7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Keterlaksanaan Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2005:625) keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana, kata terlaksana sendiri dapat diartikan yang berarti benda yang dipegang dan menjadi tanda khusus suatu area. Dapat dikatakan bahwa keterlaksanaan lebih mengarah kepada proses, bukan merupakan suatu hasil.
Menurut Nasition (Sugihartono, 2007:80) pembelajaran adalah sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengetur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar, lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan siswa.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut 9, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pengertian pembelajara nadalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
8
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan keterlaksanaan pembelajaran adalah proses yang terjadi atauproses timbal balik antara guru dan siswa serta media belajar utuk mencapai tujuan yang ada dalam kurikulum.
2. Pengertian Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata “efektif”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “efektif” berarti: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), (2) dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan efektivitas berarti: (1) keadaan berpengaruh: hal berkesan, (2) keberhasilan usaha atau tindakan.
Menurut Bungkaes (Muqtadir 2015:3) efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output mencapai tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Subagio (Muqtadir 2015:2) efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi karena dikehendaki. Berdasarkan defenisi menurut bebrapa ahli bahwa efektivitas adalah tujuan akhir dari suatu kegiatan dimana telah tercapai tujuan yang dikehendaki.
Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar”. Daryanto (2013: 9) mendefinisikan belajar sebagai proses perolehan, pengasimilasian dan penginternalisasian masuk ankognitif, metode atau perilaku untuk digunakan secara efektif saat diperlukan.
Setelah memperhatikan beberapa definisi mengenai efektivitas dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan yang dilakasankan untuk mencapai tujuan yang memberikan hasil yang memuaskan.
9
Menurut Popham (2003:7) ,efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu.
Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.Dunne (1996:12) berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah
“memudahkan murid belajar” sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri.
Menurut Bito, indikator keefektifan pembelajaran adalah (1) Keefektifan guru dalam mengelolah pembelajaran, (2) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran aktif, (3) Respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung, (4) Ketuntasan hasil belajar. Sedangkan menurut Simanjuntak mengatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang di harapkan. Pembelajaran efektif di tandai oleh sifat yang harus menekankan adanya pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pendapat Simanjuntak juga menekankan bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran merupakan indikator dalam mengefektifkan pembelajaran (Mootalu,2014:3).
John Carroll (Rahmawati,2015) yang termasuk dalam bidang pendidikan psikologi, dan dalam bukunya yang berjudul “A Model of School Learning”, menyatakan bahwa Instructional Effectiveness tergantung pada lima faktor ;
10
1)Attitude; 2) Ability to Understand Instruction; 3) Perseverance; 4) Opportunity; 5) Quality of Instruction. Dengan mengetahui beberapa indikator
tersebut menunjuk bahwa suatu pembelajaran dapat berjalan efektif apabila terdapat sikap dan kemauan dalam diri anak untuk belajar, kesiapan diri anak, dan guru dalam kegiatan pembelajaran, serta mutu dari materi yang disampaikan.
Apabila kelima indikator tersebut tidak ada maka kegiatan belajar mengajar anak tidak akan berjalan dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka indikator efektivitas pembelajaran pada penelitian ini yaitu :
a. Hasil belajar
Menurut Purwanto (2014:46) hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan,sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Sardiman (2007:51) hasil belajar adalah hasil langsung berupa tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar mengaajar yang sesuai dengan materi yang dipelajarinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil langsung berupa tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan pendidikan,sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan.
Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir yang diperoleh setela melakukan hasil tes belajar yang diberikan setalah mendapat pengajaran materi dengan menerapakan Pendekatan Kontekstual.Hasil belajar siswa diarahakan pada pencapaian tingkat penguasaan siswa ini diukur dari nilai
11
yang diperoleh siswa berdasarkan tes hasil belajar yang diberikan. Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa, bahwa seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil belajar siswa tersebut mencapai skor ≥ 75 dan tuntas secara klasikal jika terdapat ≥ 85% jumlah siswa dalam kelas tersebut yang telah mencapai skor ≥ 75dan hasil belajar siswa dikatakan terjadi peningkatan jika rata-rata gain ternormalisasi minimal berada dalam kategori sedang atau > 0,30.
b. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
Menurut Gie (Nurnawawi:2013) aktivitas belajar siswa adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh siswa yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Sedangkan menurut Sardiman (Nurnawawi:2013) aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dala mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, berpikir, mendengar, membaca dan segala kegiatan yang dapat dilakukan untuk menunjang prestasi belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aktivitas belajar siswa adalah proses komunikasi antara siswa dan guru dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dapat diamati melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, keterampilan siswa dalam bertanya/menjawab.
12
Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini dikatakan baik apabila minimal 75% siswa yang terlibat aktif dalam aktivitas positif selama pembelajaran.
c. Respons siswa yang positif terhadap pembelajaran
Respons berasal dari kata response yang berarti balasan atau tanggapan.
Menurut Susanto (Damanic, 2015) bahwa respons merupakan reaksi, artinya penerimaan atau penolakan, serta sikap acuh tak acuh terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator dalam pesannya. Sedangkan, menurut Abidin (Damanic, 2015) respons adalah reaksi yang dilakukan seseorang terhadap rangsangan, atau perilaku yang dihadirkan rangsangan.
Respons Siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai pembelajaran yang digunakan.Respons Siswa adalah tanggapan Siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.Pendekatan yang baik dapat memberi respons yang positif bagi Siswa setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sekurang-kurangnya 70% Siswa yang memberikan respons positif terhadap jumlah aspek yang ditanyakan.
3. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning Sebagai Suatu Pendekatan Menurut Depdiknas (Taniredja dkk,2014:49) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkanantara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
13
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Selanjutnya menurut Johnson (Kosasih 2009:64) CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna. Menurut Blanchard, Berns, dan Erickson (Komalasari, 2013:6) mengemukakan bahwa:
“Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations;
and motivates student to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workersn and engage in the hard work that learning requires”.
Sedangkan menurut Sanjaya (2006:253) Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, danpekerja.
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga
14
Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Aqib (2015:7) ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal, dan pembelajaran harus di kemasmen jadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
b. Inquiry
Poses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan siswa belajar menggunakan keterampilan berpikirkritis.
c. Questioning (bertanya)
Kegiatan guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa dan bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
d. Learning Community (Komunitas Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang nilai lebih baik dari pada belajar sendiri,tukar pengalaman dan berbagi ide.
15
e. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar dan mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakan.
f. Reflection (Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, mencatat apa yang telah di pelajari dan membuat jurnal, karyaseni, diskusi kelompok.
g. Authentic Assessment ( Penilaian yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja) dan tugas-tugas yang relevan dan kontektual.
c. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual
Menurut Aqib (2015 : 6) CTL dapat di terapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan Refleksi di akhiri pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
16
d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik pembelajaran kontekstual bisa dipraktikkan di dalam kelas, karena karakteristik pembelajaran kontekstual sangat bermanfaat bagi peserta didik sebab bisa meningkatkan etos belajar siswa, menurut Amri dan Ahmadi (2012:33) karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Kerja sama ; siswa saling bertukar fikiran dan saling membantu ketika menemukan kesulitan dalam pembelajaran
2. Saling menunjang; saling mendukung satu sama lain antar siswa ketika belajar
3. Menyenangkan, tidak membosankan; pembelajaran yang mudah di pahami dan di mengerti oleh siswa dan tidak membuat siswa bosan belajar
4. Belajar dengan bergairah; adanya semangat belajar yang tumbuh dalam diri siswa karna pembelajaran bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi; pembelajaran yang saling terhubung dengan yang lainnya
6. Menggunakan berbagai sumber; pembelajaran yang di bawakan atau disampaikan oleh guru menggunakan berbagai macam sumber dan tidak hanya berpatokan pada satu sumber atau bahan ajar.
7. Siswa aktif; siswa saling bergantian menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan oleh guru
17
8. Berbagi dengan teman; saling bertukar fikiran dengan temanya itu ketika teman yang lain tidak mengetahui pelajaran yang sedang berlangsung maka temannya akan memberitahu
9. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.
4. Penelitian Relevan
a. Sebagai bahan pertimbangan hasil penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saiful Syamsuddin yang berjudul“Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14
Makassar”, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Makassar.
b. Sejalan dengan itu Suriani juga melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Kontekstual pada siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 10
Makassar”, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif pada siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Makassar.
c. Penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 3 Sungguminasa Gowa”, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
18
pembelajaran matematika dengan pendekatan kosntekstual efektif pada kelas VIIIE SMP Negeri 3 Sungguminasa Gowa.
B. Kerangka Pikir
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas belum berlangsung secara efektif. Hal ini Nampak pada hasil belajar matematika siswa yang masih dalam kategori rendah. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang selama ini dilaksanakan belum mampu untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan indicator pencapaian kompetensi pada setiap materi pelajaran. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini guna mengatasi permasalahan ketidak efektifan pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan Pendekatan kontekstual.
Berdasarkan kajian pustaka dan teori sebagaimana telah diuraikan, bahwa dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual, pembelajaran terlaksana dengan baik, aktivitas siswa sesuai yang dikehendaki (baik), ketuntasan belajar matematika siswa tercapai (tuntas secaraklasikal), dan respon siswa terhadap pembelajaran positif. Memperhatikan kreteria tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui Pendekatan Kontekstual, pembelajaran matematika akan efektif.
Berikut disajikan bagan kerang kapikir sebagaimana uraian di atas:
19
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Mayor
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
“Pembelajaran matematika efektif melalui pendekatan kontekstual pada kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa”.
Pembelajaran Matematika dengan pendekatan kontekstual
Kontekstual
Pembelajaran Efektif
Indikator Keefektifan
Hasil Belajar
Aktivitas Siswa
Respon Siswa
Analisis Analisis
Tuntas Dan terjadi peningkatan
Analisis
Baik Positif
Keterlaksanaan Pembelajaran
Aktivitas Guru
Analisis
Baik
20
2. Hipotesis Minor
a) Rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa dengan pendekatan kontekstual berada pada kategori baik dan sangat baik.
b) Hasil Belajar Siswa
1) Rata-rata skor hasil belajar matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa setelah diterapkan Pendekatan Kontekstual ≥ 74,9(KKM 75). Untuk keperluan pengujian secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut
H0 : µ ≤ 74,9 melawan H1 : µ > 74,9
Keterangan : µ = rata-rata skor hasil belajar matematika siswa
2) Ketuntasan belajar matematik kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa setelah diterapkan pendekatan kontekstual secara klasikal lebih besar dari 84,9%. Untuk keperluan pengujian secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut
H0 : π ≤ 84,9, melawan H1 : π > 84,9
c) Aktivitas kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berada pada kategori baik, yaitu persenta sejumlah siswa yang terlibat aktif ≥ 75%.
21
d) Respon kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan positif, yaitu persentase siswa yang menjawab “ya” ≥ 70%.