• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-ciri tersebut ialah:

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

(2)

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujun pembelajaran dapat tercapai (Trianto, 2009: 23).

Berkenaan dengan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang telah didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk belajar aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Setiap pendidik atau guru hendaknya mengetahui dan menguasai beberapa teori mengenai model pembelajaran, sehingga guru atau pendidik tersebut akan dapat menerapkannya di kelas dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan akan dapat menghasilkan proses belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.

b. Manfaat Model Pembelajaran

Adapun manfaat model pembelajaran ialah:

1) Bagi Guru.

a) Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta ketersediaan media yang ada.

b) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.

(3)

c) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku peserta didik secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.

d) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran peserta didik secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).

e) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan pembelajaran dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran.

2) Bagi Siswa

a) Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

b) Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran

c) Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh

d) Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif.

1) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan peserta didik belajar dan bekerja secara kelompok–kelompok secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

(4)

heterogen. “Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur” (Rusman, 2009: 203).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa:

a) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, dan menumbuhkan sikap toleransi serta menghargai pendapat orang lain.

b) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman (Rusman, 2009: 205).

Berdasarkan penjelasan beberapa teori di atas, dapat diartikan bahwasannya model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang cukup efektif jika digunakan pada proses pembelajaran, hal itu dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi baik pada individu ataupun pada kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat menimbulkan keterampilan interaksi sosial pada peserta didik.

(5)

2) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-

temannya (1994) di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (Nur dalam Trianto, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. (Trianto, 2009: 68).

b) Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, ada beberapa persiapan-persiapan antara lain:

(6)

1. Perangkat pembelajaran

Dalam pembelajaran Student Teams Achievement Divisions, perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

2. Membentuk Kelompok Kooperatif

Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen.

Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar.

3. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada kuis.

4. Pengaturan Tempat Duduk

Mengaturan kelas dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

5. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions, terlebih dahulu diadakan

(7)

latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok. (Trianto, 2009: 69).

Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.. Langkah-langkah itu dapat ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekarja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

c) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

(8)

c) Mengembangkan bakat

kepemimpinan

dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

(Adesanjaya, 2011:68).

2. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana. 1989: 28 dalam Rusman. 2011: 1)

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematic. Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam

(9)

situasi tersebut menemukan dirinya. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu (Oemar Hamalik, 2011: 41). Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku pada akhir kegiatan pembelajaran. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah lakuakhir belajar tersebut dievaluasi. (Rusman. 2011: 161)

Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan belajar adalah proses perubahan yang berkesinambungan atau kontinu dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan.

(Rusman. 2011: 1) Pembelajaran adalah proses tingkah laku yang melibatkan seluruh indera yang memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja (Dryden. 2001: 195).

Warsita (2008: 85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Pembelajaran adalah sebagai proses pengondisian kearah

(10)

prilaku spontan yang dicapai melalui program pelatihan dengan imbalan dan hukuman (Skiner dalam Rusman. 2008: 161). Sudjana (2004: 28)

“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan pembelajaran adalah komunikasi antara pembelajar, pengajar yang melibatkan seluruh indera agar memunculkan kreativitas.

c. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja. Kata aktivitas berasal dari kata activity yang artinya kegiatan belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas baik aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak- banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran proses perolehan hasil pelajaran secara

(11)

aktif: ia mendengarkan, mengamati, menyelidik, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lainnya, dan sebagainya. Kegiatan atau keaktifan atau jasmani atau fisik sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan lain-lain. sedang kegiatan psikis tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan dan sebagainya (Ahmad Rohani. 2004: 6).

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan. Kebutuha itu meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat.

Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk belajar dan bekerja merupakan aktivitas. Keberhasilan siswa dalam dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian atau kegiatan secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya (Sriyono. 2011: 14).

(12)

Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani, rohani dan sosial yang menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan- perbuatan yang dilakukan, termasuk belajar dan bekerja merupakan aktivitas. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

3. Hasil Belajar

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah reciving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized (Suprijono, 2011: 7).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar (Dimyati dan Mujjiono, 2002:3). Menurut (Oemar Hamalik, 2011: 8) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Arikunto (1990: 133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak

(13)

dalam perbuatan yang dapat diamati,dan dapat diukur. (Nasution, 1995:

25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.

Menurut pendapat di atas disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar yang tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

Soemantri (1967) PKn merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Winata Putra (1978) PKn merupakan pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 tahun 1949. Undang-undang ini berisi tentang kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status bagi warga Indonesia.

(14)

Tujuan pendidikan PKn adaah untuk membentuk watak atau karakteristik warga Negara yang baik. Mulyasa (2007) tujuan pendidikan PKn adalah untuk menjadikan siswa mampu berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bias bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. Bias berkembang secara positif dan demokratif. Muhammad Haris, (2010) Pendidikkan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi lembaga-lembaga demokrasi, Rule of law, HAM, hak dan kewajiban-kewajiban warga negara serta proses

demokrasi. Zamroni, (2010) Pendidikkan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokratis yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Dari uraian di atas PKn merupakan pendidikan sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik.

a. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran

“Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”, yang di singka dengan PPkn. Istilah “Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan”, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak di Undangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 secara hukum istilsh tersebut sudah berubah menjadi

(15)

“Pendidikan Kewarganegaraan”. Oleh karena itu nama mata pelajaran tersebut di SD berubah menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan. (Ian, 2010)

Menurut Kurikulum PPSP 1973 di perkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi materi Ilmu pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi Sosial terpadu juga terdapat Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan Civics dan Hukum sebagai program utama Jurusan Sosial. Istilah Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “civics” yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga Negara yang baik (good citizen).

Dalam konteks itu, Khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-Pedagogis yang kondusif atau member suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu member keteladanan,, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokratis.

Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.Peran PKn dalam

(16)

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.

Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat jamak. Sifat multidimensionalnya itu terletak pada: Pandangan yang pluralistik – uniter (bermaacam-macam teetapi menyatu) dalam pengertian Bhineka Tunggal Ika.(Ian, 2010)

B. Kerangka Pikir

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang bepengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subyek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri peserta didik (Sardiman, 2008: 39).

Faktor ekstern yang ada dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proses belajar. Misalnya penggunaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dapat mengakibatkan proses belajar akan berlangsung dengan baik. Adanya

(17)

interaksi antara peserta didik dan guru yang ada di lingkungan belajar (kelas).

Selain penggunaan media pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan juga sangat mempengaruhi proses belajar. Adanya penggunaan model pembelajaran yang sesuai pada prose pembelajaran di kelas, akan memberikan porsi proses pendidikan yang sesuai. Dengan demikian proses pembelajaran yang berjalan baik cenderung akan memudahkan peserta didik memahami materi yang sedang dipelajari dan akan menghasilkan hasil belajar yang baik.

Pada penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus pembelajaran. Dimana nantinya setiap siklus guru atau peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk dapat meningkatkan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil uji kompetensi beripa tes tertulis. Peneliti juga akan menerapkan refleksi yang sesuai pada setiap siklusnya sehingga dapat memberikan solusi pada setiap permasalah di setiap siklus peneltian kali ini. Berikut kerangka pikir dari penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skema:

(18)

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian C. Hipotesis Tindakan

Hipotesi tindakan dalam penelitian ini adalah: “jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sri Basuki Kecamatan Negara Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Kondisi awal

Dalam pembelajaran di kelas, guru belum dapat menggunakan model

pembelajaran yang berinovatif.

Berdasarkan pembelajaran yang

monoton, hasil belajar peserta didik rendah

Tindakan

kelas Penggunaan model

pembelajaran STAD

Siklus I Peserta didik harus membiasakan untuk

belajar secara berkelompok dan aktif

dalam setiap pembelajaran.

Siklus II Peserta didik mulai beradaptasi dengan proses pembelajaran

secara berkelompok dan selalu aktif dalam

proses pembelajaran.

Kondisi akhir

Dengan penggunaan model pembelajaran, peserta didik merasa bersemangat dalam

proses belajar, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian   C. Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Event adalah peristiwa atau kejadian yang diterima oleh suatu objek, misalnya klik, seret dan lain-lain yang akan memicu program Visual Basic menjalankan kode program seperti

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

Based on the analysis, the writer concluded that the phonological processes occurred in the pronunciations of Black English words of 50 Cent song lyrics in the album ‘Curtis’

Kami akan terus menerima saran dan kritik yang membangun dari pelanggan kami. Kami akan

Intervensi ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam memahami dunia anak-anak melalui permainan, sehingga bila digunakan pada situasi dan kondisi yang

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Hal ini memberikan indikasi bahwa kemampuan kerja seseorang dapat diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja

Dalam hal ini kedisiplinan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri yang dimiliki pada seseorang secara langsung akan