ABSTRAK
Ruang kerja pengolahan sarang burung walet merupakan salah satu sarana untuk melakukan pekerjaan proses pencucian sarang burung walet. Fasilitas ruangan kerja pengolahan sarang burung walet harus dirancang dengan baik sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja pada saat digunakan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, perusahaan UD. Kemenangan (perusahaan pengolahan sarang burung walet) diketahui memiliki beberapa masalah seperti meja, kursi kerja yang digunakan kurang nyaman dan lingkungan fisik yang belum ideal.
Untuk memperoleh fasilitas fisik yang lebih nyaman, maka perancangan harus memperhatikan aspek ergonomi. Perancangan menggunakan data antropometri statis wanita indonesia dari buku Ergonomi (Konsep Dasar dan Aplikasinya) karangan Eko Nurmianto untuk mewakili data antropometri pekerja.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat fasilitas fisik yang belum ergonomis, seperti meja kerja yang terlalu tinggi alasnya dan digunakan untuk 3 orang operator, kursi kerja yang kurang nyaman karena terbuat dari bahan plastik dengan alas duduk tanpa busa, dan lemari pengering yang belum berfungsi dengan baik karena hanya digunakan untuk menyimpan sarang burung walet yang sudah diproses, sedangkan untuk proses pengeringannya digunakan kipas angin yang diletakan dideapan lemari pengering tersebut.
Perancangan fasilitas fisik yang dilakukan adalah perancangan meja kerja dan penggantian kursi kerja yang lebih nyaman, sedangkan lemari pengering dirancang dengan menggunakan kipas sebagai alat bantu untuk mengeringkan sarang burung walet.
Hasil perancangan sarana fisik selanjutnya akan diatur tata letaknya dalam ruangan kerja pengolahan sarang burung walet. Pengaturan tata letak meja dan kursi kerja usulan yang berfungsi menggantikan meja dan kursi kerja aktual diletakan di susunan yang sama dengan meja dan kursi kerja aktual, sedangkan untuk meja kerja usulan tambahan sebanyak 5 meja dan 10 kursi kerja usulan diletakan di sebelah baris posisi meja kerja usulan yang sudah tertata sesuai dengan titik armatur lampu. Tata letak lemari pengering dipindahkan agar menjadi lebih dekat jaraknya dengan operator yang bekerja dan diganti dengan lemari pengering usulan.
Dengan perancangan fasilitas fisik perbaikan lingkungan fisik, serta pengaturan tata letak fasilitas fisik ini diharapkan pekerja dapat merasa lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
Lampiran 1
Tabel Data Antropometri Masyarakat
Indonesia Buku Ergonomi (Konsep
Dasar dan Aplikasinya) Eko
Lampiran 2
Gambar Posisi Pengukuran
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
DATA PENULIS
Nama : Ivan Angga Wijaya
Alamat : Jl. Golf Timur IX No. 10 Arcamanik, Bandung
No Telp : (022) 7201090
No Handphone : 081320402525
E-mail : van_angga@yahoo.com
Pendidikan : - SMUK YAHYA, Bandung
- Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, hampir sebagian besar perusahaan industri baik barang
maupun jasa kurang memperhatikan kondisi kerja karyawannya, ini disebabkan
karena perhatian dan penilaian pihak perusahaan pada hasil kerja karyawannya itu
sendiri tanpa memperhatikan kondisi dan lingkungan kerjanya, padahal kondisi
dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kerja karyawan.
Akibat masih kurangnya perhatian yang serius dari pihak perusahaan
terhadap kesesuaian fasilitas fisik yang tersedia dengan sumber daya manusia
yang menggunakannya, maka dapat menimbulkan masalah yang biasa dikaitkan
dengan faktor ergonomi. Kurangnya perhatian tehadap faktor ergonomi ini dapat
berdampak buruk bagi kesehatan sumber daya manusia itu sendiri.
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan yang
bergerak dibidang pengolahan, khususnya sarang burung walet (Swallow Nest). Dalam proses pengolahannya sangat dibutuhkan konsentrasi dan keahlian khusus,
terutama dalam proses pembersihan sarang burung walet dari bulu-bulu burung
walet yang menempel. Oleh karena itu beberapa keluhan yang berkaitan dengan
pekerjaan di atas adalah kelelahan mata, sakit punggung, dan sakit pada bagian
leher. Jika hal-hal tersebut tidak diperbaiki, maka dapat menyebabkan sakit yang
cukup parah dan penyakit tersebut tidak langsung dirasakan dalam jangka waktu
pendek.
Fasilitas fisik yang digunakan sekarang ini seperti meja kerja, kursi kerja
kurang ergonomis, sehingga berpengaruh terhadap posisi kerja operator yang
kurang nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
Mengingat masalah faktor resiko ergonomi ini harus diantisipasi dengan
baik, maka harus dilakukan perancangan fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang
ergonomis. Walaupun penyediaan fasilitas yang ergonomis ini terlihat lebih mahal
Bab 1 Pendahuluan 1-2
pada awalnya, namun keuntungan yang didapat jauh lebih besar karena
menyangkut masalah kesehatan sumber daya manusia.
1.2 Identifikasi Masalah
Pekerjaan pengolahan sarang burung walet ini dilakukan oleh pekerja yang
berjenis kelamin wanita. Rata-rata seorang pekerja bekerja efektif selama 8 jam
sehari dengan waktu istirahat 1 jam untuk makan siang. Lamanya waktu bekerja
dan banyaknya gerakan berulang, kondisi statis, konsentrasi mata (eye focus), koordinasi mata dan tangan, menyebabkan pengolahan sarang burung walet ini
dapat menimbulkan kelelahan. Gerakan tangan ini kesemuanya dilakukan
berulang-ulang. Selain itu, leher perlu menekuk untuk melihat permukaan kerja
yang horisontal. Dengan menekuknya leher, otot dan tulang pada leher akan
mengalami tekanan. Hal ini menyebabkan sakit dan pegal pada leher. Secara
umum, keluhan pegal atau sakit pada bagian-bagian tubuh juga dilaporkan oleh
operator yang bekerja. Operator merasa tidak nyaman bekerja dengan kursi dan
meja kerja yang sekarang ini . Posisi tubuh yang buruk ditandai dengan leher dan
tubuh yang condong ke depan.
Proses pengolahan sarang burung walet ini tidak terlepas pula dari fasilitas
fisik yang berhubungan dengan kinerja dari operator. Fasilitas fisik yang paling
berpengaruh adalah meja dan kursi kerja yang digunakan operator dalam
melakukan pekerjaannya. Alas meja yang terlalu tinggi menyebabkan operator
harus duduk dalam posisi tegak condong kedepan dan leher menekuk untuk
melihat sarang burung walet yang akan diproses. Untuk penyesuaian dengan
ketinggian meja kerja ini pihak perusahaan menambah tumpukan kursi kerja,
sehingga setiap kursi kerja terdiri dari 2 tumpukan kursi. Untuk lemari pengering
sarang burung walet aktual kurang berfungsi sebagai fungsinya itu sendiri, karena
lemari pengering ini hanya merupakan fasilitas untuk meletakkan sarang burung
walet yang akan dikeringkan dan proses pengeringannya dilakukan dengan
Bab 1 Pendahuluan 1-3
1.3 Batasan dan Asumsi • Batasan
Masalah dan faktor yang muncul dalam suatu objek penelitian bisa
beragam. Pembatasan masalah diperlukan agar arah dan tujuan penelitian tetap
fokus dan tidak menghasilkan kesimpulan yang terlalu umum. Maka dalam
penelitian ini, masalah yang dibahas berada dalam kerangka pembatasan masalah
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan
langsung dan wawancara kepada pekerja.
2. Penelitian dilakukan hanya pada bagian proses pencucian dan pengeringan
sarang burung walet.
3. Lingkungan fisik yang diteliti adalah: faktor pencahayaan dan temperatur.
4. Fasilitas fisik yang diteliti adalah: meja kerja, kursi kerja, lemari pengering,
pintu dan jendela.
5. Pihak perusahaan menghendaki semua pekerja untuk proses pengolahan
sarang burung walet semuanya wanita.
6. Untuk pintu data antropometri yang digunakan data antopometri pria.
7. Faktor postur tubuh yang diteliti tidak mengikutsertakan analisis posisi jari.
8. Penelitian yang dilakukan tidak meneliti alat bantu kerja seperti pinset, silet,
cetakan pengering, cetakan sementara, baskom air, stoples.
9. Perancangan fasilitas fisik ini hanya memperhatikan dimensi (ukuran),
kenyamanan, keindahan.
10.Tidak melakukan perubahan terhadap struktur bangunan
11.Analisa nilai yang digunakan adalah use value, esteem value dan cost value.
• Asumsi
1. Keluhan yang dilaporkan oleh pekerja adalah keluhan yang disebabkan oleh
faktor pekerjaan, bukan penyakit bawaan.
2. Panjang Sandaran kursi sama dengan ¾ tinggi bahu duduk.
3. Jika selisih dimensi fasilitas fisik aktual dan data anthropometri yang
Bab 1 Pendahuluan 1-4
4. Fasilitas fisik terpasang adalah fasilitas yang dipasang permanen pada
bagian-bagian tertentu di ruangan kerja, sedangkan fasilitas fisik tidak terpasang
adalah fasilitas yang dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan.
1.4 Perumusan Masalah
Melihat masalah-masalah diatas, maka perumusan masalah untuk
penelitian ini dapat disusun dalam pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah fasilitas yang ada diruangan kerja pengolahan sarang burung walet
sudah ergonomis?
2. Apakah lingkungan fisik seperti pencahayaan dan temperatur di ruangan
kerja pengolahan sarang burung walet sudah baik?
3. Bagaimana usulan yang lebih baik atau lebih ergonomis untuk fasilitas
fisik yang ada di ruang pengolahan sarang burung walet?
4. Bagaimana usulan mengenai lingkungan fisik seperti pencahayaan dan
temperatur yang lebih baik untuk mendukung terciptanya ruang kerja
pengolahan sarang burung walet yang lebih ergonomis?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keergonomisan fasilitas fisik pengolahan sarang
burung walet.
2. Untuk mengetahui keergonomisan lingkungan fisik pengolahan
sarang burung walet.
3. Untuk memberikan usulan fasilitas fisik pengolahan sarang burung
walet yang lebih ergonomis
4. Untuk memberikan usulan lingkungan fisik pengolahan sarang
burung walet yang lebih ergonomis.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan kegunaan bagi
Bab 1 Pendahuluan 1-5
a. Bagi penulis
Melalui penelitian ini, penulis memperoleh wawasan baru tentang
perkembangan industri pangan khususnya pengolahan sarang burung walet
yang ada di Indonesia dan memperdalam pengetahuan mengenai ilmu
ergonomi dan perancangan kerja.
b. Bagi institusi
Penelitian diharapkan menambah jumlah penelitian yang berbasis APK&E
(Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi) khususnya di jurusan Teknik
Industri Universitas Kristen Maranatha.
c. Bagi industri / perusahaan
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai kondisi
pekerja pada saat ini, dan usulan perbaikan cara kerja dan tempat kerja
yang ada di perusahaan dengan melihat faktor risiko yang timbul pada
waktu operator melakukan pekerjaannya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan tugas akhir ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
Bab 1 : PENDAHULUAN
Bagian ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini memuat dasar teori yang dipakai dalam menyusun tugas
akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah pengertian dan
perkembangan ergonomi (kususnya antropometri), serta lingkungan fisik.
Bab 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini, diberikan metodologi penelitian berupa diagram
alir yang menerangkan tahapan proses penelitian, mulai dari studi
Bab 1 Pendahuluan 1-6
Bab 4 : PENGUMPULAN DATA
Bagian ini memuat cara pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Data-data mengenai sarana fisik dan data lingkungan fisik
seperti tingkat pencahayaan, temperatur dari ruang kerja pengolahan
sarang burung walet.
Bab 5 : PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Bagian ini memuat pengolahan data dari semua data yang telah
dikumpulkan. Begitu pula dengan data-data yang sudah didapat yang
perlu untuk dianalisis.
Bab 6 : PERANCANGAN DAN ANALISIS RUANG KERJA USULAN
Bagian ini memuat perbaikan dn perancangan sarana-sarana fisik
maupun lingkungan fisik berdasarkan hasil analisa sebelumnya. Dari
hasil rancangan tersebut akan dianalisis mengenai perancangan dari
ruang kerja pengolahan sarang burung walet.
Bab 7 : PERANCANGAN DAN ANALISIS RUANG KERJA USULAN
Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dengan disertai
saran-saran dalam peningkatan keergonomisan ruangan kerja pengolahan
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Setelah dianalisis fasilitas fisik ruang kerja pengolahan sarang burung
walet di perusahaan U.D Kemenangan kurang ergonomis. Dimana
permasalahan fasilitas fisiknya yaitu :
• Untuk kursi kerja operator aktual yang digunakan, secara
antropometri sudah ergonomis, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
kenyamanan kerja tetap harus diperhatikan, Sehingga untuk kursi
kerja operator diusulkan penggantian kursi dengan kursi yang lebih
nyaman digunakannya.
• Meja kerja yang digunakan sekarang jika dilihat dari sudut pandang antropometri kurang ergonomis. Meja kerja aktual ini
terlalu tinggi, sehingga tidak nyaman digunakannya.
• Lemari pengering aktual yang digunakan, untuk dimensi tinggi
lemari sudah cukup ergonomis, tetapi penulis menilai dari sudut
pandang kegunaan lemari tersebut yang fungsinya sebagai
pengering, sehingga lemari tersebut kurang memiliki nilai
fungsinya.
2. Setelah dianalisis lingkungan fisik dari ruangan kerja pengolahan sarang
burung walet untuk aspek pencahayaan dan temperatur juga terdapat
masalah, yaitu :
• Untuk masalah pencahayaan, pencahayaan ruangan kerja masih kurang karena tingkat intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk
pekerjaan pencucian sarang burung walet ini cukup tinggi dan
Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 2
dibutuhkan konsentrasi mata. Dalam hal ini pencahayaan yang
cukup sangat dibutuhkan untuk membantu kerja mata.
• Untuk masalah temperatur ruangan kerja pengolahan sarang
burung walet ini sudah cukup baik karena ruangan kerja
pengolahan sarang burung walet ini menggunakan pendingin
ruangan AC, sehingga temperatur ruangan kerja ini dapat diatur
sesuai kebutuhan.
3. Usulan fsilitas fisik di ruang kerja pengolahan sarang burung walet
sehingga lebih ergonomis dan nyaman adalah sebagai berikut :
• Meja kerja hanya digunakan untuk 2 orang, sehingga operator yang bekerja tidak sempit.
• Meja kerja dilengkapi dengan laci pengering sebagai tempat
penyimpanan sementara sarang burung walet yang sudah diproses. • Meja kerja dipasang kaca pembesar yang dapat diatur jaraknya dan
dilengkapi dengan lampu dibagian bawah kaca pembesar sehingga
dapat membantu kerja operator dari segi penglihatan, karena
membantu kerja mata.
• Kursi kerja yang digunakan kursi yang lebih nyaman dan dapat
menyangga operator pada saat bersandar pada sandaran kursi.
Untuk kursi kerja ini penulis memilih kursi kerja yang alas
duduknya terbuat dari bahan busa mengingat posisi kerja operator
yang lebih banyak dalam sikap kerja duduk, sehingga operator
dapat bekerja lebih nyaman.
• Lemari pengering yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas kipas, sehingga dapat membantu proses pengeringan yang
lebih efektif dari segi waktu.
4. Usulan untuk lingkungan fisik ruang kerja pengolahan sarang burung
Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 3
• Dari aspek pencahayaan intensitas cahaya ruangan kerja mulai dari
pukul 8.00 hingga pukul 17.00 memiliki rata-rata 323.82 lux
sedangkan intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk jenis pekerjaan
ini adalah 1200 lux. Maka untuk mengatasi permasalahan ini
penulis mengusulkan untuk menggunakan kaca pembesar yang
dilengkapi dengan lampu dibagian bawahnya, selain itu juga
penulis mengusulkan untuk mempertahankan warna dasar alas
meja dengan warna putih. Warna putih ini memiliki sifat refleksitas
cahaya yang cukup baik, yaitu hingga 95% cahaya dipantulkan
kembali.
• Dari aspek temperatur ruangan kerja pengolahan sarang burung walet ini sudah cukup baik karena menggunakan AC. Sehingga
temperatur ruangan dapat disesuaikan.
7.2 Saran
Saran-saran yang diajukan oleh penulis untuk penerapan hasil rancangan
dan usulan sehingga ruang kerja pengolahan sarang burung walet ini dapat
lebih baik lagi dari aspek ergonomisnya, maka saran yang diberikan antara
lain:
• Sebaiknya pihak perusahaan melakukan penelitian terlebih dahulu jika
akan melakukan penambahan tenaga kerja, sehingga penempatan
posisi kerja operator dapat diatur sesuai dengan kondisi tata letak
ruang tersebut.
• Untuk penelitian lanjutan sebaiknya pihak perusahaan melakukan
penelitan metoda kerja pengolahan sarang burung walet, sehingga
dapat memperoleh metoda kerja yang lebih baik.
• Untuk penggantian meja dan kursi kerja aktual dengan meja dan kursi
kerja usulan sebaiknya dilakukan secara bersamaan, dan pada saat hari
Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 4
• Untuk perawatan ruangan kerja, pihak perusahaan sebaiknya
melakukan pengontrolan maksimal 3 bulan sekali, sehingga fasilitas
seperti AC, kamera, lampu tidak mudah rusak.
• Pihak perusahaan memberikan penyuluhan dan mengimbau operator
untuk menjaga kerapihan penyimpanan alat bantu kerja, sebaiknya alat
bantu kerja diletakan di laci yang sudah disediakan pada meja kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Bridger, R. S.,; Introduction to Ergonomics, International Edition,
Mc.Graw-Hill Book Co., Singapore, October 1994.
2. Croney, John,; Anthropometrics for Designers, 1971.
3. Nurmianto, Eko,; Konsep Dasar Ergonomi dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Institut Teknologi Sepuluh November, Penerbit Guna Widya, 1998.
4. Sender, Mark.S., Ph.D., McCormick, Ernest.J., Ph.D., Human Factors in
Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, Singapore, 1992.
5. Sritomo Wignjosoebroto,; Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Institut Teknologi, 2003.
6. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, John H. Tjakraatmadja,,
Teknik Tata Cara Kerja, Departemen TI-ITB, 1979.
7. Taylor & Francis,; Fitting the Task to the Man (A Textbook of Occupational
Ergonomics), London-New York Philadephia, 4th Edition, 1988.
8. Weimer Don, Ph. D., Handbook of Ergonomic and Human Factors Tables,
Prentice Hall, Emglewood Cliffs, New Jersey, 1993.
9. Woodson, Wesley E.,; Human Factors Design Handbook, Information &
Guidelines for the Design of Systems, Facilities, Equipment, and Products
for Human Use, Mc. Graw-Hill Book Co., New York, 1981.
10.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah APK & E II, Jurusan Teknik Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001/2002.
11.Yudiantyo Wawan, ST.,MT., Diktat Kuliah Rekayasa Sistem Kerja, Jurusan Teknik Industri-Universitas Kristen Maranatha, Bandung.