ANALISIS KINERJA DAERAH ALIRAN SUNGAI
BERDASARKAN INDIKATOR PENGGUNAAN LAHAN
DAN DEBIT AIR PADA DAS UNDA
SKRIPSI
Oleh :
Edoardo Wahyudi Toban
KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
i
ANALISIS KINERJA DAERAH ALIRAN SUNGAI
BERDASARKAN INDIKATOR PENGGUNAAN LAHAN DAN
DEBIT AIR PADA DAS UNDA
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh :
Edoardo Wahyudi Toban
NIM. 1205105061
KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku, apabila terbukti bahwa skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Denpasar, 26 Juni 2016
Yang menyatakan,
iii ABSTRAK
Edoardo Wahyudi Toban. Nim 1205105061. Analisis Kinerja Daerah Aliran Sungai Berdasarkan Indikator Penggunaan Lahan dan Debit Air pada DAS Unda. Dibimbing Oleh Ir. I Nyoman Sunarta, MP. dan Ir. Ni Made Trigunasih, MP.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam, air dan vegetasinya dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS Unda diduga mengalami penurunan fungsi, seperti menurunya luasan hutan, meningkatnya lahan kritis dan diketahui berpotensi banjir. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon DAS Unda terhadap perubahan penggunan lahan pada tahun 2006-2013 dan kondisi debit air. Indikator kinerja DAS yang digunakan adalah Presentase Penutupan Vegetasi (PPV) dan Koefisien Regim Aliran (KRA). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan melihat dari dua parameter yaitu penggunaan lahan dan debit air. Hasil penelitian menunjukan presentase penutupan vegetasi dalam kategori sedang berkisar 53-55% dan mengalami penurunan sebesar 1,87% pada tahun 2013. Indikator koefisien regim aliran memperoleh nilai 67,66 sebelum dikeluarkannya RPDT (2006-2009) termasuk dalam kategori sedang dan mendapatkan nilai 18,8 setelah dikeluarkanya RPDT (2010-2013) dengan kategori baik. Penurunan nilai KRA diduga tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai presentase penutupan vegetasi, melainkan juga dipengaruhi faktor lain, seperti iklim, jenis tanah, jenis vegetasi, fase pertumbuhan, kerapatan vegetasi, dan cara pengelolaan.
iv ABSTRACT
Edoardo Wahyudi Toban. Nim 1205105061. Performance Analysis of Watershed Indicators Based on Land Use and Discharge of Water in DAS Unda. Guide by: Ir. I Nyoman Sunarta, M.P. and Ir. Ni Made Trigunasih, MP.
Watershed (DAS) is an integral ecosystem elements consist primarily of natural resources, water and vegetation and human resources as users of those resources. Unda watershed allegedly decreased function, such as the decline in forest area, increasing critical lands and known to potentially flood. This research was conducted in order to deternine Unda watershed response to changes of use of land in the years of 2006-2013 and the water discharge conditions. DAS performance indicators used are the Precentage of Vegetation Cover (PVC) and Coefficient of Flow Regime (CFR). Method of research is descriptive comparative view of the two parameters, that is the use of land and water discharge. The results showed the prencentage of vegetation cover in the medium category ranges from 53-55% and deceased by 1,87 in 2013. Indicator coefficient of flow regimes gained 67,66 value before it is published Plan of Integrated Watershed Management (2006-2009) included in the medium category and scores 18,8 after being issued Plan of Integrated Watershed Management (2010-2013) with both categories. CFR suspected impairment is not only influenced by the value of the percentage of vegetation cover, but is also influenced by othe factors, such as climate, soil type, vegetation type, the growth phase, vegetation density, and management.
v
RINGKASAN
Penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Daerah Aliran Sungai Berdasarkan
Indikator Penggunaan Lahan dan Debit Air Pada DAS Unda” dilaksanakan sejak
Januari hingga April 2016. DAS Unda merupakan salah satu DAS yang dinilai
sebagai sasaran mendesak dilakukan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. Di
wilayah DAS Unda masih banyak terdapat lahan kritis yang cukup luas, sebagian
lahan kritis berupa tanah berpasir dan berbatu sebagai hasil dari letusan Gunung
Agung. Kondisi demikian menyebabkan tanah rawan erosi dan longsor. Diketahui
bahwa sebagian lahan di wilayah DAS Unda telah berubah menjadi lahan galian C
(RPDT SWP DAS Unda, 2009).
Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan
mengevaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan DAS, melihat kondisi DAS yang
mengkuatirkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.61/
Menhut-II/2014 mengenai monitoring kinerja DAS, dalam penelitian ini analisis kinerja
menggunakan dua indikator terdiri dari penggunaan lahan dan debit air. Periode yang
diamati dilakukan selama 7 tahun dari tahun 2006-2013.
Indikator penggunaan lahan dan debit air dilihat berdasarkan data yang
diperoleh dari intansi terkait. Penggunaan lahan diperoleh dari BPDAS Unda Anyar
untuk tahun 2012 dan klasifikasi citra Landsat TM7 dan TM8 untuk tahun 2006 dan
2013. Data debit air diperoleh berdasarkan pencatatan AWLR (Authomatic Water
Level Record ) Cegeng tahun 2006-2013. Penggunaan lahan di DAS Unda selama
periode 2006-2013 didominasi oleh kebun/perkebunan, kemudian hutan, sawah
irigasi dan tegalan/ladang. Sedangkan penggunaan lahan seperti pemukiman,
belukar/semak, tanah berbatu, gedung, sungai dan rumput/tanah kosong mencakup
luas kurang dari 10% dari total luas penggunaan lahan. Untuk debit air di DAS Unda,
tercatat puncak debit terjadi pada bulan Oktober tahun 2011 sebesar 53,4 m3/dt dan
vi
maksimum di DAS Unda selama periode 2006-2013 sebesar 35,9 m3/dt dan rerata
minimum sebesar 13,42 m3/dt.
Hasil analisis kinerja DAS menunjukan berdasarkan indikator penggunaan
lahan yang dilihat dari Presentase Penutupan Vegetasi (PPV), nilai PPV DAS Unda
antara 53-55% dan masuk dalam kategori kelas sedang. Selama periode 2006-2013
telah terjadi penurunan presentase sekitar 1,87%. Nilai PPV diperoleh berdasarkan
perbandingan luas vegetasi permanen (kebun,hutan, dan semak/belukar) dengan luas
DAS. Sedangan indikator debit air yang dilihat dari Koefisien Regim Aliran (KRA)
diperoleh nilai 67,66 pada periode sebelum dikeluarkannya RPDT (2006-2009)
termasuk kelas sedang dan 18,8 pada periode dikeluarkannya RPDT (2010-2013)
termasuk kelas rendah. Selama periode 2006-2013 telah terjadi penurunan nilai KRA
vii
JUDUL : ANALISIS KINERJA DAERAH ALIRAN SUNGAI
BERDASARKAN INDIKATOR PENGGUNAAN LAHAN DAN DEBIT AIR PADA DAS UNDA
NAMA : EDOARDO WAHYUDI TOBAN
NIM : 1205105061
Skripsi ini telah Disetujui pada tanggal 28 Juni 2016
Menyetujui,
Tanggal lulus : 12 Juli 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP 19630515198803 1 001 Pembimbing I
Ir. I Nyoman Sunarta, MP. NIP. 19540831 198103 1 003
Pembimbing II
viii
ANALISIS KINERJA DAERAH ALIRAN SUNGAI
BERDASARKAN INDIKATOR PENGGUNAAN LAHAN DAN
DEBIT AIR PADA DAS UNDA
Dipersiapkan dan diajukan oleh
Edoardo Wahyudi Toban
NIM. 1205105061
Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji
Pada tanggal 12 Juli 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
No. : /UN 14.1.23/DL/2016
Tanggal : 2016
Tim Penguji Skripsi adalah:
Ketua : Ir. Tatiek Kusmawati, MS
Anggota :1. Ir. Wayan Narka, MS.
ix
RIWAYAT HIDUP
Edoardo Wahyudi Toban dilahirkan di Tabanan, Bali
pada tanggal 13 Juni 1994. Merupakan putra kedua dari tiga
bersaudara pasangan Robinson, S.Pd dan Wiji Lestari .
Penulis memulai pendidikan taman kanak-kanak di TK
Widya Karya tahun 1999 sampai tahun 2000 dan pendidikan
sekolah dasar di SDN Meliling dan 6 Delod Peken tahun 2000
sampai 2006. Penulis menempuh sekolah menengah pertama di
SMPN 2 Tabanan dari tahun 2006 sampai dengan 2009 dan pendidikan sekolah
menengah atas di SMAN 1 Kediri tahun 2009 sampai 2012. Penulis mengikuti seleksi
PMDK I tahun 2012 dan lulus sebagai mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi,
Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Udayana
penulis aktif di berbagai kegiatan tingkat fakultas dan jurusan serta tingkat
universitas. Penulis menjabat sebagai Kabid Humas Himpunan Mahasiswa Jurusan
Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) periode 2014-2015, pengurus Formatani
periode 2015-2017, pengurus Keluarga Besar Mahasiswa Kristen (KBMK) periode
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis sampaikan kehadapan Tuhan Yesus Kristus, karena atas
rahmat dan kehendakNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul: ”Analisis Kinerja Daerah Aliran Sungai Berdasarkan Indikator Penggunaan
Lahan dan Debit Air pada DAS Unda”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan bagi mahasiswa untuk
mencapai gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof.Dr.Ir. I Nyoman Rai, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Udayana.
2. Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS. selaku Ketua Jurusan Prodi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
3. Ir. I Nyoman Sunarta, MP. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan waktu, dorongan, semangat, arahan, serta bantuan dan bimbingan
yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
4. Ir. I Ni Made Trigunasih, MP. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu, dorongan, semangat, arahan, serta bantuan dan bimbingan
yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
5. Ir. Tatiek Kusmawati, MS., Ir. Wayan Narka, MS., dan Ir. I Nyoman Puja,
MS. selaku penguji yang senantiasa memberikan masukan dalam penulisan
penyusunan skripsi ini.
6. Ir. I Dewa Made Arthagama, MP. selaku pembimbing akedemik yang banyak
memberikan dukungan, saran dan pendapat selama penulis menjadi
mahasiswa.
7. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Pertanian
xi
diberikan selama penulis menjalani studi di Fakultas Pertanian Universitas
Udayana.
8. Kedua orangtua penulis tercinta Bapak Robinson, S.Pd dan Ibu Wiji Lestari
yang selalu memberikan dukungan doa, arahan, kasih sayang, inspirasi dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kedua saudara penulis tersayang, Christ Roviaci Toban dan Ayu Putri
Novianti Toban untuk doa dan motivasi kalian sehingga studi penulis dapat
terselesaikan.
10.Teman-teman Agroekoteknologi angkatan 2012 dan khususnya untuk
teman-teman di Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan (Jerry, Charles, Frenca,
Yoga, Bunada, Irna, Domi, Ari, Juwita, Maya, Eka, Sherlyta, Padma, Rini,
Echa).
11.Saudara-Saudariku dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian
(PMKFP) Universitas Udayana, yang telah memberikan doa dalam
penyusunan skripsi ini serta pengalaman dalam pelayanan selama menjadi
mahasiswa.
12.Saudara-saudariku seperjuangan (Ucok, Catherine, Tugung, Ivan, Ana, Ani,
Jerry) dan para sahabat tercinta (Agung, Bobby, Bram, Rini, Ricky, Satria dan
Yudi) atas kasih persahabatan yang telah diberikan.
13. Teman-teman di Himagrotek Udayana yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama ini dan teman lainnya (Novel Merry, Nando, Shaine,
Lanang, Bayu, Ucup, dll).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini,masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Denpasar, 26 Juni 2016
xii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM……… ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……… ... ii
ABSTRAK ……… ... iii
ABSTRACT……… ... iv
RINGKASAN……… ... v
HALAMAN PERSETUJUAN……… ... vii
TIM PENGUJI……… ... viii
2.1Daerah Aliran Sungai ... 5
2.2Penggunaan Lahan ... 7
2.3Curah Hujan ... 8
2.4Debit Air Sungai ... 10
xiii
III. METODE PENELITIAN ... 14
3.1Tempat dan Waktu ... 14
3.2Bahan dan Alat ... 14
3.3Metode Penelitian... 15
3.4Jenis dan Sumber Data ... 16
3.4.1 Jenis Data ... 16
3.4.2 Sumber Data ... 16
3.5 Analisis Penggunaan Lahan ... 16
3.6 Analisis Curah Hujan ... 17
3.7 Analisis Debit Air ... 18
3.8 Uji Kinerja DAS ... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil ... 20
4.1.1 Penggunaan Lahan ... 20
4.1.2 Debit Air ... 26
4.2 Pembahasan ... 28
4.2.1 Kinerja DAS ... 28
4.2.1.1. Presentase Penutupan Vegetasi ... 28
4.2.1.2 Koefisien Regim Aliran ... 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1 Kesimpulan ... 35
5.2 Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
2.1 Klasifikasi Nilai PPV ... 13
2.2 Klasifikasi Nilai KRA ... 13
3.1 Kriteria dan Indikator Kinerja DAS ... 19
4.1 Jenis Penggunaan Lahan di DAS Unda ... 21
4.2 Rerata Debit Bulanan DAS Unda (m3/detik) ... 26
4.3 Nilai Qmax/Qmin dan KRA tahun 2006-2013 ... 31
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
3.1 Peta DAS Unda.... ... 14
4.1 Peta Penggunaan Lahan DAS Unda Tahun 2006 ... 23
4.2 Peta Penggunaan Lahan DAS Unda Tahun 2012 ... 24
4.3 Peta Penggunaan Lahan DAS Unda Tahun 2013 ... 25
4.4 Hubungan Curah Hujan dan Debit Air Periode 2006-2013 ... 27
4.5 Grafik Presentase Penutupan Vegetasi di DAS Unda ... 28
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2006 ... 40
2. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2007 ... 40
3. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2008 ... 41
4. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2009 ... 42
5. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2010 ... 42
6. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2011 ... 43
7. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2012 ... 44
8. Besarnya Aliran Harian (m3/dt) di DAS Unda Tahun 2013 ... 44
9. Rekapitulasi Data Curah Hujan Tahun2006-2013 di Kec. Rendang ... 45
10.Rekapitulasi Data Curah Hujan Tahun2006-2013 di Kec. Selat... 45
11.Rekapitulasi Data Curah Hujan Tahun2006-2013 di Kec. Sidemen... 46
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan
yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut
(Manan, 1979 dalam Nilda, 2014). DAS berperan penting sebagai daerah
tangkapan hujan, yang berfungsi sebagai penyedia air, pengendali sedimentasi dan
pengendali banjir. Namun kenyataannya, fungsi DAS semakin menurun, akibat
terjadinya berbagai masalah pada pengelolaan DAS yang menghambat fungsi
DAS, seperti perubahan alih fungsi hutan, pendangkalan aliran sungai, timbulnya
longsor, berkurangnya sumber mata air, tererosinya lapisan tanah yang
memberikan dampak perubahan ke arah lahan kritis.
Kondisi DAS yang baik dapat dilihat dari distribusi air yang dialirkan
sepanjang tahun dan musim. Apabila debit sangat tinggi di musim hujan dan
sangat rendah pada musim kemarau menunjukkan terjadinya kerusakan pada
DAS. Hal tersebut terjadi disebabkan karena adanya aktivitas manusia sebagai
salah satu faktor dinamis terjadinya perubahan penggunaan lahan (Nilda, 2014).
Perubahan penggunaan lahan akan terus terjadi seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang membawa konsekuensi penyediaan
kebutuhan hidup manusia. Permasalahan yang tidak diimbangi dengan
sumberdaya lahan yang terbatas, mengakibatkan penggunaan lahan tidak sesuai
2
yang tidak menerapkan konsep konservasi. Perubahan lahan pada wilayah DAS
akan mempengaruhi kondisi hidrologi DAS seperti meningkatnya laju debit
puncak, koefisien aliran permukaan, dan volume aliran permukaan (Hartanto,
2009; Lipu, (2010).
DAS Unda merupakan salah satu DAS dari 12 SWP (Satuan Wilayah
Pengelolaan) DAS di Provinsi Bali dan dinilai sebagai sasaran mendesak untuk
dilakukan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDT). Di wilayah DAS Unda
masih terdapat lahan kritis yang cukup luas, sebagian lahan kritis berupa tanah
berpasir dan berbatu sebagai hasil dari letusan Gunung Agung. Kondisi yang
demikian menyebabkan tanah rawan erosi dan longsor. Diketahui bahwa sebagian
lahan di wilayah DAS Unda telah berubah menjadi lahan galian C (RPDT SWP
DAS Unda, 2009).
DAS Unda memiliki total luas berkisar 24029 ha dengan kemiringan
lereng antara 3 sampai > 40% yang tergolong landai hingga curam. Hasil analisis
peta rawan longsor SWP DAS Unda tahun 2008 menunjukkan bahwa DAS Unda
memiliki tingkat kerentanan longsor dalam tingkat tidak rentan (43 ha), sedikit
rentan (1154 ha), agak rentan (20491 ha), rentan (2338 ha) dan sangat rentan (3
ha) (RPDT SWP DAS Unda, 2009).
Berdasarkan hasil penilaian (scoring) dan pembobotan potensi banjir pada
tahun 2008, BPDAS Unda Anyar melaporkan bahwa lokasi DAS Unda memiliki
potensi banjir dalam tingkat sangat rendah sebesar (0%), rendah (0,01%), sedang
(51,8%), tinggi (47,9%) dan sangat tinggi (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
DAS diwaspadai dalam kaitan potensi banjir dan telah terjadi penurunan luasan
3
potensi banjir sangat tinggi, maka menunjukkan kondisi aliran (debit) berbeda dari
keadaan normal dan memliki peluang aliran permukaan (over land flow) yang
tinggi pada musim hujan dan rentan terhadap kekeringan di musim kemarau.
Melihat hasil evaluasi terhadap kondisi dan fungsi DAS yang menurun,
saat ini institusi dan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sumberdaya
DAS telah menyusun Rencana Pengelolaan DAS Terpadu untuk meningkatkan
keterpaduan pengelolaan DAS melalui koordinasi, intergrasi dan sinkronisasi
kebijakan dan kegiatan pengelolaan maupun pengembangan DAS yang efektif dan
efisien. Sehubungan dengan hal tersebut, monitoring dan evaluasi kinerja DAS
sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan pengelolaan DAS
telah dilakukan secara efektif dan efisien yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai pedoman dasar perbaikan perencanaan pengelolaan DAS ke depan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.61
/Menhut-II/2014 mengenai Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS, maka perlu
dilakukan upaya mengumpulkan, menghimpun data dan informasi yang
dibutuhkan untuk tujuan evaluasi kinerja pengelolaan DAS berdasarkan
indikator penilaian meliputi komponen biofisik, hidrologis, sosial dan ekonomi,
investasi bangunan dan pemanfaatan ruang wilayah DAS.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
pengukuran parameter dengan standar evaluasi kinerja DAS terhadap kondisi
kesehatan DAS. Kriteria yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi kinerja
DAS Unda adalah penggunaan lahan dan tata air. Indikator yang digunakan pada
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan dan debit air di DAS Unda?
2. Bagaimana kinerja DAS Unda yang dillihat dari indikator peresentase
penutupan vegetasi dan debit air?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan dan debit air di DAS Unda.
2. Untuk mengetahui kinerja DAS Unda yang dilihat dari indikator
presentase penutupan vegetasi dan debit air.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat membeikan informasi bagi masyarakat
sebagai pengelola sumberdaya yang berada di wilayah DAS Unda.
2. Bagi pemerintah sebagai pelaku kebijakan, diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi mengenai kinerja DAS Unda yang dilihat
berdasarkan indikator penggunaan lahan dan debit air yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengelolaan DAS yang
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,
DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah
hujan dan sumber air lainnya dan kemudian secara alami mengalirkannya melalui
sungai utama yang selanjutnya bermuara ke danau atau ke laut, yang batas di darat
berupa pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan. Menurut Manan (1979) dalam Nilda (2014)
menyatakan bahwa, DAS merupakan suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah
topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di
atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut.
Asdak (2010) menyatakan bahwa, ekosistem DAS dibagi menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah
konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng
lebih besar dari 15% bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan
oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah
hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan
pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi
oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakau.
Salah satu utama fungsi DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas
6
lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang
akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yang
berkembang saat ini, konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan
penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan
erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap
tata air dalam ekosistem DAS (Noordwijk & Farida, 2004 dalam Surya Utami,
2012).
Soewarno (1991) dalam Devianto (2008) mengatakan bagian hulu dari
suatu DAS merupakan daerah yang mengendalikan aliran sungai dan menjadi
suatu kesatuan dengan bagian hilir yang menerima aliran tersebut. Pengetahuan
karakteristik DAS dan alur sungai dapat dinyatakan secara kuantitatif dan
kualitatif. Pengetahuan tersebut sangat membantu dalam melaksanakan pekerjaan
hidrometri, antara lain :(1) Merencanakan pos duga air, (2)Melaksanakan survei
lokasi pos duga air dan (3) Analisa debit.
Aliran sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan dan
kondisi biofisik DAS. Karakteristik biofisik mencakup geometri (ukuran, bentuk,
kemiringan DAS), morfometri (ordo sungai, kerapatan jaringan sungai, rasio
percabangan, rasio panjang), geologi, serta penutupan lahan (Liamas, 1993 dalam
Nilda., 2014). Diantara keempat penciri kondisi biofisik, tipe penutupan lahan
merupakan satu-satunya parameter yang dapat mengalami perubahan secara cepat
dan memberikan pengaruhnya secara signifikan terhadap karakteristik debit
7
2.2 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan
kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat
dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun
spiritual (Arsyad, 2010). Penggunaan lahan memiliki definisi yang berbeda
walaupun menggambarkan keadaan fisik permukaan bumi yang sama. Lillesand
dan Kiefer (1993) dalam Poppy (2011) mendefinisikan penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan
penutupan lahan merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan
tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Sebagai
contoh pada penggunaan lahan untuk pemukiman yang terdiri atas pemukiman,
rerumputan, dan pepohonan.
Menurut Muiz (2009) dalam Poppy (2011), perubahan penggunaan lahan
diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke
penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan
konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur
sosial 4 ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan
komersial maupun industri. Perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan
pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta
penggunaan lahan dan penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data
penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat berguna dalam
pengamatan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan (landuse
change) meliputi pergeseran penggunaan lahan menuju penggunaan lahan yang
8
Secara umum perubahan lahan akan mengubah: (a) karakteristik aliran sungai, (b)
jumlah aliran permukaan, (c) sifat hidrologis daerah yang bersangkutan (Mayer
dan Tuner, 1994 dalam Nilda, 2014).
Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan adalah upaya pengelompokan
jenis penutup lahan/penggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai dengan
sistem tertentu. Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk
tujuan pemetaan penutup lahan/penggunaan lahan (Sitorus, dkk, 2006 dalam Julia
Rahmi, 2009). Pengelompokan penggunaan lahan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tujuh kategori, terdiri dari hutan, semak/belukar, kebun/perkebunan
campuran, pemukiman, sawah irigasi, tegalan/ladang dan lahan terbuka.
2.3 Curah Hujan
Siklus hidrologi adalah suatu rangkaian proses yang terjadi dengan air
yang terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi dan pengaliran keluar (outflow).
Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut. Penguapan dari daratan
terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Uap yang dihasilkan mengalami kondensasi
dan dipadatkan membentuk awan-awan yang nantinya dapat kembali menjadi air
dan turun sebagai presipitasi (Machairiyah, 2007).
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan
menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran
antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah
(groundwater). Ada beberapa sifat hujan yang penting untuk diperhatikan dalam
9
hujan, lama waktu hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas daerah pengaruh
hujan. Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa hujan
titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan (chactment
area) yang kecil sampai yang besar (Novie, 2005).
Analisis frekuensi adalah suatu analisis data hidrologi dengan
menggunakan statistika yang bertujuan memprediksi suatu besaran hujan atau
debit dengan masa ulang tertentu (Sri Harto, 1993 dalam Febrina Girsang, 2008).
Perhitungan data hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara
benar untuk analisis data hujan. Dalam praktek sering dijumpai perhitungan yang
kurang tepat, yaitu dengan cara mencari hujan maksimum harian setiap pos hujan
dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS. Cara
tersebut tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan masing-masing pos
hujan yang terjadi pada hari yang berlainan. Hasilnya akan jauh menyimpang
dengan yang seharusnya (Suripin, 2004 dalam Febrina Girsang, 2008).
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) dalam Febrina Girsang (2004)
mengatakan bahwa curah hujan daerah harus diperkirakan dari beberapa titik
pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari
pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :
1. Cara Rata-Rata Aljabar
Jika titik pengamatan banyak dan tersebar merata di seluruh daerah dapat
digunakan cara ini. Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari
hasil yang didapat dengan cara lain.
10
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
perhitungan curah hujan harian rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan.
3. Cara Isohiet
Cara ini adalah cara rasionil yang paling baik jika garis-garis isohiet dapat
digambar dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan
variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta
isohiet ini akan terdapat kesalahan pribadi pembuat peta.
2.4 Debit Air Sungai
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf
aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik
biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan
pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan)
iklim lokal (Asdak, 1995).
Menurut NCSRI (2003) dalam Nilda (2014) debit adalah jumlah atau
volume air yang mengalir pada suatu titik atau melalui suatu saluran per satuan
waktu yang diformulasikan sebagai berikut :
Q = A x V
Dimana:
Q= debit air (m3/detik)
11
V = kecepatan aliran (m/detik)
Dalam suatu sistem DAS, curah hujan berubah menjadi debit air, dimana
volume debit tergantung pada beberapa faktor, diantaranya: jenis tanah, iklim,
topografi, dan tata guna lahan. Penggunaan lahan adalah salah satu faktor-faktor
dinamis yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal ini terus berubah seiring
dengan kebutuhan manusia akan pemukiman, pertanian, transportasi dan lain-lain.
Selama hujan berlangsung, debit air sungai akan meningkat seiring dengan
meningkatnya volume air hujan yang masuk ke dalam sungai. Discharge dapat
digunakan untuk memantau kualitas DAS, jika debit sangat tinggi di musim hujan
dan sangat rendah pada musim kemarau menunjukkan terjadinya kerusakan pada
DAS. Kondisi DAS yang baik adalah ketika debit di distribusikan dengan baik
sepanjang tahun dan musim (Nilda, 2014).
Analisis hidrograf aliran merupakan suatu metode yang cukup relevan
untuk menarik kesimpulan mengenai kondisi suatu DAS, karena output DAS yang
diharapkan harus menjamin distribusi air yang merata sepanjang tahun dengan
hasil (water yeild) yang cukup tinggi (Asdak, 2002).
2.5 Monitoring dan Evaluasi Kinerja DAS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.61 /Menhut-II /2014
mengenai Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS, yang meliputi komponen
biofisik, hidrologis, sosial ekonomi, investasi bangunan dan pemanfaatan
ruang wilayah DAS merupakan upaya mengumpulkan dan menghimpun data
serta informasi yang dibutuhkan untuk tujuan evaluasi kinerja pengelolaan
DAS. Penggunaan lahan dapat ditentukan melalui tiga indikator yaitu presentase
12
indikator yaitu koefisien regim aliran, koefisien aliran tahunan, muatan sedimen,
banjir dan indeks penggunaan air. Kriteria social dan ekonomi terdiri tiga
indikator yaitu tekanan penduduk, tingkat kesehjateraan penduduk dan keberadaan
dan penegakan peraturan. Kriteria nilai investasi bangun terdiri dari dua indikator
klasifikasi kota dan nilai investasi bangunan air serta kriteria pemanfaatan ruang
wilayah yang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Monitoring dan evaluasi kinerja DAS ini sangat penting untuk mengetahui
apakah tujuan pengelolaan DAS telah tercapai melalui kegiatan pengelolaan DAS
yang telah dilakukan dan selanjutnya dapat digunakan sebagai umpan balik
perbaikan perencanaan pengelolaan DAS ke depan. Hasil evaluasi kinerja
pengelolaan DAS merupakan gambaran kondisi daya dukung DAS.
Monitoring dan evaluasi kinerja pada penelitian ini hanya dinilai dari
aspek penggunaan lahan dan tata air yang terdiri dari beberapa indikator, meliputi:
A. Penutupan Vegetasi
Monitoring dan evaluasi penutupan vegetasi dilakukan untuk mengetahui
presentase luas lahan berpenutupan vegetasi permanen di DAS yang
merupakan perbandingan luas lahan bervegetasi permanen dengan luas
DAS. Data penutupan lahan dengan vegetasi permanen diperoleh dari
data sekunder hasil identifikasi citra resolusi tinggi/liputan lahan yang
dilaksanakan oleh Kementrian Kehutanan/Badan Informasi Geospasial/
LAPAN/ pihak lain sesuai kewenangannya. Vegetasi permanen yang
dianalisis adalah tanaman tahunan yang berupa hutan, semak belukar dan
13
Koefisien regim aliran (KRA) adalah perbandingan antara debit
maksimum (Qmaks) dengan debit minimum (Qmin) dalam suatu DAS.
Dimana (1) Qmaks (m3/det) = debit harian rata-rata tahunan tertinggi dan
(2) Qmin (m3/det) = debit harian rata-rata tahunan terendah. Nilai KRA
yang tinggi menunjukkan bahwa kisaran nilai limpasan pada musim
penghujan (air banjir) yang terjadi besar, sedang pada musim kemarau
aliran air yang terjadi sangat kecil atau menunjukkan kekeringan. Secara
tidak langsung kondisi ini menunjukkan bahwa daya resap lahan di DAS
kurang mampu menahan dan menyimpan air hujan yang jatuh dan air
limpasannya banyak yang masuk ke sungai dan terbuang ke laut sehingga