• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

FITRY WAHYUNI NIM. 8126172015

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Fitry Wahyuni. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 3 Sunggal. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) efektivitas proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, meliputi: (a) pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah baik secara individu maupun klasikal, (b) kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran, (c) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran; (d) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sunggal sebanyak 34 orang dan objek penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan guru, angket respons siswa serta tes kemampuan pemecahan masalah. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, dan LAS) sudah memenuhi tingkat kevalidan dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,788. Berdasarkan data yang diperoleh dari ujicoba terhadap perangkat pembelajaran diketahui bahwa: 1) perangkat yang dikembangkan telah dapat memenuhi efektivitas proses pembelajaran, dimana: (a) persentase ketuntasan belajar siswa yang mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah 85,29% secara klasikal dari 34 orang siswa yang mengikuti tes dengan nilai minimal 2,67 (B - ); (b) kadar aktivitas siswa telah memenuhi batas toleransi waktu ideal dengan pemanfaatan LAS yang baik dalam pembelajaran pada ujicoba I maupun ujicoba II, (c) kemampuan guru pada ujicoba I sebesar 2,90 dan pada ujicoba II sebesar 4,22, (d) respons siswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran sudah positif pada ujicoba I maupun ujicoba II; 2) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada postes ujicoba I yaitu 2,72 meningkat menjadi 2,84 pada ujicoba II dengan peningkatan rata-rata pada kategori sedang (rata-rata N-gain = 0,574).

(7)

ii ABSTRACT

Fitry Wahyuni. Development of Learning Tools Based Problem Based Learning

to Increase Mathematical Problem Solving Ability in SMP Negeri 3 Sunggal. Thesis. Graduate Program Mathematics Education State University of Medan, 2015.

The aims of this research is to 1) the effectiveness of the learning process by using learning tools based learning jigsaw cooperative learning model, include: (a) the achievement of student learning objectives views of problem solving skills both individually and classical, (b) active activity levels of students during the learning process, (c) the level of the teacher's ability to manage learning process, (d) student response of the components and the learning process; 2) increase students' problem solving skills using learning tools developed. Subjects in this study were students of class VII SMP Negeri 3 Sunggal as many as 34 people and the object of this study is to look at the effectiveness of the learning process is carried out. The instrument used consisted of observations of student activity sheets, a teacher's ability observation sheet, questionnaire responses of students and problem solving ability test. Learning tools developed (RPP, teacher books, student books, and activity sheets) already meets the level of validity with reliability coefficient is 0.788.

Based on data obtained from tests on learning devices in mind that: 1) the device has been developed to meet the effectiveness of the learning process, wherein: (a) the percentage of students who reach the level of problem solving ability in classical 85,29% of the 34 students taking the test with a minimum value of 2,67 (B-), (b) the activity levels of students have met the tolerance limit LAS ideal time to good use in teaching in the first trial and the second trials, (c) the ability of teachers on the first trial is 2.90 and the second trials is 4,22, (d) student response to the components and the learning process has been positive on the first trial and second trials; 2) an increase in students' problem-solving ability of students at postest first trial, which increased 2,72 to 2,84 in postes second trial with an average increase in the medium category (average N-gain = 0.574).

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan

tesis dengan judul: ” Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui

Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 3 Sunggal” ini dapat

diselesaikan dengan baik. Shalawat beriringkan salam penulis sanjungkan

keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai risalah umat. Penulisan tesis ini

dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh

gelar Magister Pendidikan (M.Pd) di Program Studi Pendidikan Matematika

Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tesis ini menelaah pengembangan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa. Dalam proses mulai dari penulisan tesis ini, penulis

mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, nasihat, dorongan, saran, dan kritik

yang sangat berharga dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dengan

keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai

terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal

atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti

sampaikan kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd dan Ibu Dr. Yulita Molliq Rangkuti,

(9)

iv

sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan

saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

2.

Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr. E.Elvis Napitupulu, MS,

dan Ibu. Dra. Ida karnasih, M.Sc,Ed, Ph.D selaku Narasumber yang telah

banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan

tesis ini.

3.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan

dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. Serta Bapak Dapot Tua

Manullang selaku staf pada program studi pendidikan matematika

Pascasarjana UNIMED yang telah membantu dan melayani dengan baik

dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan berkas penyelesaian

tesis.

4.

Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

5.

Ibu Dra.Nurhafidah selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Sunggal yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

lapangan, staf tata usaha, serta guru pelajaran matematika Ibu Sri Hastuti,

S.Pd yang bersedia membantu dalam proses penelitian.

6.

Secara khusus penulis mengucakan terima kasih yang tiada terhingga

kepada Ayahanda tersayang Agusli, Ibunda tercinta Arti dan adikku

(10)

v

telah memberikan dorongan, motivasi dan nasehatnya yang menyejukkan

hati serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

7.

Buat teman-teman terbaik penulis, Siti Salamah Ginting, Zaka Syahrial,

Taruli Marito Silalahi, M.Pd, Azrina Purba, S.Pd, Hamzah S.

Saragih,S.Pd, Dede Zulfikar, M.Pd, Ade Evi Fatimah, M.Pd, SyafridaH.

Pulungan, M.Pd, Fadillah K. Rambe, S.Pd, M.Si, dan teman-teman kelas

eksekutif B-1 yang telah memberikan dukungan, bantuan dan motivasi

yang sangat membangun dari awal sampai selesainya tesis ini.

8.

Pihak –pihak yang belum tersebutkan dan mungkin terlewatkan saya

mohon maaf.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini bermanfaat kepada penulis maupun rekan-rekan lain terutama bagi rekan

guru dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran matematika di depan kelas serta dapat menjadi seorang

guru yang berkompeten dan profesional.

Medan, Februari 2015

Penulis

(11)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...

x

DAFTAR LAMPIRAN ...

xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Identifikasi Masalah...

15

1.3

Batasan Masalah ...

16

1.4

Rumusan Masalah...

16

1.5

Tujuan Penelitian ...

17

1.6

Manfaat Penelitian ...

17

1.7

Definisi Operasional ...

18

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ...

20

2.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) ...

27

2.2.1

Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...

28

2.2.2

Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah ...

32

2.2.3

Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...

35

2.2.4

Kelebihan dan Kekurangan Model PBM ...

37

2.3

Teori-teori yang Relevan dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah ...

40

2.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

43

2.4.1 Pengertian Perangkat Pembelajaran ...

43

2.4.2 Kualitas Perangkat Pembelajaran ...

46

2.5 Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ...

52

2.6 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

62

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ...

68

2.8 Kerangka Konseptual ...

69

2.9 Pertanyaan Penelitian ...

75

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian ...

76

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian ...

76

3.3

Subjek dan Objek Penelitian ...

76

3.4

Prosedur Penelitian ...

77

3.5

Rancangan Penelitian ...

86

3.6

Instrumen Penelitian ...

87

(12)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 105

4.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 105

4.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 115

4.1.3 Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan (Develop) ... 123

4.2 Hasil Ujicoba I ... 134

4.2.1 Efektivitas Perangkat Pembelajaran ... 134

4.2.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 149

4.3 Revisi Berdasarkan Hasil Ujicoba I ... 152

4.4 Hasil Ujicoba II ... 157

4.4.1 Efektivitas Perangkat Pembelajaran ... 158

4.4.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 172

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 175

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 200

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 203

5.2 Saran ... 204

DAFTAR PUSTAKA ... 205

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 34

2.2 Klasifikasi isi bahan ajar dalam ranah pengetahuan ... 46

2.3 Kriteria for high quality intervention ... 47

3.1 Rancangan Ujicoba ... 87

3.2 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Para Ahli ... 88

3.3 Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 89

3.4 Indikator/Aspek yang diamati Pada Respon Siswa Terhadap Kegiatan

Pembelajaran ... 93

3.5 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 94

3.6 Rubrik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

3.7 Interpretasi Koefesien Korelasi Validitas ... 96

3.8 Hasil Ujicoba Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik ... 97

3.9 Tingkat Kesukaran Hasil Ujicoba TKPM ... 97

3.10 Klasifikasi Daya Pembeda Tes ... 98

3.11 Daya Pembeda Hasil Ujicoba TKPM ... 98

3.12 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 99

3.13 Hasil Perhitungan Reliabilitas TKPM ... 99

3.14 Pendeskripsian Rata-rata Skor Validasi ... 100

3.15 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 102

3.16 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 102

4.1 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran... 114

4.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 123

4.3 Daftar Nama-Nama Validator ... 124

4.4 Hasil Validasi Buku Guru (BG) ... 125

4.5 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi ... 126

4.6 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 126

4.7 Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ... 127

4.8 Hasil Validasi RPP ... 128

4.9 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi ... 129

4.10 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 130

4.11 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ... 131

4.12 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Para Ahli ... 132

4.13 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 133

4.14 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Pada Ujicoba I ... 135

4.15 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba I ... 136

4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba I ... 137

4.17 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Pada Ujicoba I ... 138

4.18 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Pada Ujicoba I ... 140

[image:13.595.51.548.148.755.2]
(14)

ix

4.20 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran (Ujicoba I) ... 144

4.21 Nilai siswa dalam menyelesaikan LAS ujicoba 1 ... 146

4.22 Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Ujicoba I ... 147

4.23 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Pretes Dan

Postes Dalam Bentuk Gain Untuk Ujicoba I ... 149

4.24 Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Persentase

Pencapaian KKM dan Hasil Gain Ujicoba I ... 150

4.25 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa Ujicoba I ... 153

4.26 Hasil Revisi Ujicoba I Yang Dianalisis Dari Setiap Aspek

Dinilai Yang Terdapat Kendalanya ... 156

4.27 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Pada Ujicoba II ... 159

4.28 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba II ... 159

4.29 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba II ... 160

4.30 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Pada Ujicoba II ... 162

4.31 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Pada Ujicoba II ... 164

4.32 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II ... 166

4.33 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Ujicoba II ... 167

4.34 Nilai siswa dalam menyelesaikan LAS ujicoba II ... 169

4.35 Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Pada

Ujicoba II ... 170

4.36 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Pretes Dan

Postes Dalam Bentuk Gain Untuk Ujicoba II ... 172

4.37 Pencapaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Persentase

Pencapaian KKM dan Hasil Gain Ujicoba II ... 173

4.36 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 179

4.37 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Pada Ujicoba I dan

Ujicoba II ... 182

(15)

x

[image:15.595.65.540.115.672.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Pola jawaban siswa pada tes kemampuan awal soal nomor 1... 7

2.1 Tahap pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 63

3.1 Modifikasi Skema Pengembangan Model Pembelajaran 4-D... 78

4.1 Peta Konsep Materi Pokok Perbandingan ... 109

4.2 Analisis Materi Perbandingan dan Skala ... 110

4.3 Hasil analisis Tugas untuk Sub Materi Arti Perbandingan ... 111

4.4 Hasil analisis Tugas untuk Sub Materi Perbandingan Senilai ... 112

4.5 Hasil analisis Tugas untuk Sub Materi Perbandingan Berbalik Nilai .... 112

4.6 Hasil analisis Tugas untuk Sub Materi Gambar Berskala ... 113

4.7 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Hasil Postes

Pada Ujicoba I ... 138

4.8 Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa Pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba I ... 139

4.9 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada

Ujicoba I ... 141

4.10 Peningkatan Rata-rata Pretes-Postes pada Ujicoba I ... 151

4.11 Diagram Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

Ujicoba I ... 154

4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Hasil

Postes Ujicoba II ... 161

4.13 Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa Pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba II ... 163

4.14 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada

Ujicoba II ... 165

4.15 Peningkatan Rata-rata Pretes-postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Pada ujicoba II ... 174

4.16 Jawaban siswa terhadap soal postes nomor 1 ... 180

4.17 Jawaban siswa terhadap soal postes nomor 2 ... 181

4.18 Jawaban siswa terhadap soal postes nomor 3 ... 182

4.19 Jawaban siswa terhadap soal postes nomor 4 ... 183

4.20 Jawaban siswa terhadap soal postes nomor 5 ... 184

4.21 Nilai Rata-rata Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ujicoba I

dan Ujicoba II ... 185

4.22 Jawaban Siswa dalam menyelesaikan LAS-03 ... 193

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

LAMPIRAN A Lembar Instrumen ... 210

LAMPIRAN B Buku Guru (BG) ... 226

LAMPIRAN C Buku Siswa (BS) ... 254

LAMPIRAN D Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 269

LAMPIRAN E Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 313

LAMPIRAN F Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 329

LAMPIRAN G Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 342

LAMPIRAN H Hasil Ujicoba Terbatas Perangkat Pembelajaran ... 354

LAMPIRAN I Hasil Ujicoba Penelitian ... 372

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak

didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai

anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar individu itu berada.

Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi

lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara

menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa (Sagala, 2012: 3).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua

tingkatan sekolah, dan jumlah jam pelajaran yang disediakan relatif lebih banyak

dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Siswa pada tingkatan Sekolah Dasar

(SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) akan menerima pelajaran

matematika karena matematika merupakan salah satu penguasaan yang mendasar

yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa. Ada banyak alasan

tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam

Abdurrahman (2009: 253) mengemukakan :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

(18)

2

Kutipan tersebut memberi penekanan bahwa, dengan belajar matematika

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar,

mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan

pemecahan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat

dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.

Terkait dengan pentingnya matematika, Concroft (dalam Abdurrahman,

2009: 253) juga mengemukakan alasannya perlu belajar matematika, yaitu:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 (2013: 7) disebutkan bahwa,

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa bernegara, dan peradaban dunia. Berkenaan dengan hal

tersebut, Lerner (dalam Abdurrahman 2009: 253) mengemukakan bahwa

kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1)

konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Tim MKPBM (2001: 85) mengungkapkan bahwa “Sejak lama, pemecahan

masalah telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika di

sekolah. Sebagai contoh, salah satu agenda yang dicanangkan National Council of

(19)

3

bahwa problem solving must be focus of school mathematics in the 1980 atau

pemecahan masalah harus menjadi fokus utama matematika sekolah di tahun

80’an”. Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah Bruner (dalam

Trianto, 2010: 7) mengatakan bahwa, “berusaha sendiri untuk mencari pemecahan

masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna”. Selanjutnya Polya (1973) mengatakan pemecahan

masalah adalah salah satu aspek berpikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima

masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Dari rekomendasi NCTM

dan keterangan tersebut dapat diartikan bahwa problem solving sangat penting

dalam pelajaran matematika. Mengingat masih banyak siswa yang merasa

kesulitan dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam problem

solving matematika diperlukan sebuah usaha yang dapat membantu siswa dalam

mengkonstruksikan pengetahuan mereka.

Abdurrahman (2009: 254) mengungkapkan bahwa, “dalam pemecahan

masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam

situasi baru atau situasi yang berbeda”. Pemecahan masalah itu sendiri merupakan

latihan untuk siswa yang berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin kemudian

mencoba untuk menyelesaikannya. Hal ini merupakan salah satu kompetensi yang

harus ditumbuhkan dan dikembangkan pada siswa. Sebuah soal pemecahan

masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung tahu caranya. Jika seorang

anak dihadapkan pada suatu masalah matematika dan anak tersebut langsung tahu

(20)

4

digolongkan pada kategori soal pemecahan masalah. Oleh karena itu diharapkan

peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan matematika sehingga prestasi

belajar juga akan dicapai.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik, seperti

halnya kemampuan yang lain, yaitu penalaran, komunikasi, koneksi, maupun

representasi matematik, terbukti dari ditentukannya standar untuk

kemampuan-kemampuan tersebut dalam NCTM. Indikator yang dapat menunjukkan apakah

seorang peserta didik telah mempunyai kemampuan pemecahan masalah

matematika, menurut NCTM (dalam Widjajanti, 2009: 408) adalah: (1)

menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk

menyelesaikan masalah; (2) menyelesaikan masalah yang muncul di dalam

matematika atas di dalam konteks lain yang melibatkan matematika; (3)

membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah; dan (4)

memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

Polya (1973: 154) menggolongkan masalah matematik menjadi dua

golongan, yaitu: “... problems ‘to find’ and problems ‘to prove’. The aim of a

problem to find, is a certain object, the unknown of the problem. The aim of a

problem to prove is to show conclusively that a certain clearly stated assertion is

true, or else to show that it is false”. Problem ‘to find’: bertujuan untuk

menemukan suatu objek tertentu yang tidak dikenal dari masalah. Sedangkan

problem ‘to prove’ bertujuan untuk memutuskan kebenaran suatu pernyataan,

(21)

5

Secara umum, Polya (1973: xvi) menetapkan empat langkah yang dapat

dilakukan agar siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu

understanding the problem, devising a plan, carrying out the plan, dan looking back

yang diartikan sebagai memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan

rencana, dan melihat kembali hasil yang diperoleh. Selanjutnya Tim MKPBM

(2001: 84) memberikan penjelasan fase-fase solusi pemecahan masalah yang

diungkapkan Polya tersebut. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa

adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin

mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat

memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya siswa harus mampu menyusun

rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat

tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. bervariasi

pengalaman mereka, ada kecendrungan siswa lebih kreatif dalam menyusun

rencana penyelesaian suatu masalah. jika rencana penyelesaian suatu masalah

telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian

masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terakhir

dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan atas apa yang

telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan

cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali

sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah

yang diberikan.

Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada

(22)

6

kemampuan pemecahan masalah matematik ini disebabkan masih banyaknya

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan

selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga menimbulkan

rasa takut untuk belajar matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Abdurrahman (2009: 252) bahwa, “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di

sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para

siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih–lebih bagi siswa yang

berkesulitan belajar”.

Permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

juga dialami siswa SMP Negeri 3 Sunggal. Dina salah satu dari siswa kelas VII-1

mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, susah dimengerti, dan

sangat membosankan. Pandangan seperti ini akan mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah siswa.

Seiring dengan itu penulis juga memberikan tes awal pada materi

perbandingan. Tes awal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal tes tersebut. Ini terlihat baik

dari hasil tes kemampuan awal yang diikuti 30 orang siswa kelas VIII-2 yang

dilakukan pada tanggal 29 April 2014 diketahui bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa pada pokok bahasan perbandingan masih rendah. Salah satu

masalah yang diberikan ialah:

Masalah : “Jumlah uang Anggi, Deby dan Intan adalah Rp 60.000,-. Jika

perbandingan uang Anggi, Deby dan Intan adalah 5 : 4 : 3.

(23)

7

a. Apa saja yang diketahui dan ditanya dari soal diatas?

b. Bagaimana cara untuk mengetahui besar uang mereka

masing-masing?

c. Hitunglah berapa besar uang Anggi, Deby, Intan?

d. Diantara mereka, siapakah yang jumlah uangnya paling besar?

Penulis memperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa tidak mampu

menyelesaikan soal dengan benar. Dari tes yang diberikan kepada 30 orang siswa

diperoleh 20 orang siswa memperoleh skor sangat rendah, 3 orang memperoleh

skor rendah, 5 orang mendapatkan skor sedang, dan 2 orang memperoleh skor

sangat tinggi. Salah satu contoh hasil jawaban siswa dari tes kemampuan

pemecahan masalah matematis yang diberikan diperlihatkan pada gambar berikut

ini.

[image:23.612.65.556.95.640.2]

(24)

8

Dari jawaban siswa di atas terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan masalah perbandingan adalah kesalahan konseptual dan

prosedural. Terlihat pada pola jawaban siswa kita identifikasi berdasarkan

indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari indikator pertama yang

disampaikan Polya yaitu memahami masalah terlihat bahwa siswa sudah dapat

memahami masalah yang diberikan. Siswa dapat menentukan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan dalam soal. Untuk indikator yang kedua yaitu

merencanakan pemecahan masalah, siswa masih salah dalam memilih

strategi/rencana pemecahan masalah. Dan yang ketiga yaitu menyelesaikan

masalah sesuai rencana, beberapa siswa melakukan kesalahan dalam konseptual

dan prosedural. Selanjutnya untuk indikator keempat memeriksa kembali

kebenaran jawaban, siswa tidak dapat memberi kesimpulan secara logika

terhadap soal.

Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa siswa tidak mampu

memecahkan soal matematika di atas, ini memiliki arti bahwa pengetahuan siswa

dalam pemecahan masalah matematika masih sangat rendah. Maka di sini

perlunya peran dari guru untuk membimbing siswa agar keluar dari permasalahan

tersebut.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran

matematika dalam aspek pemecahan masalah masih rendah. Trianto (2010: 5)

menyebutkan bahwa, “berdasarkan analisis penelitian terhadap rendahnya hasil

belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran

(25)

9

sehingga siswa menjadi pasif”. Pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh

guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Siswa

diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa,

sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan.

Keberhasilan para peserta didik dapat dipengaruhi salah satunya dengan

keberhasilan pembelajarannya. Sedangkan keberhasilan suatu pembelajaran,

dipengaruhi banyak faktor, antara lain model pembelajaran, strategi pembelajaran,

media pembelajaran, dan juga bahan ajar atau materi pembelajaran. Pemilihan

strategi maupun pendekatan pembelajaran yang tepat dapat menunjang

keberhasilan pembelajaran itu juga. Kurikulum 2013 menekankan proses

pembelajaran saat ini mengacuh pada pendekatan saintifik yang terdiri dari

kegiatan mengamati, menyanya, mencoba, menalar, asosiasi, menyimpulkan, dan

mengkomunikasikan pada semua mata pelajaran begitu juga dengan mata

pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Di mana dalam

pemilihan model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran

yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran adalah suatu desain yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan

pada diri siswa (Amri, 2013: 4).

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus

(26)

10

kehidupan ini. Pada pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal

yang tidak rutin, yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar

diperlukan pemikiran yang mendalam. Namun sering kali permasalahan yang

muncul adalah siswa tidak memiliki cukup pengetahuan untuk memilih strategi

yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan

kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran yang semestinya disusun

adalah pembelajaran berdasarkan masalah.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) atau dalam bahasa

Inggris Problem Based Instruction (PBI) telah dikenal sejak zaman John Dewey.

PBM merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham

konstruktivisme yang penekanannya membuat siswa mampu memecahkan

masalah. Hal ini dingungkapkan oleh Trianto (2010: 92) yang mengatakan bahwa,

“model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori kontruktivis. Pada

model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang

penyelesaiannya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa”. Selanjutnya,

Trianto (2010: 91) juga mengungkapkan bahwa, “model pembelajaran

berdasarkan masalah ini adalah model yang mulai diangkat karena dilihat secara

umum model ini terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang

autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk

melakukan penyelidikan dan inkuiri”. Dari pernyataan tersebut, pembelajaran ini

diharapkan dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan

siswa dapat menggunakan sendiri konsep-konsep pemecahan masalah yang

(27)

11

PBM dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, karena model

pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif untuk ikut serta dalam proses

pembelajaran, yakni dengan menyelesaikan masalah yang diberikan dalam

kelompok. Dalam PBM siswa dihadapkan kepada suatu permasalahan dalam

kehidupan nyata yang akan lebih menarik siswa untuk mempelajari matematika

sehingga siswa akan mengetahui bahwa matematika mempunyai banyak

kegunaan. Yang penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa

matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science)

dan sangat berguna dalam kehidupan.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Minarni

(2012) bahwa PBM signifikan memberikan pengaruh lebih baik pada pencapaian

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari pada pembelajaran biasa.

Adapun sintaks PBM menurut Arends (2008: 57) yaitu: (1) memberikan

orientasi tentang permasalahannya kepada siswa; (2) mengorganisasikan siswa

untuk belajar; (3) membantu investigasi individu dan kelompok; (4)

mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya; (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelesaian masalah.

Sejalan dengan hal itu, Trianto (2009: 96) juga mengungkapkan bahwa

kelebihan PBM sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) realistik dengan

kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat

inquiry siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan

(28)

12

cocok dan dapat dijadikan suatu alternatif pembelajaran dalam proses peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga harus dapat

menyusun sebuah bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang baik. Selaras

dengan hal itu, Amri (2013: 81) menjelaskan bahwa tuntutan kompetensi yang

harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial dan kompetensi profesi), pengembangan bahan ajar dan media merupakan

salah satu kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi yang

dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru

profesional. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan

guru mencanangkan bahan ajar maupun perangkat pembelajaran.

Selanjutnya Amri (2013: 73) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu

untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat

penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan

pembelajaran dapat mencapai sasaran. Bahan ajar maupun perangkat

pembelajaran yang dikembangkan sudah semestinya tetap memperhatikan

pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang

berlaku, dan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dalam

mengembangkan asessmen.

Namun, pada kenyataannya guru belum melakukan persiapan yang matang

sebelum mengajar. Hal ini dapat dilihat dari fakta di lapangan yang diperoleh dari

hasil observasi lapangan. Di SMP Negeri 3 Sunggal terdapat 3 orang guru

(29)

13

seadanya, yaitu memakai buku yang sama dengan buku pegangan siswa.

Selanjutnya dalam pembelajaran guru juga menyertakan lembar aktivitas siswa

(LAS), tetapi LAS yang digunakan tersebut hanyalah lembar kerja secara umum,

bukanlah lembar aktivitas siswa yang dapat menanamkan konsep materi

perbandingan. Lembar kegiatan siswa tersebut biasanya di beli dari

toko-toko/percetakan yang memproduksi LAS tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

guru jarang membuat LAS sendiri dan seperti yang kita ketahui LAS yang ada

belum mencerminkan LAS yang semestinya. Idealnya, gurulah yang lebih

memahami karakteristik siswa agar sesuai dengan kebutuhan siswanya.

Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi

ajar yang disusun dan diterbitkan oleh instansi tertentu yang berupa buku paket.

Buku yang terbit dipasaran hanya berlaku secara umum, dalam arti tidak dekat

dengan situasi dan kondisi alam yang ada disekitar siswa, sehingga guru harus

memberikan penjelasan lebih khusus dan lebih konkret kepada siswa. Untuk itu

perlu adanya upaya yang dilakukan guru dalam menyusun sebuah perangkat

pembelajaran yang baik dan mudah dipahami oleh siswa dan sesuai dengan

pedoman pengembangan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang

disusun nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa.

Selanjutnya Amri (2013: 97) mengungkapkan bahwa buku pelajaran yang

ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi.

Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya menjadi rujukan utama dalam

(30)

14

mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep, buku

tersebut menjadi sumber pembodohan, bukan sumber pencerdasan anak didik.

Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia pendidikan.

Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan

nantinya pada materi perbandingan dikelas VII SMP Negeri 3 Sunggal. Materi ini

dikembangkan karena masih banyak siswa yang belum memahami konsep

perbandingan dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahnya. Hal tersebut

telah didukung fakta yang diperoleh dari tes awal yang telah dilakukan oleh

peneliti.

Disamping itu, faktanya pada kondisi di lapangan masih belum tersedianya

bahan ajar maupun perangkat pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan memenuhi kriteria valid,

dan efektif. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa penulis mengembangkan

perangkat pembelajaran pada materi perbandingan. Perangkat ini perlu untuk

dikembangkan karena perangkat pembelajaran memungkinkan siswa untuk dapat

mempelajari suatu kompetensi inti atau kompetensi dasar secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi

secara utuh dan terpadu. Tanpa adanya perangkat pembelajaran akan sulit bagi

guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Begitu juga halnya dengan

siswa, tanpa perangkat pembelajaran siswa akan kesulitan untuk menyesuaikan

diri dalam belajar. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran dianggap sebagai

bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa dalam upaya

(31)

15

Sejalan dengan itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Yannidah, dkk

(2013) memperoleh hasil bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan

memenuhi efektivitas pembelajaran matematika. Efektifitas ini dapat dilihat dari

ketuntasan siswa dalam belajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dikatakan baik, keterlaksanaan sintaks pembelajaran di kelas dikatakan baik, serta

respon siswa terhadap perangkat dan pembelajaran di kelas positif.

Adapun perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini adalah berupa RPP, buku siswa, buku guru, lembar aktivitas siswa

serta instrumen pengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) yang dapat mengaktifkan belajar siswa

dan sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Dengan demikian peneliti memberi judul penelitian ini yaitu :”Pengembangan

perangkat pembelajaran melalui pembelajaran berdasarkan masalah untuk

meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMP Negeri 3

Sunggal”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi pada penelitian ini yaitu:

1. Adanya anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit

dipelajari oleh siswa.

(32)

16

3. Belum tersedianya perangkat pembelajaran matematika yang dapat

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa.

4. Guru belum melakukan pengembangan pada perangkat pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah

pada perangkat pembelajaran yang digunakan guru pada proses belajar mengajar,

yakni pengembangan perangkat pembelajaran melalui model PBM yang berupa

RPP, buku siswa, buku guru, LAS, dan tes kemampuan pemecahan masalah

matematik pada materi perbandingan dan skala kelas VII SMP Negeri 3 Sunggal.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas dan efektivitas perangkat pembelajaran yang

dikembangkan melalui model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM)

pada materi perbandingan dan skala di kelas VII SMP Negeri 3 Sunggal?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

dengan perangkat pembelajaran model PBM yang dikembangkan pada

(33)

17

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana validitas dan efektivitas perangkat

pembelajaran yang dikembangkan melalui pembelajaran berdasarkan

masalah pada materi perbandingan dan skala di kelas VII SMP Negeri 3

Sunggal.

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan

melalui pembelajaran berdasarkan masalah pada materi perbandingan dan

skala di kelas VII SMP Negeri 3 Sunggal.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Perangkat dan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai

upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi kepala sekolah dalam

pengambilan kebijakan penerapan model pembelajaran di sekolah.

3. Penggunaan perangkat pembelajaran pada penelitian ini masih terbatas

(34)

18

ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

lebih lanjut.

1.7 Definisi Operasional

Beberapa istilah dalam penelitian ini perlu didefinisikan secara operasional

agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan untuk memberi arah yang jelas

dalam pelaksanaannya. Berikut ini akan dijelaskan pengertian istilah-istilah

tersebut.

1. Penelitian pengembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu

produk yang prosesnya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk

akhirnya dievaluasi untuk mendapatkan produk yang valid, efektif dan

praktis.

2. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang

memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

Perangkat pembelajaran terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), buku siswa, buku guru, lembar aktivitas siswa (LAS) pada materi

perbandingan dan skala yang disesuaikan dengan model PBM.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah : merupakan suatu pembelajaran yang

berorientasi pada masalah dunia nyata dan dalam proses pelaksanaannya

melalui diskusi dalam kelompok yang meliputi langkah-langkah sebagai

berikut: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan

(35)

19

kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5)

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah

upaya seseorang untuk menyelesaikan masalah matematika yang meliputi

4 proses menemukan jawaban yakni: (1) memahami masalah; (2) Memilih

strategi pemecahan masalah yang tepat; (3) menjelaskan jawaban; dan (4)

memeriksa kembali kebenaran jawaban.

5. Keefektifan Pembelajaran merupakan standar kompetensi yang diterapkan

dari indikator-indikator, yang ditunjukkan dengan i) ketuntasan belajar

siswa secara individu maupun klasikal, ii) aktivitas siswa selama kegiatan

belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, iii)

kemampuan guru mengelolah pembelajarn minimal berada pada kategori

cukup baik, iv) respon siswa yang positif terhadap komponen-komponen

perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

(36)

203

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan

model pembelajaran berdasarkan masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i)

pemecahan masalah matematik siswa memperoleh persentase 85, 29%, (ii)

kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria baik, (iii)

kadar aktifitas siswa memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan,

(iv) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan

kegiatan pmbelajaran adalah positif.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran

berdasarkan masalah pada pokok bahasan perbandingan dan skala adalah dari

persentase pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik pada

ujicoba I sebesar 70,59% meningkat menjadi 85,29%.

3. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan

masalah sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemampuan guru

mengelola telah mencapai kriteria minimal dengan kategori baik.

4. Aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran

berdasarkan masalah sudah berada pada kriteria batasan keefektifan

pembelajaran.

(37)

204

5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran berdasarkan masalah sudah menunjukkan respon yang positif (di

atas 80%).

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah yang diterakan dengan

kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.

Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai tahap

pengembangan, belum diimplementasikan secara luas disekolah-sekolah.

Untuk mengetahui perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran

berdasarkan masalah yang efektif dan valid dalam berbagai materi pokok

bahasan pelajaran matematik dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan

para guru dan peneliti untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran

dengan model pembelajaran berdasrkan masalah ini pada ruang lingkup yang

lebih luas di sekolah-sekolah.

2. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan yang lain pada

pelajaran matematika atai mata pelajaran yang sesuai (seperti : fisika, kimia,

biologi) dapat merancang/mengembangkan komponen-komponen pendekatan

(38)

205

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta Rineka Cipta.

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Amir, T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Borg, W., dan Gall, M. (2003). Educational Research; an Introduction 6th edition.

Boston: Pearson.

Choridah, Dedeh.T. (2013). Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan komunikasi Dan Berpikir Kreatif serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika

STIKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, No. 2, September 2013 ( http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/35/34, diakses Januari 2015)

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

(39)

206

Grinnell, Jr, Richard M. (1988). Social Work Research and Evaluation.

Third Edition. Illionis: F.E. Peacock Publishers, Inc.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. of Physics, Indiana University.

Hasnawati. (2010). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Terhadap hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika

Universitas Haluoleo Vol. III (2): 141-149.

Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Husamah dan Yanur, S. (2013). Desain Pembelajaran Berbasis

Pencapaian Kompetensi – Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Husnidar, dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika – issn: 2355-4185.

(Online), Vol. 1, No. 1, April 2014, (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/1340/1221, diakses Januari 2015)

Indrawati, Y. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol. IV (7): 41-58.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Jacobsen,D.A. Eggen,P. and Kauchak,D. (2009). Methods for

Teaching-Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kemendiknas. (2013). Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 tentang

(40)

http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wpcontent/-207

uploads/2013/06/08.-Permendikbud-Nomor-70-ttg-Kerangka-Dasar-dan- Struktur-Kurikulum-SMK-MAK-dan-Lampiran-Versi-05-06-13-Aries-edit-hukor.pdf. [28 Januari 2014]

Kemendiknas. (2014). Permendiknas RI Nomor 104 Tahun 2014 Tentang

Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-104-tahun-2014.pdf (Januari 2014)

Marzuki. (2006). Evaluasi Pembelajaran. Kencana Perdana Media Group. Jakarta

Misdalina. (2009). Pengembangan Materi Integral untuk SMA menggunakan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana

Universitas Sriwijaya, Vol. III (1): 61-74.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: NCTM

Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam

An Introduction to Educational Design Research (Ed). Disampaikan dalam

seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November 2007.

Nurhadi, dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

O’Meara, D. (2000). Contextual Learning and Applied Academic Approach. Jakarta: JSEP

Polya, G. (1973). How To Slove It: A New Aspect of Mathematics Method. New Jersey Princeton University Press.

Rohman, M dan Amri, S. (2013). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem

Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran-Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: Rajawali Pers.

(41)

208

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Penerbit Kencana Media Group: Jakarta.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Program

Pascasarjana UPI Bandung.

Sheffield, L. J. dan Cruikshank, D. E. (1996). Teaching and Learning; Elementary

and Middle School. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Siara, L. (2004). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Slameto, (2010).Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suaidin. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan

Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Matematika Pada Wilayah SMA Binaan di Kabupaten Dompu Melalui Supervisi Kolaboratif. Jurnal Edukasi Matematika. Vol. II (2):

152-162.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel,M.I. (1974). Instructional Development

For Training Teachers Of Exceptional Children. Indiana:Indiana University

Bloomington.

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Trianto (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Wahyudiati, D. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi

(42)

209

Perubahannya Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi

Pendidikan, Edisi Desember 2010: 1-21.

Widjajanti, D. B. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mahasiswa Calon Guru: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya.

PROSIDING: FMIPA Universitas Yogyakarta, (Online) (http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25Djamilah%20Bondan%20Widjajanti.p df , diakses 17 September 2013)

Yannidah, N, dkk. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Aptitude Treatment Interaction pada Efektivitas Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI

Gambar

Tabel Halaman 2.1   Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif .........................................
Gambar 1.1  Pola jawaban siswa pada tes kemampuan awal soal nomor 1................    7
Gambar 1 - Pola jawaban siswa pada tes kemampuan awal soal nomor 1

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan usaha dengan cara mencari dukungan sosial dari orang sekitar muncul pada semua responden, salah satu responden juga melakukan dengan cara menceritakan

[r]

untuk menilai tingkat profitabilitas perbankan antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Hesti Werdaningtyas, 2002) dan (Yuliani, 2007) yang melakukan penelitian tentang

 Model conditional demand : 10 persen kenaikan harga menurunkan 4,7 persen bungkus rokok yang dikonsumsi. CHEPS FKMUI, 15

model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu

Surat Setoran Pajak Daerah, yang dapat disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Umu m

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 45 Tahun 2001 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2001

Dan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian : perusahaan tersebut dapat mengetahui berapa pendapatan penjualan yang harus dicapai agar tidak menyebabkan keuntungan