• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TERPENGARUH TERHADAP NAPZA (NARKOBA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)

SKRIPSI

VINA PEBRIANI BAHRI 140823018

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TERPENGARUH TERHADAP NAPZA (NARKOBA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

VINA PEBRIANI BAHRI 140823018

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

MEMPENGARUHI RESIDEN REHABILITASI NARKOBA AL KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

TERPENGARUH TERHADAP NAPZA

(NARKOBA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)

Kategori : SKRIPSI

Nama : VINA PEBRIANI BAHRI

Nomor Induk Mahasiswa : 140823018

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Januari 2017 Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Henri Rani Sitepu, M.Si Drs. Gim Tarigan, M.Si NIP.19530303 198303 1 002 NIP. 19550202 198601 1 001

Diketahui/Disetujui oleh:

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math,.M.Si.,Ph.D

(4)

MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIDEN REHABILITASI NARKOBA AL KAMAL SIBOLANGIT CENTRE

TERPENGARUH TERHADAP NAPZA (NARKOBA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)

SKRIPSI

Penulis mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2017

VINA PEBRIANI BAHRI

140823018

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Terpengaruh Terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, Dan Zat Adiktif). Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Henri Rani Sitepu, M.Si selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si dan Bapak Dr. Pasukat Sembiring, M.Si selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, Vordipl, Math, M.Si Ph.D dan Ibu Dra.

Mardiningsih, M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA-USU Medan. Terimakasih kepada Bapak Drs. Kerista Sebayang, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, seluruh Staff dan Dosen Matematika FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya yang teristimewa kepada Ayahanda H. Syamsul Bahri, S.Pd dan Ibunda Hj.

Khrisnawaty serta Suami tercinta Muhammad Nazar dan seluruh keluarga penulis yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya dengan yang lebih baik.

Medan, Januari 2017 Penulis,

Vina Pebriani Bahri

140823018

(6)

PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF)

ABSTRAK

Analisis faktor adalah satu teknik analisis data yang ditujukan untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi beberapa kelompok lebih kecil yang disebut sebagai faktor. Pada penelitian ini digunakan Analisis Faktor untuk mengetahui apa saja faktor dominan yang mempengaruhi residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre bisa terpengaruh terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Variabel yang digunakan sebanyak 11 variabel valid dari 15 variabel yang ada. Dari data yang diperoleh dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta analisis faktor menggunakan software SPSS 22.0 for windows. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 4 faktor dominan yang mempengaruhi residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre bisa terpengaruh terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) yaitu faktor lingkungan tempat tinggal (41.903%), faktor rasa ingin tahu (11.711%), faktor pandangan yang keliru (10.063%), dan faktor keutuhan keluarga (9.446%). Keempat faktor tersebut memberikan proporsi keragaman kumulatif sebesar 73.11% artinya keempat faktor tersebut dapat mempengaruhi residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre terpengaruh terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) sebesar 73.11% dan sisanya dapat dipengaruhi faktor-faktor lainnya yang tidak teridentifikasi oleh model lainnya.

Kata Kunci: Analisis Faktor, Terpengaruh Terhadap NAPZA, Rehabilitasi

Narkoba.

(7)

ABSTRACT

Factor analysis is a data analysis techniques aimed at reducing the number of variables into several smaller groups known as factor. In this study used factor analysis to find out what the dominant factor affecting the resident Drug Rehabilitation Centre Sibolangit Al Kamal can be affected against NAPZA (Drugs, Psychotropic, and Addictive Substances). Variables used as many as 11 variables valid from 15 variables exist. From the data obtained to test the validity and reliability and factor analysis using SPSS 22.0 software for windows. The research 4 dominant factors affecting resident Al Kamal Sibolangit Drug Rehabilitation Centers against NAPZA (Drugs, Psychotropic, and Addictive Substances) that could be affected environmental factors residence (41.903%), the curiosity factor (11.711%), factor erroneous view (10.063 %), and the factor of the family unit (9.446%). The fourth factors provide diversity cumulative proportion of 73.11% means that these four factorscan affect resident Al Kamal Sibolangit Drug Rehabilitation Centers against NAPZA (Drugs, Psychotropic, and Addictive Substance) affected by 73.11% and the rest can be influenced by other factors not identified by other models.

Keywords : Factor Analysis, Is Susceptible To Drugs, Drug Rehabilitation.

(8)

HALAMAN

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Manfaat Penelitian 6

1.6 Tinjauan Pustaka 6

1.7 Metodelogi Penelitian 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 12

2.1 NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) 12

2.1.1 Pengertian NAPZA 12

2.1.2 NAPZA Yang Sering Digunakan Beserta Efek

Yang Ditimbulkan 12

2.1.2.1 Narkoba 12

2.1.2.2 Psikotropika 14

2.1.2.3 Zat Adiktif 15

2.1.3 Dampak Penyalahgunaan NAPZA 16

(9)

2.2 Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

19

2.2.1 Metode Pemulihan 19

2.2.2 Residen 20

2.2.3 Aktifitas Residen di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

20

2.2.4 Aktifitas Residen di Luar Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

21

2.3 Data 22

2.4 Skala Pengukuran 22

2.5 Populasi, Sampel, dan Sampling 23

2.6 Angket Atau Kuesioner 24

2.7 Analisis Data 24

2.7.1 Uji Validitas 24

2.7.2 Uji Reliabilitas 25

2.8 Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval 27

2.9 Analisis Faktor 28

2.10 Langkah-langkah Analisis Faktor 29

2.10.1 Tabulasi Data 29

2.10.2 Pembentukan Matriks Korelasi 30

2.10.3 Ekstraksi Faktor 32

2.10.4 Rotasi Faktor 34

2.10.5 Penamaan Faktor 34

2.11 Deskripsi Variabel 35

BAB 3 PEMBAHASAN 38

3.1 Prosedur Penelitian 38

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 38

3.3 Uji Validitas 38

(10)

3.7 Proses Analisis Faktor II (Ekstraksi) 48

3.7.1 Communalities 48

3.7.2 Total Variance Explained 49

3.7.3 Scree Plot 50

3.8 Proses Analisis Faktor III (Rotasi) 51 3.9 Proses Analisis Faktor IV (Interpretasi Faktor) 52

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 56

4.1 Kesimpulan 56

4.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

(11)

HALAMAN Tabel 3.1 Contoh Perhitungan Korelasi Product Moment 38

Tabel 3.2 Uji Validitas 1 40

Tabel 3.3 Uji Validitas 2 41

Tabel 3.4 Hasil Cronbach Alpha Reliability Test 43

Tabel 3.5 Penskalaan Variabel 1 44

Tabel 3.6 Hasil Penskalaan Variabel 45

Tabel 3.7 KMO and Bartlett’s Test 46

Tabel 3.8 Measure Of Sampling Adequacy 47

Tabel 3.9 Communalities 48

Tabel 3.10 Total Variance Explained 50

Tabel 3.11 Faktor Loading 51

Tabel 3.12 Rotated Factor Loading 52

Tabel 3.13 Bobot Variabel Pendukung Faktor Pertama 53

Tabel 3.14 Bobot Variabel Pendukung Faktor Kedua 53

Tabel 3.15 Bobot Variabel Pendukung Faktor Ketiga 54

Tabel 3.16 Bobot Variabel Pendukung Faktor Keempat 55

(12)

HALAMAN

Gambar 3.1 Scree Plot 50

(13)

HALAMAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data 1

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 2

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian 3

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian 4

Lampiran 5 Data Responden Kuesioner 8

Lampiran 6 Data Penelitian Responden 11

Lampiran 7 Succesive Detail 13

Lampiran 8 Successive Interval 16

Lampiran 9 Hasil Output SPSS 19

Lampiran 10 Perhitungan KMO dan MSA 33

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa disebut narkoba merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia pengobatan.

Akan tetapi apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama dapat menimbulkan ketergantungan serta dapat membahayakan kesehatan bahkan jiwa pemakainya.

Kemajuan-kemajuan yang dicapai di era reformasi cukup memberikan harapan yang lebih baik, namun di sisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya menyangkut perilaku sebagian masyarakat yang terperangkap pada penyalahgunaan narkotika baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya. Penyalahgunaan narkotika merupakan permasalahan nasional dan Internasional, karena berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dan para pecandunya yang sebagian besar adalah masyarakat yang berusia produktif. Usia produktif ialah usia 17 sampai dengan usia 25 tahun.

Penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan. Korban penyalahgunaan NAPZA ini tidak mengenal usia, mulai remaja, dewasa, sampai kalangan orang tua baik pria maupun wanita. Juga tidak mengenal kondisi perekonomian, baik kaya maupun miskin tetap saja ada ya ng menjadi korban penyalahgunaan NAPZA, hanya jenis yang dikonsumsilah yang menjadi perbedaannya.

Saat ini muncul 250 jenis narkoba baru masuk ke Indonesia dimana terdata jumlah pengguna narkoba mencapai empat juta orang dan sebagian besar usia produktif. BNN juga merilis data kelompok berusia 10-20 tahun sebagai pengguna aktif dan terjadi peningkatan 2,5 persen pengguna baru dimana setiap tahun peningkatan satu persen pengguna baru.

Menurut data BNN saat ini ada 40 unit lembaga rehabilitasi yang

ditempati sekitar 16.000 orang pengguna narkoba menjalani rehabilitasi

(15)

ditambah dua unit lembaga milik BNN yang menampung 2.000 orang.

BNN menyediakan anggaran sebesar Rp.1 triliun pada tahun 2013 untuk penanganan narkoba.

(http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/06/23/mou6d3-untuk- narkoba-jenis-baru-bnn-gunakan-yurisprudensi. Diakses pada tanggal 02 agustus 2016, pukul 09:17).

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2012 juga mencatat angka penyalahgunaan narkoba adalah 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 juta jiwa) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta jiwa). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak lagi menjadi Negara transit akan tetapi sudah menjadi Negara pasar narkoba yang besar apalagi dengan harga yang tinggi, sehingga Indonesia semakin rawan menjadi surga bagi para sindikat narkoba (BNNP-Sumut, 2013).

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah member perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang- undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

Kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan

narkoba. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga,

kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga, dapat merupakan

faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang tidak

mengenal Tuhan, tidak harmonis atau mempunyai tuntutan yang terlalu tinggi,

tidak ada pendidikan keluarga, tidak ada dorongan dan bimbingan bagi anak-

anaknya, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua, kurang

perhatian keluarga salah satu faktor penyebab anak atau remaja akan

membingungkan dirinya dan bisa menjadikan si remaja menjadi nakal da n dapat

juga mengkonsumsi narkoba.

(16)

Teman sebaya juga mempunyai pengaruh yang dapat mendorong penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba biasanya justru datang dari teman. Teman sebaya ini bisa merupakan teman sekolah, teman sepermainan dan dilingkungan masyarakat, sesama anggota dari klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karakteristik, permasalahan dan pola piker yang hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar untuk dilepaskan, karena dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan dalam diri. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama pada narkoba, melainkan juga penyebab seseorang tetap menggunakan atau mengalami kekambuhanterhadap narkoba.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah misalnya, telah membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui keputusan presiden No. 17 tanggal 12 Maret 2002, yang diketahui oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Di tingkat pusat, badanini bertugas membantu presiden melaksanakan koordinasi dalamrangka ketersediaan, pencegahan, dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk itu usaha yang dilakukan adalah pengurangan pemasokan dan pengurangan permintaan. Pengurangan pemasokan dilakukan dari sisi hokum dan peraturan, dengan memberikan sanksi hokum yang beratbagi pengedar narkotika, sedangkan pengurangan permintaan dilakukan dengan pembinaan pada masyarakat agar tidak terjebak dalam penyalahgunaan narkoba, juga upaya menghentikan penggunaan (penyembuhan) bagi korban penyalahgunaan narkotika (Afiatin, 2008:43).

Salah satu program yang dapat digunakan dalam terapi ketergantungan NAPZA adalah program rehabilitasi. Program ini adalah pilihan yang baik untuk klien, khususnya mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan hidup tanpa menggunakan NAPZA. Namun sampai saat ini pemerintah masih membutuhkan 1000 panti rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Program ini adalah perawatan jangka panjang yang biasanya berlangsung antara 3-12 bulan dan diharapkan merupakan program lanjutan setelah dilakukan program detoksifikasi.

Sasaran utama dariprogram ini adalah abstinentia atau sama sekali tidak

menggunakan narkoba.

(17)

Penggunaan NAPZA yang telah menjalani rehabilitasi di seluruh Indonesia baik di masyarakat, di dalam panti maupun di tempat rehabilitasi lain sebanyak 6.373 orang. Sedangkan yang terdaftar di BNN hanya sebanyak 837 orang. Di Sumatera Utara sendiri yang terdata me nerima pengobatan hanya sebanyak 287 orang, yang terdiri dari 237 orang di rehabilitasi dipanti pemerintah dan 50 orang lainnya berada di luar panti (BNN, 2013).

Salah satu Pusat Panti Rehabilitasi Ketergantungan Narkoba terbesar di Sumatera Utara adalah Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre yang didirikan oleh H. Kamaluddin SH Lubis. Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre yang beralamat di Jalan Medan Berastagi Km.45 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serda ng Provinsi Sumatera Utara. Pusat Rehabilitasi ini berada dibawah naungan Lembaga PIMANSU dan GAN. Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre ini didirikan pada tanggal 12 Februari 2001. Menurut bapak H. Kamaluddin SH Lubis sudah 681 orang yang mendapat perawatan dipanti tersebut. Berasal dari berbagai daerah di Sumut maupun Aceh, bahkan ada juga pasien dari provinsi lain. Mereka yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawulamuda yang masih berusia produktif. Pada Oktober 2016 jumlah residen yang di rehabilitasi ada 44 orang. Residen adalah sebutan bagi mereka yang sedang menjalani atau mengikuti program rehabilitasi .

Masalah penyalahgunaan NAPZA sangat menarik dan penting untuk

diteliti karena kita belum mengetahui sepenuhnya bagaimana sebenarnya

penyalahgunaan NAPZA sehingga di sinilah kita dapat mempelajari lebih

mendalam dan bermanfaat bagi kita untuk menambah wawasan mengenai

penyalahgunaan NAPZA. Dengan demikian penulis tertarik untuk membuat

suatu karya tulis yaitu skripsi. Penelitian skripsi ini berjudul “Menentukan

Faktor Yang Mempengaruhi Residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal

Sibolangit Centre Terpengaruh Terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika,

Dan Zat Adiktif)”.

(18)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini perumusan masalah yang akan dibahas adalah faktor apa saja yang menyebabkan residen rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre bisa terpengaruh terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

1.3 BATASAN MASALAH

Agar proses penelitian ini lebih jelas, maka penulis memberikan batasan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre yang berlokasi di Jalan Medan Berastagi Km.45 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

2. Objek yang akan diteliti adalah residen binaan Pusat Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre yang telah mengikuti program lebih dari 3 bulan yang berjumlah 37 orang.

3. Penelitian ini dibatasi pada 15 variabel dalam menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi residen Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre bisa terpengaruh terhadap NAPZA yang terdiri dari Faktor Pengetahuan( ), Faktor Keimanan Yang Rendah( ), Faktor Depresi( ), Faktor Dorongan Kenikmatan( ), Faktor Rasa Ingin Tahu ( ), Faktor Pandangan Yang Keliru ( ), Faktor Lingkungan Tempat Tinggal ( ), Faktor Teman Sepergaulan/ Teman Sebaya ( ), Faktor Pendidikan ( ), Faktor Pengedar Napza (

), Faktor Keutuhan Keluarga (

) , Faktor Kesibukan Orangtua (

), Faktor Kasih Sayang Keluarga (

), Faktor Pola Asuh Orangtua(

), Faktor Ketersediaan Narkoba(

).

1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan tentang jenis-jenis dan akibat penggunakan NAPZA.

2. Mendeskripsikan metode pengobatan pada residen penyalahgunaan NAPZA di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre.

3. Menganalisis faktor- faktor yang menjadi pendorong terpengaruhnya residen

Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre terhadap NAPZA.

(19)

4. Menganalisis faktor apa yang paling mempengaruhi residen P usat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre terpengaruh terhadap NAPZA.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

1. Secara teoritis, dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman mengenai faktor dominan yang mempengaruhi residen terpengaruh terhadap NAPZA pada residen di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre.

2. Secara praktis, dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan konsep- konsep, teori-teori, tentang penyalahgunaan NAPZA bagi penulis sendiri, instansi terkait seperti panti rehabilitasi narkoba, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang narkoba, orang tua, keluarga, sahabat,dosen atau bahkan pekerja sosial.

3. Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah refrensi dan kajian bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan NAPZA.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2005). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2005) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Populasi dalam peneliti ini adalah semua residen yang sedang menjalani

penyebuhan yang telah mengikuti program lebih dari 3 bulan

ketergantungan NAPZA di Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit

Centre yang berjumlah 37 residen.

(20)

2. Angket atau Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likerd. Untuk setiap pernyataan terdiri atas 5 (lima) alternatif jawaban dengan skor sebagai berikut:

a. SS (Sangat Setuju) diberi skor 5 (lima) b. S (Setuju) diberi skor 4 (empat) c. CS (Cukup Setuju) diberi skor 3 (tiga) d. TS (Tidak Setuju) diberi skor 2 (dua) e. STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1 (satu)

3. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah, mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002). Uji Validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ )+* ∑ (∑ )+

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel x dan y = Jumlah subyek atau banyaknya anggota sampel y = Skor total

xy = Skor pernyataan dikalikan jumlah responden yang diteliti x = Skor pernyataan

Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung untuk seluruh pernyataan

lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 0.05 (Sugiyono, 2005).

(21)

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila data yang memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama (Arikunto, 2002). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha :

[

( ) ] [ ∑

]

Keterangan :

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

∑ = Jumlah varians pernyataan = Varians total

Keputusan uji adalah bila r alpha positif maupun negatif dan r alpha lebih besar dari r tabel, maka variabel tersebut reliabel. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya bebeda dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 1 reliabilitasnya semakin tinggi.

Sebaliknya jika semakin mendekati angka 0 maka reliabilitasnya semakin rendah (Sugiyono, 2005).

5. Analisis Faktor

Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang

utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel

yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel

yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel yang baru yang disebut faktor

dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam

(22)

Dalam analisis faktor tidak ada variabel dependen dan independen, proses analisis faktor sendiri mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel yang saling dependen dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah awal.

Analisis faktor digunakan di dalam situasi sebagai berikut:

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions) atau faktor yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi d i dalam analisis multivariat selanjutnya.

c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat selanjutnya.

Jika variabel- variabel dibakukan (standardized), model analisis faktor bisa ditulis sebagai berikut:

Keterangan :

= Variabel ke-i yang dibakukan (rata-ratanya nol, standar deviasinya satu).

= Koefisien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada common factor ke-j.

= common factor ke-j.

= Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke-i pada faktor yang unik ke-i (unique factor).

= Faktor unik variabel ke-i.

m = Banyaknya common factor.

i = 1,2,3,...,n

j = 1,2,3,...,m

(23)

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel- variabel yang terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian lapangan.

Keterangan:

i = 1,2,3,...,p p = Banyak variabel.

= Perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya W

i

).

= Timbangan/bobot atau koefisien nilai faktor ke-i.

= Variabel ke yang sudah dibakukan (standardized).

6. Langkah-langkah Analisis Faktor

Adapun langkah-langkah analisis faktor sebagaiberikut:

a. Tabulasi Data

b. Pembentukan Matriks Korelasi c. Ekstraksi Faktor

d. Rotasi Faktor e. Penamaan Faktor

1.7 METODELOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan beberapa penerapan metode untuk menyelesaikan permasalahan. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara:

1. Mencari literature dari beberapa buku, jurnal, situs, dan karya tulis lainnya yang berhubungan dengan NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dan metode Analisis Faktor.

2. Menentukan lokasi penelitian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

3. Membuat kuesioner sebagai alat dalam mengumpulkan data sesuai dengan

(24)

saja yang menyebabkan residen Pusat Rehab ilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre bisa terpengaruh terhadap NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

4. Penyebaran Kuesioner

5. Mengumpulkan data primer (Nilai Setiap Variabel Penelitian) yang bersumber pada hasil kuesioner terhadap responden.

6. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan Software Statistik SPSS Microsoft Excel.

7. Melakukan uji validitas untuk mengukur kevalidan butir pernyataan ( : Butir pernyataan valid =

)

8. Melakukan uji reliabilitas untuk mengetahui ketepatan alat ukur yang digunakan setelah semua pernyataan valid.

9. Mentransformasi data ordinal menjadi data interval terhadap variabel bebas dengan Metode Successive Interval (MSI) dengan bantuan Microsoft Excel.

10. Menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis faktor.

11. Menentukan ketetapan model.

12. Menyimpulkan penelitian dan memberikan saran.

(25)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) 2.1.1 Pengertian NAPZA

Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) adalah:

1. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku, yang digolongkan sebagaimana terlampir dalam Undang- undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

3. Zat Adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organismehidup menimbulkan ketergantungan (adiksi) yaitu keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.

2.1.2 NAPZA Yang Sering Disalahgunakan Beserta Efek Yang Ditimbulkan

2.1.2.1 Narkoba 1. Ganja

Dikenal dengan nama cannabis, mariyuana, hasish, gelek, budha stik, cimeng, kayu, gendul, grass, rumbut dan sayur.

Bentuk : Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang, pinggirnya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang ditengah pangkal hingga ujung bila diraba bagian belakang agak kasar.

Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5,7, atau 9 helai.

(26)

 Warna : Ganja berwarna hijau tua segar dan berubah kecoklatan bila sudah lama dibiarkan terkena udara dan panas.

 Penggunaan : Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga digunakan menggunakan pipa rokok.

 Efek : Denyut jantung semakin cepat, suhu badan menurun, mata merah, nafsu makan bertambah, santai, tenang, melayang- layang, daya tahan menghadapi problema menjadi redah, malas, kehilangan semangat belajar maupun bekerja, efek paling buruk menggunakan ganja secara kronis dapat menyebabkan kanker paru-paru dan penggunaan ganja dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan.

2. Kokain

Berasal dari tanaman koka yang banyak dijumpai di Columbia, Amerika Latin.

Bentuk : Berupa bubuk, daun koka, buah koka, cairan kokain dan kokain kristal.

 Warna : Cairan berwarna putih/ tidak berwarna, kristal berwarna putih, tablet berwarna putih, bubuk atau serbuk seperti tepung berwarna putih.

 Penggunaan : Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau bagi perokok ditelan bersama minuman atau disuntikkan pada pembuluh darah.

 Efek : Tidak bergairah bekerja, tidak bisa tidur, halusinasi, tidak nafsu makan, berbuat dan berfikir tanpa tujuan, merasa gelisah dan cemas berlebihan, apabila sudah tingkat over dosis atau takaran yang berlebihan dapt menyebabkan kematian karena gangguan pada pernapasan dan serangan jantung. Dampak negative yang sangat berbahaya pada penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah diotak (stroke).

3. Morfin dan Heroin

Nama lainnya adalah Putaw, Smack, Junk, Horse, Etep, dan Bedak Putih. Morfin

dan Heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman papaver

somniverum dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin,

kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai

kekuatan 10 kali melebihi morfin.

(27)

 Bentuk : Berupa serbuk.

 Warna : Putih, Abu-abu, Kecoklatan, hingga Coklat Tua.

 Penggunaan : Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar diatas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) dan dengan menyuntikkannya langsung pada pembuluh darah setelah heroin dicampurkan dengan air,

 Efek : Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan mengambang, rasa sakit seluruh badan, badan gemetar, jantung berdebar- debar, susah tidur, nafsu makan berkurang, mata berair dan hidung selalu ingusan, pembengkakan pada daerah menyuntik, HIV/AIDS, sulit buang air, pada wanita mengganggu sirkulasi menstruasi. Gejala putus zat ( sakaw) sangat menyiksa pada pecandu heroin, maka dari itu pecandu heroin akan berusaha untuk tetap mendapatkan heroin.

4. Katinone

Merupakan tanaman khat (chata edulis) yang bukan asli tanaman Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini dikenal dengan sebutan Teh Arab.

 Bentuk : Serbuk Kristal Putih, atau kecoklatan yang di kemas dalam kapsul, tablet/ pil.

 Warna : putih atau kecolatan.

 Penggunaan : ditelan dengan bantuan air.

 Efek : Tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat saraf manusia, dan ketergantungan.

2.1.2.2 Psikotropika 1. Ekstasy

Dikenal dengan nama Inex, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug, Essence, Clarity, Butterfly, dan Black Hearth.

 Bentuk : Berupa tablet dan kapsul.

 Warna : Bermacam-macam.

 Penggunaan : Diminum dengan bantuan air.

(28)

 Efek : Timbul rasa gembira yang berlebihan, merasa cemas, tidak mau diam, rasa percaya diri meningkat, memproduksi keringat yang berlebih, gemetaran, susah tidur, sakit kepala, mual dan muntah. Pemakaian ekstasy dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktifitas yang melampaui batas kemampuan tubuh sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan pada tubuh (dehidrasi). Pada pemakaian yang berlebihan bisa mengakibatkan penglihatan kabur, mudah tersinggung (pemarah), tekanan darah meningkat, nafsu makan berkurang, denyut jantung bertambah cepat, kematian sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan (over dosis) dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah diotak.

2. Shabu-shabu

Dikenal dengan nama Kristal, Batu, Ubas, SS, dan Mecin.

 Bentuk : Berupa Kristal.

 Warna : Putih.

Penggunaan : Dibakar menggunakan aluminium foil dan asapnya dihirup melalui hidung. Dibakar menggunakan botol kaca khusus (bong).

 Efek : Badannya merasa lebih kuat, lebih energik, tidak mau diam, rasa percaya diri meningkat, rasa ingin diperhatikan orang lain, kurus, susah tidur, denyut jantung cepat, tekanan darah meningkat, dan dehidrasi. Bagi yang sudah ketagihan, apabila pemakaiannya dihentikan (putus zat) akan merasa lelah dan tidak berdaya, kehilangan semangat hidup, merasa cemas dan gelisah secara berlebihan, dan susah tidur.

2.1.2.3 Zat Adiktif 1. Lem Kambing

 Bentuk : Kental dan berbau nyengat

 Warna : Kuning keemasan.

 Penggunaan : Dengan cara dihirup.

 Efek : Hilang ingatan, tidak dapat berfikir, mudah berdarah dan memar,

kerusakan system saraf, kerusakan hati dan ginjal, sakit maag, sakit pada

waktu buang air kecil, kejang-kejang otot, batuk-batuk, dapat

mengakibatkan kematian mendadak seperti tercekik.

(29)

2. Alkohol

Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dengan cara fermentasi.

 Bentuk : Cair.

Warna : warna alkohol itu sendiri putih, namun jika dicampur dengan minuman lain warnanya jadi beragam.

 Penggunaan : Diminum.

 Efek : Menyebabkan depresi, jika dicampur dengan obat lain maka sipeminum bisa kejang-kejang tidak sadarkan diri dan pingsan, menyebabkan oedema otak (pembengkakan dan menggumpalnya darah diotak), peradangan di lambung, melemahkan jantung dan hati semakin keras.

3. Tembakau atau Rokok

Zat yang berhungan luas dengan tembakau biasanya rokok.

 Bentuk : Serpihan tembakau.

 Warna : Warna tembakau coklat.

 Penggunaan : Dihisap.

 Efek : Menyumbat saluran-saluran darah dari manapun ke jantung, menimbulkan penyakit kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.

4. Obat Penenang.

 Bentuk : Tablet, Kapsul, dan Serbuk.

 Warna : Beragam.

 Penggunaan : Ditelan dengan bantuan air.

 Efek : Memperlambat respon fisik dan mental, mudah emosi, menimbulkan perasaan cemas, sensitive dan marah, gejala putus zat menimbulkan halusinasi buruk dan bingung.

2.1.3 Dampak Penyalahgunaan NAPZA A. Bagi diri sendiri

1. Terganggunya fungsi otak

2. Intoksikasi atau keracunan

(30)

4. Gejala putus zat 5. Berulang kali kambuh

6. Gangguan perilaku atau mental sosial 7. Gangguan kesehatan

8. Kendornya nilai-nilai agama, sosial dan budaya B. Bagi Keluarga

1. Keharmonisan keluarga terganggu 2. Harta benda habis terjual

C. Bagi Masyarakat, Bangsa, dan Negara 1. Rusaknya generasi penerus bangsa

2. Semakin maraknya kejahatan di masyarakat 3. Rusaknya moral masyarakat

2.1.4 Bahaya Penyalahgunaan NAPZA

Zat psikotropika dapat menimbulkan bahaya ketergantungan (adiksi). Jenis candu menurut Martono & Joewana (2008), antara lain menekan fungsi jantung dan pernafasan, kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan dan bahkan kematian. Sedangkan jenis koka, antara lain menyebabkan bertambah aktifnya kerja mental, berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, dan ketergantungan.

Menurutnya dapat memberikan peningkatan yang luar biasa, merasa sehat secara berlebihan, meningkatkan keberanian, rasa percaya diri bertambah, menghilangkan rasa malu dan canggung, meningkatkan gairah, ketakutan yang berlebihan (paranoid), halusinasi dan rasa melayang. Secara fisik dapat terjadi keadaan sebagai berikut: ketergantungan, meningkatnya denyut jantung, naiknya suhu badan, penglihatan kabur, berkeringat, perilaku tidak wajar.

Penyalahgunaan NAPZA juga dapat menghilangkan pengendalian diri

sehingga dapat membuat seseorang lepas kontrol, menjadi hyperaktif, dan

meningkatnya aktifitas seksual. Disamping itu seseorang juga bisa menjadi lebih

berani dan agresif, perilaku berubah, banyak bicara, tidak dapat menyembunyikan

rahasia hati, emosi menjadi lebih labil dan control diri hilang, terjadi gangguan

daya ingat, dan rasa percaya diri berlebihan.

(31)

2.1.5 Penanggulangan Masalah NAPZA

Penanggulangan masalah NAPZA dimulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pemulihan (rehabilitasi).

1. Pencegahan

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara:

a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.

b. Deteksi dini perubahan perilaku.

c. Menolak tegas untuk mencoba NAPZA.

2. Pengobatan

Terapi pengobatan pada korban penyalahgunaan NAPZA misalnya dengan cara detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Detoksifikasi Tanpa Substitusi

Para korban penyalahgunaan NAPZA yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat (sakaw) tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putusn zat tersebut. Korban penyalahgunaan NAPZA dibiarkan sampai gejala putus zat tersebut terhenti sendiri.

b. Detoksifikasi Dengan Subsitusi

Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simpomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.

3. Pemulihan (Rehabilitasi)

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu

melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan religi agar pengguna

NAPZA yang menderita ketergantungan dapat mencapai kemampuan

fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemuliahan dan pengembangan

pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Sarana rehabilitasi yang

(32)

2.2 Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre 2.2.1 Metode Pemulihan

Metode pemulihan yang dilakukan Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre antara lain terapi spiritual, tradisional, medis, terpi fisik dan kelompok pemulihan (sesama pecandu membantu pemulihan).

1. Terapi Spiritual

Residen dibimbing mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama yang dianutnya. Seperti kegiatan shalat, zikir, dan pengajian bagi yang beragama Islam. Mengikuti kebaktian setiap minggu bagi yang Kristiani begitu juga dengan yang beragama lain.

2. Terapi Tradisional

Ada 3 jenis terapi tradisional yaitu oukup, pijat, dan jamu. Oukup untuk mengeluarkan racun narkoba dari pori-pori badannya. Pijat untuk mengendurkan dan melancarkan peredaran darah, dan menyehatkan tubuh.

Jamu untuk mencuci perut, pengeluarkan racun, menetralisir saraf, dan menstabilkan fungsi tubuh. Ketiga jenis terapi tradisional ini dilakukan oleh 2 tenaga terlatih dibidangnya masing- masing. Terapi tradisional yang dilakukan di luar panti dengan mandi belerang kemudian menyiramkan air belerang ditambah garam kekepala residen untuk melancarkan aliran darah dikepala.

3. Terapi Medis

Residen memperoleh pengobatan dan perawatan medis untuk penyakit- penyakit dari pengaruh penyalahgunaan NAPZA. Pengobatan ini bertujuan untuk memulihkan kesehatan fisik residen. Secara terjadwal residen diperiksa dokter dan perawat. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setiap 2 kali seminggu. Ada juga perawat yang tetap berjaga dan tinggal dipanti tersebut guna memantau kesehatan residen setiap saat.

4. Terapi Fisik

Selain terapi medis dan tradisional, residen juga mendapat terapi fisik seperti: olah raga, senam, dan cross country (jalan listas alam).

(33)

5. Terapi Kelompok Pemulihan

Metode ini merupakan sebuah “keluarga” terdiri atas orang-orang mempunyai masalah yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu menolong diri sendiri dan sesama yang oleh seseorang dari mereka, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari yang negative kea rah tingkah laku yang positif.

Bentuk dukungan ini berupa komunikasi antar pribadi dan komunikasi diantara mereka dengan cara pengungkapan diri secara terbuka bahwa mereka mempunyai masalah, diskusi, sharing (curhat), konseling, dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas dan masalah.

2.2.2 Residen

Residen adalah sebutan bagi mereka yang sedang menjalani atau mengikuti program rehabilitasi (Martono.L & Joewana. S .2008). Banyak residen setiap tahunnya yang mengikuti program rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al KAmal Sibolangit Centre yang datang dari berbagai daerah seperti Sumatera, Batam, Jawa, bahkan Malaysia. Tingkat usia mereka juga berbeda-beda mulai dari yang termuda usia 14 tahun sampai yang paling tua berusia 46 tahun.

2.2.3 Aktifitas Residen di Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

Selama menjalani proses pemulihan residen melaksanakan aktifitas yang telah ditetapkan oleh panti. Kegiatan residen dipanti ini dimulai sejak pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB setiap harinya. Dimulai pada pagi hari residen menjalankan ibadah sesuai kepercayaan dan agama masing- masing, mandi pagi, kemudian morning meeting, dan dilanjutkan dengan aktifitas membersihkan kamar dan dilingkungan sekitar panti rehabilitasi. Lalu mereka sarapan pagi dan meminum obat-obatan tradisional (jamu) yang telah diramu untuk mengembalikan kesehatan jasmani mereka.

Kemudian mereka bekerja sesuai dengan berbagai kegiatan sesuai dengan

tugas masing- masing yang telah diberikan oleh manager panti rehabilitasi seperti

(34)

telah selesai mengerjakan pekerjaannya, merekadiberikan 1 batang rokok sebagai ucapan terima kasih dan penghargaan mereka telah menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Tidak semua residen yang menjalani tugas seperti ini, hanya residen yang sudah menjalani rehabilitasi 3 bulan keatas saja. Setelah itu mereka kemudian makan siang dan bersiap-siap untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaan dan agama masing- masing.

Setelah ibadah, residen istirahat dikamar masing- masing sampai pukul 15.00 WIB. Dilanjutkan mandi dan melaksanakan ibadah shalat ashar bagi yang muslim, dilanjutkan pemberian ceramah keagamaan dari ahli agama. Selain itu diberikan juga nasihat dan motivasi agar mereka mau bertaubat dan tidak mengulangi perbuatannya lagi setelah keluar dari panti rehabilitasi tersebut.

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan residen ialah berolahraga setiap sore seperti sepak bola, badminton,voli, dan basket. Dan dilanjutkan dengan kegiatan peer support (dukungan teman) dalam proses pemulihan. Aktifitas residen setelahnya mandi sore dan menjalankan shalat magrib bagi yang muslim. Makan malam, dan kegiatan belajar, konseling dengan konselor, serta menonton film bersama di aula.

Selanjutnya tidur malam.

2.2.4 Aktifitas Residen di Luar Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

Selain kegiatan yang dilakukan didalam panti rehabilitasi, residen rehabilitasi juga mempunyai kegiatan diluar panti. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1. Cross Country (Lintas Alam)

Kegiatan ini dilakukan untuk pemulihan fisik, mereka berjalan melintasihutan dan sungai-sungai di daerah Sibolangit agar fisiknya kuat dan bisa menikmati segarnya udara dan pemandangan alamnya. Kegiatan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali.

2. Mandi Air Belerang

Mandi air belerang hangat dimaksudkan untuk pemulihan fisik dan

menjaga kesehatan residen. Kegiatan ini dilakukan 2 minggu sekali.

(35)

3. Wisata Alam

Kegiatan ini dilakukan 1 tahun sekali. Residen diajak untuk berlibur ketempat-tempat wisata untuk menikmati keindahan alam.

4. Mengikuti Penyuluhan, Seminar, dan Diklat tentang NAPZA

Residen di pusat rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre ini diikut sertakan untuk kegiatan-kegiatan pencegahan atau penanggulangan NAPZA yang dilaksanakan oleh instansi atau lembaga- lembaga tertentu di luar panti dengan tujuan agar mereka memahami dan menyadari betapa bahayanya NAPZA sehingga mereka tidak kembali lagi untuk menyalahgunakannya.

2.3 Data

Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikangambaran tentang sesuatu keadaan. Informasi yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf, atau bilangan.

Data digunakan untuk menyediakan informasi bagi suatu penelitian, pengukuran kinerja, dasar pembuatan keputusan dan menjawab rasa ingin tahu. Jenis-jenis data berdasarkan cara memperolehnya yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Biasanya data primer, peneliti melakukan observasi sendiri baik di lapangan ataupun laboratorium.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih la njut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto, dkk, 2001).

2.4 Skala Pengukuran

Teknik pengukuran data yang digunakan adalah attitude scales, yaitu suatu

kumpulan alat pengukuran yang mengukur tanggapan individu terhadap suatu

(36)

Skala pengukuran dari data yang diperoleh adalah berupa skala ordinal dengan menggunakan skala Likerd , dengan bobot nilai 5, 4, 3, 2, 1. Berdasarkan skala pengukurannya data dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

1. Skala Nominal, misalnya: jenis kelamin, agama dan sebagainya. Sering juga data nominal diberi symbol bilangan saja. Contohnya, laki- laki diberi nilai 1 dan perempuan diberi nilai 2.

2. Skala ordinal data yang diukur menggunakan ordinal selain mempunyai ciri nominal, mempunyai ciri berbentuk peringkat atau jenjang. Contohnya, tingkat pendidikan nilai ujian (dalam huruf).

3. Skala interval data yang diukur menggunakan skala interval selain mempunyai ciri nominal dan ordinal, juga mempunyai ciri interval yang sama.

4. Skala Rasio ini selain mempunyai ketiga ciri dan skala pengukuran diatas, juga mempunyai nilai nol yang bersifat mutlak. Contohnya, umur, berat sesuatu, pendapatan, dan sebagainya.

2.5 Populasi, Sampel, Dan Sampling A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh residen binaan Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre ya ng telah menjalani program rehabilitasi selama 3 bulan ke atas yang berjumlah 37 residen.

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil (Arikunto, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah semua residen binaan Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre yang telah menjalani program rehabilitasi selama 3 bulan ke atas, yaitu berjumlah 37 residen.

C. Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel

yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Sugiyono,

2005). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

(37)

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2005). Alasan mengambil total sampling menurut Sugiyono (2005) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampling pada penelitian ini samadengan jumlah populasinya, yaitu 37 residen.

2.6 Angket Atau Kuesioner Kuesioner adalah

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likerd. Untuk setiap pernyataan terdiri atas 5 (lima) alternatif jawaban dengan skor sebagai berikut:

f. SS (Sangat Setuju) diberi skor 5 (lima) g. S (Setuju) diberi skor 4 (empat) h. CS (Cukup Setuju) diberi skor 3 (tiga) i. TS (Tidak Setuju) diberi skor 2 (dua) j. STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1 (satu) 2.7 Analisis Data

2.7.1 Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah, mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002). Fungsi uji validitas untuk mengukur kelayakan suatu pernyataan, jika tidak layak berarti pernyataan tersebut sudah diwakili oleh pernyataan lain. Seperti pernyataan Faktor Pendidikan ( ) tidak layak atau tidak valid karena sudah diwakilkan oleh pernyataan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal ( ). Uji Validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) + Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel x dan y

= Jumlah subyek atau banyaknya anggota sampel

y = Skor total

(38)

Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung untuk seluruh pernyataan lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 0.05 ( = 5%) (Sugiyono, 2005).

Validitas terbagi atas 4 macam, yaitu:

1. Validitas Isi (Content Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.

Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur bagaimana persepsi konsumen terhadap suatu produk.

2. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.

3. Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)

Validitas ini lebih umumdikenal dengan validitas empiris. Sebua h tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.

Misalnya, seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum.

4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang, sehingga sekarang ini belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

2.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen

tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila data yang memang benar sesuai

dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama (Arikunto,

2002). Fungsi uji reliabilitas merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus Cronbach Alpha :

(39)

[

( ) ] [ ∑

] Keterangan :

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

∑ = Jumlah varians pernyataan = Varians total

Keputusan uji adalah bila r alpha positif maupun negatif dan r alpha lebih besar dari r tabel, maka variabel tersebut reliabel. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya bebeda dalam rentang 0 sampai dengan 1.

Semakin mendekati angka 1 reliabilitasnya semakin tinggi. Sebaliknya jika semakin mendekati angka 0 maka reliabilitasnya semakin rendah (Sugiyono, 2005). Adapun teknik perhitungan reliabel ada beberapa cara, yaitu:

a. Teknik Pengukuran Ulang (Testre Test)

Teknik ini meminta kepada responden yang sama untuk menjawab pertanyaan dalam alat pengukuran sebanyak dua kali. Cara perhitungannya adalah dengan mengkorelasikan jawaban pada wawancara pertama dengan jawaban pada wawancara kedua.

b. Teknik Belah Dua

Untuk menggunakan teknik belah dua sebagai cara menghitung reliabilitas alat pengukur, maka alat pengukur yang disusun harus memiliki cukup banyak item pertanyaan yang mengukur aspek yang sama.

c. Teknik Bentuk Paralel

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alat pengukur yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat ukur tersebut diberikan pada responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing- masing jenis.

d. Internal Consistency Reliability

Internal consistency reliability berisi tentang sejauh mana item- item

instrument bersifat homogeny dan mencerminkan konstruk yang sama

sesuai dengan yang melandasinya. Suatu variabel dikatakan reliabel jika

(40)

memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 atau nilai cronbach alpha > 0,80 (Kuncoro, 2003).

2.8 Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Proses transformasi merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah data ordinal menjadi data interval misalnya analisis faktor dimana variabel bebasnya harus berskala interval. Data ordinal yang ditransformasikan menjadi data interval adalah data penelitian yang diperoleh menggunakan instrument berupa angket atau kuesioner yang memiliki jawaban berupa skala likert. Cara melakukan proses transformasi data ordinal menjadi data interval menggunakan MSI (Method of Successive Interval). Adapun langkahnya sebagai berikut:

1. Mencari F (Frekuensi) jawaban responden.

2. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

3. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi berurutan perkolom skor.

4. Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi dengan menggunakan tabel distribusi normal.

5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel densitas.

6. Menentukan SV (Scale Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

SV = interval rata-rata

Density at lower limit = kepadatan batas bawah

Desity at upper limit = kepadatan batas atas

Area below upper limit = daerah diatas batas bawah

Area below lower limit = daerah dibawah batas bawah

(41)

7. Menentukan nilai transformasi dengan rumus:

|

|

Keterangan:

Y = Nilai Hasil Penskalaan Akhir SV = Nilai Skala

|

| = Nilai Skala Minimun

2.9 Analisis Faktor

Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel yang baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable).

Dalam analisis faktor tidak ada variabel dependen dan independen, proses analisis faktor sendiri mencoba menemukan hubungan ( interrelationship) antara sejumlah variabel yang saling dependen dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah awal.

Analisis faktor digunakan di dalam situasi sebagai berikut:

1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions) atau faktor yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

2. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariat selanjutnya.

3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat selanjutnya.

Jika variabel- variabel dibakukan (standardized), model analisis faktor bisa

ditulis sebagai berikut:

(42)

Keterangan :

= Variabel ke-i yang dibakukan (rata-ratanya nol, standar deviasinya satu).

= Koefisien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada common factor ke-j.

= common factor ke-j.

= Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke-i pada faktor yang unik ke-i (unique factor).

= Faktor unik variabel ke-i.

m = Banyaknya common factor.

i = 1,2,3,...,n j = 1,2,3,...,m

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian lapangan.

Keterangan:

i = 1,2,3,...,p p = Banyak variabel.

= Perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya W

i

).

= Timbangan/bobot atau koefisien nilai faktor ke-i.

= Variabel ke yang sudah dibakukan (standardized).

2.10 Langkah-langkah Analisis Faktor 2.10.1 Tabulasi Data

Data yang telah diperoleh dari penyusunan serta penyebaran kuesioner di tempat

yang telah ditentukan, kemudian data-data ini dikumpulkan serta ditabulasikan

pada kolom-kolom agar mempermudah untuk dikonversi pada software yang akan

digunakan.

(43)

2.10.2 Pembentukan Matriks Korelasi

Matriks korelasi merupakan matriks yang memuat koefisien korelasi dari semua koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini. Matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variable penelitian.

Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analisis faktor.

Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan, yaitu:

1. Pembentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, Barlett Test of Sphericity yaitu suatu uji statistic yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalampopulasi.

Dengan kata lain, matriks korelasi populasi merupakan matriks identitas (identity matrix), setiap variabel berkorelasi dengan dirinya sendiri secara sempurna dengan (r =1) akan tetapi samasekali tidak berkorelasi dengan lainnya (r =0).

Statistik uji Bartlett’s adalah:

[( ) ( )

] | |

Dengan derajat kebebasan (degree of freedom)

( )

Keterangan:

N = Jumlah Observasi p = Jumlah Variabel

| | = Determinan Matriks Korelasi

2. Penentuan Keiser-Meyesr-Okliti (KMO) Measure of Sampling Adequacy, yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya.

Gambar

Tabel 3.1 Contoh  Perhitungan  Korelasi  Product Moment   Nomor
Tabel 3.2 Uji  Validitas  1
Tabel  3.3 menunjukkan  hasil  uji  validitas  2 (kedua).
Tabel 3.4 Hasil Cronbach  Alpha  Reliability  Test
+7

Referensi

Dokumen terkait

sehingga prakiraan dampak harus dilakukan pada seluruh komponen ekosistem yang terkena dampak penting, sebagai landasan untuk menilai totalitas dampak proyek terhadap fungsi

[r]

Adapun persyaratan untuk mengajukan beasiswa Magister (S2) di Masdar Institute of Science and.. Technolog,, (MIST) adalah sebagai berikut

Rehabilitasi 4 Ruang Kelas MTsN Gresik berkesimpulan bahwa Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk pekerjaan tersebut di atas telah memenuhi syarat, dan

Nama Penyedia barang/Jasa Harga Penawaran Harga Terkoreksi Keterangan.

[r]

Peristiwa yang pernah kita alami disebut juga.. Masa kecil kita dapat

Fokus penelitian ini yaitu penulis melihat faktor pembentuk perilaku kesehatan pada masyarakat Dukuh Deliksari, penulis juga membahas food habit dan faktor-faktor