• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDAGOGIK JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEDAGOGIK JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PEDAGOGIK

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

Diterbitkan Oleh:

Fakultas Agama Islam (FAI)

dan Lembaga Penelitian, Penerbitan, Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Muhammadiyah Aceh

Jalan Muhammadiyah No. 91 Bathoh Lueng Bata Banda Aceh Telpn/FAX. (0651) 27569 http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/pedagogik

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

VOL. 8 NO. 1 APRIL 2021

(2)

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran i

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Editor in Chief

Dr. Saiful, S.Ag., M.Ag.

Managing Editors

Muhammad Yani, M.Pd. dan Meutia Zahara, Ph.D.

Board of Editors

Hasnul Insani Djohar, Ph.D Wilda Syam Tonra, M.Pd Arief Aulia Rahman, M.Pd Ika Kana Trisnawati, M.Ed Ismail Darimi, MA

Rini Sulastri, M.Pd Restu Andrian, M.Pd Yuniarti, M.Pd Board of Riviewers Prof. Dr. T. Zulfikar, M.Ed

Prof. Dr. Bansu Irianto Ansari, M.Pd Dr. Muhammad Syukri, M.Ed

Dr. Ksm. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd Akhsanul In’am, Ph.D

Dr. Sri Suyanta, M.Ag

Dr. Anton Widyanto, M.Ag., Ed.S Sri Andayani Mahdi Yusuf, Ph.D Rita Novita, M.Pd

Mardhatillah, M.Pd

Faizal Ade Rahmahuddin Abdullah, M.Si Mursalin, M.Pd

Khairatul Ulya, M.Ed Jofrishal, M.Pd

Ahmad Nubli Gadeng, M.Pd Muhammad Taufik Hidayat, M.Pd Yan Ardian Subhan, M.Pd

Board of Assistant

Devi Keumala, M.T dan Dedi Zumardi, S.Pd.I Penerbit

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh dan

Lembaga Penelitian, Penerbitan, Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Email: jurnal.pedagogik@unmuha.ac.id

(3)

P-ISSN 2337-7364 E-ISSN 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021 |

ii

PENGANTAR EDITORIAL

Syukur kehadirat Allah Swt, karena hanya izin-Nya Jurnal Pedagogik yang sekarang berada di tangan para pembaca dapat diluncurkan. Selawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa ummat manusia ke jalan kebajikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Jurnal ilmiah ini diadakan untuk memfasilitasi dan mendorong lahirnya karya tulis ilmiah, berupa hasil penelitian dalam dunia pendidikan dan pembelajaran.

PEDAGOGIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh ingin membagi pendapat dan ide dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara nasional maupun internasional. Keberadaan jurnal ini menjadi semakin penting untuk memacu tumbuhnya nuansa akademis di lingkungan para pendidik mulai pada tingkat rendah hingga perguruan tinggi serta bagi para peneliti pendidikan dan pembelajaran. Tetapi tidak tertutup kesempatan bagi pihak lain yang juga memiliki inisiatif untuk memaparkan hasil penelitiannya yang relevan dengan pendidikan dan pembelajaran.

Pada edisi ini, Jurnal Pedagogik menyajikan beberapa tulisan yang menganalisis isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang bersumber dari berbagai perspektif yang meliputi pendidikan dalam konteks sains, sosial, dan bahasa; pendidikan karakter;

organisasi dan manajemen pendidikan; serta strategi pembelajaran dan kurikulum.

Berdasarkan tema tersebut, beberapa artikel menarik yang disajikan yaitu: Pemanfaatan Media Sosial Whatsapp sebagai Media Perkuliahan Daring selama Pandemi Covid 19 oleh Novi Susilawati, Ruliani, dan Rizana Rosemary; Urgensitas Pendidikan Prenatal dalam Perspektif Islam oleh Hamdi Yusliani; Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Melalui Bahan Ajar STEM terhadap Penguasaan Konsep Matematis oleh Ruhban Maskur, Ratna Wati, dan Suherman; Rekonstruksi Pendidikan Anak Berbasis Karakter di Era Digital oleh Saiful; Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Covid-19 di Universitas Muhammadiyah Aceh oleh Riza Septiani, Febyolla Presilawati, Teuku Muhammad Ilzana, dan Said Musnadi.

Selanjutnya juga ada Pengaruh Aktivitas Tradisi Suluk terhadap Prilaku Akhlak Santri oleh Fuadi; Criminalization in the Household oleh Fadhlullah dan Yenni Erwita;

Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Negeri 57 Banda Aceh oleh Fajriani, Martunis, dan Nurraida; Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran Scrapbook pada Materi Spermatophyta di SMAN 1 Peukan Bada oleh Nurlia Zahara, Eriawati, Fitria Lizayani, dan Nurdin Amin; Penerapan Model Pembelajaran Pair Check terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP oleh Qurrata A’yun, Lukman Ibrahim, dan Muhammad Yani.

Sesuai dengan jurnal ilmiah, publikasi Jurnal Pedagogik ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan sumber kajian yang relevan dan aktual serta memberikan wawasan para pembaca dalam pendidikan dan pembelajaran. Kepada penulis, tim penyunting dan penerbit serta semua pihak yang telah memberikan dukungan atas

(4)

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran iii berkenan memberikan balasan yang setimpal atas usaha baik ini.

Salam,

Tim Penyunting

(5)

P-ISSN 2337-7364 E-ISSN 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021 |

iv

DAFTAR ISI

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 7, No. 2, Oktober 2020

Hal

Pengantar Editorial ii

Daftar Isi iv

Ketentuan Penulisan Naskah Jurnal Pedagogik v

Pemanfaatan Media Sosial Whatsapp sebagai Media Perkuliahan Daring selama Pandemi Covid 19

Novi Susilawati, Ruliani, dan Rizana Rosemary

1-17 Urgensitas Pendidikan Prenatal dalam Perspektif Islam

Hamdi Yusliani 18-40

Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Melalui Bahan Ajar STEM terhadap Penguasaan Konsep Matematis

Ruhban Maskur, Ratna Wati, dan Suherman

41-55 Rekonstruksi Pendidikan Anak Berbasis Karakter di Era Digital

Saiful 56-68

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Covid-19 di Universitas Muhammadiyah Aceh

Riza Septiani, Febyolla Presilawati, Teuku Muhammad Ilzana, dan Said Musnadi

69-86

Pengaruh Aktivitas Tradisi Suluk terhadap Prilaku Akhlak Santri

Fuadi 87-95

Criminalization in the Household

Fadhlullah dan Yenni Erwita 96-107

Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Negeri 57 Banda Aceh

Fajriani, Martunis, dan Nurraida

108-123 Respon Siswa terhadap Media Pembelajaran Scrapbook pada Materi

Spermatophyta di SMAN 1 Peukan Bada

Nurlia Zahara, Eriawati, Fitria Lizayani, dan Nurdin Amin

124-130 Penerapan Model Pembelajaran Pair Check terhadap Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa SMP

Qurrata A’yun, Lukman Ibrahim, dan Muhammad Yani

131-148

(6)

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran v

JURNAL ILMIAH PEDAGOGIK

Setiap penulis harus memastikan naskah yang dikirim sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan oleh Jurnal Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh sebagai berikut:

A. Ketentuan Umum

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris

2. Naskah harus original dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses penyerahan untuk dipublikasikan ke media lain dan tidak mengandung unsur plagiarisme.

3. Naskah dapat berupa penelitian, studi kasus, atau studi sastra dengan panjang tulisan maksimum 20 halaman kertas A4 dengan spasi 1,5 dan diketik dengan program microsoft word ukuran 12 dengan huruf Times New Roman.

4. Penulis harus mendaftar sebagai penulis dengan melakukan register secara online melalui website: http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/pedagogik

5. Naskah akan diterbitkan di Jurnal Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh setelah direview oleh peer reviewer.

6. Naskah harus dibuat sesuai dengan pedoman dan template penulisan. Template penulisan dapat didownload dalam Journal Template.

B. Ketentuan Khusus

1. Kerangka naskah meliputi: Judul, Nama Penulis dan Institusi, Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, dan Referensi.

2. Judul. Judul harus mencerminkan permasalahan yang dibahas dalam tulisan, pendek, dan informatif, tetapi tidak melebihi 17 kata. Judul naskah tidak mengandung singkatan yang tidak umum.

3. Nama Penulis dan Institusi. Nama penulis ditulis tanpa titel atau gelar kesarjanaan. Nama penulis juga harus disertai dengan institusi penulis, alamat institusi, dan alamat email.

4. Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak dibuat dalam satu paragraf dan antara 150-250 kata yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penelitian (desain, subjek/sampel, instrumen, analisis data), hasil, kesimpulan, dan kata kunci (3-5 frasa).

5. Pendahuluan. Pendahuluan harus berisi (secara singkat dan berurutan) latar belakang umum dan tinjauan pustaka (state of the art) dan masalah utama penelitian. Di bagian akhir pendahuluan, tujuan/pertanyaan penelitian dan kebaruan dari penulisan naskah harus disebutkan.

6. Metode Penelitian. Metode penelitian menjelaskan jenis penelitian, populasi dan sampel atau subjek penelitian, instrumen, prosedur pelaksanaan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data

(7)

P-ISSN 2337-7364 E-ISSN 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021 |

vi 7. Hasil dan Pembahasan. Bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan

pembahasannya. Hasil yang diperoleh dari penelitian harus didukung dengan data yang memadai. Hasil penelitian dan penemuannya haruslah merupakan jawaban atau hipotesis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya pada bagian pendahuluan. Komponen yang harus ada pada pembahasan adalah: Bagaimana hasil penelitian berhubungan dengan pertanyaan atau tujuan awal yang diuraikan dalam bagian pendahuluan (apa/bagaimana)? Apakah anda memberikan interpretasi secara ilmiah untuk setiap hasil atau temuan yang disajikan (mengapa)? Apakah hasil penelitian anda konsisten dengan apa yang telah dilaporkan? Atau apakah ada perbedaan?

8. Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan harus menjawab tujuan penelitian dan penemuan penelitian. Ucapan penutup tidak hanya berisi pengulangan hasil dan pembahasan atau abstrak. Anda juga harus menyarankan untuk penelitian selanjutnya dengan landasan penelitian yang telah dilakukan.

9. Referensi. Referensi yang ditulis hanya memuat sumber yang dirujuk atau termasuk dalam artikel. Silakan gunakan Aplikasi Manajer Referensi seperti EndNote, Mendeley, Zotero, dan lainnya. Sumber referensi harus menyediakan 70% artikel jurnal, prosiding, atau hasil penelitian dari lima tahun terakhir. Teknik penulisan referensi menggunakan sistem mengutip standar APA (American Psychological Assosiation), serta sistem kutipan yang digunakan adalah model innote.

(8)

URGENSITAS PENDIDIKAN PRENATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Hamdi Yusliani1)

1)Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh, Indonesia Email: hamdirazali83@gmail.com

Abstrak: Setiap manusia yang telah membangun sebuah keluarga pasti mendambakan suatu karunia paling besar dari Allah yaitu anak. Keberadaannya sangat dinantikan karena akan menjadi penerus sejarah manusia serta menjadi salah satu penguat ikatan dalam sebuah rumah tangga. Harapan tersebut tidak ada pengecualian, akan ada pada setiap laki-laki dan perempuan, miskin atau kaya, dimanapun keberadaannya. Tentunya anak yang diharapkan adalah anak yang sehat secara rohani dan jasmani, kuat, cerdas, pandai dan pastinya punya keimanan yang tinggi di kala dewasa nanti. Untuk mewujudkan hal tersebut maka keluarga, terutama orang tua, menjadi pondasi pertama dalam memberikan pendidikan dasar bagi anak. Islam sebagai agama rahmatallil’alamin memberi petunjuk untuk dijalankan oleh umatnya dalam hal pendidikan anak.

Pendidikan yang utama adalah pendidikan yang diberikan pada saat seorang ibu mengandung (prenatal). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pentingnya pendidikan prenatal dalam perspektif Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Teknik pengumpulan data dalam hal ini ialah melakukan identifikasi wacana, dari buku, artikel, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis (analisis isi). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Islam sangat memberi perhatian besar terhadap pendidikan prenatal, menanamkan nilai-nilai yang baik sehingga menjadi modal dasar dalam perkembangannya pada kehidupan selanjutnya. Islam memerintahkan bagi setiap orang tua untuk memperhatikan setiap gerak tingkah lakunya selama mengandung, baik dalam metode pendidikan maupun materi yang diberikan kepada anak sebagai lingkungan pertama yang diterima oleh anak.

Kata kunci: Anak, Pendidikan Prenatal, Generasi Shalih

Abstract: Every human being who has built a family must crave the greatest gift from Allah, namely children. Its existence is eagerly awaited because it will be a continuation of human history and become one of the strengthening ties in a household. This hope is no exception, it will exist in every man and woman, poor or rich, wherever they are. Of course, the expected child is a child who is healthy spiritually and physically, strong, intelligent, clever and certainly has high faith when he grows up. To achieve this, the family, especially the parents are the first foundation in providing basic education for children. Islam as the religion of rahmatallil'alamin provides instructions to be carried out by its people in terms of children's education. The main education is education that is given when a mother is pregnant. It shows how important to prepare offspring as pious generation as the successor of life and ready to fight for Islam on this earth. This is a library research using descriptive qualitative method. The data collection technique is to identify discourse, from books, articles, journals, the web (internet), or other information related to the research title and the data analysis technique used is content analysis.

The results of the study concluded that Islam pays great attention to prenatal education, instills

(9)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 19

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

good values so that it becomes the basic capital in its development in the next life. Islam instructs every parent to pay attention to every movement of their behavior during pregnancy, both in educational methods and in materials given to children as the first environment that is accepted by the child.

Keywords: Children, Prenatal Education, Salih Generation

A. PENDAHULUAN

Dalam pandangan Islam pendidikan sangatlah penting. Oleh karena itu, pendidikan diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan dan berlangsung seumur hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup dalam perspektif Islam merupakan pendidikan yang terus berlangsung dalam bentuk pengarahan, pembinaan dan pembentukan peserta didik untuk mengembangkan potensi, baik jasmaniah maupun rohaniahnya agar tercipta insan kamil menurut aturan-aturan Islam. Dengan paradigma demikian, proses pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga (informal), sekolah (formal) dan dalam masyarakat (nonformal) (Baharudin, 2007:142).

Dengan demikian, pendidikan dapat diartikan sebagai pengembangan atau bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa. Allah berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur.” (QS. an-Nahl: 78).

Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka baik buruknya bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh anak di masa sekarang. Untuk itulah Islam telah memberikan petunjuk kepada orang tua terutama ibu yang sedang hamil agar memperhatikan anak yang masih ada dalam kandungannya.

Keluarga merupakan sebuah ikatan yang terjalin antara laki-laki dan wanita dewasa yang telah diatur berdasarkan syariat dan undang-undang yang telah diberlakukan dari sejak awal terbentuknya manusia sampai akhir zaman. Keluarga adalah pintu gerbang bagi setiap manusia dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan segala problematika kehidupan yang harus dijalani dan diselesaikan. Cita-cita sebuah keluarga adalah suatu komitmen dari setiap pasangan yang ingin mencapai suatu kenyamanan dan kebahagiaan yang ingin dinikmati dalam kehidupannya.

(10)

Menjadi keluarga bahagia dan sejahtera tentu menjadi dambaan setiap keluarga.

Bahagia dan sejahtera akan memberikan dampak bagi kualitas sebuah keluarga. Salah satu faktor yang menjadi penting untuk dilakukan dalam menciptakan keluarga berkualitas tentu adanya perencanaan dalam berkeluarga. Segala yang dilakukan sebagai suatu upaya manusia agar segala sesuatunya bisa berjalan dan terlaksana sesuai dengan konsepnya yaitu suatu pendidikan. Jauh sebelum terbitnya sebuah konsep dari para pemikir barat dengan istilah “long life education”, Islam terlebih dahulu menghadirkan konsep dalam hadist Rasulullah SAW menegaskan:

َمْلِعلْا اٌُبُلْطُأ :َمَّلَس ًَ ِوْيَلَع ُالله ََّلَص ِالله ُل ٌُْسَر َلاَق :َلَاق ُوْنَع ُالله َي ِضَر ِةَرْيَرُى َِبَأ ْنَع ملسملاً ٍراخبلا هاًر( ِدْحَلْلا ََلِا ِدْيَملْا َنِم (

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw berkata: Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga ke liang lahad”. (HR. Bukhari dan Muslim). .(Al- Qusyairy, t.t: 1318).

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Hasil penelitian jga menyimpulkan bahwa semenjak dalam kandungan janin sudah melewati proses belajar.

Janin sudah mulai dapat mendengar dengan jelas pada usia 6 bulan dalam kandungan sehingga ia dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama nada suara ibunya

Disadari ataupun tidak hal itu menunjukkan betapa pentingnya sebuah ilmu bagi setiap manusia. Sementara itu antara pendidikan dengan ilmu sangatlah erat kaitannya sebab pendidikan merupakan sarana atau wadah untuk mendapatkan ilmu, dengan ilmu manusia mengetahui mana yang pantas dan yang tidak, mana yang layak dan mana yang tidak sehingga bisa membedakan diri dengan makhluk lain. Ada beberapa macam pendidikan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat diantaranya adalah pendidikan prenatal, yaitu pendidikan yang dilakukan sebelum kelahiran seseorang.

Pendidikan prenatal menjadi salah satu strategi yang penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pentingnya pendidikan prenatal dalam perspektif Islam.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian library research atau penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Penggunaan

(11)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 21

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

pendekatan deskriptif analisis dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber, terutama Al-Qur‟an dan Hadist serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi wacana, dari buku, artikel, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya. Sementara untuk teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis isi (content analiysis), yaitu teknik yang digunakan untuk mengkaji perilaku manusia secara tidak langsung melalui analisis terhadap komunikasi mereka seperti konsep, pendapat, teori-teori, prinsip-prinsip, surat kabar, buku, puisi, film, artikel majalah dan semua jenis komunikasi yang dapat dianalisis.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Terminologi Pendidikan Prenatal

Dalam beberapa literatur, kata prenatal memiliki beberapa makna yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satunya, Mansur (2006: 16) mengungkapkan bahwa kata

“prenatal” dalam pandangan psikologi merupakan aktifitas-aktifitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dengan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka untuk memilih pasangan hidup agar lahir sehat jasmani dan rohani. Pendidikan tersebut akan mempengaruhi pada perilaku-perilaku yang berlanjut pada kelahiran anak. Jadi yang dimaksud pendidikan pranatal dalam penelitian ini adalah pendidikan dalam kandungan ibu atau pendidikan sebelum anak lahir. Masa- masa selanjutnya sangat ditentukan oleh masa anak dalam kandungan.

Sementara pengertian secara etimologi, prenatal berasal dari kata “pre” yang berarti sebelum, dan “natal” berarti lahir. Jadi, pranatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan atau keadaan sebelum melahirkan (Za‟im, 2016: 79-94). Pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak yang masih dalam kandungan, yang berupa doa, perbuatan, motivasi dan lain sebagainya guna mempengaruhinya dan agar ia mengikutinya sebagaimana yang diinginkan oleh pendidik.

Perkembangan anak dalam kandungan dapat dilihat dalam firman Allah swt, surah al-Mu’minun ayat 12-14 sebagai berikut (Departemen, 1990:527).

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal

(12)

darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu‟minun: 12-14)

Hurlock (1996) mengatakan bahwa perkembangan anak dalam kandungan tersebut dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran. Periode ini adalah periode pertama dalam kehidupan dan merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, tapi dapat dikatakan periode sangat penting (Armin, 2015:56).

Kembali kepada makna pendidikan, adalah suatu usaha yang berproses berisikan bimbingan yang akan mengarahkan seseorang pada perubahan sikap intelektual dan sosial. Adapun pendidikan dalam konteks Islam disebut dengan tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Dalam Al-Qur‟an, tarbiyah berarti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Makna kata tarbiyah dengan ini dapat berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan yang secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur. Ta’lim adalah pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Sebagian pakar mengatakan kata ta’lim lebih sempit maknanya, yaitu hanya sebatas proses pentransferan sejumlah nilai antar manusia dan ini terkesan sebatas mempersiapkan peserta didik untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik saja. Namun demikian menurut „Abd. Fattah Jalal, pengertian kata ta’lim secara implisit juga menanamkan aspek afektif, karena pengertian al-ta’lim juga ditekankan pada perilaku yang baik (al-akhlaq al-karimah) (Abd. Fattah, 1980: 30)

Sedangkan ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti subyek didik. Subtansinya lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.

Ahmad Tafsir dalam penjelasannya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan sebagai sebuah pengetahuan dan pengamalan, pendidikan agama Islam sangat berperan dalam bimbingan yang akan mengarahkan manusia menuju perubahan sikap yang lebih baik, sesuai dengan ajaran dan ketentuan agama (Tafsir, 2001: 32)

(13)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 23

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

Adapun menurut Achmadi pengertian pendidikan agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 2005: 29) Dengan demikian pendidikan agama Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi baik jasmani maupun rohani agar tercipta manusia yang sempurna menurut atuaran-aturan Islam. Pranatal berasal dari kata pra yang berarti sebelum, dan natal yang berarti lahir, jadi pranatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan atau keadaan sebelum melahirkan. Menurut pandangan psikologi pranatal adalah aktivitas-aktivitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dengan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka untuk memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani (Mansur, 2006:16).

Pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak yang masih dalam kandungan, yang berupa do‟a, perbuatan, motivasi dan lain sebagainya guna mempengaruhinya dan agar ia mengikutinya sebagaimana yang diinginkan oleh pendidik (Uhbiyati, 2009:7). Pengertian anak dalam kandungan, sebagaimana dikutip Dr. Baihaqi dari Anton Moelono dkk., yaitu anak adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibunya. Sedangkan anak dalam kandungan adalah anak yang masih berada di dalam perut ibunya atau anak yang belum lahir (Mansur, 2006: 9). Dengan demikian pranatal dapat diartikan anak yang berada dalam kandungan ibunya sejak usia nol sampai sebelum melahirkan.

Pendidikan pranatal adalah usaha sadar orang tua (suami-istri) untuk mendidik anaknya yang masih dalam kandungan istri. Usaha sadar khusus ditunjukkan kepada orang tua karena anak dalam kandungan memang belum mungkin dididik, apalagi diajar kecuali orang tuanya sendiri.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Prenatal

Melihat kondisi zaman sekarang yang cukup mengkhawatirkan masa depan anak dalam memahami dan menjalankan kehidupan, maka perlu ditelaah selalu konsep pendidikan sedini mungkin yaitu pranatal (anak sebelum lahir). Pendidikan pranatal tersebut dilakukan dengan tahapan-tahapan yang dimulai dari memilih jodoh, proses pernikahan calon bapak-ibu si anak. Pendidikan pranatal berupa pendidikan tidak langsung karena diberikan pada ibu yang mengandung. Di tengah-tengah masyarakat,

(14)

pendidikan pranatal kurang mendapat perhatian bahkan cenderung diabaikan, karena hal ini dianggap hanya sebuah perkembangan fisik dalam kandungan dan hanya sedikit sumbangan bagi pemahaman psikologis terhadap perkembangan bahkan masa ini hanya suatu mitos yang turun temurun.

Setiap kegiatan yang telah diprogramkan tentulah mempunyai suatu tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai. Dimana pengertian tujuan itu sendiri adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat pada individu. Meskipun dasar sosial menuntut agar pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini tidak berarti bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau mengorbankan sifat-sifat individual. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tiap individu merupakan pribadi yang unik atau adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. misalnya perbedaan bakat, minat, inteligensi dan lain-lain. Karena sifat ini maka pendidikan harus mengarah pada usaha yang dapat melayani adanya perbedaan perseorangan tersebut sehingga tiap individu dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan individualisasinya.

b. Tiap-tiap individu mempunyai bermacam-macam segi kejiwaan misalnya, pikiran, perasaan dan kemauan, maka pendidikan harus berusaha mengembangkan semua segi kepribadian tadi secara harmonis dan integratif.

Di dalam tiap-tiap peringkat perkembangan individu menghadapi tugas perkembangan tertentu dan pendidikan harus membantu anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tadi. Sifat-sifat tersebut yang membuat tujuan pendidikan pada fase tiap perkembangan manusia berbeda. Pendidikan yang diberikan pada anak yang masih dalam kandungan mempunyai tujuan yang berbeda dengan yang diberikan pada anak yang sudah dilahirkan, remaja dan seterusnya. Tidak hanya dalam hal tujuan saja, tetapi juga dalam hal materi, bahkan pendidikannya.

Adapun tujuan pendidikan pra lahir tersebut adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selama-lamanya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Dr. Rene Van de Carr dalam bukunya While Your Expecting Your Own Prenatal Classroom (Lehrer: 54).

(15)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 25

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

Jadi, jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya.

Dalam kajian pendidikan Islam, tujuan diberikannya pendidikan pada anak dijelaskan secara menyeluruh (komprehensif) dan universal, menerobos ke berbagai aspek spiritual, imajinatif, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasa (Alfiyah, 2028:7).

Menurut Abu Amr Ahmad Sulaiman dalam bukunya Minhaj ath-Thifli al-Muslim fi Dhou’i al-Kitab wa as-Shunnah, mengatakan bahwa tujuan pendidikan anak secara umum adalah usaha mencari keridhaan Allah Swt, dan usaha untuk mendapatkan surga- Nya, keselamatan dari neraka-Nya, serta mengharapkan pahala dan balasan-Nya. Oleh karena itu, pendidikan anak dalam kandungan harus mendorong semua aspek tersebut kearah keutamaan serta pencapaian semua kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam dan begitu juga dalam program dan langkah-langkah pendidikan anak dalam kandungan hendaklah diarahkan kepada tujuan, antara lain (Sulaiman, 2009):

1. Mereflesikan nilai-nilai ajaran agama, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan yang dimiliki orang tuanya dan sekaligus mengajak bersama anak dalam kandungannya melakukan refleksasi nilai-nilai tersebut.

2. Melatih kecenderungan anak dalam kandungan tentang nilai-nilai tersebut di atas, dan sekaligus melatih keterampilan amaliah sesuai yang diajarkannya, setelah ia dilahirkan dan dewasa nanti.

3. Melatih kekuatan dan potensi fisik dan psikis anak dalam kandungan.

4. Membangun prakesadaran bahasa dan komunikasi (antara anak dalam kandungan dan orang di luar rahim/ orang tua atau lainnya).

5. Meningkatkan rentang konsentrasi, kepekaan, dan kecerdasan anak dalam kandungan.

Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya dan hidup beriman sebagai tujuannya. Hal ini sesuai firman Allah (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

(16)

Secara rinci tujuan pendidikan anak dalam Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menjawab seruan Allah, sebagaimana termaktub dalam surat At-Tahrim ayat 6.

b. Membentuk aqidah dan keimanan anak-anak yang bersih.

c. Membentuk keilmuan dan pengetahuan anak-anak.

d. Membentuk akhlak mulia prilaku dan sopan santun anak-anak.

e. Membentuk sisi sosial anak-anak yang bertanggungjawab.

f. Membangun sisi kejiwaan yang kokoh dan perasaan anak-anak.

g. Membentuk fisik yang kuat dan kesehatan tubuh anak-anak.

h. Membentuk rasa estetika, seni dan kreativitas anak-anak (Ubes, 2004:11).

Dengan demikian, bila hendak melihat dari sisi hakikat, maka anak dapat dididik dimulai sejak masih dalam kandungan. Karena selama dalam kandungan, otak dan indra pendengaran anak sudah mulai berkembang, mereka dapat merasakan apa yang terjadi di luar kehidupan mereka, sementara yang mempengaruhi otak dan indera pendengaran bayi di dalam kandungan antara lain emosi dan kejiwaan ibu, rangsangan suara yang terjadi di sekitar ibu dan nutrisi yang ibu konsumsi yaitu makanan yang halalan thoyyiban (makanan yang halal lagi baik). Ini merupakan salah satu dari bentuk pendidikan pra lahir yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan.

Islam menjelaskan tentang landasan informasi mengenai perkembangan anak dalam kandungan, jauh sebelum teori-teori barat muncul. Salah satunya, Allah swt berfirman dalam Al-Qur‟an Surah Al-Hajj ayat 15:

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,

(17)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 27

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” (QS. Al-Hajj: 5)

Demikian juga dapa diperhatikan dalam Surah al-Mu’minun ayat14 yang artinya:

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

(QS. al-Mu’minun: 14)

Periode perkembangan anak masa pranatal dalam dua ayat diatas menjelaskan tentang proses kejadian manusia sejak awal penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam as, sebagai berikut: pertama, Allah menciptakan manusia pertama yakni Adam dari tanah, kemudian darinya diciptakan Hawa dan dari keduanya berkembang biak, artinya bahwa manusia diciptakan melalui pembuahan ovum oleh sperma dalam rahim.

Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia, dan makanan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan, semua itu berasal dari tanah sekalipun melalui proses, oleh karena itu manusia berasal dari tanah (Ferdian, 2019:

32). Periode ini disebut dengan periode Sulalah (saripati dari tanah) sampai menjadi nutfah (air mani). Ibnu Abbas mengatakan Sulalah adalah saripati air, Mujahid berpendapat nutfah anak Adam. Ibnu Jarir mengatakan manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat. Dari Abu Musa dari Nabi Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi, maka bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah, diantaranya ada yang berkulit merah, putih, hitam dan ada pula yang baik dan juga buruk (H.R Abu Daud dan Turmudzi) (Ferdian, 2019: 33).

Periode kedua adalah periode nutfah sampai menjadi „alaqah (segumpal darah).

Dalam periode ini, dimaksudkan bahwa manusia dari nuthfah maksudnya zygot atau ovum yang sudah dibuahi sperma. Tahap ini, calon anak masih berbentuk cairan sperma dan sel telur yang berlangsung selama 40 hari (Alfiyah, 2018:13). Periode berikutnya adalah „alaqah. Setelah berumur 80 hari, nuthfah berkembang bagaikan segumpal darah kental dan bergantung pada dinding rahim ibu.

(18)

Keempat, periode mudghah yaitu „alaqah yang telah berbentuk kumpulan sel-sel daging, sebesar yang dikunyah (Ferdian, 2019:32). Dalam masa ini, janin akan ditentukan dalam keadaan tumbuh sempurna atau cacat. Kejadian sempurna dan tidak ini yang menimbulkan kesempurnaan fisik, cacat atau keguguran. Proses kejadian nuthfah menjadi „alaqah ini adalah 40 hari, setelah itu Allah meniupkan ruh ke dalamnya, maka malaikat diperintahkan meniupkan ruh padanya (Ilyas, 2017: 7) dan menulis empat takdir yakni rezekinya, amal, ajal dan bahagia/sengsara, begitu juga masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku (seperti sifat, karakter dan bakat), kekayaan, batas usia, dan bahagia celakanya. Nampaknya, pada periode inilah yang menjadi awal bergeraknya kehidupan manusia dari sisi psikisnya.

Allah menetapkan proses yang demikian dari nuthfah sampai janin dalam waktu yang ditentukan untuk menjelaskan kepada manusia tanda kekuasaan Allah swt dan bahan berpikir bagi manusia. Tahap keempat, yaitu masa proses dijadikannya segumpal darah menjadi segumpal daging, kira-kira berusia 120 hari (Zakiyah, 2014:3), sehingga akan memperjelas tanda-tanda akan terjadinya manusia. Kelima, proses dijadikannya atau dilengkapinya daging tersebut dengan tulang belulang sebagai kerangka pembentuk manusia, yang kemudian tulang-tulang tersebut dibungkus lagi dengan daging bentuknya kian sempurna sebagai manusia

Selain dua ayat tersebut diatas, terdapat juga beberapa ayat lain yang berbicara tentang periodesasi pertumbuhan manusia dalam kandungan, seperti Surah an-Nahl ayat 78 dan al-A’raf ayat 172. Bahkan dalam an-Nahl: 78 menjelaskan bahwa dalam proses bertemunya sperma dengan sel telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat kedua orangtua dan leluhurnya (Ferdian, 2019:33). Dalam peristiwa ini terdapat rahasia hidup tersembunyi. Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, tetapi sewaktu dalam rahim Allah menganugerahkan potensi bakat dan kemampuan berpikir, berbahagia atau sebaliknya dan sebagainya.

3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Prenatal

Pendidikan pranatal adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai ketika seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim sang ibu. Tiga konsep besar dalam pendidikan prenatal perlu dipahami dan dilakukan. Konsep pendidikan prenatal meliputi pra pernikahan, menikah, kehamilan. Lebih spesifikasi lagi, pendidikan pranatal menekankan dalam pemilihan

(19)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 29

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

jodoh, menikah, perencanaan kehamilan, serta paska melahirkan. Esensinya, sebuah pernikahan tidak hanya berbicara tentang seks atau perubahan status sosial saja. Lebih dari itu, penciptaan keluarga kecil bahagia sejahtera sangat penting untuk diperhatikan.

Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena kekayaannya, kecantikannya, keturunannya, dan karena agamanya, kamu pasti akan hidup bahagia “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah” QS. An Nahl :114.

Menurut disiplin ilmu biologi, makanan yang baik dan bergizi itu memiliki pengaruh yang besar terhadap pematangan ovum dan spermatozoa yang kemudian akan menjadi janin yang sehat dan kuat.

Pendidikan pranatal dalam implikasinya terhadap pembentukan kepribadian anak dalam pendidikan, dalam kajian literatur konsep ta’lim, ta’dib dan Tarbiyah sendiri mengandung empat unsur yaitu :

1. Memelihara pertumbuhan.

2. Mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka ragam (termasuk akal-budinya).

3. Mengarahkan fitra dan potensi manusia menuju kesempurnaannya.

4. Melaksanakan secara bertahap dengan irama perkembangan anak.

Periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia dan merupakan periode paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia.

Namun dalam banyak hal merupakan periode yang sangat penting dalam keseluruhan tahap perkembangan, karena memberi dasar bagi perkembangan selanjutnya. William Sallenbach menyebutkan bahwa periode pranatal atau pralahir merupakan masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi dan mental bayi. Ini adalah suatu masa di mana kedekatan hubungan antara bayi dan orangtua mulai terbentuk dengan konsekuensi yang akan berdampak panjang terutama berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan bayi dalam kandungan (Ahmad, 2001: 46)

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh pada ilmuan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan, setara dengan 20 minggu, kemampuan anak

(20)

dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau dilakukan (Ubes, 2004: 11)

Kemudian, para ilmuan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kuntinu dengan membuat langkah- langkah dan metode baru mengenai praktik pendidikan pralahir, diantaranya adalah peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temannya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir. Berikut ini beberapa laporan yang sangat menggembirakan bagi dunia pendidikan anak, yaitu dari F. Rene Van de Carr M.D dan Marc Lehrer, Ph.D bahwa The American Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut (Mutiarani, 2004:30):

1. Dr. Craig dari University of Alabama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.

2. The Prenatal Enrichment Unit Chiew General Hospitas di Bangkok Thailand di pimpin Dr. C. Panthura-amphorn, telah melakukan penelitian terhadap bayi pra lahir, meyimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulus pra lahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara sepontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

Aplikasi pelaksanaan pendidikan tidak akan teralisasi dengan baik tanpa adanya fondasi filosofi yang kukuh dan kuat, karena roh/jiwa pendidikan akan hidup dan lestari serta berdaya guna manakala pendidikan itu selalu dilingkupi oleh dasar-dasar filosofinya yang kukuh dan kuat. Dasar filosofi ini hendaknya tertuang dalam setiap gerak dan langkah kegiatan pendidikan. Filosofi ini merupakan landasan yang esensial dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagai sebuah landasan pokok setidaknya dapat dijadikan suatu akar ranting yang saling mengikat dari prinsip-prinsip dasar yang ada, yang hanya dipegang terus dalam melaksanakan langkah-langkah pendidikannya ini.

(21)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 31

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

Oleh karena itu menurut F. Rene Van de Carr, pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar pendidikan, dalam hal ini pendidikan pralahir akan sangat membantu para pendidik (orang tua) mampu memaksimalkan potensi peserta didiknya (anak dalam kandungan) untuk belajar.

Adapun dari segi psikis, anak dalam kandungan sangat bergantung dengan keadaan psikis ibu. Hal ini karena sistem syaraf ibu mempengaruhi sistem syaraf janin.

Oleh karena itu ibu yang mengandung haruslah berhati-hati dan menghindari hal-hal yang daat mengganggu jiwanya. Ada banyak hal yang dapat mengganggu kesembangan psikis ibu seperti makanan, tekanan sosial ataupun stres yang muncul dari dalam diri sendiri. Sementara menurut Dr. Baihaqi sebagian prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai syarat dan metode untuk melaksanakan langkah-langkah pendidikan bayi pralahir, yaitu:

1. Prinsip cinta, kasih, sayang dan kerja sama

Salah satu diantara kebutuhan esensial manusia, secara praktis adalah cinta, kasih, dan sayang. Demikianlah yang sama yang menjadi perekat dalam mengikat hubungan yang harmonis antara seorang isteri dan suami. Adanya rasa saling kasih, cinta, dan sayang akan dapat memberikan dampak positif bagi keduanya, terutama bagi isteri yang sedang mengandung, kebutuhan tersebut sangat dominan. Dalam melaksanakan pendidikan anak dalam kandungan (pralahir) suami harus mengasihi dan menyayangi isterinya yang sedang mengandung itu. Karena, hal tersebut akan membuat isterinya merasa senang, tenteram, aman, tenang dan bahagia. Selain itu, kondisi tersebut menciptakan kedamaian dan kerukunan dlam rumah tangga, serta hubungan antara keduanya (suami-isteri) menjadi seimbang. Keadaan ini dengan sendirinya akan menghasilkan kerja sama yang baik, menjadi sarana mudahnya melakukan aplikasi program pendidikan pralahir yang lebih efektif dan efesien. Program pendidikan pralahir, baik melalui stimulasi edukatif atau melalui latihan-latihan pendidikan yang dimuati nilai-nilai rasa cinta, kasih dan sayang, serta kerja sama yang harmonis antara keduanya akan sangat membantu bagi anak pralahir untuk belajar memberikan dan menerima kasih sayang dan kerja sama (interaktif) diantara mereka.

2. Prinsip Tauhidiyah

Setiap manusia memiliki keyakinan adanya Zat Yang Maha Absolut, Mutlak, Maha Agung, Maha Besar. Keyakinan ini merupakan potensi asli dan mendasar

(22)

manusia mulai sejak ia melakukan baiat dengan Tuhannya Allah Swt., pada zaman azali, alam arwah, seperti yang termuat dalam firman Allah Swt. Dalam Al-Qur‟an surah al-A’raf ayat 172 Allah sampaikan:

“Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

"Bukankah Aku ini Tuhanmu". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS. Al-A’raf : 172)

Pernyataan ini harus terus melekat dalam cita-cita hidup dan kehidupan setiap manusia, mulai sejak alam rahim (alam kandungan ibu), didalam alam dunia, dan sampai alam akhirat.

3. Prinsip Ibadah

Ibadah merupakan salah satu tugas kekhalifahan manusia di bumi ini. Tugas ini merupakan tugas inti dari semua tugas yang diwajibkan Allah kepada manusia. Ada dua kelompok jenis makhluk yang tendensi seruannya lebih kuat untuk melakukan ibadah- ibadah ini, yaitu selain manusia adalah bangsa jin. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.” (QS.

Adz-Dzariyat: 56)

Namun manusia lebih kuat lagi penekanannya, karena ia diberi alat-alat indrawi yang cukup lengkap dan maksimal, yaitu berupa wujud yang indah, alat-alat indra yang lengkap baik jasmaniah maupun rohaniah. Dengan merealisasikan ibadah-ibadah kepada Allah Swt, berarti eksistensi kemanusiaannya akan dapat dilihat dan dapat diperhitungkan keberdayaannya baik didunia maupun diakhirat. Sebagai orang tua yang memegang prinsip ajaran Islam, sebaiknya ia dapat memformulasikan keyakinannya itu dalam kehidupan anak-anaknya kelak. Hal mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan beribadah bagi anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungannya.

4. Prinsip Akhlak dan Kebiasaan Baik

Tema sentral yang menjadi pokok ajaran perjuangan dan dakwah Nabi Muhammad Saw. selama dua periode (Mekah dan Madinah) adalah penyempurnaan akhlak manusia seluruh alam, baik yang bertalian dengan akidah, syari’ah, muamalah, jinayah, munakahah, waratsah dan lainnya. Sebagaimana sabdanya “Aku diutus Allah

(23)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 33

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

ke alam ini hanyalah untuk menyempurnakan ketinggian akhlak-akhlak/budi pekerti yang baik.”

Untuk mencapai sifat-sifat kesempurnaan akhlak ini hendaklah orang tuanya memberikan contoh-contoh positif bagi anak-anaknya termasuk anak yang masih dalam kandungannya. Contoh keteladanan orang tua kepada anak yang masih dalam kandungan hanya memberikan sensasi-sensasi positif, dengan lembut penuh kasih sayang yang berorentasi kepada makarimal akhlak, seperti berbicara lugas / jelas, sopan, penuh rasa hormat, dan kasih sayang, mengharapkan anak-anak dalam kandungan responsif dan mengulang-ngulang latihan / sensasi tersebut, dengan rasa tenang dan senang.

5. Prinsip Kecerdasan

Dengan membiasakan langkah-langkah sederhana dalam berbagai materi yang dapat memberikan sensasi atau stimulasi di mana sibayi didalam kandungan dapat menjawab atau meresponsnya, diharapkan si anak kelak dapat lebih banyak menerima dan meningkatkan minat dan keterampilan pada hal-hal yang baru. Keadaan tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan daya kecerdasan otak dan sensitif terhadap suasana ilmiah si anak pralahir.

6. Prinsip Stimulasi Pralahir

Ketika umur kandungan atau kehamilan telah mencapai lima bulan atau duapuluh minggu, maka instrumen indra anak dalam kandungan sudah potensial menerima stimulasi dan sensasi dari luar rahim, seperti indra peraba bayi sudah bisa merasakan sentuhan dan rabaan orang tuanya, indra pendengaran bayi sudah mampu mendengar, misalnya suara khas ibunya, dan indra penglihatan bayi sudah mampu melihat sinar terang dan gelap di luar rahim. Dengan latihan pendidikan pralahir berarti memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. Selain itu, latihan-latihan edukatif pralahir membantu bayi lebih efektif dan efisien dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan.

7. Prinsip Kesadaran Pralahir

Syari‟at Islam memberikan hak-hak janin begitu luas bagi keberadaannya, yaitu meliputi hal-hal berikut: memiliki silsilah (nasab) keturunan yang jelas (pasti) dan sah dari orang tuanya, terlindungi dan terpelihara dari iklim keburukan fisik dan psikis serta godaan setan, terhindar dari penyakit menular baik akut maupun kronis, mendapatkan

(24)

pemeliharaan imaniyah asasiah / fitrah tauhidiyah, mendapatkan makanan dan minuman yang baik (halal) lagi thayyib dan lain sebagainya sesuai ketentuan Islam.

Adanya hak-hak tersebut dapat memberikan kesadaran penuh tentang fungsi dan peran orang tua dalam pemeliharaan anak-anaknya meskipun anak itu masih dalam kandungan.

8. Prinsip Keterlibatan Ayah dan Keterlibatan Kakak-kakak Sang Bayi.

Pada dasarnya pendidikan anak pralahir hanya dpat dilakukan oleh orang tuanya, ibu dan ayahnya. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan ini tidak menutup anggota keluarga lainnya seperti kakak-kakak sang bayi atau saudara lainnya seperti bibi sang bayi, paman, kakek, nenek dan lainnya (Saiful, 2011: 85).

Bila diperhatikan lagi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan prenatal ini. Ibn Qayyim Al-Jauziyyah menyimpulkan faktor-faktor tersebut adalah (Abdullah, 2017: 354):

a. Makanan

Pertumbuhan dan perkembangan janin salah satunya diantaranya dipengaruhi oleh asupan makanan sehat dan sempurna yang dikosumsi oleh ibu hamil. Pengaruh makanan ini berdampak pula pada kondisi kesehatan janin, maka dari itu makanan harus mencangkup gizi lengkap dan seimbang serta disuplai dengan berbagai vitamin yang berguna bagi perkembangan janin. Karena pada dasarnya janin dalam kandungan menyerap makanan yang dikonsumsi oleh ibunya. Dalam hal ini Ibn Qayyim al- Jauziyyah menekankan bahwa makanan merupakan nutrisi bagi bayi. Melalui plasenta makanan yang dikosumsi oleh ibunya akan masuk kedalam tubuh janin. Adapun menurut kaca mata medis orang tua perlu memakan makanan yang baik dan halal sesuai koridor Islam. Maka dari itu makanan merupakan salah satu komponen pokok yang mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan (Al-Jauziyah, 201:206).

b. Genetis

Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan prenatal. Sedikit banyak janin yang dikandung ibunya akan menyebabkan kemiripan dengan anggota keluarga disekelilingnya, baik itu dengan ayah, ibu atau dengan keluarga dekatnya (Al-Jauziyah, 201:222). Diantara beberapa faktor yang diturunkan unsur genetik meliputi faktor fisik seperti tekstur wajah, hidung mata dan aspek psikis

(25)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 35

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

seperti kepribadian dan sifatsifatnya. Faktor-faktor tersebut merupakan sifat asal bayi pasca dilahirkan yang menjadi bawaan sejak lahir dan bersumber dari faktor genetis.

c. Lingkungan

Ibn Qayyim al-Jauziyyah menganjurkan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kondisi lingkungan dimana dia mengandung, bagaimana agar tercipta kondisi yang sehat dan nyaman (Al-Jauziyah, 201: 227). Karena bayi dalam kandungan akan secara otomatis dapat merespon dan menghafalkan kondisi luar. Oleh karenanya ketika janin berada dalam kandungan ibunya, semua hal yang dialami dan dirasakan oleh janin akan berkesan seumur hidupnya.

4. Metode Pendidikan Prenatal

Proses perkembangan kehidupan melalui beberapa tahap, dimulai sejak masa prenatal, masa bayi, kemudian tumbuh menjadi remaja, dewasa dan meninggal. Periode pranatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika indung telur (ovum) wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Latihan ini merupakan langkah pertama dalam mengajar bayi tentang dunia di luar rahim. Pada bulan kelima kehamilan, bayi yang sedang berkembang sudah siap mempelajari komunikasi verbal (suara) dan sentuhan. Ibu akan memulai pelajaran dengan mengajar bayi menanggapi suara ibu dan dorongan halus pada perut ibu dalam permainan bayi menendang. Bulan kelima kehamilan adalah waktu alami untuk memulai hubungan sentuhan dengan bayi.

Saat ini sangat khusus karena ibu mulai merasa bahwa bayinya nyata baik secara fisik maupun emosional. Belajar untuk bersikap konstan dan konsisten ketika memberikan stimulus kepada bayi lebih penting dari pada ragam stimulasi yang diberikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan bagi anak dalam kandungan, maka diperlukan metode khusus yang berbeda dengan metode mengajar bagi anak yang sudah dilahirkan. Mendidik anak dalam kandungan bukan berarti mendidik anak agar pandai terhadap apa yang diajarkan oleh orang tuanya, melainkan memberikan stimulus yang diproses secara edukatif dalam kandungan melalui ibunya. Dr. Baihaqi menjelaskan bahwa hakikat metode mendidik anak dalam kandungan adalah dengan cara sederhana, yaitu dengan memberikan stimulasi atau sensasi. Rangsangan dengan metode tersebut pada akhirnya diharapkan dapat memicu respons atau sensasi balik dari anak dalam kandungannya. Berikut ini beberapa metode mendidik anak dalam kandungan:

(26)

1. Metode Doa

Doa merupakan instrumen yang sangat ampuh untuk mengantarkan kesuksesan sebuah perbuatan. Hal ini dikarenakan segala sesuatu upaya pada akhirnya hanya Allah yang berhak menentukan hasilnya. Bagi seorang muslim, berdoa berarti senantiasa menumbuhkan semangat dan optimisme untuk meraih cita-cita dan pada saat yang bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan sepenuh hati akan sebuah akhir yang baik di sisi Allah. Para nabi dan orang-orang shaleh terdahulu banyak melakukan metode doa, seperti Nabi Ibrahim (QS. Ash-Shaffaat:100, QS. al-Furqaan:74), keluarga Imran (QS. Ali Imran:38), Nabi Zakariya ( QS. al-Anbiyaa’: 89, QS. Maryam: 5).

Metode doa diyakini dapat memberikan ketenangan dalam jiwa orang yang melakukan doa tersebut, memunculkan sikap optimis, dan memotivasi orang tersebut untuk mewujudkan doanya dalam berbagai aktivitas positif selaras dengan doanya tentu saja (Erjati, 2015: 77).

2. Metode Ibadah

Segala bentuk ibadah, mahdhah dan ghairu mahdhah, wajib dan sunnah dapat dijadikan metode untuk mendidik anak dalam kandungan. Besar sekali pengaruh yang dilakukan ibu dengan melakukan metode-metode ibadah ini bagi anak dalam kandungannya, selain melatih kebiasaan aplikasi kegiatan ibadah, juga akan menguatkan mental, spiritual, dan keimanan anak setelah nanti lahir, tumbuh, dan berkembang menjadi dewasa

3. Metode Dzikir

Dzikir adalah aktivitas sadar pada setiap waktu setiap mukmin yang berpegang teguh pada tali agama Allah. Oleh karena itu, seorang ibu yang mengandung hendaknya selalu memasukkan kegiatan dzikir ini dalam agenda program pendidikan anak dalam kandungannya. Dzikir tersebut bermakna senantiasa menumbuhkan kesadaran untuk menyandarkan hidup dan kehidupannya dalam naungan Allah, menolak segala hal yang bukan dari pemberian Allah Swt . Dzikir secara khusus berarti melakukan dzikir seperti dengan lafadz tahmid, tahlil, takbir, istighfar, dan kalimah thayyibah lainnya.

4. Metode Dialog

Metode ini disebut sebagai metode interaktif antara anak dalam kandungan dan orang-orang di luar rahim, seperti ibu, ayah, saudara bayi, dan atau anggota keluarga

(27)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 37

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

lainnya. Metode ini bermanfaat 11 bagi bayi, karena selain dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dan saling mengenal dengan mereka yang ada di luar rahim.

5. Metode Sedekah

Bersedekah menjadi pembelajaran selanjutnya yang perlu ibu hamil ajarkan pada anak dalam kandungan. Shadaqah dalam arti luas adalah semua yang bersifat baik atau semua bentuk kebaikan yang diperbuat manusia bukan hanya berupa benda akan tetapi juga dapat berupa jasa atau tenaga. Jadi sedekah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain sesuai kemampuan masing-masing. Dalam hal ini pemberian sedekah seorang ibu hamil merupakan upaya batiniyah dalam rangka menanamkan rasa sosial pada anak yang dikandungnya.

Dengan demikian, Islam sangat menekankan perhatian penuh agar setiap orang tua membina anak-anaknya sedini mungkin, menanamkan nilai-nilai yang cukup untuknya sebagai modal kehidupan mereka. Oleh karena itu, perhatian terhadap janin yang masih dalam pembentukan awal manusia, dalam hal ini pendidikan prenatal berperan dan akan mempengaruhi setelah janin itu dilahirkan, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Bila dilihat dari proses pembentukan manusia, maka setelah disempurnakan fase janin dengan peniupan roh setelah seratus dua puluh hari dari awal proses penciptaan tahapan nuthfah dalam kandungan, saat itu pula pendengaran, penglihatan, dan hati janin dalam kandungan berfungsi dan janin sudah dapat bergerak, artinya janin dapat merespons stimulasi, berinteraksi dengan keadaan internal dan eksternal rahim dan saat itu pula internalisasi dari pendidikan pranatal sudah dapat diaplikasikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan pranatal sangat relevan jika dihubungkan dengan pendidikan Islam. Fase kandungan menjadi awal mula berperannya pendidikan, dari situlah perilaku ibu berpengaruh terhadap pembentukan ciri-ciri khas anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, bahwa kandungan ibu adalah wadah pendidikan dan yang didik adalah seorang calon manusia yang masih dalam kandungan. Hal ini membantah pendapat yang mengatakan janin dalam kandungan ibu tidak bisa melihat dan tidak mendengar suara. Berdasarkan dalil dalam Surah An-Nahl ayat 78 menunjukkan bahwa media penglihatan, pendengaran dan akal itu sudah diciptakan sejak dalam kandungan beserta kekuatan dasarnya. Hanya saja akan berfungsi pada saat si anak telah dilahirkan. Dan tidak mungkin Allah

(28)

menciptakan sesuatu tanpa fungsi. Maka disinilah dibutuhkan perhatian dan keseriusan kedua orang tua dalam memberi pendidikan yang baik.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, sehingga membuat keluarga mempunyai pengaruh yang dalam terhadap anak, lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak memulai hubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial.

Pendidikan prenatal adalah pendidikan anak sebelum dilahirkan atau pendidikan yang dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia dan merupakan periode paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia. Namun dalam banyak hal merupakan periode yang sangat penting dalam keseluruhan tahap perkembangan, karena memberi dasar bagi perkembangan selanjutnya.

Tujuan pendidikan dalam kandungan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Adapun materi pendidikan anak dalam kandungan adalah pokok-pokok ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan metode pendidikan anak dalam kandungan adalah metode berbicara dan berkomunikasi, metode mengikut sertakan dengan ucapan, metode berzikir dan berdo‟a serta metode kasih sayang.

2. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah: (1) Setiap orang tua diharapkan dapat memberi perhatian besar terhadap pendidikan anak masa di dalam kandungan, karena proses perkembangan anak dalam kandungan terus mengalami pertumbuhan dan dalam masa itu pula anak dapat merespon setiap perlakuan dari kedua orang tuanya. (2) Setiap orang tua senantiasa tidak berhenti belajar dalam memberi pendidikan terhadap anaknya sejak dalam kandungan hingga dewasa nantinya, karena akan menjadi salah satu bekal amalan orang tua di akhirat kelak.

(29)

P-ISSN: 2337-7364 E-ISSN: 2622-9005

Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran 39

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol. 8, No. 1, April 2021

Hamdi Yusliani

E. REFERENSI

Abas, E. (2015). Periode Konsepsi Awal Kejadian Manusia (Pertemuan sperma dan Ovum) dan Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung Di dalamnya. Al- Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 6 (1). 72-77.

Abdullah, M. (2017). Analisis Pendidikan Prenatal: Telaah Pemikiran ibn Qayyim al- Jauziyyah dalam Kitab Tuhfah al-Maudud. Jurnal al-Murabbi, 2 (2).

Achmadi (2005). Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-Jauziyah, M. A. B. (2001). Tuhfah al-Maudud bi Ahkam al-Maulud, Tahqiq.

Fawwaz Ahmad Zamrali. Beirut: Dar al-Kitab al-Araby.

Al-Qusyairy, M. I. H. (2014). Shahih Bukhari. terj. Muhajir. Bandung: Dahlan.

Anam, M. S. (2011). Fikih Kehamilan. Jombang: Darul Hikmah.

Departemen Agama RI. (1990). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Raja Fahd.

Kusrinah. (2013). Pendidikan Pralahir: Meningkatkan Kecerdasan Anak dengan Bacan Al-Qur’an”. Jurnal SAWWA. 8 (2). 272-278.

Ilyas, M. (2014). Fase Perkembangan Perkembangan Manusia dalam Pendidikan Islam. Jurnal Al-Liqo. 4 (1). 2-9.

Jalal. (1980). Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Noer Ali. Bandung: Diponegoro Junus, J. (2000). Tarjamah Al-Quran Al-Karim. Bandung: PT.Al-Ma`arif „Abd. Fattah Makin, B. M. (2007). Pendidikan Humanistik. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.

Mansur (2006) Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Yogyakarta: Mirta Pustaka.

Mutiarani. N. R. (2004). Pendidikan Janin Menurut F Rene Van D Carr dan Marc Lehrer dalam Prespektif Pendidikan Islam. Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Nuraliyah. S. (2018), Implementasi Pendidikan Pranatal dalam Islam (Studi atas Ibu Hamil di Desa Kajen Margoyoso Pati). Skripsi. FTIK UIN Walisongo Semarang.

Poerwadarminta. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rasyim, A. I. & Syadi‟yah, S. (2015). Pendidikan Anak Pranatal menurut Ajaran Islam.

Jurnal Aksioma Ad-Diniyah, 1(1). 51-56.

Sulaiman, A. A. (1430 H / 2009 M). Minhaj ath-Thifli al-Muslim fi Dhou’I al-Kitab wa as-Shunnah, Terj. Ahmad Amin Sjihab, Lc. Jakarta: Darul Haq.

Tafsir, A. (2001). Ilmu Pendidikan . Bandung: Rosda Karya.

Ubes, N. I. (2004). Mendidik Anak Dalam Kandungan “Optimalisasi Mendidik Anak Sejak Dini. Jakarta: Gema Insani.

Uhbiyati, N. (2009), Long Life Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia. Semarang: Walisongo Press.

Utama, F & Prasetyawati, E. (2019). Prenatal dalam Pendidikan Islam. Al-Murabbi:

Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 6(1). 28-34.

Van de Carr, V. R & Lehrer, M. (2001). While Your Expecting Your Own Prenatal Classroom, (Cara Baru Mendidik Anak dalam Kandungan), terj. Alawiyah Abdurraman. Bandung: Mizan.

(30)

Zakiyah dan Hasan. I. (2014). Pendidikan Anak dalam Kandungan Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Islamadin, 13(1). 1-8.

Za‟im, M. (2016). Pendidikan Anak dalam Pengembangan Kecerdasan IQ, EQ, dan SQ (Studi Kitab Tuhfat Al-Mawdud bi Ahkam Al-Mawlud Karya Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah). Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah. 2(1). 79–94.

Referensi

Dokumen terkait

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan mengenai pembiayaan pendidikan di Indonesia yang tertuang pada pasal 49 ayat ( 1 ) “ dana pendidikan selain gaji

oleh tim kapanye; (3) pengumuman laporan sumbangan dana kampanye kepada masyarakat oleh KPU Kota Salatiga pada 21 April 2011; (4) penyampaian visi misi dan program dalam

Data berat buah okra per petak pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 50x50 cm dan dosis pupuk 150 kg N/ha memberikan hasil terbaik pada parameter berat

Hasil ini sejalan dengan penelitian Krishernawan & Indrawati (2018) yang mengatakan bahwa jika hasil prediksi dari suatu perusahaan menunjukkan angka negatif

Pada bagian pembahasan ini merupakan sebuah kristalisasi dari pembahasan sebelumnya yang merupakan sebuah perjalanan teoritis tentang profil serta gambaran Politeknik STENKO

Serta pencatatan penjualan atas produk jadi serta produk berdasarkan pesanan dengan jelas sehingga dapat diketahui kecocokan antara barang yang dijual dengan uang yang didapat,

Dalam rangka pengembangan materi dan metoda pembelajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melaksanakan ToT Tahap III Strategi Mengembangkan Keterampilan Belajar dan Karakter

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah- tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifa