• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM RUMAH TANGGA DI DESA NGABEAN KECAMATAN SECANG. Using of Iodized Salt on The Family in Ngabean Village of Secang Subdistrict

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM RUMAH TANGGA DI DESA NGABEAN KECAMATAN SECANG. Using of Iodized Salt on The Family in Ngabean Village of Secang Subdistrict"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM RUMAH TANGGA DI DESA NGABEAN KECAMATAN SECANG

Using of Iodized Salt on The Family in Ngabean Village of Secang Subdistrict

Donny K. Mulyantoro, Asih Setyani1, Anjar Triastuti2

1 Balai Litbang GAKI Magelang Kapling Jayan Borobudur Magelang

2 Puskesmas Kerkopan Kota Magelang

E-mail: donny.kristanto@yahoo.com

Naskah masuk: 14 Mei 2012, review I: 15 Mei 2012, review II: 16 Mei 2012, naskah layak terbit: 4 Juni 2012.

ABSTRACT

Iodized salt program have obstacles from the level of salt producers to the community level. The current situation shows the number of circulating non-iodine salt on the market. There still many households do not consume good quality of iodized salt. The purpose of this study obtain in-depth information about the knowledge and behavior of housewives the selection, storage and use of iodized salt, including the supporting and inhibiting factors. Research will be conducted in the District Kajoran, Magelang, Central Java. The study involved 28 informants consisting of 24 housewives, 2 village head men, 1 public figure, 1 midwife and 1 salt seller. Data was collected through Focus Group Discussion (FGD), observation, and interviews. Informants recognize and know what type of iodized salt. Informants choose iodized salt because of the label, it’s white and clean.

Society has stored the salt in a closed jar, to avoid damage from wet by water, and placed away from the stove. The informant did not know how to add iodized salt during cooking. The use of iodized salt to cook based on habits and experience.

Price is not an influence factor in the decision of buying iodized salt informant to buy salt. Stalls provide iodized salt to the society and they are not aware of any local regulation on iodized salt. The availability of iodized salt standards (30-80 ppm) in each stall will ensure the availability of iodized salt in the household.

Keywords : Salt Iodization, households.

ABSTRAK

Program garam beriodium banyak mengalami hambatan mulai dari tingkat produ- sen garam sampai tingkat masyarakat. Situasi saat ini menunjukkan banyaknya beredar garam dan non iodium di pasaran. Data juga menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga yang tidak mengkonsumsi garam beriodium kualitas baik.

Di samping itu sifat iodium dalam garam yang mudah rusak jika tidak ditangani dengan baik akan menghambat keberhasilan pelaksanaan penanggulangan GAKI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga terhadap pemilihan, penyimpanan dan penggunaan garam beriodium di rumah tangga serta faktor–

faktor penunjang dan penghambat. Penelitian akan dilakukan di Desa Ngabean, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penelitian melibatkan 28 informan yang terdiri dari ibu rumah tangga 24 orang, kepala desa 2 orang, tokoh masyarakat 1orang, bidan desa 1 orang dan penjual garam beryodium 1 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), observasi, dan wawancara. Informan mengenali dan mengetahui jenis garam yang beriodium. Informan memilih garam karena ada label beriodium, warnanya

(2)

putih dan bersih. Masyarakat telah menyimpan garam di toples tertutup, untuk menghindari kerusakan akibat basah oleh air, dan ditempatkan jauh dari kompor.

Pada umumnya informan tidak tahu cara menambahkan garam beriodium yang baik kaitannya dengan kehilangan iodium selama pemasakan. Penggunaan garam beriodium untuk memasak didasarkan kebiasaan dan pengalaman. Seseorang cenderung membeli kebutuhannya di tempat penjualan yang dekat rumah. Harga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi informan untuk membeli garam.

Ketersediaan garam beriodium yang memenuhi standar (30-80 ppm) di setiap warung akan menjamin ketersediaan garam beriodium di rumah tangga.

Kata kunci : Garam beriodium, rumah tangga.

PENDAHULUAN

Iodium merupakan trace element yang diperlukan oleh tubuh dan esensial untuk sintesis hormon tiroid.

Kekurangan iodium akan mengakibat- kan apa yang disebut sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI adalah semua akibat dari kekurangan iodium pada pertumbuhan dan perkembangan manusia yang dapat dicegah dengan pemberian unsur iodium secara adekuat1.

Upaya penanggulangan GAKI di Indonesia yang dilakukan saat ini adalah fortifikasi iodium dalam garam konsumsi rumah tangga. Diharapkan semua rumah tangga menggunakan garam beriodium yang memenuhi syarat dengan kandungan iodium dalam garam berkisar antara 30 - 80 ppm2. GAKI dapat tercegah bila paling sedikit 90% rumah tangga telah menggunakan garam beriodium1.

Untuk mencapai kondisi dimana upaya penanggulangan dan pencegahan GAKI berhasil dengan baik, perlu diupayakan penyediaan garam beriodium secara kontinyu dan cukup serta mencapai sasaran rawan, dengan dosis yang memadai. Kualitas garam beriodium di rumah tangga dan di pasaran sangat penting artinya untuk kelangsungan penanggulangan GAKI.

Program garam beriodium banyak mengalami kendala mulai dari tingkat produsen garam sampai tingkat masyarakat. Banyak beredar garam beriodium dengan kualitas yang tidak memadai bahkan masih banyak garam yang tidak mengandung iodium beredar di pasaran. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang GAKI dan garam beriodium umumnya masih rendah yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan praktek penggunaan garam beriodium3. Peri- laku masyarakat dalam memilih garam yang dibeli, penangannya selama di rumah serta cara penggunaannya berpengaruh terhadap ketersediaan garam beriodium yang memenuhi syarat

Hasil Survei Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik terintegrasi dengan SUSENAS dengan metode semi- kuantitatif menunjukkan bahwa secara nasional persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dengan kandungan cukup (30 – 80 ppm) sejak tahun 1997 s/d 2003 berkisar antara 62% s/d 73,24%2. Laporan dari beberapa penelitian di Kabupaten Magelang selama tahun 2005 sampai 2007 tentang kadar iodium dalam garam yang dikonsumsi

(3)

keluarga dan diukur secara kuantitatif menunjukkan bahwa garam beriodium yang memenuhi syarat >30 ppm masih di bawah 20%. Penelitian ini dilakukan di Desa Ngabean Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang yang termasuk daerah dataran tinggi di bawah gunung Sumbing. Daerah tersebut pernah dikatagorikan sebagai daerah endemis sedang dan saat ini pencapaian penggunaan garam beriodium yang memenuhi syarat masih di bawah target Universal Salt Iodization (USI) 90%.

Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat beri- siko terkena GAKI karena kadar iodium dalam garam yang tidak adekuat. Situasi saat ini menunjukkan banyaknya beredar garam krosok dan non iodium di pasaran. Data juga menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga yang tidak mengkonsumsi garam beriodium kualitas baik. Disamping itu sifat iodium dalam garam yang mudah rusak jika tidak ditangani dengan baik akan menghambat keberhasilan pelaksanaan penanggulangan GAKI.

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga terhadap pemilihan, penyimpanan dan penggunaan garam beriodium di rumah tangga serta faktor–faktor penunjang dan penghambat.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dilakukan di Desa Ngabean, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lokasi penelitian dipilih secara purpo- sive karena merupakan daerah yang

pernah diidentifikasi sebagai daerah endemik GAKI. Lokasi penelitian juga daerah dengan cakupan penggunaan garam beriodium dirumah tangga belum mencapai 90%. Penelitian ini melibatkan 28 informan yang terdiri dari ibu rumah tangga 24 orang, kepala desa 1 orang, tokoh masyarakat 1orang, bidan desa 1 orang dan penjual garam beriodium 2 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) agar diperoleh data mengenai pengetahuan, persepsi, pendapat dan nilai-nilai kepercayaan dari kelompok atau masyarakat, observasi untuk memperoleh data tentang apa yang dilakukan oleh ibu rumah tangga kaitannya dengan pemilihan dan penggunaan garam beriodium di rumah, dan wawancara untuk mendapatkan informasi perilaku ibu dalam pembelian garam. FGD dilakukan pada informan ibu rumah tangga. Informan ibu rumah tangga dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pendidikan rendah (SD ke bawah) dan pendidikan tinggi (SD ke atas). Pada masing- masing kelompok dibagi lagi menjadi 6 ibu rumah tangga. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi. Triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data dilakukan untuk menguji keabsahan data. Analisis data dilakukan dengan transkrip data, koding, penyajian data, dan membuat kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Faktor Pemicu (Predis- posising Factor)

1.1. Pendidikan

Hasil diskusi kelompok terarah memberikan informasi bahwa pada

(4)

kelompok ibu dengan pendidikan SD ke bawah dan SD ke atas tidak menunjukkan perbedaan dalam hal pemilihan garam yang digunakan untuk memasak di rumah. Umumnya mereka menggunakan garam beriodium jenis halus, sebagian kecil menggunakan garam beriodium jenis briket, bata dan tidak ada yang menggunakan garam krosok.

1.2. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

1.2.1. Pengetahuan Iodium

Tidak semua informan tahu mengenai iodium. Pada kelompok ibu dengan pendidikan SD kebawah muncul berbagai informasi tentang pengetahuan. Sebagian mengatakan bahwa iodium adalah garam beriodium dan ada informan yang mengatakan bahwa iodium adalah obat luka.

“…garam berioium….”

“...zat yang ada pada garam yang membantu tubuh manusia dan mencegah gondok...”

“ …obat merah untuk luka ….”

Pada kelompok ibu rumah tangga pendidikan SD ke atas menunjukkan bahwa, hanya sebagian kecil yang mengatakan bahwa iodium adalah garam beriodium untuk mencegah gondok, sebagain besar mengatakan tidak tahu atau diam

“…Garam yang tidak menyebabkan gondok ....”

“…tidak tahu ....”

1.2.2. Pengetahuan Manfaat Iodium Berbagai jawaban muncul ketika ditanyakan manfaat iodium.

Pada kelompok ibu berpendidikan lebih rendah menberikan jawaban yang beragam. Umumya jawaban mereka mengarah pada kaitannya dengan kesehatan, akan tetapi sebagian besar masih belum tepat.

Sebagian tidak menjawab atau tidak tahu, sebagaian kecil mengatakan bahwa iodium bermanfaat untuk mencegah gondok. Umumnya mereka menjawab secara beragam

“….mencegah gondok dan menjaga kesehatan ….”

“...Membantu peredaran darah, kelancaran otot, tapi ya…belum tahu..”

“…Obat luka, kalau garam untuk apa saja ….”

“…Mencegah infeksi ….”

Berbeda dengan ibu yang berpendidikan SD kebawah, pada ibu dengan pendidikan SD ke atas umumnya mereka mengetahui bahwa iodium bermanfaat untuk mencegah gondok. Hanya sebagain kecil ibu yang tidak menjawab karena tidak tahu.

“ …mencegah gondok ….”

1.2.3. Pengetahuan Akibat Kekurangan Iodium

Pada tahap ini peserta FGD diperlihatkan berbagai akibat kekurangan iodium. Gambar yang diperlihatkan adalah penderita gondok tingkat ringan sampai berat. Diperlihatkan pula akibat kekurangan iodium pada kecacatan bayi dan orang dewasa berupa cacat fisik atau cacat mental. Tahap ini ingin menggali pengetahuan akibat kekurangan iodium.

(5)

Pada keempat kelompok FGD, umumnya mereka sudah mengetahui bahwa yang diperlihatkan adalah penderita gondok. Mereka sering melihat penderita seperti itu pada beberapa tahun yang lalu. Menurut mereka penderita gondok adalah orang tua. Saat diperlihatkan gambar penderita gondok pada anak sekolah dasar, mereka mengatakan belum pernah melihat.

“...gondok membesar dan beranak ”

“..gondok, hanya ada satu benjolan”

Seorang informan mengatakan bahwa saudaranya mengalami gondok dan dilakukan pengobatan menggunakan rumput laut.

“...Saudara saya mengalami gondok, oleh orang yogya disarankan diobati menggunakan rumput laut, rumput laut direbus dan airnya diminum.…”

Ada hal menarik dari informasi yang diperoleh yaitu istilah

”GOKONG” yang menurut mereka adalah penyakit yang berbeda dengan gondok walupun tandanya hampir sama.

“...gondok, tapi kalau gokong benjolannya 2, ada sejak lahir, kecil lalu membesar ….”

“…kalau itu gondok, kalau gokong tidak membesar ….”

“…gokong salah mengejan waktu melahirkan dan ada 2 benjolan,..ini kata orang tua….”

Saat diperlihatkan gambar anak yang mengalami kecacatan mental, pada kelompok ibu berpendidikan

SD ke bawah semua tidak menjawab dengan ekskpresi memperlihatkan ketidaktahuan. Sebaliknya pada kelompok ibu dengan pendidikan SD ke atas mereka lebih berani mengemukakan pendapat dengan berbagai informasi yang beragam.

Ada yang mengatakan, itu adalah akibat kekurangan iodium sehingga mengakibatkan cacat dan idiot, beberapa ibu mengatakan karena kekurangan vitamin dan imunisasi tidak lengkap. Muncul pula informasi bahwa orang tua penderita cacat mental melanggar patangan.

“….kurang vitamin dan imunisasi waktu bayi tidak lengkap….”

“…kekurangan vitamin sejak dalam kandungan ……”

“…waktu istri hamil suami dilarang membunuh sesuatu,..jadinya seperti itu…”

1.3. Pengetahuan dan Perilaku dalam Pemilihan Garam Beriodium

Peserta FGD diperlihatkan 3 jenis garam yaitu garam halus, garam briket / bata dan garam krosok. Informan mengenali dan mengetahui jenis – jenis garam tersebut, kegunaan dan kekurangan masing-masing jenis garam.

Umumnya mereka mengetahui bahwa garam halus dan garam briket adalah garam yang beriodium.

Sebagian besar dari peserta FGD terutama yang berpendidikan SD keatas mengatakan bahwa garam beriodium bermanfaat untuk mencegah penyakit gondok.

Kepercayaan bahwa garam halus dan briket mengandung iodium,

(6)

melatarbelakangi informan meng- gunakannya untuk memasak dirumah. Sedangkan garam krosok tidak mengandung iodium dan hanya digunakan untuk campuran makanan ternak seperti kambing dan sapi.

“….garam batang untuk mandi anak setiap hari dan masak, krosok untuk sapi..”

Berbagai kepercayaan tentang garam juga berkembang diantara informan di antaranya adalah manfaatnya terhadap penyembuhan penyakit, mengusir mahluk halus dan ular

“….Garam krosok untuk ternak, merendam kaki dicampur air, kata orang tua untuk menolak makhluk halus, kalau untuk masak kurang sreg karena tidak ada tulisan beriodium…”

“…. selain itu garam untuk tolak balak ular…”

Persepsi informan tentang garam melatar belakangi pemilihan garam yang dibeli dan digunakan di rumah.

Umumnya informan memilih karena ada label beriodium, warnanya lebih putih dan bersih. Akan tetapi ada juga yang memilih garam berbentuk batang karena mudah digunakan untuk menghaluskan bumbu.

Observasi yang dilakukan di rumah 8 informan menunjukkan bahwa umumnya garam yang digunakan adalah garam halus dengan merek “X”, hanya sebagian kecil yang menggunakan garam

briket. Menurut mereka merek

“X” mudah didapatkan diwarung setempat dan pernah dilakukan test garam beriodium dengan hasil kualitasnya memenuhi syarat.

Ada satu diantara informan yang diobservasi membeli 3 jenis garam yaitu, garam halus, garam briket dan garam krosok, akan tetapi garam krosok hanya digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak.

1.4. Penyimpanan Garam Beriodium Informan peserta FGD umumnya mengatakan bahwa garam beriodium disimpan di dalam toples tertutup. Informan membeli garam untuk keperluan 2 minggu sampai 1 bulan dan menempatkan garam secukupnya pada toples, sisanya yang tidak tertampung dalam toples tetap disimpan dalam plastik pembungkusnya. Selanjutnya akan menempatkan di rak bumbu atau almari yang jauh dari kompor atau tungku

Untuk memastikan informasi dari informan, dilakukan observasi ke rumah 8 orang informan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang menempatkan garam pada toples pastik dan jauh dari kompor atau tungku. Sedangkan 3 orang lainnya menempatkan garam halus tetap pada pembungkusnya dan dibiarkan terbuka.

Dikatakan bahwa mereka belum menempatkan ditempat semestinya karena baru saja membeli garam.

Satu orang diantaranya mempunyai 3 jenis garam (krosok, briket dan halus). Garam halus digunakan untuk memasak, briket untuk untuk memberi garam pada tanaman dan garam krosok untuk campuran makanan sapi. Dapur

(7)

pada informan ini selain digunakan untuk memasak dan menyimpan garam juga digunakan sebagai kandang sapi dan rumput makanan sapi. Keadaan dapur sangat kotor, lembab, gelap dan lantai dari tanah. Saat melakukan observasi ditemukan pula “BLENG”

yang merupakan bahan tambahan untuk memasak sayuran agar warnanya tetap hijau atau untuk membuat kerupuk.

“BLENG” adalah campuran garam mineral yang digunakan secara luas untuk membuat makanan tradisional.

Garam bleng mampu mengembangkan dan memberikan kekenyalan pada bahan, serta aroma dan rasa yang khas Campuran mineral “BLENG”

adalah bahan tambahan yang telah dilarang digunakan oleh pemerintah karena sifatnya yang berbahaya bagi kesehatan4. Menurut informasi “BLENG”

banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk memasak.

Sebagian besar informan mengatakan bahwa garam digunakan untuk memasak makanan keluarga sehingga seharusnya bersih, dan tidak basah. Untuk itu mereka akan menempatkan di wadah toples yang bersih dan kering. Jika garam basah, mereka akan membuang garam tersebut, membersihkan toples, mengeringkannya dan diganti dengan yang baru.

“…kalau garamnya basah ya…

dibuang, toplesnya dibersihkan dan diganti garam yang baru….”

“….Karena garam mudah mencair, supaya tidak kotor…”

“….Supaya tidak kena udara, aman dan bersih…”

“…Toples tertutup,di dapur di blabak bersama bumbu-bumbu…”

Hasil obeservasi menunjukkan bahwa sebagian besar informan yang dikunjungi telah menempatkan pada wadah tertentu berupa toples plastik atau kaca dan menempatkannya jauh dari sumber panas, dan garam terlihat kering. Akan tetapi masih ditemukan informan yang tidak menempatkan garam pada wadah toples walaupun sudah diletakkan jauh dari panas.

1.5. Penggunaan Garam Beriodium Umumnya informan tidak tahu cara menambahkan garam beriodium yang baik kaitannya dengan kehilangan iodium selama pemasakan.

Penggunaan garam beriodium untuk memasak didasarkan kebiasaan dan pengalaman. Mereka manambahkan garam ke dalam masakan tergantung jenis masakannya. Pada sayur yang direbus dengan bumbu yang diiris, umumnya garam ditambahkan setelah sayur mendidih. Sedangkan pada masakan yang diuleg, garam digunakan sedikit untuk menghaluskan (menguleg) kemudian ditambahkan lagi untuk meningkatkan rasa saat akan diangkat.

“…tergantung bumbunya, kalau diiris, bumbu dulu baru garam, kalau diuleg bersama bumbu-bumbu lain…”

“…sayur mendidih, baru garam dimasukkan…”

Tidak ada kepercayaan dan cara khusus tentang penambahan garam ke dalam masakan saat penambahan garam ke dalam masakan, akan tetapi sebagian besar percaya bahwa menambahkan garam setelah masakan mendidih atau menjelang diangkat adalah yang lebih baik.

(8)

Informan tidak mempunyai pengeta- huan khusus tentang kemungkinan kehilangan iodium dari garam pada pemasakan dengan suhu tinggi dalam waktu yang lama. Kebiasaan penambahan garam beriodium yang selama ini sudah dijalankan informan cukup memperkecil risiko kehilangan iodium.

2. Gambaran Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Keterjangkauan jarak merupa- kan salah satu faktor pemungkin bagi informan untuk mendapatkan garam beriodium. Seseorang cenderung membeli kebutuhannya ditempat penjualan yang dekat rumah. Hampir semua informan membeli garam beriodium di warung dekat rumah dengan alasan lebih mudah untuk membeli sewaktu-waktu. Hanya ada 3 orang informan membeli garam beriodium di pasar yang agak jauh dengan alasan membeli dalam jumlah banyak dan harganya lebih murah.

Observasi menunjukkan bahwa di sekitar rumah informan terdapat warung yang menjual garam beriodium.

Jaraknya tidak terlau jauh dan memungkinkan informan untuk membeli garam setiap saat diperlukan.

Hasil wawancara dengan pen- jual garam setempat diperoleh informasi bahwa warga umumnya mebeli garam beriodium di warungnya dengan alasan lebih dekat. Jika membeli di pasar akan menambah pengeluaran untuk biaya transportasi. Penjual garam juga mengatakan bahwa tidak pernah kekurangan cadangan garam yang dijual, sehingga pembeli bisa mendapatkannya setiap saat.

Garam yang berdar di masyarakat terdapat tiga jenis yaitu garam halus, briket dan krosok. Garam halus dan briket umumnya mengan- dung iodium sedangkan garam krosok tidak mengandung iodium. Harga dari ketiga jenis garam tersebut yang paling mahal adalah geram jenis halus kemudian garam briket dan yang paling murah adalah garam krosok

Warung–warung yang ada di desa Ngabean umumnya telah menjual garam beriodium bentuk halus dan briket. Tidak ada warung yang menjual garam krosok tanpa iodium. Garam krosok hanya bisa dibeli di pasar yang jaraknya cukup jauh. Ketersediaan garam beriodium disetiap warung desa memudahkan informan untuk membeli dan mendapatkan garam beriodium, serta memperkecil kemungkinan membeli garam krosok yang tidak beriodium.

Hasil diskusi kelompok terfokus diperoleh hasil bahwa informan merasa mudah mendapatkan garam beriodium untuk keperluan rumah tangganya.

Garam beriodium bisa dibeli di warung yang ada di desa sehingga cukup dekat dan bisa membeli kapan saja membutuhkan. Keadaan ini sangat membantu program penanggulangan GAKI melalui distribusi garam beriodium karena mendekatkan kepada sasaran program yaitu rumah tangga

Harga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi informan untuk membeli garam. Informan menganggap harga garam sangat murah dibanding- kan dengan bahan makanan lain. Harga garam halus walaupun lebih mahal jika dikaitkan dengan beratnya, akan tetapi karena dijual dalam bungkus

(9)

lebih kecil maka dianggap lebih murah.

Harga yang paling murah adalah garam krosok yang tidak mengandung iodium, akan tetapi karena ada anjuran untuk menggunakan garam beriodium, semua informan tidak ada yang menggunakannya untuk memasak.

“…harga garam murah dan terjangkau…”

Adanya garam krosok yang lebih murah tidak mempengaruhi informan untuk membeli garam krosok. Disam- ping itu untuk membeli garam krosok harus ke pasar yang jaraknya relatif lebih jauh sehingga membutuhkan biaya tambahan untuk transportasi. Pada ibu rumah tangga yang mempunyai garam krosok dirumahnya, yang biasanya untuk makanan ternak, mereka tetap menggunakan garam halus atau briket untuk memasak karena mengandung iodium. Jika garam beriodium di rumahnya habis mereka akan membeli lagi dan tidak mengambil garam krosok untuk memasak.

Penjual garam setempat mengatakan bahwa pembeli tidak pernah menganggap harga garam mahal. Jika ada pilihan garam krosok, briket dan halus dengan harga garam krosok yang lebih murah, pembeli akan tetap membeli garam beriodium jenis halus atau briket. Umumnya pembeli memilih garam halus untuk memasak di rumah.

Perbedaan harga pada garam krosok yang lebih murah inilah yang banyak diduga mempengaruhi ibu rumah tangga untuk menggunakan garam tidak beriodium. Akan tetapi pada penelitian ini hal tersebut tidak

terbukti. Informan umumnya memilih garam beriodium walupun harganya lebih mahal dibandingkan harga garam tidak beriodium (krosok).

Mereka menganggap walaupun harga garam beriodium lebih mahal tetapi perbedaannya tidak begitu banyak.

Garam beriodium masih dianggap murah dibandingkan harga bahan makanan lain. Disamping itu mereka memilih garam yang lebih mahal untuk mendapatkan manfaatnya.

Untuk mengetahui ketersediaan garam di warung dilakukan wawancara dan observasi pada penjual garam beriodium (warung). Dari hasil wawancara pada 2 penjual garam mereka telah mengetahui bahwa garam beriodium bermanfaat untuk mencegah gondok.

Warung menyediakan garam beriodium untuk warga. Penjual selalu menyediakan garam beriodium jenis briket dan halus. Garam yang paling sering dibeli adalah jenis halus. Di warungnya tidak pernah dijual garam jenis krosok yang tidak mengandung iodium karena sudah jarang digunakan oleh warga. Penjual tidak pernah kekurangan stok garam, sehingga warga bisa membeli kapan saja membutuhkan. Penjual mengatakan bahwa warga selalu membeli garam beriodium di warungnya dengan alasan lebih dekat. Mengenai harga umumnya warga mengangap bahwa harga garam beriodium murah.

Garam yang dijual di warungnya pernah dilakukan uji test garam beriodium oleh petugas kesehatan.

Menurut penjual, garam yang dijualnya memenuhi syarat. Penjual juga pernah mendapat penyuluhan untuk menjual

(10)

garam beriodium. Hasil observasi pada 2 penjual garam beriodium diketahui bahwa 1 orang penjual telah menempatkan garam beriodium yang dijualnya di rak kayu kering sehingga mengurangi risiko kerusakan iodium dalam garam. Akan tetapi pada penjual garam yang lain menempatkan garam di lantai semen yang agak lembab.

Pembungkus garam juga terlihat agak kotor karena debu.

3. Gambaran Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Di Kabupaten Magelang telah dibuat Peraturan Daerah (Perda) tentang Peredaran Garam Beriodium.

Perda tersebut mewajibkan semua garam yang beredar dan dijual adalah garam beriodium dengan kualitas 30 – 80 ppm.

Perda ini bertujuan untuk melindungi konsumen di wilayah Kabupaten Magelang dari peredaran garam tidak beriodium dan garam beriodium palsu.

Wawancara yang dilakukan kepada key informan yaitu kepala desa, bidan desa, kader kesehatan dan penjual garam menunjukkan bahwa key informan tidak mengetahui adanya perda tentang peredaran garam beriodium.

Hasil diskusi kelompok terfokus diperoleh informasi bahwa sebagian besar ibu-ibu dengan pendidikan SD ke bawah tidak mendapatkan penyuluhan tentang kekurangan iodium dan penggunaan garam beriodium dari petugas kesehatan. Sebaliknya pada kelompok dengan pendidikan SD keatas mengatakan bahwa pernah mendapatkan informasi tentang keku- rangan iodium dan penggunaan garam beriodium dari petugas kesehatan pada saat posyandu atau pada pertemuan

PKK. Dikatakan pula pernah dilakukan uji garam beriodium dibalai desa.

Petugas kemudian memberikan informasi melalui PKK tentang hasil uji garam beriodium dan merek garam beriodium yang memenuhi syarat.

Hasil wawancara kepada bidan desa diperoleh informasi bahwa bidan desa selalu datang jika ada pos yandu.

Pada kegiatan tersebut dilakukan penyuluhan dan salah satu materinya adalah gangguan akibat kekurangan iodium dan penggunaan garam beriodium. Satu tahun yang lalu pernah dilakukan pengujian garam beriodium yang ada di warung setempat, hasilnya disampaikan pada pertemuan PKK.

Menurut bidan desa, informasi tentang kekurangan iodium dan penggunaan garam beriodium sudah disampaikan kepada masyarakat mela- lui posyandu dan PKK. Peserta FGD yang tidak tahu mengenai kekurangan iodium karena mereka tidak datang pada waktu pertemuan.

Informasi dari kepala desa juga hampir sama dengan bidan desa, tidak semua warga mau hadir dalam pertemuan warga, sehingga informasi penting kadang-kadang tidak sampai.

Tokoh masyarakat yang dilaku- kan wawancara adalah kader kesehatan desa. Kader kesehatan melakukan himbauan untuk menggunakan dan menempatkan atau menyimpan garam beridoium secara benar. Himbauan biasanya dilakukan pada saat kegiatan pos yandu dan pertemuan PKK. Selain kepada warga, kader kesehatan juga melakukan himbauan kepada penjual garam beriodium setempat untuk hanya menjual garam beriodium

(11)

Menurut Kepala Desa Ngabean, pada masa jabatannya belum banyak yang dilakukan berkaitan dengan kesehatan khususnya tentang keku- rangan iodium dan penggunaan garam beriodium. Hal tersebut karena kepala desa baru menjabat selama satu tahun. Tentang perda peredaran garam beriodium, kepala desa belum pernah mengetahuinya.

Menurut peserta FGD, di desa Ngabean tidak ada sanksi khusus terhadap warga yang menggunakan garam krosok. Demikian pula tidak ada sanksi bagi penjual garam yang menjual garam krosok atau garam beriodium yang tidak memenuhi syarat.

Jika mereka menemui warga yang tidak menggunakan garam beriodium, hal yang bisa dilakukan adalah memberi tahu untuk menggunakan garam beriodium. Selama ini tidak ada warga yang menggunakan garam krosok untuk memasak, jika ada yang punya garam krosok biasanya digunakan untuk makanan ternak.

KESIMPULAN

Pemilihan garam beriodium 1.

yang akan dibeli oleh ibu rumah tangga didasari atas kegunaannya mencegah gondok. Garam yang paling banyak digunakan adalah garam beriodium jenis halus.

Informan umumnya menyimpan 2.

garam beriodium di wadah toples yang kering. Jika terjadi kerusakan pada garam beriodium seperti basah maka garam beriodium akan dibuang dan diganti dengan yang baru.

Penambahan garam beriodium 3.

pada masakan tergantung jenis masakannya, akan tetapi pada umumnya ditambahkan pada masakan setelah masakan matang atau mendidih.

Garam beriodium sangat mudah 4.

didapatkan karena dijual di warung setempat.

Perbedaan harga antara garam 5.

beriodium dan garam tidak beriodium tidak berpengaruh kepada ibu rumah tangga untuk tetap membeli garam beriodium.

Peraturan Daerah tentang peredaran 6.

garam beriodium belum banyak diketahui oleh key person.

Warga mendapatkan anjuran 7.

menggunakan garam beriodium melalui kegiatan posyandu dan PKK, informasi terutama diberikan oleh bidan desa dan kader kesehatan.

SARAN

Perlu peningkatan keaktifan warga 1.

dalam pertemuan warga seperti PKK untuk penyampaian berbagai informasi kesehatan.

Untuk menjamin warga membeli 2.

garam beriodium dengan kualitas memenuhi syarat perlu dilakukan upaya pemantauan kualitas garam beriodium yang dijual di warung desa paling tidak 2 kali setahun.

Perlu peningkatan peran serta 3.

warga untuk ikut memantau kualitas garam beriodium dengan memberi ketrampilan sederhana dalam melakukan uji garam beriodium.

(12)

Penyebarluasan Peraturan Daerah 4.

tentang peredaran garam beriodium dan upaya penegakannya.

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organiztion.

1.

Assessment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring Their Elimination, Aguide for Programme Managers, Second edition. Geneva:

WHO; 2001.

Palupi L. Stabilkah Kalium Yodat 2.

dalam Garam. Warta GAKI, Pusat

Promosi Kesehatan Depkes RI.

2003; 4: 6-8.

Rusminah S, Gunanti IR. Faktor yang 3.

Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beriodium di Tingkat Rumah Tangga. 2005. Diunduh dari: www.

idd-Indonesia.net.

Widyaningsih TD. Sodium 4.

TriPolyPhosphate (STPP) Sebagai Pengganti Garam Bleng pada Kerupuk Puli. Diunduh dari: www.

bic.web.id. 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Prediksi perubahan garis pantai 10 tahun ke depan yang telah dilakukan seperti terlihat pada gambar berikut, di mana hasil perubahan garis pantai maksimal terjadi abrasi

Lama rawat pasien juga dapat menunjukkan seberapa efektif tin- dakan medis dan atau asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sehingga dapat meningkatkan kondisi pasien,

Bila mengevaluasi kompetensi yang dimiliki oleh seseorang maka diharapkan bisa memprediksi kinerja orang tersebut (Cyra & Benjamin,1998). Hal ini mengandung

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel menunjukkan bahwa dari 68 responden diantaranya 67 responden (98,5%) menyatakan cukup dalam penerapan

Pengertian BMD menurut Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan BMDadalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas

Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku masyarakat di pulau sebatik terhadap penularan malaria dengan hasil sebagai berikut: Perilaku penduduk berisiko tertular malaria

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur annealing dan holding time (waktu tahan) terhadap struktur kristal, ukuran partikel, dan ukuran butir lapisan

Ini membawa kita pada kenyataan lain. Jelas bahwa tidak semua orang dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, mereka yang tidak dipimpin oleh Roh bukanlah anak-anak Allah.