ABSTRAK
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
Evelyn Novianti
NIM: 122114065
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan akan mempermudah BPK untuk memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan antara penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum sepenuhnya menerapkan standar penyusunan laporan keuangan yang telah diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
ABSTRACT
AN EVALUATION OF GOVERNMENT’S FINANCIAL STATEMENT AT THE DISTRICT OF GUNUNGKIDUL IN 2014 BASED ON
GOVERNMENT’S REGULATION NUMBER 71 IN YEAR 2010 ABOUT THE GOVERNMENTAL ACCOUNTING STANDARD
A Case Study at Gunungkidul Regency Government
Evelyn Novianti
Student Number: 122114065
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2016
This research aims to assess the consistency and the inconsistency of government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard. The preparation of financial statements that are based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard will facilitate The Audit Board of The Republic of Indonesia to give an unqualified opinion.
This research is a case study. This research using secondary data that was government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014. The data were collected through documentation and interviews. The analysis was done by comparing the presentation of the government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 with the Government’s Regulation No. 71/2010 about the Governmental Accounting Standard.
The result of this research showed that the financial report from the District of Gunungkidul has not been fully confirmed with the standard of the arranged financial report that has been set in the Government’s Regulation Number 71 in year 2010 about the Governmental Accounting Standard.
i
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: Evelyn Novianti NIM: 122114065
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: Evelyn Novianti NIM: 122114065
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, kalau menyerah habislah sudah.”
-Top Ittipat-
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”
-Confusius-
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Mama dan Papa
Adikku Elisabeth
My mood booster Evi Clara
Teman-teman seperjuangan MPAT Pak Joko, Ade Yuniati, Marcela Junita R.M, Aisyah Permatasari, Aloysius Reinaldo, dan Mayang Rineksi.
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 12 Mei 2016 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan/ atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Evelyn Novianti
Nomor Mahasiswa : 122114065
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 Juni 2016
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku rektor Universitas Sanata
Dharma.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi.
3. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Akt., QIA selaku Dosen Pembimbing yang
telah dengan sabar memberikan bimbingan, masukan, dan saran, dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengetahuan dan
viii
6. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten
Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan menyediakan semua data
yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
7. Mama, Papa, dan adikku Elisabeth yang selalu memberikan nasihat,
masukan, doa, serta kasih sayang sehingga penulis selalu termotivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Evi Clara yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan selalu
menghiburku disaat aku merasa lelah, sehingga penulisan skripsi ini
terselesaikan.
9. Semua teman-teman akuntansi 2012 dan MPAT kelas Pak Joko yang telah
berdinamika bersama selama proses perkuliahan.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa sebenarnya skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 30 Juni 2016
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 3
C. Tujuan Penelitian ………... 3
D. Manfaat Penulisan ……….... 4
E. Sistematika Penulisan ………... 4
x
A. Standar Akuntansi Pemerintahan ……….. 7
B. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual ... 11
C. Penelitian Terdahulu ... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 40
A. Jenis Penelitian ……….. 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 40
C. Objek Penelitian………... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ……… 41
E. Teknik Analisis Data ……… 42
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 45
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2014 ... 56
B. Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 ... 60
C. Pembahasan……… 157
BAB VI PENUTUP ... 189
A. Kesimpulan ……….... 189
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 192
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah SAP
[image:15.595.85.508.195.625.2]Kas Menuju Akrual dan SAP Akrual ... 8
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara………. 194
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……….. 205
xiv ABSTRAK
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
Evelyn Novianti
NIM: 122114065
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan akan mempermudah BPK untuk memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan antara penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum sepenuhnya menerapkan standar penyusunan laporan keuangan yang telah diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
xv ABSTRACT
AN EVALUATION OF GOVERNMENT’S FINANCIAL STATEMENT AT THE DISTRICT OF GUNUNGKIDUL IN 2014 BASED ON
GOVERNMENT’S REGULATION NUMBER 71 IN YEAR 2010 ABOUT THE GOVERNMENTAL ACCOUNTING STANDARD
A Case Study at Gunungkidul Regency Government
Evelyn Novianti
Student Number: 122114065
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2016
This research aims to assess the consistency and the inconsistency of government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard. The preparation of financial statements that are based on Government’s Regulation No.71/2010 about the Governmental Accounting Standard will facilitate The Audit Board of The Republic of Indonesia to give an unqualified opinion.
This research is a case study. This research using secondary data that was government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014. The data were collected through documentation and interviews. The analysis was done by comparing the presentation of the government’s financial statement at the district of Gunungkidul in 2014 with the Government’s Regulation No. 71/2010 about the Governmental Accounting Standard.
The result of this research showed that the financial report from the District of Gunungkidul has not been fully confirmed with the standard of the arranged financial report that has been set in the Government’s Regulation Number 71 in year 2010 about the Governmental Accounting Standard.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem otonomi
daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya, dimana daerah diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri
namun tetap dikontrol oleh Pemerintah Pusat dan Undang-Undang. Penerapan
otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
didalamnya memuat tentang pengelolaan keuangan dalam rangka
penyelenggaran pemerintahan. Pengelolaan keuangan daerah harus sesuai
dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan dengan
tertib dan disiplin, karena seluruh aktivitas pembangunan negara di bidang
apapun selalu menggunakan uang negara, baik pembangunan ekonomi,
politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, maka dari itu sebagai
bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah daerah
terhadap rakyat atas wewenang yang diberikan negara kepada daerah,
Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas untuk
mewujudkan tata kelola keuangan Pemerintah Daerah yang transparan dan
akuntabel, tetapi standar tersebut diganti oleh standar baru pada tahun 2010
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual.
Dalam prosesnya, Pemerintah Indonesia tidak serta-merta dapat
langsung melakukan peralihan dari sistem akuntansi berbasis kas ke sistem
akuntansi berbasis akrual, maka dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun
2010 pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa penerapan SAP berbasis akrual
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual
menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Ketentuan ini juga ada pada
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 di lampiran 1 dan lampiran 2.
Lampiran 1 menguraikan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual
yang mulai akan diterapkan paling lambat 4 (empat) tahun semenjak Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 ini ditetapkan, dan Lampiran II menguraikan
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual yang diterapkan
untuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun 2014.
Dengan adanya standar Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
yang mengatur pelaporan keuangan seluruh Pemerintah Daerah, maka akan
tercipta keseragaman dalam hal penyajian laporan keuangan, sehingga daya
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 membuat laporan keuangan yang
disusun menjadi lebih transparan dan akuntabel.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengevaluasi
penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memberikan
manfaat bagi berbagai pihak terutama kepada pihak Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dituliskan
penulis adalah apakah penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul telah disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian dan
ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
atau bahan pertimbangan bagi Kantor Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul mengenai penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 2010 dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah.
2. Bagi Pembaca
Bagi para pembaca penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi
penelitian selanjutnya di bidang akuntansi sektor publik yang berkaitan
dengan laporan keuangan Pemerintah Daerah.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan penulis mengenai bidang akuntansi sektor
publik khususnya mengenai laporan keuangan Pemerintah Daerah
yang menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Selain itu penulis
juga dapat meningkatkan keterampilan dalam penelitian dan
pembuatan karya tulis ilmiah.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas laporan skripsi ini, maka pembahasan
dalam penelitian ini disusun secara sistematis ke dalam enam bab, yaitu:
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisikan teori-teori pendukung
penganalisaan dalam penelitian ini, yang meliputi:
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis kas menuju akrual.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian
yang akan dipakai dalam penelitian ini, dan hal-hal yang
akan dijelaskan adalah jenis penelitian, objek penelitian,
sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah Daerah
Bab ini mendeskripsikan tentang gambaran umum
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini akan menguraikan tentang hasil analisis
terhadap penelitian yang dilakukan.
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil
analisis data, saran, serta keterbatasan dalam penelitian
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, Standar
Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan Pemerintah. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun
2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005
memutuskan tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
akrual, dimana dalam penerapannya dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi penerapan SAP berbasis
akrual (sesuai dengan pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010).
Penerapan SAP berbasis kas menuju akrual dilaksanakan sampai dengan tahun
anggaran 2014, artinya tahun 2015 Pemerintah Indonesia harus menerapkan
basis akrual secara penuh.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 berisi 3 lampiran yang
intinya membahas tentang ketentuan-ketentuan untuk mengatur penyusunan
laporan keuangan Pemerintah. Lampiran 1 membahas tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual, Lampiran 2 membahas tentang
membahas tentang Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan
berbasis akrual.
Perbedaan masing-masing standar yang termuat dalam
lampiran-lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 dijelaskan secara
ringkas dalam Ratmono, Dwi, dan Mahfud Sholihin (2015):
Tabel 2.1. Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah SAP Kas Menuju Akrual dan SAP Akrual
Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual
Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pokok:
1. LRA
2. Neraca
3. LAK
4. CaLK (Par 25)
Laporan Opsional:
1. Laporan Kinerja Keuangan (LKK)
2. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Keuangan Pokok:
1. LRA
2. Laporan Perubahan SAL
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. LAK
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. CaLK
Laporan Realisasi Anggaran
Diperlukan dalam rangka memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur dalam perundangan.
[image:26.595.87.546.216.752.2]Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual Laporan
Perubahan SAL
Tidak ada laporan tersendiri. Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. Saldo Anggaran Lebih Awal;
2. Saldo Anggaran Lebih;
3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan;
4. Anggaran Tahun Berjalan;
5. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya; dan lain-lain;
6. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Neraca Akun Ekuitas disebut sebagai Ekuitas Dana yang terbagi:
1. Ekuitas Dana Lancar:
Selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih.
2. Ekuitas Dana Investasi:
Mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
3. Ekuitas Dana Cadangan:
Mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sumber: Ratmono, Dwi, dan Mahfud Sholihin. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Keterangan SAP Kas Menuju Akrual SAP Akrual
Laporan Arus Kas
1. Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
2. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran.
1. Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
2. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Laporan Kinerja Keuangan/La poran
Operasional
1. Bersifat opsional.
2. Disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual.
Merupakan Laporan Keuangan Pokok.
Laporan Perubahan Ekuitas
Bersifat opsional. Merupakan Laporan Keuangan Pokok.
Catatan atas Laporan Keuangan
1. Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Neraca, dan LAK harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK.
1. Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
B. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual
Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual
terdapat empat laporan keuangan pokok yang harus dilaporkan, yaitu:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode menurut PSAP 02 paragraf 9, dan laporan realisasi anggaran
disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, serta penyajiannya
dilakukan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran (PSAP 02 paragraf 11-12). Agar laporan realisasi anggaran
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, maka entitas pelaporan harus menyajikan penjelasan lebih lanjut
dalam catatan atas laporan keuangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 02
paragraf 13.
Menurut PSAP 02 paragraf 14, laporan realisasi anggaran
sekurang-kurangnya mencakup pos-pos pendapatan, belanja, transfer,
surplus atau defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan,
pembiayaan neto, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA).
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut
lanjut jenis pendapatan disajikan pada catatan atas laporan keuangan,
entitas pelaporan juga menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis
belanja dalam laporan realisasi anggaran, klasifikasi belanja menurut
organisasi disajikan dalam laporan realisasi anggaran atau di catatan
atas laporan keuangan, dan klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan, seperti dijelaskan dalam PSAP
02 paragraf 17-18.
Dalam PSAP 02 paragraf 20-21 menjelaskan bahwa akuntansi
anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri
dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat anggaran
disahkan dan dialokasikan.
Laporan realisasi anggaran menurut standar ini harus
menggunakan akuntansi berbasis kas, yakni basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar, dimana pendapatan diakui pada saat
diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui
pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, hal ini dijelaskan dalam PSAP Nomor 02 paragraf 22
dan 31, dan akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto
(PSAP 02 paragraf 25).
Transfer adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain
seperti penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana
PSAP 02 paragraf 34-35 menjelaskan bahwa belanja
diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan
belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu
aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat yaitu belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah
Daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.
Dalam PSAP 02 paragraf 36 menjelaskan belanja operasi
adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari Pemerintah
Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, selanjutnya dalam
PSAP 02 paragraf 37 mengklasifikasikan belanja modal menjadi
belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,
dan aset tak berwujud.
Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran
tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Pusat/Daerah, sebagaimana
Transfer keluar yang disajikan adalah transfer bagi hasil yang
meliputi bagi hasil pajak, bagi hasil retribusi, dan bagi hasil
pendapatan lainnya (PSAP 02 paragraf 40).
Di PSAP 02 paragraf 47-49 dijelaskan bahwa surplus adalah
selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan, dan defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu periode pelaporan.
Menurut PSAP 02 paragraf 50, pembiayaan adalah seluruh
transaksi keuangan Pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran,
yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran Pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
PSAP 02 paragraf 51-54 menjelaskan bahwa penerimaan
pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada
fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana
cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan
pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. Pencairan dana
Di PSAP 02 paragraf 55-57 menjelaskan bahwa pengeluaran
pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman
dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana
cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan dana cadangan
menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang
diperoleh dari pengelolaan dana cadangan di Pemerintah Daerah
merupakan penambah dana cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai
pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
PSAP 02 paragraf 58-59 menjelaskan bahwa pembiayaan neto
adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.
Selisih lebih/kurang antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
pembiayaan neto.
PSAP 02 paragraf 60-61 menjelaskan bahwa sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
PSAP 01 paragraf 38 menjelaskan neraca merupakan laporan
yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap entitas
pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancar
serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang dalam neraca (PSAP 01 paragraf 39).
Dalam PSAP 01 paragraf 43 menyebutkan bahwa neraca
mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara
kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak,
persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka
pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas dana, dan di PSAP 01
paragraf 44 menjelaskan bahwa pos-pos selain yang disebutkan pada
paragraf 43 disajikan dalam neraca jika Standar Akuntansi
Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk
menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan.
PSAP 01 paragraf 48 mengatur bahwa suatu aset yang
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
1) Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki
untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
Semua aset selain yang disebutkan, diklasifikasikan sebagai aset non
lancar.
PSAP 01 paragraf 49 merinci aset lancar meliputi kas dan
setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos
investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 sampai 12
bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang
antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran,
tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup
barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis
pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai
seperti komponen bekas.
Klasifikasi aset non lancar diatur dalam PSAP 01 paragraf 51
yaitu investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset
lainnya. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen
dan investasi permanen (PSAP 01 paragraf 52). Dalam PSAP 01
paragraf 55 menyebutkan bahwa investasi non permanen terdiri dari
pembelian surat utang negara, penanaman modal proyek pembangunan
yang dapat dialihkan kepada fihak ketiga, dan investasi non permanen
lainnya, kemudian PSAP 01 paragraf 56 menyebutkan investasi
permanen yang terdiri dari penyertaan modal pemerintah dan investasi
1) Tanah;
2) Peralatan dan mesin;
3) Gedung dan bangunan;
4) Jalan, irigasi, dan jaringan;
5) Aset tetap lainnya; dan
6) Konstruksi dalam pengerjaan.
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut
tujuan pembentukannya (PSAP 01 paragraf 59).
Pos aset non lancar yang terakhir adalah aset non lancar
lainnya, dalam PSAP 01 paragraf 60 menjelaskan bahwa aset non
lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya, termasuk dalam
aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang
jatuh tempo lebih dari 12 bulan, dan aset kerja sama dengan fihak
ketiga.
Pengakuan aset dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 61 dan 62
yaitu aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh Pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal dan aset diakui juga pada saat diterima atau
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
1) Kas dicatat sebesar nilai nominal;
2) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
4) Persediaan dicatat sebesar:
a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;
c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan
termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk
memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian
aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai
wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan
sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap
yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung
untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
PSAP 01 paragraf 69 menerangkan kewajiban diklasifikasikan
menjadi kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Dalam PSAP 01 paragraf 70-71 dijelaskan bahwa beberapa
kewajiban jangka pendek adalah utang transfer pemerintah, utang
kepada pegawai, bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak
ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang
jangka panjang, dan kewajiban jangka panjang diatur dalam PSAP 01
paragraf 72 yang intinya menjelaskan bahwa kewajiban jangka
panjang adalah kewajiban yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan
diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka panjang.
Pengakuan kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 01
paragraf 75 dan 76 yaitu kewajiban diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang
dapat diukur dengan andal, dan kewajiban diakui juga pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Pengukuran
kewajiban diatur dalam PSAP 01 paragraf 77 yaitu kewajiban dicatat
PSAP 01 paragraf 78 berbunyi setiap entitas pelaporan
mengungkapkan secara terpisah dalam neraca atau dalam catatan atas
laporan keuangan:
1) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan
anggaran/saldo anggaran lebih;
2) Ekuitas Dana Investasi;
3) Ekuitas Dana Cadangan.
Menurut PSAP 01 paragraf 79, ekuitas dana lancar adalah
selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana
lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran, cadangan piutang,
cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka pendek, kemudian menurut PSAP 01
paragraf 80, ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan
Pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap,
dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang,
selanjutnya ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan
Pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan
perlakuan perundang-undangan, hal ini dijelaskan dalam PSAP 01
paragraf 81.
Penyajian neraca juga diatur dalam PSAP selain PSAP 01,
yaitu:
a. PSAP 05 tentang akuntansi persediaan;
c. PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap;
d. PSAP 08 tentang konstruksi dalam pengerjaan; dan
e. PSAP 09 tentang akuntansi kewajiban
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan,
dan nonanggaran (PSAP 03 paragraf 14).
Dalam PSAP 03 paragraf 16 menyebutkan bahwa satu transaksi
tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas,
misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok
utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan
ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang
akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi.
Komponen-komponen yang disajikan dalam pos arus kas dari
aktivitas operasi yang meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas
diatur dalam PSAP 03 paragraf 19 dan 20 yaitu arus masuk kas dari
aktivitas operasi terutama diperoleh dari penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP), penerimaan hibah,
penerimaan bagian laba Perusahaan Negara/Daerah dan investasi
lainnya, dan transfer masuk, sedangkan dalam PSAP 03 paragraf 20,
belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja lain-lain/tak terduga, dan transfer keluar.
Komponen aktivitas investasi aset non keuangan diatur dalam
PSAP 03 paragraf 24 yang mana menjelaskan arus masuk kas terdiri
dari penjualan aset tetap dan penjualan aset lainnya, serta dalam PSAP
03 paragraf 25 menjelaskan arus keluar kas terdiri dari perolehan aset
tetap dan perolehan aset lainnya.
Komponen laporan arus kas selanjutnya adalah arus kas dari
aktivitas pembiayaan. Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan terdiri
dari penerimaan pinjaman, penerimaan hasil penjualan surat utang
negara (SUN), penerimaan dari divestasi, penerimaan kembali
pinjaman, dan pencairan dana cadangan, sedangkan untuk penyajian
arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari penyertaan modal
pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian
pinjaman jangka panjang, dan pembentukan dana cadangan. Penyajian
komponen arus kas dari aktivitas pembiayaan ini diatur dalam PSAP
03 paragraf 27 dan 28.
Arus kas dari aktivitas non anggaran meliputi arus masuk kas
dan arus keluar kas. Arus masuk kas terdiri dari penerimaan
perhitungan fihak ketiga (PFK), dan kiriman uang masuk, sedangkan
untuk arus keluar kas juga terdiri dari pengeluaran perhitungan fihak
Menurut PSAP 03 paragraf 33-34, entitas pelaporan
Pemerintah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Metode ini mengungkapkan
pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
Dalam PSAP 03 paragraf 36 dijelaskan bahwa arus kas yang
timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan dengan
menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing
tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal
transaksi.
PSAP 03 paragraf 39 menyebutkan bahwa arus kas dari
transaksi penerimaan pendapatan bunga dan pengeluaran belanja untuk
pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan pendapatan dari bagian
laba Perusahaan Negara/Daerah harus diungkapkan secara terpisah.
Setiap akun yang terkait dengan transaksi tersebut harus
diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara konsisten dari tahun
ke tahun.
Pencatatan investasi pada Perusahaan Negara/Daerah dan
Kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
metode biaya dan metode ekuitas (PSAP 03 paragraf 43). Pada PSAP
03 paragraf 45 mengatur bahwa entitas melaporkan pengeluaran
investasi jangka panjang dalam Perusahaan Negara/Daerah dan
PSAP 03 paragraf 46-49 berbicara tentang arus kas yang
berasal dari perolehan dan pelepasan Perusahaan Negara/Daerah dan
unit operasi lainnya, arus kas yang berasal dari perolehan dan
pelepasan perusahaan Negara/Daerah dan unit operasional lainnya
harus disajikan secara terpisah dalam aktivitas pembiayaan.
Dalam PSAP 03 paragraf 50 dan 51 mengatakan bahwa
transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan
penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan
dalam laporan arus kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan, dan contohnya adalah perolehan aset
melalui pertukaran atau hibah. Entitas pelaporan mengungkapkan
komponen kas dan setara kas dalam laporan arus kas yang jumlahnya
sama dengan pos terkait di neraca (PSAP 03 paragraf 52).
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan dibuat agar dapat membantu
pembacanya memahami kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan
secara keseluruhan. Sebagaimana dijelaskan dalam PSAP 04 paragraf
12, catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan
realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas, termasuk pula dalam
catatan atas laporan keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Dalam PSAP 04 paragraf 13, catatan atas laporan keuangan
seharusnya:
1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,
ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang
APBN/Perda APBD berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan;
3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya;
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;
5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
Secara garis besar, PSAP 04 terdiri dari 7 pokok bahasan,
yaitu:
a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan
Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan;
c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan
akuntansi keuangan;
d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;
e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f. Pengungkapan-pengungkapan lainnya;
4. a. Penyajian informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Peraturan Daerah
APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target
Pada PSAP 04 paragraf 19 mengatur bahwa kebijakan
fiskal yang perlu diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan
adalah kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam peningkatan
pendapatan, efisiensi belanja dan penentuan sumber atau
penggunaan pembiayaan, misalnya penjabaran rencana strategis
dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan
prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.
Kondisi ekonomi makro yang pelu diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan adalah asumsi-asumsi indikator
ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN/APBD
berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro tersebut
antara lainproduk domestik bruto/produk domestik regional bruto,
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,
tingkat suku bunga, dan neraca pembayaran (PSAP 04 paragraf
20).
Dalam PSAP 04 paragraf 21 disebutkan bahwa catatan atas
laporan keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran
anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan
dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh
manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan
keuangan. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat
mencapai target yang telah ditetapkan, misalnya jumlah unit
pembangunan bangunan sekolah dasar. Penjelasan mengenai
hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya ketersediaan
lahan, perlu dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (PSAP
04 paragraf 23).
4. b. Penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan
PSAP 04 paragraf 27 menjelaskan bahwa pencapaian
kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan secara obyektif
dalam catatan atas laporan keuangan, dimana keberhasilan
pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan
membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input),
sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil
(outcome) dengan target yang telah ditetapkan.
Di PSAP 04 paragraf 28 mengatur bahwa ikhtisar
pembahasan kinerja keuangan dalam catatan atas laporan keuangan
1) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan;
2) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana
kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
3) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh
manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan
bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan adalah
relevan dan andal;
Di PSAP 04 paragraf 29 mengatur bahwa pembahasan
mengenai kinerja keuangan harus:
1) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
2) Menyajikan data historis yang relevan;
3) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana
yang telah ditetapkan;
4) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh
manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan
untuk dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang
ada dengan tujuan atau rencana.
Dalam PSAP 04 paragraf 30 menerangkan bahwa untuk
lebih meningkatkan kegunaan informasi, penjelasan entitas
pelaporan harus juga meliputi penjelasan mengenai apa yang
semestinya dilakukan dan rencana untuk meningkatkan kinerja
dengan pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan juga harus
diungkapkan sesuai dengan relevansinya atas indikator kinerja
(PSAP 04 paragraf 31). Oleh karena itu, indikator kinerja harus
dilengkapi dengan informasi penjelasan yang sesuai, seperti
informasi mengenai faktor yang substansial yang berada diluar
kendali entitas dan informasi mengenai faktor-faktor yang
membuat entitas mempunyai pengaruh penting (PSAP 04 paragraf
32-33).
4. c. Dasar penyajian laporan keuangan dan pengungkapan kebijakan
akuntansi keuangan
Dalam menyajikan catatan atas laporan keuangan, entitas
pelaporan harus mengungkapkan dasar penyajian laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi, seperti dijelaskan dalam PSAP 04
paragraf 34.
4. c. 1) Asumsi dasar akuntansi
Pada PSAP 04 paragraf 35 mengatakan bahwa asumsi
dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu mendasari
penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak diungkapkan
secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika tidak mengikuti
asumsi atau konsep dasar tersebut disertai alasan dan
penjelasan, kemudian pada PSAP 04 paragraf 36 mengatakan
bahwa sesuai dengan kerangka konseptual akuntansi
lingkungan Pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai
suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi
dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a) Asumsi kemandirian entitas;
b) Asumsi kesinambungan entitas; dan
c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary
measurement).
4. c. 2) Pengguna laporan keuangan
PSAP 04 paragraf 40 mengatakan bahwa laporan
keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang
berbeda-beda, seperti anggota legislatif, kreditor dan karyawan.
Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi
perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli
statistik, ahli ekonomi, dan pihak yang berwenang membuat
peraturan, kemudian di paragraf 41 menyebutkan para pemakai
laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan
akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang
dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan
dan keperluan lain, sehingga pengungkapan kebijakan
akuntansi merupakan bagian yang tidak boleh terpisahkan dari
laporan keuangan (PSAP 04 paragraf 42).
Dalam PSAP 04 paragraf 45 menyebutkan
pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan
dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh
entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang
secara material mempengaruhi penyajian laporan realisasi
anggaran, neraca, dan laporan arus kas. Pengungkapan juga
harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang
diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.
PSAP 04 paragraf 46 menjelaskan secara umum,
kebijakan akuntansi pada catatan atas laporan keuangan
menjelaskan hal-hal berikut ini:
a) Entitas pelaporan;
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan;
d) Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan
oleh suatu entitas pelaporan;
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
Dalam PSAP 04 paragraf 48 menambahkan walaupun
kerangka konseptual akuntansi Pemerintahan menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan
keuangan Pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi
yang mendasari laporan keuangan Pemerintah semestinya
diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Pernyataan
tersebut termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan kerangka
konseptual akuntansi Pemerintahan.
PSAP 04 paragraf 50 mengatur tentang
kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk
disajikan, tetapi tidak terbatas pada:
a) Pengakuan pendapatan;
b) Pengakuan belanja;
c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
d) Investasi;
e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud
dan tidak berwujud;
f) Kontrak-kontrak konstruksi;
g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
h) Kemitraan dengan pihak ketiga;
i) Biaya penelitian dan pengembangan;
j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai
k) Pembentukan dana cadangan;
l) Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
4. d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan
Dalam PSAP 04 paragraf 55-56 menyebutkan bahwa
catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain.
Pengungkapan informasi dalam catatan atas laporan keuangan
harus dapat memberikan informasi lain yang belum disajikan
dalam bagian lain laporan keuangan.
4. e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
Hal ini diatur dalam PSAP 04 paragraf 58-61, yaitu entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas
pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan
kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
laporan kinerja keuangan dengan laporan realisasi anggaran.
4. f. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
PSAP 04 paragraf 62 mengatakan bahwa catatan atas
laporan keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila
tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan,
kemudian dalam PSAP 04 paragraf 63 mengatakan suatu entitas
pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan,
yaitu:
1) Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat
entitas tersebut berada;
2) Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan
pokoknya;
3) Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan
kegiatan operasionalnya.
Di PSAP 04 paragraf 64 menjelaskan bahwa catatan atas
laporan keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting
selama tahun pelaporan, seperti:
1) Penggantian manajemen Pemerintahan selama tahun berjalan;
2) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
3) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada
neraca; dan
4) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
5) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya
pemogokan yang harus ditanggulangi Pemerintah.
4. g. Susunan
PSAP 04 paragraf 66 menjelaskan bahwa agar dapat
digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,
catatan atas laporan keuangan biasanya disajikan dengan susunan
sebagai berikut:
1) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
Undang-Undang APBN/Perda APBD;
2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
3) Kebijakan akuntansi yang penting:
a) Entitas pelaporan;
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan;
d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan
dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
4) Penjelasan pos-pos laporan keuangan:
a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan
keuangan;
b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan;
5) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual;
6) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran
umum Daerah.
C. Penelitian Terdahulu
Rintiani (2014), dalam penelitiannya dengan judul “Evaluasi Penyajian
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010”. Penelitian ini mengevaluasi kesesuaian
penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Surabaya tahun 2013
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
adalah metode analisis deskriptif, dan standar yang dipakai dalam penelitian
ini adalah standar berbasis kas menuju akrual yang meliputi:
1. Laporan realisasi anggaran: PSAP 02 tentang laporan realisasi
anggaran;
2. Neraca: PSAP 01 tentang penyajian laporan keuangan;
3. Laporan arus kas: PSAP 03 tentang laporan arus kas; dan
4. Catatan atas laporan keuangan: PSAP 04 tentang catatan atas laporan
keuangan.
Hasil penelitian ini adalah Pemerintah Kota Surabaya belum sepenuhnya
menerapkan standar penyusunan laporan keuangan yang diatur pada Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010.
Ningtyas, Poputra, dan Lambey (2015) dengan judul “Evaluasi
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Pada Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara”. Penelitian ini
mengevaluasi kesesuaian penyajian laporan keuangan pada Dinas Energi Dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Metode
analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Dalam
penelitian ini, laporan yang dievaluasi hanya laporan realisasi anggaran dan
neraca. Hasil penelitian ini adalah penyajian laporan keuangan pada Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara belum sepenuhnya
40 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Menurut Bogdan dan Biklen (1982) studi
kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengujian secara rinci terhadap
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul di Jalan Brigjen Katamso, Wonosari, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitiannya dilakukan pada Desember 2015 sampai
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul tahun 2014 yang berupa laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah strategis
dalam penelitian adalah untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan dengan dua teknik yaitu dokumentasi dan wawancara langsung.
Berikut kedua teknik pengumpulan data tersebut digunakan secara bertahap:
1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan melakukan penelusuran
terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian, yaitu dengan
mencatat, menyalin, dan menggandakan data-data informasi, yang
meliputi gambaran umum Pemerintah kabupaten Gunungkidul, dan
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang berupa
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan.
2. Wawancara langsung
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
berkembang sesuai dengan situasi dan informasi yang dibutuhkan
sehingga terjadi wawancara yang interaktif antara peneliti dengan
pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah
(DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui secara langsung gambaran umum
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan sebab-sebab terjadinya jika
ada perbedaan penyajian antara laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
E. Teknik Analisis Data
Menganalisis data dalam suatu penelitian sangatlah diperlukan untuk
memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Metode analisis
data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, yaitu
dengan membandingkan antara penyajian laporan keuangan Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, tujuannya adalah untuk
menilai kesesuaian dan ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini, peneliti
membandingkan dokumen laporan keuangan Pemerintah Kabupaten
dipakai sebagai pedoman untuk mengevaluasi adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
berbasis kas menuju akrual yang meliputi:
1) Laporan realisasi anggaran: PSAP 02 tentang laporan realisasi
anggaran;
2) Neraca:
a. PSAP 01 tentang penyajian laporan keuangan;