• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah. Secara harfiah, istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan antara masa anak menuju masa dewasa (rentang usia 11 sampai 21 tahun).

Hall (Santrock, 2003) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan. Hall juga berpendapat bahwa masa remaja ialah masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati. Pandangan ini disebut dengan pandangan badai dan tekanan (strom and stress).

Kemunculan strom and stress tersebut disebabkan oleh adanya ketidakstabilan emosi pada diri remaja. Tututan orang tua dan masyarakat memunculkan ketidakstabilan emosi tersebut yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinya yang baru. Hal ini

(2)

hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1993) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Ketika bertambahnya ketegangan emosional pada remaja, remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan lingkungan sosial yang berlainan dengan keinginan pribadinya.

Seorang remaja akan dihadapkan pada berbagai situasi dan peran baik di lingkungan sekolah, dalam bersosialisasi dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial yang menuntut remaja untuk menyesuaikan diri agar sesuai dengan lingkungannya. Untuk membantu memperoleh dan membentuk sikap serta keyakinan dalam menjalankan tugas dan perannya, remaja tidak hanya bisa mendapatkannya dari lingkungan keluarga dan masyarakat saja. Lingkungan sosial lain dimana remaja bisa memperoleh sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan tersebut adalah melalui pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan miniatur dari sistem sosial lain dimana remaja bisa belajar bermasyarakat.

Saat ini, dapat dikatakan bahwa seorang pelajar akan menghabiskan banyak waktu di sekolah. Kegiatan sekolah dapat menghabiskan waktu remaja yang cukup besar dan merupakan sumber stres bagi kebanyakan siswa. Ketika siswa merasa stres di sekolah dan tidak mampu mengelolanya dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi prestasinya di sekolah.

(3)

Pengetahuan yang diperoleh oleh remaja di sekolah dapat dilihat dari prestasi akademik mereka melalui evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru. Menurut Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Perubahan-perubahan positif yang terjaddi pada diri siswa mennjukkan adanya hasil belajar. Akan tetapi, hasil belajar setiap siswa akan berbeda-beda yang tercantum dalam raport.

Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau hasil belajar siswa selama satu semester (Suryabrata, 2007). Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa disajikan dalam bentuk skala penilaian. Skala penilaian ini dapat menggunakan angka-angka atau huruf-huruf yang merupakan lambang kuantitatif. Dengan demikian angka-angka yang tercantum di dalam raport masing-masing siswa menunjukkan prestasi akademik yang berhasil dicapainya (Winkel, 1991).

Dalam perannya sebagai siswa remaja mengalami banyak permasalahan yang kompleks baik di sekolah maupun pada lingkungan sosialnya. Masalah-masalah tersebut dapat menempatkan remaja pada situasi yang disebut stres. Menurut Sarafino (Arieskawati, 2013) stres merupakan kondisi yang disebabkan ketika perbedaan seseorang atau lingkungan yang berhubungan dengan individu, yaitu antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut. Pada masa remaja

(4)

tingkat stress meningkat karena remaja harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya serta mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam hidupnya.

Banyak faktor yang bisa menjadi sumber stres siswa dalam menjalankan perannya sebagai manusia. Salah satunya adalah tuntutan menemukan jati diri yaitu remaja mulai menyadari kemampuannya, menyadari kelebihan dan kekukarangannya sendiri, mulai dapat menempatkan diri ditengah masyarakat dengan menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Beberapa remaja mengalami situasi atau kondisi yang menimbulkan stres (stressor). Secara alami mereka akan berusaha untuk mengatasinya dengan menggunakan sejumlah perilaku yang disebut sebagai strategi coping (Cooper & Davidson, 1991). Coping didefinisikan sebagai usaha sadar atau cara yang rasional untuk mengatasi kegelisahan dalam hidup, biasanya sering dimasukkan dalam dua kategori strategi aktif (mendekati) dan pasif (penghindaran) (Bardwel, et. al, 2001). Sedangkan Lazarus dan Folkman (1986) mengatakan bahwa coping merupakan upaya-upaya untuk mengubah pikiran dan sikap dalam mengelola (mengurangi, menguasai, meminimalkan, atau mentolerir) tuntutan-tuntutan lingkungan individu baik eksternal maupun internal yang dinilai sebagai beban atau yang melampaui sumber daya manusia.

(5)

Selain itu, strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping yang efektif akan berpengaruh tidak hanya pada kesehatan fisik mereka secara langsung, tetapi juga pada implikasi jangka panjang pada kesehatan psikologis dan fisiologis mereka di masa depan (Penny dalam Arieskawati, 2013).

Setiap individu memiliki pemilihan strategi coping yang berbeda-beda tergantung pada permasalahan yang meraka hadapi dan bagaimana situasi yang mempengaruhi stressor tersebut. Dengan dibantu dengan faktor kecerdasan emosi, siswa dapat menetukan kencederungan penggunaan strategi coping yang sesuai dalam pemecahan masalah. Strategi coping yang dapat dipilih, antara lain strategi problem focused coping dan strategi emotional focused coping.

Strategi problem focused coping digunakan untuk mengurangi stressor atau mengatasi stres dengan cara mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi yang mendatangkan stres. Metode ini lebih sering digunakan oleh orang dewasa.

Sedangkan strategi emosional focused coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu,

(6)

seperti penggunaan alkohol, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang penuh dengan stres, maka individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Strategi Coping dengan Prestasi Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Terdapat siswa terlihat murung.

2. Terdapat siswa yang mendapatkan penurunan prestasi. 3. Beberapa siswa menghindari tugas sekolah.

4. Beberapa siswa membolos sebagai bentuk penghindaran. 5. Ada siswa memilih untuk tidak memikirkan masalahnya

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikaasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.

(7)

D. Rumusan Malasah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah prestasi akademik siswa yang rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa.

2. Kegunaan Penelitian

2.1 Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangn ilmu bimbingan dan konseling pada umumnya dan ilmu kemasyarakatan pada khususnya.

2.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru bimbingan dan konseling, kepala sekolah, dan siswa untuk mengetahui hal-hal yang berkkaitan dengan kecenderungan penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik.

(8)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Objek penelitian

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik.

2. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono, Tahun Pelajaran 2014/2015.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Posisi remaja yang berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Dapat diartikan bahwa remaja masih belum mampu menguasai fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja berada dalam suatu masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dengan kata lain remaja memperlihatkan benih sifat-sifat orang dewasa dan secara konsisten tidak lagi memperlihatkan sifat-sifat yang dimiliki oleh anak-anak. Perkembangan fisik dan mentalnya membawa

(9)

kemampuan-kemampuan baru untuk menemukan dimensi-dimensi baru dalam hidupnya (Smet, 1994).

Kadang kala, suatu situasi dirasakan begitu berat bagi remaja sehingga mereka merasa tidak lagi bias menanganinya. Berbagai stimulus bukan hanya menjadi beban yang berat bagi remaja, namun juga bias menjadi sumber konflik bagi kehidupannya. Dunia remaja penuh dengan frustrasi yang menumpuk sehingga membuat kehidupan mereka dipenuhi dengan stres. Frustrasi adalah situasi apapun dimana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Santrock, 2003).

Siswa yang mampu menangani masalahnya dengan baik mereka memiliki tingkat kebahagian yang tinggi, mampu memaknai kejadian dalam hidupnya sebagai media untuk belajar sebelum berkembang pada tahapan perkembangan selanjutnya, serta mampu menjadi individu yang bebas tanpa tekanan. Namun, pada kenyataannya terdapat siswa yang belum mampu beradaptasi dengan baik pada masalah-masalah yang mereka hadapi. Kadang kala mereka merasa situasi tersebut sangan berat dan sulit untuk tangani yang menyebabkan mereka depresi. Tidak sedikit dari mereka menggunaan alkohol dan obat-obat terlarang secara berlebih sebagai bentuk pelarian dari masalah yang mereka hadapi.

Masalah tersebut harus mendapatkan perhatian serta penanganan yang serius dari para pendidik terutama guru bimbingan dan konseling. Guru BK

(10)

diharapkan mampu mengembangkan strategi coping efektif bagi siswa, sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh mereka. Agar siswa mampu untuk mengelola dan menguasai masalah yang sedang mereka hadapi dengan baik supaya tidak berdampak buruk bagi prestasinya.

Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatka perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan, menurut Azwar (2002) prestasi akademik adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program pendidikannya.

Ragam masalah yang dihadapi oleh siswa semakin kompleks baik itu yang berhubungan dengan pribadi, sosial, belajar maupun masalah karir. Apabila masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh siswa, maka akan timbul rasa ketidaknyamanan, kecemasan, stress, dan sebagainya sehingga akan mempengaruhi prestasi akademik dan tugas perkembangan mereka. Dalam situasi ini dibutuhkan ketrampilan atau strategi yang mampu untuk menguasai dan mengelola stressor-stressor yang ditimbulkan oleh permasalahan mereka. Salah satunya adalah ketrampilan coping yang benar untuk mengatasi situasi tersebut.

Coping merupakan upaya-upaya untuk mengubah pikiran dan tingkah laku dalam mengelola (mengurangi, meminimalkan, mengiasai, atau mentolerir) tuntutan-tuntutan lingkungan individu baik eksternal maupun internal yang

(11)

dinilai sebagai beban atau yang melampaui sumber daya manusia (Lazarus., et. al, 1986). Kemampuan coping tiap individu berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi individu, kepribadian, sosial-kognitif, hubungan dengan lingkungan sosial, serta strategi coping.

Ada dua macam jenis coping yang sering digunakan untuk mengatasi stress yakni problem-focused coping dan emotional-focus coping. Kedua jenis coping ini efektif jika digunakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Jadi, penggunaan strategi coping menjadi salah satu faktor dalam penentu prestasi akademik siswa. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Penggunaan Strategi

(12)

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa.

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi coping dengan prestasi akademik siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun tidak berbeda sangat signifikan tetapi dapat dibuktikan bahwa dengan diberikan pendidikan higiene perorangan kesembuhan skabies menjadi lebih bermakna, atau

materil dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi dalam hal yang dipermasahkan adalah materi perjanjian internasional, sehingga jika ada materi perjanjian internasional yang

Rangkaian ini menggunakan kelpad dengan keyboard 3 x 4 untuk menginm sepasang nada dengan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah, kemudian disandikan dengan DTMF Encoder

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diurai- kan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Fikih

Jerami padi mengandung kadar selulosa yang tinggi maka dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp yang sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu kondisi operasi pada proses

Kebayan Limbung (298 Ha) akan melakukan p embuktian kualifikasi terhadap Semua Penyedia Jasa yang telah memasukan dokumen kualifikasi, maka bersama ini

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah giro wadiah, deposito mudharabah dan tabungan mudharabah yang merupakan dana pihak ketiga pada