• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin a. Pengertian Perilaku Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin a. Pengertian Perilaku Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hakikat Perilaku Disiplin

a. Pengertian Perilaku

Behavior atau sering disebut dengan perilaku berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang berupa kegiatan yang dapat diamati perubahan dan gerakannya yang dipengaruhi secara kuat oleh pengalaman-pengalaman lingkungan.

Menurut Sujiono (2009), perilaku merupakan bagian dari budi pekerti yang dapat membentuk sikap terhadap manusia, tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar (hlm. 126). Hal senanda diungkapkan dalam Teori Behavioris, Skinner (1953) mengemukakan bahwa seluruh perilaku manusia dapat dijelaskan atau diamati sebagai respon yang terbentuk dari berbagai stimulus yang pernah diterimanya dari lingkungannya (Sujiono, 2009: 140). Bandura yakin bahwa anak belajar tidak hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan, yakni mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain (Desmita, 2009: 58).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah pembentukan sikap, tanggapan individu manusia terhadap lingkungan yang didapatkan melalui pengalaman dan pengamatan yang mulai berkembang sekitar sejak lahir.

b. Pengertian Disiplin

Taman kanak-kanak merupakan tempat yang sangat berpengaruh dalam pembentukkan karakter anak usia dini. Penanaman pendidikan karakter sangatlah penting bagi anak usia dini terutama usia Taman Kanak- kanak (TK) untuk menghadapi kehidupan di masa selanjutnya (SD). Salah satu unsur dari pendidikan karakter yaitu perilaku disiplin.

(2)

Wiyani & Barnawi (2013) mengemukakan Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik (hlm. 159). Jadi, disiplin dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya.

Hurlock (1999) mengatakan disiplin adalah berasal dari kata yang sama dengan "discipline" yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Jadi disiplin adalah cara masyarakat mengajarkan perilaku moral yang diterima dalam kelompok, yang bertujuan menanamkan dan mendorong kepada peserta didik berperilaku moral yang baik sesuai dengan standar-standar yang ada (hlm. 82).

Menurut Mini (2011) Disiplin adalah proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu (hlm. 5). Sedangkan

Kostelnik dan Marjorie (2007) Developmentally

Appropriate Practise, Self discipline is the Voluntary, internal regulation of (Aulina, 2013: 38). Jadi menurut Kostelnik dan kawan-kawan, disiplin adalah sebuah perilaku sukarela (tanpa adanya paksaan) yang menunjukkan keteraturan internal akan peraturan-peraturan yang ada.

Adnan mengemukakan berdisiplin adalah biasa mengerjakan secara tertib, memnfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan positif, belajar secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab (Wijonarti, 2004: 6).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah Penanaman pola perilaku tertentu, pengendalian diri, ketaatan dan kepatuhan pada suatu aturan yang telah ditetapkan dengan penuh kesadaran tanpa adanya unsur paksaan.

c. Tujuan Disiplin

Tujuan awal dari disiplin ialah membuat anak terlatih dan terkontrol. Untuk mencapai itu, para orang tua dan guru harus mengajarkan kepada anak bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas. Hal senada

(3)

juga diungkapkan oleh Sirait (1988) yaitu tujuan utama disiplin adalah mengarahkan anak agar ia sendiri mampu mengontrol dirinya dan bisa melakukan aktivitas yang terarah sehingga tanpa disuruh ia telah berbuat sesuai norma yang berlaku (Wijonarti, 2004: 7).

Aulina (2013) mengemukakan tujuan disiplin yaitu membentuk perilaku sedemikan rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan (hlm.

38).

Christianti (2010) berpendapat tujuan disiplin pada anak terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun tujuan jangka pendek yaitu untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan bentuk perilaku yang pantas dan tidak pantas bahkan yang masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang antara lain untuk membentuk perkembangan pengendalian diri sendiri (self control dan self direction), agar anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar (hlm. 8).

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk dan mengarahkan perilaku anak agar dirinya dapat melakukan aktivitas sesuai norma yang berlaku secara sadar tanpa adanya paksaan dari luar.

d. Unsur-unsur Disiplin

Menurut Hurlock (1999), bila disiplin mampu mendidik anak untuk dapat berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka, maka disiplin harus memiliki empat unsur pokok yaitu : 1) Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dimana pola tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain.

Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

(4)

Adapun fungsi peraturan yaitu: a) Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut; b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

2) Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Walaupun tidak dikatakan, namun tersirat bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya.

Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengajar dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah. Hukuman merupakan salah satu unsur kedisiplinan yang dapat digunakan untuk membuat anak berperilaku sesuai standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka.

Hukuman memiliki tiga fungsi penting dalam perkembangan moral anak, yaitu: a) Menghalangi, hukuman dapat menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat; b) Mendidik, Sebelum anak memahami konsep peraturan, mereka akan mempelajari manakah tindakan yang benar dan mana tindakan yang tidak benar; c) Motivasi, Fungsi hukuman yang ketiga adalah untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

3) Penghargaan

Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung.

(5)

Penghargaan mempunyai beberapa peranan penting dalam mengajar anak untuk berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat yaitu: a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik; b) Penghargaan sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Apapun bentuk penghargaan yang digunakan, penghargaan itu harus sesuai dengan perkembangan anak. Bila tidak, ia akan kehilangan efektivitasnya. Dengan meningkatnya usia, penghargaan bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku sesuai dengan harapan.

4) Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas.

Peraturan, hukuman dan penghargaan yang konsisten membuat anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Ada beberapa fungsi konsistensi yaitu : a) Mempunyai nilai mendidik; b) Mempunyai nilai motivasi yang kuat; c) Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan danorang yang berkuasa. Anak yang terus diberi pendidikan disiplin yang konsisten cenderung lebih matang disiplin dirinya bila dibandingkan anak yang tidak diberi disiplin secara konsisten (hlm. 84-

unsur disiplin adalah sebagai berikut :

1) Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku; 2) Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya; 3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan; 4)Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku; 5) Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.(hlm 33)

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari disiplin yaitu peraturan, hukuman, penghargaan sebagai motivasi

(6)

berprilaku, dan konsistensi berbentuk ketaatan. Dalam penelitian ini perilaku disiplin yang dimaksudkan mengandung unsur peraturan, penghargaan dan konsistensi. Peneliti tidak memasukkan unsur hukuman, sebab peneliti memfokuskan pada penanaman perilaku disiplin pada diri anak, harapannya perilaku disiplin tersebut muncul karena adanya kesadaran diri anak itu sendiri.

e. Bentuk-bentuk Disiplin

Menurut Hurlock (1999) ada beberapa tipe-tipe disiplin yaitu antara lain:

1) Disiplin Otoriter

Merupakan disiplin yang menggunakan peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan.

Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan. Contohnya adalah guru yang memberi peraturan keras di dalam kelas, apabila siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah maka harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran berlangsung.

2) Disiplin Permisif

Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.

Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Anak dibiarkan meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.Contohnya adalah guru yang tidak memberikan hukuman apapun kepada siswanya yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, jadi ia membiarkan siswanya yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah begitu saja tanpa memberinya pengarahan bahwa tindakan yang dilakukannya tersebut merupakan hal yang tidak baik.

(7)

3) Disiplin Demokratis

Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya.Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan.

Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyataan persetujuan yang lain.

Contohnya adalah guru yang memberikan pendekatan personal kepada siswanya yang melanggar tata tertib sekolah, misalnya tidak menggunakan seragam sekolah dengan memberikan pengarahan mengapa menggunakan seragam sekolah itu penting. Guru memberikan peringatan dan siswa tidak diberikan hukuman yang keras. Dan apabila siswa tersebut di lain waktu telah menggunakan seragam sekolah lengkap, guru akan memberikan penghargaan kepadanya berupa pujian dan penguatan agar siswa tersebut terus menggunakan seragam sesuai aturan (hlm. 93).

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk disiplin demokratis, anak diberikan pemahaman dan penanaman pentingnya berprilaku disiplin disekolah menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perlu berperilaku disiplin.

Adapun pendapat yang senada juga disampaikan oleh Christianti (2010) yaitu 1) disiplin otoriter yang mengharuskan anak tunduk dan patuh pada aturan dan menggunakan hukuman sebagai bentuk pelajaran agara anak tidak mengulanginya; 2) disiplin permisif yang sangat minim sekali aturan atau kendali, anak dituntut untuk mengatasi permasalahan

(8)

mereka sendiri; 3) disiplin demokratis yaitu bentuk pendekatan kepada anak untuk menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya (hlm. 7).

Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bentuk-bentuk disiplin yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif dan disiplin demokratis.

f. Fungsi Disiplin

Disiplin memiliki fungsi-fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Committee for Children (2004) mengemukakan, purpose of discipline is to encourage moral, physical, and intellectual development and a sense of responsib , yang berarti fungsi disiplin adalah untuk mendorong perkembangan moral, fisik, dan intelektual dan rasa tanggung jawab pada anak-anak (American Humane Association, 2013: 1).

disiplin, yaitu :

1) Menata Kehidupan Bersama

Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

2) Membangun Kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

3) Melatih Kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

4) Pemaksaan

Dari pendapat itu, disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat.

Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri,

(9)

bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.

5) Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu.

Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen.

Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan (Saputra, 2007:

20).

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin yaitu mendorong perkembangan moral anak, membangun dan melatih kepribadian anak dalam penataan hidup guna menciptakan lingkungan yang kondusif dan melatih rasa tanggung jawab anak.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Hurlock (1999) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin antara lain:

1) Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua dan guru;

2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok; 3) Usia orang tua dan guru; 4) Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru; 5) Jenis kelamin; 6) Status sosioekonomi; 7) Konsep mengenai peran orang dewasa; 8) Jenis kelamin anak; 9) Usia anak; dan 10) Situasi).(hlm. 93)

Beberapa faktor lainnya juga diungkapkan oleh Haditono (1984) yang mempengaruhi perilaku disiplin, antara lain yaitu: 1) diri anak itu sendiri; 2) sikap pendidik; 3) lingkungan; dan 4) tujuan.(Faiz, 2012: 49)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin anak yaitu, 1) faktor dari dalam diri anak; 2) penerapan disiplin yang digunakan orang tua dan guru; 3) usia orang tua dan guru yang mengasuh; 4) jenis kelamin dan usia anak; 5) lingkungan; dan 6) tujuan disiplin itu sendiri.

h. Disiplin pada Anak Usia Dini

J.J. Rouseau mengemukakan disiplin merupakan sikap moral seseorang yang tidak secara otomatis ada pada dirinya sejak lahir, tetapi dibentuk oleh

(10)

lingkungan melalui pola asuh dan perlakuan orang tuanya, guru serta orang- orang dewasa lain di sekitar dirinya. Pada dasarnya anak itu lahir dengan sifat-sifatnya yang baik, ia hanya akan memiliki sifat-sifat jahat apabila ada pengaruh dari orang dewasa yang biasanya salah dalam membimbingnya yaitu dengan disiplin keras dengan contoh-contoh yang buruk (Arfiani, 2011: 8). Disiplin yang ditanamkan pada masa kanak-kanak harus menyesuaikan dengan perkembangan usia anak. Menurut Menurut Sujiono (2009) perkembangan disiplin anak usia dini antara lain:

1) Masa bayi 0 sampai 3 tahun

Pada masa ini anak sudah mampu mengikuti pola disiplin walaupun sedikit menyulitkan. Disiplin dapat terbentuk berdasarkan pembentukan kebiasaan orang tua, misalnya : menyusui tepat waktu, makan tepat waktu, tidur tepat waktu, dan toilet training.

2) Masa kanak-kanak usia 3 sampai 8 tahun

Anak mulai patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sosialnya, dapat merapikan kembali mainan yang habis digunakan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mentaati peraturan/tata tertib secara menyeluruh.(Aulina, 2013: 7)

2. Hakikat Metode Role playing a. Hakikat Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran menurut Suyono dan Hariyanto (2011) adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (hlm.

19).

Hamdani (2011) berpendapat Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (hlm. 80).

(11)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Macam-macam metode pembelajaran menurut Sanjaya (2009) yaitu sebagai berikut :

1) Metode ceramah

Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan secara lisan atau penjelasan secara langsung oleh seorang guru kepada sekelompok siswa.

2) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan cara memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.

3) Metode diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan dimana guru bersama-sama siswa mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

4) Metode proyek

Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok.

5) Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.

(12)

6) Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.

7) Metode problem solving

Metode problem solving merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelesaiannya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulannya.

8) Metode karyawisata

Metode karyawisata adalah metode dalam proses pembelajaran siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan.

9) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

10) Metode sosiodrama atau role playing

Metode role playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada saat mendatang. Siswa melakukan peran masing- masing sesuai dengan tokoh yang ia perankan.(hlm. 147-161)

Salah satu metode yang akan dibahas oleh peneliti adalah metode bermain peran atau metode role playing.

(13)

b. Pengertian Metode Role playing

Menurut Zaini, Munthe, Aryani Role-Play

aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-

Craciun (2010) dalam jurnal internasional mengemukakan bahwa -playing is an interesting, agreeable and motivating way of engaging the student in the activities that are to be presented in classroom and that trough it ideas can be sketched or debates take place... role-playing adalah cara yang menarik, menyenangkan dan memotivasi melibatkan siswa dalam kegiatan yang akan disajikan di kelas dan bahwa palung itu ide dapat membuat Menurut Lankoski (2012) dalam jurnal internasional berpendapat

-playing is a specific kind of pretence-play activity, namely pretending to be somebody else in fictional game world confined by

bermain pura-pura, yaitu berpura-pura menjadi orang lain di dunia permainan fiksi yang dibatasi oleh aturan. (hlm. 35)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Role playing adalah suatu pembelajaran yang dirancang dengan cara yang menarik dan menyenangkan melibatkan interaksi, fantasi, imajinasi dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu.

c. Langkah-Langkah Metode Role playing

Shaftels dalam Joyce, Weil, dan Calhoun (2009) berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah, yaitu antara lain :

1) Warm up the group, yaitu memanaskan suasana kelompok, yakni mengidentifikasi dan memaparkan masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan masalah, dan menjelaskan role playing.

2) Select participants, yaitu memilih partisipan, yakni menganalisis peran, memilih pemain yang akan melakukan peran.

3) Set the stage, yaitu mengatur setting tempat kejadian, yakni mengatur sesi-sesi tindakan, kembali menegaskan peran, lebih mendekat pada situasi yang bermasalah

(14)

4) Prepare observers, yaitu menyiapkan pengamat, yakni memutuskan apa yang akan dicari, memberikan tugas pengamatan.

5) Enact, yaitu pemeranan, yakni memulai role play, mengukuhkan role play, menyudahi role play.

6) Discuss and evaluate, yaitu berdiskusi dan mengevaluasi, yakni mereview pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan), mendiskusikan fokus-fokus utama, mengembangkan pemeranan selanjutnya.

7) Reenact, yaitu memerankan kembali, yakni memainkan peran yang diubah, memberi masukan atau alternatif perilaku dalam langkah selanjutnya.

8) Discuss and evaluate, yaitu diskusi dan evaluasi, yakni sebagaimana dalam tahap enam.

9) Share experiences and generalize, yaitu saling berbagi dan mengembangkan pengalaman, yakni menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan di dunia nyata serta masalah-masalah yang baru muncul. Menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku. (hlm. 135- 136).

Menurut Soebrata (1997) langkah-langkah penyajian metode role playing (bermain peran) yaitu adalah:

1) di deskripsikan skenario kejadian atau situasi yang akan dipentaskan; 2) mempelajari karateristik peranan yang akan di pentaskan; 3) memilih pemeran dan menugaskan untuk menghayati peran yang harus di bawakan; 4) melaksanakan bermain peran; 5) debriefing atau kegiatan mendiskusikan hasil bermain peran.(Wijonarti, 2004: 24)

Dari pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa langkah- langkah penyajian metode role playing yaitu: 1) menjelaskan masalah atau skenario yang akan dimainkan; 2) menganalisis dan menentukan peran yang akan dimainkan; 3) menentukan setting atau tempat untuk bermain peran; 4) meaksanakan bermain peran; 5) berdiskusi dan mengevaluasi hasi dari bermain peran, yakni mereview pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan).

(15)

Adapun langkah langkah-langkah penyajian metode role playing dalam penelitian ini yaitu: 1) menjelaskan kepada anak bahwa kegiatan hari ini adalah bermain peran, mendeskripsikan skenario kejadian atau situasi yang akan diperankan, 2) menganalisis peran dan menentukan peran melalui diskusi dengan anak, 3) mengatur setting tempat kejadian untuk bermain peran, 4) melaksanakan role playing, 5) setelah kegiatan role playing selesai, guru mendiskusikan dan mengevaluasi hasil dari bermain peran yang dilakukan menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan nyata khususnya mengenai tingkah laku anak.

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role playing

Metode role playing memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode role playing menurut Djamarah dan Zain (2002), adalah sebagai berikut:

1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. (hlm. 89-90)

Kemudian Craciun (2010) dalam jurnal internasional mengemukakan :

There are many advantages for learning science trough role play.

Role-play: 1) encourages students to create their own reality; 2) develops the ability to interact to other people; 3)increases

(16)

students motivation; 4) engages shy students in class activities; 5) makes students self confidence; 6) helps students to identify and correct misunderstandings; 7) is agreeable and fun; 8) shows students that the real world is complex and problems that appear in the real world cannot be solved by simply memorizing information; 9) underlines the simultaneous use of different skills (acquired separately) ( .

Dari pendapat Craciun, terdapat 9 kelebihan menggunakan metode role playing antara lain 1) mendorong siswa untuk menciptakan realitas mereka sendiri; 2) mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain; 3) meningkatkan motivasi belajar siswa 4) melibatkan para siswa pemalu dalam kegiatan kelas; 5) membuat siswa percaya diri; 6) membantu siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah; 7) bersifat menyenangkan; 8) memperlihatkan pada siswa bahwa dunia nyata yang kompleks dan masalah yang muncul di dunia nyata tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghafal informasi; 9) menggarisbawahi penggunaan simultan dengan kemampuan yang berbeda (yang diperoleh secara terpisah).

Dari kedua pendapat ahli diatas dapat peneliti simpulkan kelebihan metode role playing yaitu: meningkatnya interaksi dan kerjasama antar anak dengan teman dan orang lain, meningkatkan rasa percaya diri anak, merangsang perubahan perilaku anak (karena role playing memberi pengalaman langsung kepada anak tentang kehidupan dunia nyata yang kompleks, dimana anak dihadapkan pada suatu permasalah yang harus diselesaikan bersama), bersifat menyenangkan, bahasa lisan anak dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Metode role playing ternyata juga memiliki beberapa kelemahan, Wahab (2007) mengemukakan beberapa kelemahan dalam menggunakan metode bermain peran (Role playing) diantaranya:

1) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh; 2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung; 3) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya, bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya; 4) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan

(17)

baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya; 5) Untuk berjalan dengan baik sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik; 6) Memerlukan alokasi waktu yang lama.(Pratiwi, 2010: 28)

Kemudian Djamarah dan Zain (2002) juga mengemukakan kelemahan dari metode role playing yaitu:

1)Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif; 2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan; 3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas; 4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.(hlm. 89-90) Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode role playing yaitu, banyak memakan waktu (baik waktu persiapan maupun pada pelaksanaan pertunjukan), anak yang tidak ikut bermain peran menjadi pasif, jika konsentrasi anak terganggu dapat mengakibatkan bermain peran menjadi kurang efektif, memerlukan tempat yang luas agar dapat bergerak bebas, kelas lain dapat terganggu oleh suara pemain dan penonton yang bersorak dan bertepuk tangan.

3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Peneliti mengambil beberapa indikator yang akan dijadikan acuan untuk membuat aspek-aspek yang diukur sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan. Indikator-indikator tersebut berasal dari Tingkatan Pencapaian Perkembangan (TPP) yang bersumber dari Pemendiknas No. 58 Tahun 2009 yang telah dituangkan dalam Matriks Kurikulum Taman Kanak-kanak Kelompok B. Adapun indikator dari perkembangan sosial emosional usia 5 yaitu 1) bermain bersama; 2) bekerja secara mandiri; 3) berani pergi dan pulang sekolah sendiri bagi; 4) bermain sesuai jenis permainan yang dipilihnya; 5) membuang sampah pada tempatnya; 6) merapikan mainan setelah digunakan; 7) mentaati peraturan yang berlaku; 8) berangkat sekolah tepat waktu; dan 9) memelihara milik sendiri. Kemudian peneliti mengambil beberapa indikator dari perkembangan sosial emosional

(18)

usia 5 samp untuk dijadikan aspek yang akan diukur pada indikator kinerja yaitu 1) mentaati peraturan yang berlaku; 2) berangkat sekolah tepat waktu, 3) bekerja secara mandiri (lampiran 2 halaman 72).

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diteliti. Menurut penulis, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

Fitriana (2013), dengan judul Upaya Meningkatkan Disiplin melalui Metode Bercerita pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gluntung Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode bercerita dapat meningkatkan disiplin anak. Kedisiplinan anak pada akhir tindakan siklus I diketahui bahwa dalam aspek ketuntasan mengerjakan tugas, anak yang mencapai skor 4 ada empat anak (28,6%). Pada aspek menunggu giliran bermain, anak yang mencapai skor 4 ada satu anak (7,1%). Pada aspek datang tepat waktu, anak yang mencapai skor 2 ada lima anak (35,7%), anak yang mencapai skor 4 ada dua anak (14,3%). Pada akhir tindakan siklus II, yaitu pada aspek ketuntasan mengerjakan tugas, anak yang mencapai skor 4 ada 13 anak (92,9%). Pada aspek menunggu giliran bermain, anak yang mencapai skor 4 ada 12 anak (85,7%). Pada aspek ketepatan waktu, anak yang mencapai skor 4 ada 11 anak (78,6%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode bercerita dapat meningkatkan disiplin anak.

Penelitian Fitriyana tersebut diatas, relevan dengan penelitian ini.

Persamaan kedua penelitian ini yaitu pada aspek yang akan ditingkatkan yaitu sama-sama untuk meningkatkan perilaku disiplin. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Fitriyana adalah dengan Metode Bercerita pada Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gluntung Pandak Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013,

(19)

sedangkan penelitian ini adalah dengan penerapan Metode Role playing pada anak Kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung tahun ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian lainnya oleh Purnajati, Sulastri, & Kusmaryatni (2013) Implementasi Metode Mengajar dengan Teknik Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan berbahasa Siswa Kelompok B TK Widya kumara Sari Kubutambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B Tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widya Kumara Sari dengan menerapakan metode mengajar dengan teknik bermain peran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B Tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widya Kumara Sari. Hal ini dapat di lihat dari perolehan rata-rata persentase kemampuan berbahasa pada siklus I sebesar 59,34% yang berada pada kategori rendah dan meningkat pada siklus II menjadi 75,00% yang berada pada kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa pada anak kelompok B tahun pelajaran 2012/2013 di TK Widiya Kumara Sari dapat meningkat setelah menerapkan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak.

Penelitian Purnajati, Sulastri, & Kusmaryatni diatas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan kedua penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode bermain peran (role playing), perbedaan pada penelitian ini berupa aspek yang ditingkatkan yaitu kemampuan berbahasa anak Kelompok B TK Widiya Kumara Sari tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan penelitian ini aspek yang ditingkatkan yaitu perilaku disiplin anak Kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung.

Dari hasil penelitian Fitriana (2013) dan Purnajati, Sulastri, &

Kusmaryatni (2013) menguatkan peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Role playing untuk meningkatkan disiplin anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung Tahun Ajaran 2013/2014.

(20)

C. Kerangka Berpikir

Kondisi awal anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung masih belum menunjukkan perilaku disiplin sesuai yang diharapkan yaitu anak yang datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak berseragam rapi, tidak melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, serta tidak mentaati peraturan yang berlaku lainnya. Hal tersebut muncul disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan tenaga pendidik cenderung pada pencapaian target materi, mementingkan pada penghafalan konsep serta kurang dalam penanaman disiplin anak secara real. Penanaman perilaku disiplin hanya sebatas teori dan lisan saja, maka hasilnya penanaman perilaku disiplin kurang maksimal diterapkan oleh guru di TK Aisyiyah 21 Premulung.

Salah satu cara yang diharapkan dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku disiplin anak yaitu dengan menerapkan role playing. Role playing adalah suatu pembelajaran yang dirancang dengan cara yang menarik dan menyenangkan melibatkan interaksi, fantasi, imajinasi dimana anak terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Melalui role playing anak dapat memerankan peristiwa- peristiwa yang dirancang oleh guru maupun bersama dengan anak, misalnya datang kesekolah tepat waktu. Kemudian perilaku disiplin anak akan meningkat dengan penerapan metode role playing.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berpikir pada bagan gambar 2.1 sebagai berikut:

(21)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut.

disiplin anak kelompok B TK Aisyiyah 21 Premulung Tahun ajaran 2013/2014 akan meningkat melalui penerapan metode role playing

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Guru menggunakan metode pembelajaran

konvensional

Guru menggunakan metode role playing dalam pembelajaran

Meningkatnya perilaku disiplin anak kelompok

B TK Aisyiyah 21 Premulung

Siklus I

Siklus II

Perilaku disiplin anak masih rendah

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen

Terdapat bukti bahwa probiotik bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit saluran cerna, termasuk diare infeksi, diare karena antibiotik, travellers diarrhea

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Tahap pengembangan materi merupakan tahap merumuskan jenis materi yang akan diterapkan pada media pembelajaran Fisika pokok bahasan konsep termodinamika dalam mesin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi bantuan langsung tunai dan dampak bantuan langsung tunai terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Hasil

Ditinjau dari perbaikan sifat fisika dan kimia tanah serta hasil biji kering kedelai, aplikasi formula pembenah tanah alternatif Biochar SP50 Submikron dan Volkanorf K424

decoratus lebih memilih daun muda sebagai makanannya dibandingkan dengan tengah dan daun tua, hal ini ditunjukkan oleh populasi nimfa tertinggi pada daun mudadan terendah

Hasil temuan kami menunjukkan bahwa adanya siswa yang pernah sakit selama mengikuti perkuliahan, kurang tertarik pada mata kuliah kependidikan menjadi faktor