• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MODAL SOSIAL MASYARAT NELAYAN MENGATASI KEMISKINAN ( STUDI DI DESA NELAYAN BAGAN DELI LINGKUNGAN 15, KELURAHAN MEDAN BELAWAN ) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN MODAL SOSIAL MASYARAT NELAYAN MENGATASI KEMISKINAN ( STUDI DI DESA NELAYAN BAGAN DELI LINGKUNGAN 15, KELURAHAN MEDAN BELAWAN ) SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MODAL SOSIAL MASYARAT NELAYAN MENGATASI KEMISKINAN ( STUDI DI DESA NELAYAN BAGAN DELI LINGKUNGAN 15, KELURAHAN

MEDAN BELAWAN )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Sosiologi Sosial

Oleh :

ELISABETH MARTAHAN A. SIMARMATA NIM. 140901050

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Elisabeth Martahan A. Simarmata

NIM : 140901050

Departemen : Sosiologi

Judul : Peran Modal Sosial Masyarakat Nelayan Mengatasi Kemiskinan (Studi Di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15Kelurahan Medan Belawan )

Dosen Pembimbing , Ketua Program Studin

( Dr. Hadriana Marhaeni Munthe, M. Si ) (Dr.Harmona Daulay, M. Si)

NIP. 196305261990032001 NIP. 196907111994032002

Dekan

( Dr.MuryantoAmin,S.Sos, M.Si )

NIP.197409302005011002

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang peran modal sosial pada kelompok masyarakat nelayan yang ada di Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan. Penelitian ini dilakukan di desa Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan, pada masyarakat nelayan yang menganut sistem modal sosial dalam kesehariannya. Sistem modal sosial dijadikan sebagai alat masyarakat nelayan dalam bertahan hidup.

Penelitian menggunakan teori modal sosial yang mengemukakan peran modal sosial sangat erat pada masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran modal sosial dalam mengatasi kemiskinan masyarakat nelayan di desa Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan. Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Penentuan informan dengan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan topik penelitian. Informan dalam penelitian ini dengan jumlah 10 orang yang terdiri dari masyarakat nelayan Bagan Deli maupun toke (pengempul ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa studi modal sosial berperan aktif dalam penyelesaian masalah, keberlangsungan hidup dan adaptasi dalam kelompok masyarakat nelayan di desa Bagan Deli Belawan. Keberlangsungan adaptasi diliihat dari keberagaman masyarakat Bagan Deli atas 5 suku ( Batak Mandailing, Batak Karo, Jawa, Padang dan Melayu ) yang bergabung menjadi satu kesatuan masyarakat yang erat tanpa ada perbedaan. Kerjasama dalam membantu sesama nelayan yang mengalami kesulitan ekonomi, menjadi tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan. Rasa percayaan, nilai dan norma yang berlaku menjadi pegangan masyarakat nelayan dalam keseharian. Modal sosial yang dilakukan masyarakat nelayan di desa Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan, membentuk kesatuan baru dengan adanya organisasi masyarakat nelayan yang dibentuk dengan kesepakatan bersama memiliki tujuan sama untuk mensejahterakan masyarakat nelayan satu sama lain.

Kata kunci : Modal Sosial, Masyarakat Nelayan, Kemiskinan

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur puji Tuhan, penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas segala limpahan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan peulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Peran Modal Sosial Masyarakat Nelayan Mengatasi Kemiskinan (Studi di Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan bagaimana modal social memiliki peranan dalam mengatasi kemiskinan masyarakat nelayan di desa Bagan Deli Lingkungan 15 Kelurahan Medan Belawan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penghargaan yang tinggi diucapkan kepada kedua orang tua tercinta yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Akhirnya persembahan yang dapat penulis berikan sebagai tanda ucapan Terima Kasih dan tanda bakti penulis.

Dalam penulisan ini menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan Terima Kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesain skripsi ini kepada :

1. Bapak Dr.Muryanto Amin,S.Sos,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dr. Harmona Daulay, S.Sos, M.Si , selaku ketua Departemen Sosiologi Universitas Sumatera Uatara.

3. Rasa hormat dan terima kasih yang idak dapat penilis ucapkan dengan kata- kata kepada Ibu Dr.H.Marheni Munthe, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide, dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dosen penguji seminar proposal dan seminar hasil yangselal memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Lina Sundarwati M.Si , selaku dosen

penasehat akademik saya yang membantu dalam pemilihan judul skripsi

dan yang telah membantu saya dari awal perkulihan hingga sekarang.

(5)

6. Ucapan terima kasih kepada segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Kak Ernita, Kak Rina,Bang Abel yang cukup banyak membantu dalam perkulihan penulis dan bantuan pada administrasi.

7. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat baik penulis yang selalu mengerti dan menerima segala keluhan penulis selama proses skripsi berlangsung , selalu ada di dalam suka dan duka yang sangat penulis sayangi terkhusus untuk (Mesra Manullang , Murti Safitri, Nur Maryam, Rina Lestari dan Suci, )selama 4 tahun bersama dan mau menerima penulis apa adanya. Dan juga terima kasih untuk teman yang sempat menemani penulis selama masa perkulihanan (Agusutiwi, Dina Onisa, Juniarta Sitindaon, Sri Mariyati, Sulastri Purba, Nia Widya Obet Sihite, Nivo Panjaitan, Lili Silaban,Cekwan Purba) terima kasih atas segala support, semangat, pesan moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bersyukur bisa mengenal kalian semua, terkhusus kepada ( Ira dan Wina) yang selalu memberi semangat, dan terimakasih kepada LATERAL yang selalu membimbing dan memberi saran selama penulisan skripsi.

8. Ucapan terima kasih atas selama proses skripsi berlangsung selalu menjadi tempat untuk diskusi, pemberi semangat paling depan dan sebagai seseorang yang slalu mengajarkan menyerah bukan jawaban untuk setiap masalah dan keadaan yang tidak kamu sukai yaitu Remaja Putra Barus.

9. Ucapan terima kasih kepada kawan-kawan Sosiologi angkatan 2014 yang solid. Terima kasih atas kebersamaan dan segala dukungan selama menuntut ilmu di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang menjadi teman seperjuangan selama menuntut ilmu.

10. Paling istimewa penulis ucapkan salam saya ng terhangat dan terima kasih bahkan terucap bangga penulis kepada kedua

orang tua (A.Simarmata dan R.Tampubolon)penulis atas segala curahan kasih saying tidak atas batasnya kepada penulis, selalu memberikan doa dan nasehat, mendidik dan mendukung moril saya serta mendukung materil kepada saya. Terima kasih kepada adik tersayang Esmeralda Oktaviani Simarmata dan Enderiko Simarmata atas segala dukungan dan semangat buat penulis, penulis menyayangi kalian.

11. Ucapan terima kasih kepada segenap informan yang telah banyak memberi

informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terutama

kepada Kepala Lingkungan 15 desa Bagan Deli telah mengizinkan saya

untuk melakukan penelitian, serta kepada masyarakat desa Bagan Deli

baik seluruh nelayan dan toke yang telah bersedia menjadi informan

penulis dalam penulisan skripsi.

(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, 9 Juli 2018 Penulis

Elisabeth Martahan A. Simarmata

NIM: 140901050

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ...

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Daftar Tabel ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Defenisi Konsep ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Teori Modal Sosial ... 11

2.2 Partisipasi Dalam Suatu Jaringan ( Interaksi Sosial) ... 12

2.3 Masyarakat Nelayan... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Jenis Penelitian... 18

3.2Lokasi Penelitian ... 18

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 19

3.4 Jenis Data ... 21

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.5.1 Wawancara ... 22

3.5.2 Observasi ... 22

3.5.3 Dokumentasi ... 23

3.6 Interpretasi Data ... 23

3.7 Jadwal Kegiatan ... 24

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATAPENELITIAN ... 25

(8)

4.1 Deskripsi Lokasi ... 25

4.1.1 Sejarah Desa ... 25

4.1.2 Kondisi Geografis Desa Bagan Deli ... 27

4.2 Visi dan Misa Desa Bagan Deli ... 31

4.2.1 Visi Desa ... 31

4.2.2 Misi Desa ... 31

4.3 Keadaan Demografis ... 32

4.4 Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan ... 34

4.5 Karakter Sosial Budaya Masyarakat Nelayan Bagan Deli ... 35

4.5.1 Faktor Nilai dan Norma Mayarakat ... 35

4.6 Sosial Budaya dan Kemasyarakatan ... 36

4.7 Profil Informan ... 39

4.8 Peran Modal Sosial Masyarakat Nelayan Bagan Deli ... 53

4.8.1 ... Kepe rcayaan ( Trust ) ... 54

4.8.2 ... Jarin gan Sosial . ... 57

4.8.3 ... Prana ta Sosial ... 59

4.9 Ekonomi Masyarakat Nelayan Bagan Deli ... 61

4.10 Hubungan Intraksi Masyarakat Nelayan ... 68

4.11 Modal Sosial dan Kaitannya dengan Kemiskinan ... 71

4.11.1 Mekanisme Pemeliharaan Modal Sosial dalam Masayrakat Nelayan di Desa Bagan Deli ... 79

4.12 Implikasi Modal Sosial Masyarakat Nelayan Bagan Deli ... 83

4.12.1 Modal Sosial Struktural ... 83

4.12.1 Modal Sosial Kognitif ... 84

BAB V PENUTUP ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 91

(9)

5.2.1 Saran Akademis ... 91

5.2.2. Saran Praktis ... 91

Daftar Pustaka ... 92

Lampiran I Dokumentasi Pelitian ... 95

Lampiran II Pedoman Wawancara ... 101

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Masyarakat Asli Bagan Deli dan Masyarakat Pendatang ...5

Tabel 2. Masyarakat Asli dan Masyarakat Pendatang Bagan Deli ...21

Tabel 3. Pola Tata Ruang Lahan Kelurahan Bagan Deli Bagan Deli ...29

Tabel 4. Pola Tata Ruang Lahan Lingkungan XV Bagan Deli ...31

Tabel 5. Klasifikasi Penduduk Lingkungan XV Berdasarkan Etnis ...33

Tabel 6. Klasifikasi Penduduk Menurut Agama ...34

Tabel 7. Penduduk Lingkungan XV Berdasarkan Pendidikan ...35

Tabel 8. Profil Informan ...39

Tabel 9. Sosial Budaya Masyarakat Nelayan Bagan Deli ...42

Tabel 10. Matriks Peranan Modal Sosial Masyarakat Nelayan Bagan Deli ...86

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pesisir adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya bergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya hasil alam. Masyarakat pesisir merupakan mereka yang tinggal garis pantai dan memiliki ketergantungan yang melekat pada alam. Pada dasarnya istilah masyarakat pesisir sering diidentikkan dengan penyebutan masyarakat nelayan, karena mayoritas dari pekerjaan masyarakat pesisir adalah nelayan.

Adapun pengertian dari nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan binatang atau tanaman air dengan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual (Kusnadi, 2006: 2).

Masyarakat pesisir juga diterjemahkan dengan ciri-ciri utama tidak

memproduksi barang ataupun jasa tertentu, namun biasanya sistem ekonomi yang

hirarki seperti ada juragan kapal, tengkulak, buruh, nelayan, tradisional (Soetandyo,

2005: 143). Keadaan dimana masyarakat nelayan memiliki hirarki ini yang menjadi

keberlangsungan masyarakat nelayan dalam memperoleh penghasilan. Masyarakat

nelayan pada umumnya mendapatkan penghasilan dari hasil tangkapan ikan setiap

nelayan berlayar. Dilihat dari pembagian kerja masyarakat nelayan memiliki

pembagian secara tidak langsung terjadi seperti nelayan (penangkap ikan), adanya

tengkulak (pengumpul ikan) dan lain-lain, selain mata pencarian yang secara tidak

langsung terbentuk masyarakat nelayan juga memiliki pola adaptasi yang cukup

baik keadaan saling kerja sama setiap harinya. Pola kerja sama pada nelayan

berdasarkan modal sosial. Modal sosial merupakan energi kolektif masyarakat guna

(12)

mengatasi problem bersama dan merupakan sumber motivasi untuk mencapai kemajuan ekonomi bagi masyarakat atau bangsa tersebut (Durkheim,1973).

Secara umum modal sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas. Hubungan sosial masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat secara bersama-sama. Unsur utama dan terpenting dari modal sosial adalah kepercayaan (trust). Trust dapat dipandang sebagai syarat keharusan dari terbentuk dan terbangunnya modal sosial yang kuat suatu masyarakat. Kepercayaan (trust) yang ada pada masyarakat nelayan, merupakan kekuatan hubungan sosial tercermin dari perilaku baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta membina hubungan dan kerja sama yang erat diantara individu dalam keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial dalam kehidupan bermasyarakat (Kushandajani, 2006). Kelompok yang terbentuk dimasyarakat

nelayan menjadi kekuatan yang terjalin antar sesama.

Kekuatan kelompok berperan aktif dalam mengatasi keadaan masyarakat nelayan bisa diamati dari keadaan ekonomi yang relatif rendah (miskin) pada masyarakat nelayan. Ekonomi yang rendah sejalan berkerja dengan altenatif penyelesaian, keadaan itu dilihat dengan berkerjanya modal sosial yang nyata dalam masyarakat nelayan. Kemiskinan sangat erat kaitan dengan masyarakat nelayan pada umumnya , hal itu diperkuat dengan kriteria miskin BAPPENAS 1 .

Masyaraat nelayan sering kali tergolong masyarakat miskin, hal tersebut didukung dengan kriteria miskin menurut BAPPENAS dapat dilihat dari;

1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(13)

(1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak;

(2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;

(3) kuranya kemampuan membaca dan menulis;

(4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup;

(5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi;

(6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah;

(7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.

Kriteria miskin menurut BAPPENAS tersebut terdapat pada masyarakat nelayan Bagan Deli, yaitu mayoritas masyarakat tidak tamat Sekolah Dasar (SD), penghasilan di bawah dari Rp. 600.000/ bulannya.

Kemiskinan terjadi pada nelayan berkapal kecil merupakan nelayan mayoritas di Bagan Deli. Namun terdapat beberapa nelayan memiliki kapal besar dan tengkulak yang tidak terjerat pada kemiskinan, keadaan masyarakat Bagan Deli yang mayoritas nelayan kapal kecil bukan menjadi perbedaan. Hubungan antara sesama nelayan berkapal kecil dan besar sangat baik, keadaan ini dilihat dari modal sosial ekonomi yang terjalin pada nelayan. Rasa percaya dan saling membantu memiliki keterkaitan dengan makna modal sosial mengacu pada kekuatan hubungan sosial dalam bermasyarakat, termasuk kehidupan individu dalam keluarga, maupun kelompok sosial.

Selain itu adapula indikator kemiskinan lain dilihat secara sosiologi indikator kemiskinan meliputi beberapa hal, antara lain :

1. Sikap dan pola pikir serta wawasan yang rendah, malas berpikir dan bekerja, 2. Kurang keterampilan,

3. Pola hidup konsumtif,

4. Sikap apatis/egois/pesimis,

(14)

5. Rendah diri,

6. Adanya gep antara kaya dan miskin, 7. Belenggu adat dan kebiasaan,

8. Adanya teknologi baru yang hanya menguntungkan kaum tertentu (kaya), 9. Adanya perusakan lingkungan hidup,

10. Pendidikan rendah,

11. Populasi penduduk yang tinggi,

12. Pemborosan dan kurang menghargai waktu, 13. Kurang motivasi mengembangkan prestasi, 14. Kurang kerjasama,

15. Pengangguran dan sempitnya lapangan kerja, 16. Kesadaran politik dan hukum,

17. Tidak dapat memanfaatkan SDA dan SDM setempat, dan 18. Kurangnya tenaga terampil bertumpun ke kota.

(Manurung, dalam Bulletin YDS, 1993:4)

Keadaan kemiskinan jika dilihat dari sosiologi kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau dasar. Mereka yang dikatakan berada garis kemiskinan apabila tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Istilah kemiskinan selalu melekat dan begitu popular dalam masyarakat berkembang. Istilah kemiskinan sangat mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk menentukan tergolong penduduk miskin. Untuk memberi pemahaman konseptual, akan dikemukan dua pengertian kemiskinan, yaitu:

1. Secara kualitatif, definisi kemiskinan adalah suatu kondisi yang didalamnya

hidup manusia tidak layak sebagai manusia, dan

(15)

2. Secara kuantitatif, kemiskinan adalah suatu keadaan dimana hidup manusia serba kekurangan, atau dengan bahasa yang tidak lazim “tidak berharta benda” (Mardimin, 1996:20)

Konsep miskin dari BAPPENAS dan secara sosiologi keadaan masyarakat Bagan Deli memenuhi sebagian besar indikator kemiskinan. Berdasarkan indikator kemiskinan yang terjadi pada masyarakat nelayan terdapat kekuatan kelompok sosial yang ekslusif/khusus. Kekuatan ekslusif adalah keadaan masyarakat Bagan Deli yang merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Masyarakat pendatang di Bagan Deli terdiri dari beberapa daerah seperti Pantai Cermin, Batu Bara, Tanjung Tiram dan Tebing Tinggi. Masyarakat yang datang dari beberapa daerah memiliki pola interaksi, kebudayaan, dan kebiasaan yang berbeda. Perbeda tersebut membaur menjadi suatu kesatuan dan tidak menjadi penghalang pada interaksi masyarakat Bagan Deli.

Adapun jumlah dari masyarakat pendatang yang ada di Bagan Deli sebanyak 232 kepala keluarga pendatang dan 100 Kepala Keluarga asli di Bagan Deli.

Tabel 1

Jumlah Masyarakat Asli Bagan Deli dan Masyarakat Pendatang NO Jumlah Masyarakat

Asli di Bagan Deli

Jumlah Masyarakat Pendatang di Bagan Deli

Lokasi Asal Masyarakat Pendatang

1. 100 Kepala Keluarga 232 Kepala Keluarga  Tanjung Tiram

 Batu Bara

 Pantai Cermin

 Tebing Tinggi dan Kisaran

Sumber: Data Kepala Lingkungan 2015

Banyaknya jumlah masyarakat pendatang di Bagan Deli menyebabkan keberagaman budaya, seperti Melayu, Batak Mandailing, Karo, Jawa, dan Minang.

Kebudayaaan yang berbeda menjadi kekayaan dalam hubungan solidaritas

masyarakat Bagan Deli. Hubungan solidaritas diperkuat dengan interaksi dan pola

kerjasama masyarakat Bagan Deli meliputi modal sosial yang ada. Beberapa studi

(16)

yang menegaskan modal sosial merupakan hubungan yang digunakan dalam kelompok, hasil penelitian mengemukakan bahwa “Pengembangan model penguatan modal sosial memerlukan latar belakang pemahaman yang mendalam tentang penguatan tata-nilai, keorganisasian masyarakat berbasis komunitas kecil, manajemen sosial yang sehat, kepemimpinan non formal, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui penguatan modal sosialnya perlu diletakkan dalam bingkai transformasi atau pembangunan masyarakat nelayan secara berkelanjutan ( Tri Pranadji,2006).

Penelitian lainya terdapat pada Kompasiana (Rembang,2007) yaitu adanya ikatan solidaritas masyarakat nelayan untuk digunakan modal sosial menuju kawasan wisata bahari yang berkelanjutan. Mengkaji rencana perubahan sosial, dalam sosiologi sering kali tak lepas dari perspektif Durkheim tentang ikatan solidaritas. Durkheim menyatakan bahwa ikatan solidaritas adalah kesadaran kolektif yang menggerakkan akan semua tindakan sosial. Durkheim membagi ikatan solidaritas dalam dua alur yakni pertama, alur solidaritas mekanik dan alur kedua adalah solidaritas organik. Alur solidaritas mekanik biasanya dipahami sebagai ikatan kesadaran kultural, yang menggerakkan kesadaran dalam membangun ikatan sosial ini adalah sistem tradisi. Biasanya, perilaku sosial yang dijalankan pada solidaritas mekanik ini adalah perilaku sosial berbasis nilai.

Masyarakat nelayan melangsungkan tradisi sedekah laut. Mereka

melakukan tindakan sosial sedekah laut, biasanya dilandasi dengan kesadaran

kultural, bahkan terkadang dibalut dengan keyakinan. Solidaritas mekanik sangat

jelas terjadi pada masyarakat nelayan Bagan Deli dengan jumlah penduduk

pendatang yang lebih banyak daripada jumlah penduduk asli, perbedaan budaya

(17)

Melayu, Batak Toba, Minang dan Jawa. Keberagaman yang ada dimasyarakat Bagan Deli menjadi ikatan social masyarakat dalam mengatasi kemiskinan yang terjadi dengan kerjasama.

Alur solidaritas mekanik sejalan dengan adanya kesadaran kolektif yang dimiliki masyarakat Bagan Deli.Emile Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif yang bermakna hati nurani adalah “Keseluruhan kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap dan punya kehidupan sendiri. Dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikuler”.

Definisi kesadaran kolektift di atas memberikan pemahaman; (1) kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut

“keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama; (2) kesadaran kolektif terlepas dari pada kemampuan menciptakan fakta sosial yang lain; (3) kesadaran kolektif baru bisa terwujud melalui kesadaran individu. Dan kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu ikesadaran kolektif adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Paradox, masyarakat primitif justru memiliki kesadaran kolektif (pengertian, norma dan kepercayaan bersama) yang kuat dari pada masyarakat modern.

Alur solidaritas mekanik pada masyarakat Bagan Deli menjadi sejalan

dengan kriteria kemiskinan menurut BAPPENAS dan secara sosiologi menjadi

penguat bahwa masyarakat Bagan Deli merupakan masyarakat miskin. Mengingat

persoalan dalam pendapatan yang rendah dan keberagaman masyarakat pendatang

tersebut tidak mudah bagi masyarakat untuk beradaptasi dan berkerjasama untuk

(18)

bertahan hidup. Penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, keberagaman budaya, pola interaksi pada masyarakat pendatang dan masyarakat asli menjadi menarik untuk dibahas. Selain itu pendapatan yang relative remda menjadi alasan masyarakat Bagan Deli memiliki kerjasama bahkan hal itu menjadi penguat penulis untuk mengetahui peranan modal sosial masyarakat Bagan Deli..

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti, (Usman 2009: 27).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti memiliki perumusan masalah Bagaimana peran modal sosial masyarakat nelayan dalam mengatasi kemiskinan di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15, Kecamatan Medan Belawan dengan diperincinya peran modal sosial dengan pertanyaan berukut :

A. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana peranan modal sosial masyarakat nelayan dalam mengatasi kemiskinan di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15, Kecamatan Medan Belawan?

B. Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana peran kepercayan (Trust) mengatasi kemiskinan di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15, Kecamatan Medan Belawan?

2. Bagaimana jaringan sosial masyarakat nelayan mengatasi kemiskinan di

Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15, Kecamatan Medan Belawan?

(19)

3. Bagaimana pranata sosial masyarakat nelayan mengatasi kemiskinan di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15, Kecamatan Medan Belawan?

1.3 Tujuan Penelitian

(Usman 2009: 30) menyatakan bahwa tujuan penelitian dicantumkan agar kita mampu menjelaskan kepada pihak lain untuk mengetahui dengan pasti apa tujuan penelitian yang sesungguhnya. Adapun tujuan peneliti ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahahui peran kepercayaan (Trust) masyarakat Desa Nelayan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan dalam mengatasi kemiskinan.

2. Untuk mengetahui jaringan sosial masyarakat Desa Nelayan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan dalam mengatasi kemiskinan.

3. Untuk mengetahui Pranata sosial masyarakat Desa Nelayan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan dalam mengatasi kemiskinan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu Sosiologi Pembangunan serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk kajian-kajian keilmuan di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini ialah untuk mengasah kemampuan peneliti

dalam mengkaji berbagai modal sosial yang ada dimasyarakat nelayan dalam

mengatasi kemiskinan. Hal ini terkait dengan terkait dengan konsentrasi keilmuan

yang digeluti peneliti saat ini yakni sebagai calon perencana sosial dan

pembangunan. Selain melakukan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat di desa

(20)

Bagan Deli, penelitian ini juga bermanfaat bagi pemerintah Kelurahan Medan Belawan dalam mengatasi kemiskinan masyarakat nelayan.

1.5 Defenisi Konsep

Sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperluan untuk mempermudah penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau

realitas atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Modal Sosial yang terlihat dalam masyarakat nelayan Bagan Deli seperti keterkaitan hubungan dalam mendaptkan mata pencarian, seperti sesama nelayan membantu melaut,menyebar jaring dan meminjamkan sampan satu sama lain, adanya jaringan sosial menjadi hal penting bagi masyarakat Bagan Deli.

2. Reciprocity (Hubungan Timbal Balik) yang menjadi tujuan penelitian hubungan Saling timbal balik antara nelayan Bagan Deli dalam memberi bantuan, pekerjaan seperti melaut, dan hubungan timbal balik lainnya masyarakat nelayan Bagan Deli, tanpa hanya ada satu pihak yang mendapat keuntungan dalam hubungan ini.

3. Trust (Kepercayaan) yang menjadi tujuan penelitian ialah kepercayaan antara nelayan Bagan Deli jika dilihat dari kerjasama dimana memberikan kepercayan akan sesuatu tanpa adanya ketakutan kerugian yang ditimbulkan oleh nelayan lainnya, dan adanya hubungan emosional antar nelayan dalam kerjasama.

4. Norma Sosial yang menjadi tujuan penelitan yakni hubungan dalam aturan

yang ada pada masyarakat Bagan Deli seperti gotong royang setiap 3

(21)

minggu sekali jika ada masyarakat tidak ikut gotong royong maka masyarakat itu harus membayar Rp.20.000,- sebagai penganti konsumsi masyarakat yang ikut gotong royong

5. Nilai–nilai yang menjadi tujuan penelitian yakni melihat sebagaimana kebiasaan yang dilakukan masyarakat Bagan Deli dari dahulunya hingga saat ini seperti adanya sedekah laut yang bertujuan agar nelayan mengalami kenyamanan dalam melaut tanpa adanya ganguan alam yang tidak bersahabat.

6. Tindakan proaktif yang menjadi tujuan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan nelayan dengan menguntungkan banyak orang tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, seperti terbentuknya organisasi kelompok nelayan tujuan bukan untuk keuntungan sendiri melainkan mencapai keuntungan bersama masyarakat nelayan dengan slaling memberikan bantuan melalui organisasi nelayan.

7. Masyarakat Nelayan yang menjadi tujuan penelitian yakni masyarakat nelayan Bagan Deli sendiri, masyarakat yang bermata pencarian sebagai nelayan dan tinggal berada pada garis pantai, selain itu masyarakat nelayan yang ada di Bagan Deli mereka yang memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil laut yang diperolehnya.

8. Interaksi Sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut

antar individu. Hubungan yang diimaksud yakni komunikasi antara nelayan

Bagan Deli dan hubungan yang terjalani dalam keseharian seperti cara

berkomunikasi sesama masyarakat Bagan Deli dan saling keterkaitan

aktivitas yang dilakukan masyarakat Bagan Deli.

(22)

9. Kemiskinan yang menjadi tujuan peneliti yakni melihat keadaan yang

terdapat pada masyarakat Bagan Deli, ketidakmampuan ekonomi maupun

kebutuhan yang tidak tercukupi oleh masyarakat Bagan Deli. Seperti

keadaan masyarakat Bagan Deli yang memilki pendapatan dengan jumlah

yang tidak stabil, namun dengan pendapatan yang ada masyarakat nelayan

Bagan Deli harus mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan pendapatnya.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Modal Sosial

Modal sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma- norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial yang menjaga kesatuan anggota masyarakat (bangsa) secara bersama-sama. Modal sosial ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme kultural, seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah (Fukuyama, 1996). Modal sosial dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang tidak biasa seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas masyarakat dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan seperti kesetiaan, kejujuran, dan keteguhan hati (dependability). Modal sosial lebih didasarkan pada kebajikan-kebajikan sosial umum, seperti meleburnya kepercayaan dan faktor yang penting bagi kesehatan ekonomi sebuah negara, yang bersandar pada akar-akar kultural (Fukyama,1996).

Modal sosial merupakan energi kolektif masyarakat guna mengatasi

problem bersama dan merupakan sumber motivasi untuk mencapai kemajuan

ekonomi bagi masyarakat tersebut (Durkheim, 1973). Secara umum modal sosial

merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk

kualitas dan kuantitas hubungan sosial masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu

sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat

secara bersama-sama. Unsur utama dan terpenting dari modal sosial adalah

kepercayaan (trust). Trust dapat dipandang sebagai syarat keharusan (necessary

(24)

condition) dari terbentuk dan terbangunnya modal sosial yang kuat (atau lemah) dari suatu masyarakat.

Masyarakat memiliki kapasitas trust yang tinggi, atau memiliki spectrum of trust yang lebar, maka akan memiliki potensi modal sosial yang kuat. Masyarakat yang memiliki kapabilitas trust yang rendah, atau memiliki spectrum of trust yang sempit (pendek), akan memiliki potensi modal sosial yang lemah. Teori yang dikemukakan tersebut, modal sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Kemampuan tersebut terlaksana karena adanya kepercayaan yang kuat untuk membangun kerja sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Intensitas komunikasi yang tinggi dan dalam waktu yang lama memungkinkan hubungan tersebut diikat dengan norma aturan yang belaku.

2.2. Partsipasi Dalam Suatu Jaringan (Interaksi Sosial)

Modal sosial tidak hanya dibangun oleh suatu individu, melainkan akan

terletak pada suatu kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk

bersosialisasi sebagai bagan penting dari nilai-nilai yang melekat. Masyarakat

selalu berhubungan dengan masyarakat lainnya melalui berbagai variasi hubungan

yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan, kesamaan,

kebebasan, dan keadaban. Jaringan hubungan sosial biasanya diwarnai oleh tipologi

khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok sosial yang biasanya

terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan, pengalaman-

pengalaman sosial turun temurun dan kesamaan kepercayaan pada dimensi

ketuhanan cenderung memiliki kohesifitas tinggi tetapi rentang jaringan relative

sempit.

(25)

Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antara individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini bukan suatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses jual beli melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain).

Partisipasi suatu jaringan dibutuhkan rasa kepercayaan yang merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya hubungan sosial didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sama seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak untuk saling mendukung. Fukuyama (Jousairi Hasbullah 2006: 11) mengatakan rasa kepercayaan ialah sikap mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut bersatu dengan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.Formula lain dalam rasa kepercayaan dikemukan Qianhong Fu(Jousairi Hasbullah 2006: 12) yang merujukan beberapa pandangan sosiolog, membagi 3 tingkatan yaitu tingkatan individual, tingkatan relasi sosial dan pada tingkatan interaksi sosial. Tingkatan individual rasa kepercayaan merupakan kekayaan individu merupakan variabel personal sekaligus sebagai karakteristik individu. Tingkatan hubungan sosial rasa kepercayaan merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan kelompok. Suatu mekanis sosial yang menyatu dalam mekanis sosial sedangakan tingkatan sistem sosial rasa kepercayaan merupakan nilai publik yang perkembangannya diikuti sistem sosial yang ada.

Ada beberapa analisis dan kajian para ahli yang menyimpulkan beberapa

unsur pokok. Unsur pokok interaksi tersebut antara lain:

(26)

1. Resiprocity ( Hubungan Timbal Balik )

Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri, seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat membantu dan mementingkan kepentingan orang lain).

2. Trust ( Kepercayaan )

Trust atau kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari jika yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang di harapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, dantidak akan merugikan diri sendiri dan kelompoknya.

3. Norma sosial

Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengonntrol bentuk- bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan dikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entisitas sosial tertentu. Norma seperti juga halnya nilai, senantiasa memiliki implikasi yang ambivalen.

4. Nilai-Nilai

Nilai-nilai adalah suatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan

penting oleh anggota kelompok masyarakat. Misalnya nilai harmoni,

prestasi, kerja keras, kompetisi dan lainnya yang melekat dalam kehidupan

masyarakat umum.

(27)

5. Tindakan yang Proaktif

Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpatisipasi tetap senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Ide dasar premise ini, bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif.

2.3.Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir yakni suatu kawasan transisi atau wilayah darat dan laut. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan Bagan Deli menghadapi sejumlah masalah ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain:

a. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat

b. Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha

c. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada

d. Kualitas sumberdaya masyarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan kesehatan dan pelayanan publik

Uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi masyarakat nelayan Desa Bagan Deli masih dihadapkan pada masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, keterbatasan akses modal, kualitas sumberdaya manusia dan kebijakan maritiman yang masih belum berpihak pada masyarakat nelayan Desa Bagan Deli.

Ada beberapa kajian yang menjelaskan keadaan serupa dialami masyarakat

lainnya seperti Kajian (Musawwir,2009) tentang kemiskinan nelayan tradisional

yang ada di desa Padang Panjang Aceh Barat. Kajiannya itu Musawwir menemukan

(28)

kemiskinan yang terjadi pada nelayan tradisional disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor sumber daya manusia nelayan, faktor ekonomi dan faktor kelembagaan.

Lebih lanjut Musawwir menjelaskan rendahnya kualitas sumber daya manusia ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, tidak dimilikinya keterampilan alternatif dan kurangnya pekerjaan alternatif oleh nelayan. Lemahnya ekonomi nelayan ditandai dengan tidak dimilikinya aset-aset produksi seperti modal, tanah dan teknologi yang modern oleh nelayan. Sedangkan lemahnya peranan kelembagaan ditandai dengan masih lemahnya peranan lembaga yang ada dalam meningkatkan ekonomi nelayan tradisional di desa Padang Panjang, seperti halnya koperasi yang hanya bergerak di bidang usaha simpan pinjam.

Seharusnya Koperasi juga membantu nelayan untuk memasarkan produk-

produk laut dari hasil kerjanya.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitan

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut (Nanang Martono 2015: 212) pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan cara menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah.

Penelitian kualitatif berupaya menjelaskan bagaimana seorang individu melihat, menggambarkan, atau memaknai dunia sosialnya. Dimana pemaknaan ini merupakan hasil interaksi sosialnya.

Peneliti memilih penelitian deskriptif merupakan tipe penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat (Nanang Martono, 2015: 197). Peneliti berusaha untuk menjelaskan situasi yang diamati oleh peneliti tentang aktor yang tengah melakukan aktivitas yang berlangsung di tempat (dimana situasi yang berlangsung), dalam situasi alamiah yang menjadi subjek penelitian Muhammad (Idrus 2009: 62).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15

Kecamatan Medan Belawan. Secara sosilogis karakteristik masyarakat Desa

Nelayan Bagan Deli termasuk masyarakat yang berada pada hubungan solidaritas

mekanik yang masih kuat, kontrol sosial yang bersifat informal, mata pencarian

yang homogen alasan peneliti memilih lokasi ini menjadi penelitian karena

merupakan desa yang tertinggal dan jarangnya terjadi aspek pembangunan bagi

desa ini. Masyatakat desa keseharian melakukan aktivitas berdasarkan modal sosial

(30)

yang mereka miliki terdahulu. Adapun yang menjadikan peneliti tertarik melakukan penelitian di desa Nelayan Bagan Deli ialah masyarakat yang keberlangsungan hidupnya dengan gotong royong, seperti membantu tetangga dalam membangun rumah, saling memberi pekerjaan dan memberi bantuan pangan saat tetanga sedang tidak memiliki keuangan yang cukup, hal ini yang dilakukan masyarakat nelayan dalam pemenuhan kebutuhan.tidak hanya hal tersebut masyarakat Nelayan Bagan Deli juga mengutamakan kerjasama dalam keseharian tanpa mementingkan untung dan rugi yang diperoleh..

3.3. Unit Analisis Informan

Unit analisis adalah keseluruhan unsur yang menjadi faktor penelitian Bungin (2008: 266). Unit analisis dalam pengertian adalah satuan subjek yang akan

dijadikan populasi penelitian atau yang akan dianalisis. Namun pengertian lainnya unit analisis merupakan keseluruhan satuan atau unit yang akan diteliti. Unit analisis dapat berupa individu, kelompok, wilayah atau benda. Terkadang banyak peneliti bingung membedakan unit analisis dengan unit pengamatan. Unit pengamatan atau unit observasi adalah sumber informasi tempat kita mendapatkan informasi. Namun, ada kalanya unit analisis dan unit pengamatan adalah sama.

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis penelitian adalah masyarakat desa nelayan, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang bermata pencarian sebagai nelayan di Desa Nelayan Bagan Deli Lingkungan 15 Kecamatan Medan Belawan.

Informan penelitian merupakan orang yang memberikan penjelasan atau

informasi secara rinci dalam proses penelitian. Penelitian ini ada dikategorikan

informan kunci, informan kunci merupakan informan yang menjadi sumber

informasi utama dalam proses penelitian berlangsung. Adapula yang menjadi

(31)

informan tambahan merupakan informan yang ditemukan dari adanya penunjukan atau pendorong penemuan data di lokasi penelitian.

Penentuan informan berdasarkan kriteria berikut ini :

1. Masyarakat yang tinggal minimal 5 tahun di Desa Nelayan Bagan Deli.

2. Masyarakat Dewasa usia 18 tahun ke atas

3. Masyarakat yang secara sah bermata pencarian sebagai nelayan 4. Memahami permasalahan penelitian.

5. dan masyarakat yang memiliki pengalaman menjadi nelayan

Adapun informan kunci dalam penelitian ialah tokoh masyarakat, masyarakat yang bermata pencarian sebagai nelayan dan masyarakat pendatang maupun masyarakat asli tinggal di Bagan Deli minimal 5 tahun terakhir.

Sedangkan informan tambahan ialah masyarakat biasa.

Penentuan masyarakat asli dengan masyarakat pendatang Bagan Deli ialah:

Tabel 2 :

Masyarakat Asli dan Masyarakat Pendatang Bagan Deli No. Masyarakat Asli Bagan Deli Masyarakat Pendatang Bagan

Deli

1. Lahir di Bagan Deli Tidak Lahir di Bagan Deli 2. Menetap di Bagan Deli secara turun

temurun dari orang tua

Datang dan menetap di Bagan Deli

3. Memiliki KTP asli di Bagan Deli Tidak Memiliki KTP asli Bagan Deli

4. Bermata pencarian di Bagan Deli dan menetap pada mata pencarian

Mata pencarian tidak menetap di Bagan Deli (datang ke Bagan Deli untuk menjadi nelayan )

Sumber data: Kepala Lingkungan Bagan Deli 2015

Pemilihan informan peneliti menggunakan prosedur purposif. Proses

purposif merupakan salah satu strategi untuk menentukan informan yang paling

(32)

umum digunakan di penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang informan sesuai kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.

3.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung dari sumber- sumber pertama baik dari individu maupun kelompok data primer diperoleh dari sumber utama masyarakat nelayan yang lama tinggal di Desa Nelayan Bagan Deli lebih 5 tahun, tokoh masyarakat yang juga pihak lain yang mengetahui permasalahan soal penelitian. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari pihak luar yang dijadikan subjek penelitian. Adapun data sekunder yang kumpulkan peneliti ialah foto yang menjadi aktivitas dalam modal sosial masyarakat desa nelayan Bagan Deli, laporan penelitian terdahulu, jurnal dan lain-lain yang di anggap berhubungan dengan masalah penelitian.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam setiap penelitian. Hakikatnya metode ilmiah ialah penggabungan antara berpikir secara deduktif maupun induktif. Dunia ilmiah dikenal semboyan “yakinkanlah orang secara logis dengan kerangka teoretis dan keranga berpikir, serta buktikanlah secara empiris dengan pengumpulan data yang relevan“. Teknik pengumpulan data terdiri dari Wawancara, Obserasi dan Dokumentasi, Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar (2009: 52).

3.5.1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang pertama

digunakan untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer), wawancara ialah

(33)

tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih. Tujuan dari teknik pengumpulan data dengan wawancara ialah untuk mendapatkan data terbaik dan mendapatkan data pribadi responden, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat dapat berbicara dengan baik dan dapat dijadikan perlengkap data sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan pengumpulan data lainnya. Selain itu wawancara biasanya dimaksudkan untuk memperoleh keterangan, pendirian , pendapat secara lisan dari seseorang secara langsung dengan orang tersebut, Musta’in Mashud (2007 : 69).

Wawancara dilakukan pada informan yang dianggap memiliki kapasitas dalam beberapa informasi yang dibutuhkan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini ialah masyarakat Desa Nelayan Bagan Deli, masyarakat yang bermata pencarian nelayan, tokoh masyarakat. Untuk mempermudah dalam proses wawancara dan data yang di peroleh lebih baik ialah dengan menggunakan bahasa Indonesia.

3.5.2. Observasi

Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar (2009: 52) berpendapat

observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala

yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai

dengan tujuan penelitan, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat

dikontrol keandalannya (reliabilitas) dan kesahihannya (validitas). Observasi ada

dua indra yang sangat vital melakukan pengamatan, yaitu mata dan telinga. Oleh

sebab itu, kedua indra ini harus benar-benar sehat dalam melakukan pengamatan

agar hasil data yang di peroleh relevan.

(34)

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi sama dengan desain penelitian (rancangan penelitian) yang merupakan dokumen yang menjelaskan berbagai komponen yang akan digunakan peneliti serat berbagai aktivitas yang akan dilakukannya selama proses penelitian.

Desain penelitian hanyalah sebuah ringkasan, (Martono 2015: 70). Data yang ditemukan dalam dokumentasi ialah foto-foto terkait perilaku kegiatan yang dilakukan nelayan, saat wawancara maupun foto yang di peroleh saat observasi keadaan masyarakat desa Nelayan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.

3.6. Interprestasi Data

Interpretasi data merujuk pada pemberian makna dan pengembangan ide-ide berdasarkan hasil penelitian. Hasil pemaknaan ini kemudian dihubungkan dengan kajian teoritis (teori yang sudah ada) untuk menghasilkan konsep substansif yang baru. Interpretasi berkaitan erat dengan data yang di kumpulkan, ketika sebagian analisis saling tumpang tindih, melalui interpretasi data, peneliti berupaya menyatukan data secara sistematis, (Martono 2015 : 124).

Interpretasi data merupakan bagian proses penelitian yang sangat penting karena beberapa hal:

1. Melalui interpretasi peneliti dapat memahami prinsip abstrak yang berkerja dalam temuannya. Melalui proses ini ia dapat menghubungkan temuannya dengan hasil penelitian lainnya.

2. Interpretasi merujuk pada pembentukan konsep yang lebih jelas

yang berfungsi sebagai paduan untuk penelitian selanjutnya.

(35)

3. Peneliti dapat lebih memahami temuan melalui interpretasi, serta dapat menjelaskan makna temuannya serta pembaca dapat memahami maknanya lebih mudah.

3.7. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pra Proposal

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal Penelitian

5 Penelitian Lapangan 6 Pengumpulan data

dan analisis data 7 Bimbingan Skripsi 8 Penulisan Laporan

Akhir

9 Sidang Meja Hijau

(36)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi

4.1.1. Sejarah Desa

Sejarah Kelurahan Bagan Deli terletak di tepi Muara Deli sampai ke tepian Kuala Deli. Dulunya, tempat ini dinamakan Pulau Putri yang merupakan tempat persinggahan Keluarga Sultan Deli. Berdasarkan surat pengakuan dan kesaksian tanggal 28 November 1983 oleh Mantan Penghulu Bagan Deli Tahun 1939 s/d 1947, yaitu Bapak Muhamad Ilyas dan Mantan Penghulu Bagan Deli Tahun 1952 s/d 1969, yaitu Bapak Hasyim Syami, bahwa letak Kampung Bagan Deli diperkirakan berada di tepi Muara Deli/Kuala Deli bertepatan dengan letak persinggahan Pulau Putri tersebut. Muara Deli, perairan Kuala Deli, dan Kampung Bagan Deli juga merupakan daerah yang strategis bagi saudagar Bugis dan Cina untuk melakukan “Tambat dan Labuh” Tongkang perahu layar mereka serta tempat beristirahat sebelum menuju Pekan Labuhan Deli, atau sebaliknya. Begitu juga bagi masyarakat nelayan di sekitar Sungai Deli, Kampung Bagan Deli dapat digunakan juga sebagai tempat untuk beristirahat mereka sebelum atau sesudah melaut.

Begitulah maka tempat beristirahat atau persinggahan tersebut itu disebut dengan

nama “BAGAN” di tepi Muara Deli/Kuala Deli yang selanjutnya dinamakan Bagan

Deli, walaupun Kampung Bagan Deli waktu itu dihuni hanya beberapa keluarga

saja.Kehidupan penduduk ketika itu ditopang dari membuat atap Nipah dan

menjalin Bilah untuk membuat belat (alat untuk menangkap ikan). Pada tahun

1910, ketika utusan Kesultanan Deli datang ke Kampung Bagan Deli untuk

memberitahukan bahwa keluarga Sultan Deli akan berkunjung ke Persinggahan

(37)

Pulau Putri maka satu orang Tokoh di Kampung Bagan Deli akan menyiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan penyambutan kunjungan tersebut (persiapan tempat, makanan, dan keamanan) termasuk mamandu Perahu Kesultanan Deli dari Persinggahan Pasar Raja (posisi sekarang diantara Lorong Pertamina dengan Lorong I Veteran) menuju persinggahan Pulau Putri (posisi sekarang: Pantai Ocean Pasifik). Tokoh tersebut selanjutnya tercatat sebagai orang pertama yang diangkat/ditunjuk oleh Kesultanan Deli menjadi Penghulu Kampung Bagan Deli yaitu Bapak H.Awal, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Kampung Bagan Deli secara administratif menjadi Desa Bagan Deli yang berada di bawah Pemerintahan Sumatera Utara. Dan pada perkembangannya, kini tahun 2011 Kampung Bagan Deli menjadi Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

Pada kelurahan Bagan Deli Dapat terdapat desa Bagan Deli Tambahan yang

berlokasi di seberang Bagan Deli tersebut yang hanya dibatasi jembatan. Desa

Bagan Deli Tambahan ini pada awalnya merupakan pantai yang tidak adanya

aktivitas hidup manusia, hanya ada tanaman kelapa, magrove dll. Pada tahun 1975

seseorang bernama Pak Jallaudin membuka lahan pantai menjadi tempat

tinggalnya. Keadaan Bagan Deli Tambahan pada awalnya sangat sedikit

penduduknya. Seiring berjalannya waktu banyaknya penduduk yang mengetahui

potensi alam yang baik, dimana menangkap ikan dan berbagai tanaman bisa

dilakukan untuk mencari kebutuhan hidup jumlah penduduk yang ada kian

bertambah pada desa Bagan Deli sendiri.

(38)

4.1.2 Kondisi Geografis Desa Bagan Deli

Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu dari 6 kelurahan yang ada di

Dalam wilayah administrasi Kecamatan Medan Belawan. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang terletak paling timur di Kecamatan Medan Belawan dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak astronomis, Kelurahan Bagan Deli terletak pada 03° 47°LU − 03° 48°LU dan 98° 41’BT − 98° 42’BT. Sedangkan berdasarkan letak geografis, Kelurahan Bagan Deli berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan I, dan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang,

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Belawan II dan Kelurahan Belawan Bahari,

4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Malaka. Kelurahan Bagan Deli memiliki luas wilayah administrasi 3,04 km2 atau 304,74 Ha yang terdiri dari 15 distrik lingkungan. Dari ke-15 lingkungan ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah Lingkungan XV. Lingkungan ini sendiri memiliki luas areal lahan 15.5 Ha.

a. Letak dan Luas Desa

Luas lahan Kelurahan Bagan Deli adalah seluas 304,74 Ha. Kelurahan

Bagan Deli memiliki wilayah seluas 3,8 Ha yang digunakan untuk sektor

industri perikanan. Sektor industri perikanan ini adalah dermaga pelabuhan

yang merupakan salah satu dermaga terbesar di Sumatera Utara dan Pulau

Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan yang seluas 3,8 Ha ini

merupakan Pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) yang juga

adalah salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara.

(39)

Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti kemas tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkap nelayan yang nantinya akan didistribusikan kepada pengecer. Pelabuhan ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi penduduk.

Di tempat ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh nelayan pada pemilik kapal ikan. Adapun penggunaan lahan di Kelurahan Bagan Deli yang dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3:

Pola Tata Guna Lahan Kelurahan Bagan Deli Tahun 2011 No Penggunaan Lahan Luas Lahan Persentase

1. Dermaga Pelabuhan 3,8 Ha 1,2%

2. Permukiman Padat 40,16 Ha 13,1%

3. Permukiman Sedang 24,25 Ha 7,9%

4. Industri 59,12 Ha 19,4%

5. Lapangan Penumpukan Depo Peti Kemas dan Fasilitas Pendukung

78,78 Ha 25,8%

6. Lahan Kosong, Rawa, dan Kawasan Lindung

85 Ha 27,8%

7. Perkantoran Pemerintah dan BUMN

7,63 Ha 2,5%

8. Kawasan Rekreasi (Pantai OP)

6 Ha 1,9%

Jumlah Luas Lahan Kelurahan Bagan Deli

304,74 Ha 100%

Sumber: Data Kelurahan Bagan Deli 2015

Selain itu, terdapat juga sektor utama lainnya yaitu lahan industri

(seluas 59,12 Ha) yang digunakan sebagai industri hilir CPO, Semen,

Pupuk, dan Aspal, lapangan penumpukan depo peti kemas dan fasilitas

pendukung (seluas 78,78 Ha), Kawasan Rekreasi Pantai (seluas 6 Ha), dan

(40)

7,63 Ha luas lahan yang digunakan sebagai perkantoran. Sebagian besar lain, lahan di Kelurahan Bagan Deli adalah kawasan lindung, rawa, dan lahan kosong yang seluas 85 Ha (27,8% dari luas lahan). Di Kelurahan Bagan Deli hanya terdapat 21% luas lahan yang digunakan sebagai areal pemukiman penduduk.Pada lahan ini terdapat 40,16 Ha pemukiman padat dan 24,25 Ha pemukiman sedang. Pemukiman padat merupakan daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi (> 40 rumah/Ha).

Dari 15 lingkungan yang ada di Kelurahan Bagan Deli terdapat 8 lingkungan yang merupakan golongan lingkungan dengan pemukiman padat, yaitu lingkungan I, III, IV, V, VII, XIII, XIV, XV. Golongan pemukiman sedang terdapat di lingkungan II, VI, dan XII, sedangkan golongan pemukiman jarang terdapat di lingkungan VIII, IX, X, dan XI.

Lingkungan XV merupakan tempat penelitian penulis. Lingkungan

ini merupakan golongan pemukiman padat, sehingga tidak sedikit kita

temukan rumah-rumah yang berdempetan satu sama lain. Lingkungan XV

merupakan salah satu lingkungan yang memiliki pemukiman penduduk

yang padat.Sebagian besar lahan yang digunakan di daerah Lingkungan XV

ini adalah sebagai tempat pemukiman penduduk. Adapun lahan yang

digunakan terdiri dari beberapa jenis penggunaan yaitu dapat dilihat pada

Tabel 4.

(41)

Tabel 4:

Pola Tata Guna Lahan Lingkungan VX Kelurahan Bagan Deli

No Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%) 1. . Tanah Kering untuk Bangunan

dan Pekarangan

2 12.9

2. Rawa/Pasang Surut 6.5 41.9

3. Hutan Belukar 4 25.8

4. Hutan Rawa 3 19.3

Luas Lahan Keseluruhan 15.5 100

Sumber : Data Kelurahan Bagan Deli Tahun 2017

Tabel 4 dapat diketahui bahwa kawasan lahan yang terbesar adalah lahan

rawa/pasang surut (seluas 6,5 ha). Seluas 41.9% lahan dari daerah ini yaitu lahan

rawa/pasang-surut adalah lahan yang selalu digenangi air sekalipun terjadi pasang-

surut dan lahan yang hanya digenangi air ketika terjadi pasang saja. Rata-rata

rumah penduduk di daerah ini berada di lahan rawa/pasang surut. Hanya terdapat 3

Ha lahan kering yang bisa digunakan untuk bangunan & pekarangan. Disamping

itu, juga terdapat areal hutan yang tidak digunakan penduduk yaitu hutan belukar

(seluas 4 Ha) dan hutan rawa (seluas 3 Ha). Luas lahan yang ada di Lingkungan XV

Kelurahan Bagan Deli, terdapat 45.1% lahan berupa areal hutan yang tidak

digunakan penduduk sebagai pemukiman tempat tinggal dan 54.9% luas lahan yang

digunakan penduduk sebagai pemukiman tempat tinggal.

(42)

4.2 Visi dan Misi Desa Bagan Deli 4.2.1 Visi Desa

Sejahtera Sebagai Kawasan Pintu Gerbang Kota Medan Metropolitan yang Nyaman dan Religius ”Mewujudkan masyarakat Kecamatan Medan Belawan Yang Perduli, Berdaya Saing.

4.2.2. Misi Desa

Meningkatkan Pelayanan Secara Transparan, Akuntabel dan Partisipatif Untuk Mendorong Terciptanya Rasa Aman yang Dinamis Dalam Segala Aspek Kehidupan Masyarakat”

Adapun Misi yang akan di wujudkan yaitu :

 Meningkatkan Ketaqwaan Kepada Tuhan yang Maha Esa

 Memberdayakan Kelurahan dengan memberdayakan masyarakat

 Meningkatkan Sumber Daya Manusia

 Meningkatkan Pelayanan Prima kepada Masyarakat

 Meningkatkan kebersihan

 Meningkatkan derajat kesehatan manusia

 Meningkatkan kamtibmas

 Meningkatkan penghijauan

 Meningkatkan pendapatan Daerah

 Peningkatan Potensi yang ada

 Penataan sarana dan prasarana

 Penataan wilayah menjadi kawasan wisata Bahari

 Mewujudkan kerjasama bagi masyarakat dalam dan luar negeri

Penataan kawasan-kawasan di Kecamatan Medan Belawan untuk dijadikan potentsi:

 Industri

 Wisata Bahari

 Hutan Kota/ Mangrove

 Pengambengan kebutuhan investasi tingkat internasional

 Melakukan Pembinaan secara langsung ke lapangan untuk

membenahi kekurangan dan kelemahan yang masih dijumpai baik masalah

kebersihan, ketertiban, keamanan, disiplin perangkat Kecamatan dan

Kelurahan.

(43)

4.3. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kelurahan Bagan Deli adalah 16.842 orang yang terdiri dari 3.691 KK, kemudian jumlah penduduk pada Lingkungan XV yang menjadi lokasi dari penelitian ini, adalah 1.950 orang dengan jumlah kepala keluarga terdiri dari 332 KK.

Warga Kelurahan Bagan Deli adalah mayoritas suku Melayu disamping suku Jawa, Batak, Mandailing, Padang, Karo, Sunda, Tionghoa, dan suku lainnya.Adapun bahasa pengantar yang umum digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu.Agama mayoritas yang dianut masyarakat ini adalah agama Islam. Berikut adalah persentase yang ada di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan:

Komposisi Penduduk berdasarkan etnis dan agama, dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel. 5:

Klasifikasi Penduduk Lingkungan XV Berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Melayu 1225 62.8

2. Jawa 586 30.0

3. Karo 13 0.6

4. Batak Mandailing 25 1.2

5. Padang 86 4.4

6. Tionghoa 15 0.7

Jumlah 1950 100

Sumber : Data Kelurahan Bagan Deli Tahun 2017

` Penduduk Lingkungan XV Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 6 etnis, yaitu:

etnis Melayu, Jawa, Karo, Mandailing, Padang, dan Tionghoa. Mayoritas dari

(44)

penduduk Lingkungan XV adalah etnis Melayu yang berjumlah 1225 orang atau 62.8% dari jumlah penduduk keseluruhan. Hal ini wajar, mengingat bahwa warga etnis Melayu adalah penduduk asli yang sudah lama menetap di daerah tersebut.

Sementara, terdapat 2 etnis terbesar lainnya, yaitu etnis Jawa dan Padang sebesar 34.4% dari jumlah penduduk. Terdapat pula 3 etnis lain, yaitu etnis Mandailing Karo, dan Tionghoa. Ketiga etnis ini adalah sebagian kecil dari jumlah penduduk di Lingkungan XV Bagan Deli. Pada umumnya, etnis ini adalah etnis pendatang yang merantau ke daerah ini.

Sedangkan pada klarifikasi agama masyarakat Bagan Deli sebagai berikut pada tabel 6:

Tabel 6:

Klasifikasi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah ( orang ) Presentase (%)

1 Islam 1935 99.23

2 Kristen 4 0.2

3 Katolik 6 0.3

4 Hindhu 5 0.2

5 Budha - -

Jumlah 1950 100

Sumber : Data Kelurahan Bagan Deli Tahun 2017

Ada empat agama yang dianut di masyarakat Lingkungan XV Bagan Deli

yaitu agama Islam, Kristen, Katolik dan Budha. Dengan masyarakat Lingkungan

XV Kelurahan Bagan Deli yang lebih mayoritas beretnis Melayu, maka terlihat

juga dari agama yang dianut masyarakat adalah mayoritas agama Islam.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah keluarga nelayan yang hidup dibawah garis kemiskinan di kelurahan Bagan Deli dan Belawan Bahari adalah 44 kepala keluarga (KK) atau

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat danfaktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, khususnya pada tahap pelaksanaan PNPM di Kelurahan Bagan

Nelayan Indonesia di Jawa Tengah (Kasus Masyarakat Nelayan Desa. Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa

Judul : Dampak Implementasi Kebijakan Larangan Penggunaan Alat Tangkap Cantrang Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan Tradisional Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

Di sisi lain, cantrang merupakan alat tangkap ikan tradisonal yang sebagian besar digunakan oleh nelayan Bagan Deli, sehingga pelarangan cantrang akan menimbulkan dampak bagi

pengurusan surat domisili serta informasi lainnya di Kantor Kelurahan Bagan Deli. Belawan kepada masyarakat

Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka dibangunlah suatu sistem informasi kelurahan bagan deli kecamatan medan belawan berbasis web.. Sistem ini di bangun menggunakan

nelayan di kelurahan Bagan Deli kecamatan Medan Belawan Kota Medan sebagai. salah satu suatu wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan