panen yang cukup tinggi. Sampel tanah diperoleh dari sawah irigasi dengan sumber air irigasi terkontaminasi Hg dari Sungai Babak Kecamatan Pringgarate. Penentuan titik sampling sampel tanah dilakukan secara random sampling di 3 titik pengambilan

(50)

yaitu Stasiun 1 (sawah irigasi di lokasi hulu yang paling dekat dari proses gelondongan); Stasiun 2 (sawah irigasi berjarak tengah antara hulu dan hilir); Stasiun 3 (sawah irigasi bagian hilir atau bagian terjauh dari proses gelondongan). Pada masing-masing lokasi diambil sampel tanah pada kedalaman 0-20 cm. Konsentrasi Hg pada masing-masing lokasi sampel antara lain, Stasiun 1 = 1,74 ppm, Stasiun 2 = 20,44 ppm, dan stasiun 3 konsentrasi Hg tidak terdeteksi. Isolasi dan seleksi dilakukan untuk memperoleh isolat yang potensial untuk diuji efektifitasnya sebagai pupuk hayati P. Rancangan Percobaan dalam pengujian efektivitas ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap, masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Pot percobaan yang digunakan adalah pot berkapasitas 4 kg tanah digunakan sebagai media tumbuh tanaman. Tiap pot percobaan ditanam 3 benih kedelai dan setelah 10 hari dilakukan penjarangan dengan meninggalkan 2 tanaman per pot. Hasil penelitian sebagai berikut : (1) tanah sawah di lokasi pengambilan sampel tanah mempunyai kendala kesuburan tanah akibat kandungan bahan organik yang rendah, miskin hara N dan kandungan logam Hg yang melebihi ambang batas; (2) dari sejumlah ragam koloni MPF diperoleh 5 isolat BPF yang memiliki indeks pelarutan fosfat (IPP) ≥ 1,5; (3) berdasarkan hasil uji daya tumbuh isolat pada medium pikovskaya padat yang mengandung 12ppm Hg diperoleh 4 isolat BPF yang tumbuh, satu isolat BPF tidak tumbuh dan 3 isolat JPF yang tumbuh; (4) dari 4 isolat BPF plus dua isolat JPF dipilih dua isolat BPF yang diuji potensinya sebagai agen pupuk hayati P.

Gambar

Gambar 1. Grading Mutu  Gambar 2. Klaster 1
Gambar 1. Hasil kontruksi   Gambar 2. Pengujian sifat   pustaka genom dengan teknik   antibiosis klon pustaka meta-  seleksi biru – putih  genom terhadap Xoo
Gambar 1. Pematang sawah  Gambar 2. Padi + kacang panjang
Gambar 3. Potensi hujan ekstrim dan banjir di Belu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka untuk meningkatkan peran data etnobiologi dalam mendukung pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, maka perlu dilakukan peningkatan perannya yaitu: a)

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi kelayakan isi, masih ada buku yang kurang layak digunakan, yaitu buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas V Terbitan

2). Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayi baru lahir. Meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya... Memberikan

Minimal 5 media yang dipakai dalam produk tersebut (kampanye, kemasan, usaha untuk mendiferensiasi produknya, dll) yang pasti terlihat

Pemberdayaan perempuan merupakan suatu usaha yang membutuhkan interaksi yang sederajat dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan potensi masing-masing dari faktor-faktor

Penerapan metode K-Means Clustering dengan hasil cluster komoditi unggulan daerah Provinsi Gorontalo yang menjadi Cluster 1 adalah tingkat produksinya yang

Faktor-faktor yatlg mempengaruhi antara lain : pengembangan karier yang meliputi promosi jabatan, penghargaan bagi yang berprestasi, program pengembangan tenaga kerja, dan