• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH (ZIS) DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH (ZIS) DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Riyantama Wiradifa (1112046300021)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017 M. / 1438 H.

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017 M. / 1438 H.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS, dan bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang selatan.

Pada Penelitian ini akan dibahas mengenai analisis SWOT untuk menentukan strategi pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

Penulis Menggunakan analisis penelitian kualitatif induktif untuk mengumpulkan data secara khusus pada pendistribusian ZIS. Penulis mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada dua hal yang dapat mengidentifikasi pendistribusian pada ZIS, yaitu mekanisme dan strategi pendistribusian. Dalam mekanisme pendistribusian ZIS, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan kegiatan bebas riba dan gharar. BAZNAS Kota Tang erang Selatan juga menentukan proporsi dalam pendistribusian ZIS dari UPZ, BAZCAM, dan UPZ Instansi sebesar 20% dalam bentuk zakat fitrah, dan 94,5% dalam bentuk zakat maal. Dalam strategi pendistribusian, BAZNAS Kota Tangerang selatan melakukan penetapan strategi dengan menyusun kekuatan dan kelemahan internal melalui RAKER, Implementasi strategi berdasarkan kegiatan dari RAKER, dan mengevaluasi dari rencana pentasarufan untuk tahun berikutnya, serta menganalisis SWOT, yaitu melakukan pendekatan personal kepada masyarakat dan menggunakan fasilitas yang ada di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Sedangkan Aplikasi pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tiga jenis pendistribusian yaitu, konsumtif tradisional dengan mendistribusikan zakat fitrah, produktif tradisional dengan mendistribusikan bantuan beasiswa, dan produktif kreatif dengan mendistribusikan bantuan modal dan peningkatan ekonomi umat. Jenis pendistribusian ZIS tersebut dituang ke dalam tiga program pokok, yaitu Program Tangsel Cerdas, Program Tangsel Modern, dan Program Tangsel Religius untuk lima asnaf, yaitu fakir, miskin, gharimin, muallaf, ibnu sabil dan fisabilillah.

Kata Kunci : Mekanisme, Strategi, Pendistribusian ZIS, Analisis SWOT Pembimbing : Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA.

Daftar Pustaka: Tahun 1983 s.d. Tahun 2016

(6)

vi

Economics and Business, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017 M. / 1438 H.

This study aims to find out how the mechanism and strategy BAZNAS Tangerang Selatan City in an effort to distribute ZIS funds, and how the application of ZIS distribution in BAZNAS Tangerang City south. In this research will be discussed about SWOT analysis to determine the strategy of distribution of ZIS in BAZNAS Tangerang Selatan City.

The authors used an inductive qualitative research analysis to collect data specifically on the distribution of ZIS. The authors collect data by observation methods, interviews and documentation.

The results of the research indicate that there are two things that can identify the distribution in ZIS, that is mechanism and distribution strategy. In the mechanism of distribution of ZIS, BAZNAS South Tangerang City performs activities free of usury and gharar. BAZNAS Kota Tang erang Selatan also determine the proportion in the distribution of ZIS from UPZ, BAZCAM, and UPZ Agencies by 20% in the form of zakat fitrah, and 94.5% in the form of zakat maal. In the strategy of distribution, BAZNAS South Tangerang City to determine the strategy by arranging internal strengths and weaknesses through RAKER, Implementation of strategies based on activities from RAKER, and evaluate the plan of marketing for the next year, and analyzing the SWOT, which is a personal approach to the community and use the facilities is in BAZNAS South Tangerang City. While the application of ZIS distribution in BAZNAS South Tangerang City has three types of distribution that is, traditional consumptive by distributing zakat fitrah, traditional productive by distributing scholarship aid, and creative productively by distributing capital aid and economic improvement of ummah.

The type of distribution of ZIS is poured into three main programs, namely Tangsel Cerdas Program, Tangsel Modern Program, and Religious Tangsel Program for five asnafs, namely the poor, gharimin, muallaf, ibnu sabil and fisabilillah.

Keywords : Mechanism, Strategy, ZIS Distribution, Analysis SWOT Advisor : Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA.

References : Year 1983 s.d. Year 2016

(7)

vii

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.

3. Bapak A.M Hasan Ali, MA., dan Dr. Abdurrauf, MA., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa.

4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Dr. Abd. Azis Hsb, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan saran dan masukan atas skripsi ini.

(8)

viii

7. Staff Perpustakaan dan staff Akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang memfasilitasi penulis untuk mencari referensi terkait penulisan skripsi ini.

8. Bapak Drs. K.H. Endang Saefuddin, MA selaku Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulisan skripsi ini.

9. Segenap anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan arahan, masukan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalam ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

Jakarta, April 2017

Riyantama Wiradifa

(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...iii

LEMBAR PERNYATAAN ...iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

E. Review Penelitian Terdahulu ...7

F. Metode Penelitian ...9

G. Kerangka Teori ...12

(10)

x

A. Konsep Zakat, Infak dan Sedekah ...16 B. Mekanisme Pendistribusian ZIS...27 C. Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah ...34 BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KOTA TANGERANG

SELATAN

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...48 B. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...51 C. Program-Program BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...62 BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA

TANGERANG SELATAN

A. Mekanisme dan Strategi Pendistribusian ZIS BAZNAS Kota Tang- erang Selatan ...64 B. Aplikasi Pendistribusian ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...85 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...91 B. Saran ...92 DAFTAR PUSTAKA ...94 LAMPIRAN

(11)

xi

B. Tabel.2.1. Matrik SWOT ...44 C. Tabel 4.1. Rekapitulasi ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...65 D. Tabel 4.2. Pentasharufan BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016 ...71 E. Tabel 4.3. Kekuatan dan Kelemahan pada BAZNAS Kota Tangerang

Selatan ...74 F. Tabel 4.4. Evaluasi dan Rencana Kinerja BAZNAS Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 – 2017 ...77 G. Tabel 4.5. Matriks SWOT BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...83 H. Tabel 4.6. Aplikasi Program Pendistribusian BAZNAS Kota Tangerang

Selatan ...89

(12)

xii

A. Gambar 1.1. Kerangka Teori ...13 B. Grafik 4.1. Pendistribusian, Zakat, Infak dan Sedekah BAZNAS Kota

Tangerang Selatan ...90

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan pembangunan ekonomi umumnya. Zakat dalam Islam dapat menjadi prasarana untuk menolong, membantu dan membina para Mustahiq dan meningkatkan serta menguggah komitmen para Muzakki. Sebab pada hakikatnya zakat merupakan perintah Tuhan yang harus dilaksanakan sehingga diinterpretasikan bahwa penunaian zakat memiliki urgensi yang sebanding dengan pendirian sholat.1 Zakat merupakan seperangkat alternatif untuk mengubah umat Islam dari mustahik menjadi muzakki dan instrument yang diharapkan mampu menanggulangi masalah sosial tersebut.

Salah satu tugas lembaga pengelolaan zakat yang keberadaannya dipayungi undang-undang adalah mewujudkan peran zakat sebagai solusi untuk menanggulangi kemiskinan. Zakat dan kondisi ekonomi umat memiliki hubungan timbal balik yang erat. Tingkat ekonomi umat semakin baik akan meningkatkan penerimaan zakat, dan sebaliknya dana zakat yang dikelola dan disalurkan secara benar pada kelompok mustahik diharapkan dapat merubah peta kemiskinan di tengah masyarakat.

1 Sudirman, Zakat Dalam Arus Modernenitas (Malang: UIN Malang Press, 2007) Cet Ke-1, h. 22.

(14)

Pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi yang bersifat konsumtif, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat.

Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa ke masa memiliki perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah strata sosial dari yang terendah (mustahik) kepada yang tertinggi (muzakki). Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muzakki, melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ). Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam menghimpun dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber dana. Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.2

Pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, seseorang yang mengingkari zakat termasuk ke dalam golongan kafir. Sedangkan orang yang enggan mengelurkan zakat karena bakhil namun ia tahu bahwa

2 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta :CED, 2005)Cet. 1. h. 20.

(15)

zakat adalah wajib, maka ia berdosa disebabkan keengganannya tersebut. Hendaknya zakat diambil dari orang tersebut secara paksa disertai Ta’zir. Perkataan Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq ketika memerangi orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat, “Seandainya meraka enggan menyerahkan seekor anak kambing muda seperti yang telah mereka berikan kepada rosulullah, pasti akan saya perangi mereka karena tidak ingin membayar zakat.”3

BAZNAS Kota Tangerang Selatan merupakan badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Badan lembaga pemerintah nonstruktural ini bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.4 BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengukuhkan pengelolaan zakat secara nasional dalam wilayah Kabupaten / Kota. Dengan diharuskannya amandemen Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan bertransformasi ke BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdasarkan SK Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.11/568/2014.

Sementara itu, Tangerang Selatan merupakan daerah otonomi baru yang memiliki jumlah penduduk 1.543.209 jiwa dengan kepadatan

3 Imam Shuyuti. Tarikh Khulafa, Pustaka Al- Kusar, Jakarta. 2001, h. 80-81.

4 Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 26 November 2016 pukul 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/

(16)

penduduk 10.484 jiwa/km2,5 dan 90,98 % beragama Islam. Kota yang terletak di Barat Jakarta ini bergerak dengan laju pertumbuhan ekonomi senilai 7,25 %.6 Laju pertumbuhan tersebut dapat terlihat berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang mencapai Rp.

29.597, 94 atau US$ 2,25 per kapita. Akan tetapi, di samping kepadatan penduduknya yang tinggi dan laju pertumbuhan yang sedang, jumlah kemiskinan di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini cenderung naik dari 88.554 jiwa pada 2011 menjadi 115.183 jiwa pada 2015.7

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengumpulkan zakat dari muzakki sebanyak 471.500 orang. Jumlah ini hanya menyentuh 27,79 % dari 90,98 % penduduk di Tangerang Selatan. dilihat dari segi pendayagunaannya, BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendayagunakan zakat kepada 22.029 mustahik untuk tujuh kecamatan. Jumlah tersebut juga belum menyentuh lapisan kebutuhan masyarakat miskin di Tangerang Selatan yang berjumlah 115.183 jiwa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema “Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan.”

5 Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka, (Serpong: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 45.

6 Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka, (Serpong: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 211.

7 Batur Parisi, “Angka Kemiskinan Kabupaten Tangerang dan Tangsel Bertambah”

Mterotvnews.com, artikel diakses pada 5 November 2016 pukul 22:14 dari http://tinyurl.com/hoat56o

(17)

B. Identifikasi Masalah

Banyaknya Lembaga atau Badan Amil Zakat baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh swasta tidak dapat menutup persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Diperlukan strategi pendistribusian yang tepat untuk mengelola harta muzakki kepada mustahiq demi terwujudnya kesejahteraan umat. Oleh sebab itu, akan dipaparkan alternatif-alternatif persoalan yang pada gilirannya akan diteliti sesuai dengan batasan penulis.

Masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut,

1. Apa mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengelola ZIS?

2. Bagaimana pengaplikasian BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mendistribusikan ZIS?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan Aplikasinya”. Studi penelitian yang akan diambil adalah BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

(18)

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis, yaitu:

a. Bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan ZIS?

b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan di atas, akan tetapi secara spesifik (khusus) akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS.

b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang selatan.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan dayaguna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

(19)

a. Manfaat Akademisi

Memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah,

1. Bagi Lembaga, diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah sumbangan wacana pemikiran kepada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengelolaan ZIS.

2. Bagi Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan, informasi, dan pengetahuan tentang strategi pendistribusian dana ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan

3. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi mustahik dan meningkatkan kesadaran untuk berzakat.

E. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan untuk penulis, berikut ini akan dijabarkan beberapa penelitian yang sama dengan penelitian yang ditulis penulis.

Penelitian tersebut diantaranya adalah:

Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu

No. Nama Peneliti / Judul / Instansi /

Tahun

Keterangan Perbedaan

1 Siti Masuko, SE.I / Strategi Penyaluran

Dana LAZIS

Yayasan Amaliyah

Skripsi ini membahas tentang strategi Penyaluran Dana Lazis Yayasan

Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui strategi pendistribusian

(20)

Astra dalam Rangka Pemberdayaan Eko- nomi Masyarakat / Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah &

Hukum, UIN Jakarta / 2014.

Amaliyah Astra

Dalam Rangka

pemberdayaan

masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada 2014.

zakat. Penulis menggunakan

metode kualitatif dengan

mengandalkan field research, wawancara

& dokumentasi.

2 Muklisin/Pendistribu sian Dana Zakat untuk Pemberda- yaan Ekonomi pada BAZNAS Karawang / Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta / 2011.

Skripsi ini membahas tentang pendistri- busian dana Zakat untuk pemberdayaan ekonomi di BAZDA Karawang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.

Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui Strategi BAZNAS Tangerang Selatan terhadap pendistribusian ZIS.

Penulis melakukan studi kepustakaan melalui literatur ter- kait strategi pendis- tribusian zakat.

3 Nirma Bhakti Pertiwi, SE.I / Optimalisasi Pendistribusian Zakat Melalui Lembaga Zakat dalam Pember- dayaan Perekonomian Masyarakat pada

LAZISWA Kota

Cirebon / IAIN Syekh Nurjati Cirebon / 2012.

Penelitian ini ber- tujuan untuk me- ngetahui optimalisasi pendistribusian zakat

& pengaruh hubungan optimalisasi pendis- tribusian zakat ter- hadap pemberdayaan perekonomian mas- yarakat di LAZISWA Kota Cirebon.

Penulis melakukan penelitian untuk me- ngetahui strategi

BAZNAS Kota

TangSel dalam pen- distribusian zakat.

Penulis melakukan studi kepustakaan dalam mengatasi masalah pendistri- busian ZIS.

(21)

4 Bintang Mikail Subuh, SE / Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS ) Daerah Kota Tangerang Selatan / UIN Jakarta / 2016.

Penelitian ini bertuju- an untuk mengetahui penerapan manajemen

zakat BAZNAS

Daerah Kota Tange- rang Selatan dan pe- nyesuaian dalam undang-undang yang berlaku.

Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui strategi

BAZNAS Kota

TangSel terhadap pendistribusian zakat.

5 Yoghi Citra Pratama, M.Si / Peran Zakat pada Penanggulang- an Kemiskinan (Program Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional) / UIN Jakarta / 2015.

Penelitian ini bertuju- an untuk mengetahui sejauh mana peran zakat produktif dalam memberdayakan masyarakat kurang

mampu yang

diidentifikasi sebagai mustahik dalam berwirausaha.

Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui strategi

BAZNAS Kota

TangSel terhadap pendistribusian zakat.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :

(22)

a. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan pihak mustahik melalui instrument wawancara yang secara terstruktur.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah, serta annual BAZNAS Kota Tangerang Selatan tahun 2015 – 2016 dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

b. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam rangka mengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian seseorang dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya. Dilakukan guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian yaitu BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk mendapatkan data yang relevan, mencari tahu kegiatan-kegiatan yang ada dilembaga tersebut khususnya.

(23)

2. Wawancara / Interview

Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview terpimpin yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin.

Interview bebas terpimpin artinya dalam penyampaian interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka.

Sedangkan alasan menggunakan jenis interview ini sangat mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data yang memuaskan.

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Melalui tekhnik penulis berkomunikasi langsung (wawancara) dengan pimpinan / ketua, karyawan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa. Dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

(24)

c. Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasinya dan menganalisa berhasilnya pengelolaan khususnya strategi pendistribusian zakat, infak, dan shodaqoh pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

d. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

G. Kerangka Teori

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya member arah saja, melaikan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.8

8 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandun: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-4, h. 32.

(25)

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) pada dasarnya merupakan konsep Islam dalam meningkatkan kesejahteraan sosial yang merata melalui pendistribusian harta dari muzakki kepada mustahiq. Pendistribusian ZIS tersebut bisa dilakukan secara langsung maupun melalui perantara.

Lembaga zakat merupakan perantara yang mempertemukan muzakki serta mustahik dalam mendistribusikan harta sesuai dengan syariat agama.

Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat.

Mengingat itu kebanyakan organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat untuk bersosialisasi. Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu tersisihnya perencanaan di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi. Mereka tak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk kegiatan pengelolaan zakat.9

Adapun kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Teori

9 Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: IMZ, 2004), Cet 1, h. 100.

Pendistribusian

• Mekanisme

• Strategi

• Analisis SWOT

Aplikasi

• Program

Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang

Selatan

(26)

H. Sistematika Penulisan

Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya maka penulis membuat sistematika penulisan yang akan dituangkan pada:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pusta, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar-dasar teori yang merupakan dasar pembahasan meliputi pengertian strategi, pengertian pendistribusian, pembahasan mengenai konsep zakat, yang meliputi definisi zakat, hukum zakat, fungsi dan tujuan penyaluran zakat, serta syarat-syarat wajib zakat.

BAB III GAMBARAN BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN Dalam bab ini akan membahas mengenai gambaran umum dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang meliputi sejarah berdirinya, landasan hukum, visi dan misi, fungsi dan tanggung jawab, struktur organisasi, dan program kerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

(27)

BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, yaitu aplikasi, mekanisme, dan strategi dalam pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir dari laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran-saran.

(28)

16 A. Konsep Zakat, Infak, dan Sedekah

1. Zakat

Secara etimologi (bahasa) zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dipahami demikian sebab zakat merupakan upaya mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.10 Makna suci, berkah, tumbuh dan berkembang pada zakat merupakan esensi terpenting dalam distribusi kekayaan antara muzakki selaku penerima zakat.

Dalam terminologi syariat (istilah) zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.11 Jumlah harta tersebut, dikeluarkan untuk menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.12

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali. Bahwa harta yang

10 Amiruddin Inoed, dkk. Anatomi Fiqh Zakat : Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 8.

11 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), hlm. 13.

12 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, alih bahasa: Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, (Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), hlm. 19.

(29)

dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah serta bersih (baik).

Zakat adalah rukun Islam ketiga dan merupakan perintah wajib.

Zakat pertama kali diwahyukan di Madinah pada tahun kedua setelah hijrah sesudah kewajiban puasa dan menunaikan zakat fitrah,13 ia merupakan kewajiban bagi orang beriman (muzakki) yang mempunyai harta yang telah mencapai ukuran tertentu (nisab) dan waktu tertentu (haul) untuk diberikan pada orang yang berhak (mustahiq).14

Zakat juga sangat ditekankan dalam QS. At-Taubah ayat 103 yaitu:15

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. At-Taubah 10:103)

a. Macam-Macam Zakat (1) Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhir bulan Ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat

13 Inoed, dkk, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan, h. 10.

14 Didin Hafidudin, Formalisasi Syari’at Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 119.

15 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007), h. 13.

(30)

dapat dilakukan mulai dari awal ramadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitrih dan paling lambat pagi hari idul fitrih.

Sedangkan hukumnya wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka.

Adapun fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan mensucikan jiwa mereka dari kotoran- kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.16

Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut oleh nash hadits yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur), danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makananya selain makanan di atas, madhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.17

Menurut mazdhab Hambali pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan. Adapun waktu pembayaran zakat fitrah menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah:

(a) Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan terbenamnya matahari diakhir bulan Ramadhan.

16 Muhammad Ja’far, Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) Cet Ke- 2, h. 63.

17 Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin, Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta:

Darul Haq, 2001), h. 159.

(31)

(b) Boleh mendahulukan pembayaran zakat fitrah diawal bulan Ramadhan.

(2) Zakat Mal

Zakat mal atau zakat harta benda telah difardhukan oleh Allah SWT sejak permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Pada awalnya zakat mal itu difardukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua.18

Pada tahun kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan harta-harta yang wajib dizakati serta kadar masing-masing.19

Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia untuk dimiliki, diambil kemanfaatannya, dan menyimpanya. Adapun menurut istilah Syari’at mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu:

18 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10. (Jakarta : Gema Insani, 2002), h. 93.

19 Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10.

(32)

(a) Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan.

(b) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan.

Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:20

(a) Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging, dan hasil perkembanganya, tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan sebagainya.

(b) Emas dan Perak

Segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainya, masuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nisab dan besar zakatnya disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan lain-

20 Gustian Djuanda dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 18-20.

(33)

lain yang melebihi keperluan menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat diuangkan (dicairkan).

(c) Harta Peniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan seperti: PT, CV, Koperasi dan sebagainya.

(d) Hasil Pertanian.

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput- rumputan, dedaunan, dan lain-lain.

(e) Hasil Tambang.

Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.

(34)

(f) Rikaz

Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta rikaz yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.

(3) Zakat Profesi

Pendapatan profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang.

Contoh dari pendapatan profesi adalah : gaji, upah insentif, atau nama lain yang disesuaikan dengan profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya dan bahkan kedua- duanya.21

Sedangkan dasar hukum kewajiban zakat ini berdasarkan kandungan Al-Qur’an dalam Surat Adz-Dzaariyat ayat 19 yaitu,

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzaariyat 51:19)

21 M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana, 2006) Cet. 1 h. 73.

(35)

Berdasarkan ayat tersebut, dijelaskan bahwa di dalam harta yang kita miliki terdapat hak orang-orang miskin. Untuk itu kita berkewajiban untuk mengeluarkan zakat atau mendistribusikannya. Distribusi zakat sesuai ayat tersebut diperuntukkan untuk orang-orang yang tergolong miskin. Baik yang meminta ke kita maupun yang tidak meminta.

Di samping itu, juga berdasarkan pada tujuan disyari’atkannya zakat, seperti untuk membersihkan harta dan mengembangkan harta serta menolong para mustahik. Jadi, zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu kewajiban zakat pada semua penghasilan dan pendapatan.22 Adapun kadar zakat profesi yang dikeluarkan diqiyaskan berdasarkan zakat emas dan perak, yaitu 2,5 % dari seluruh penghasilan kotor.23

b. Tujuan dan Manfaat Zakat

Dalam Kitab Fiqih Zakat, bahwa tujuan dan dampak zakat bagi penerima (mustahik) antara lain24:

22 Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Cet Ke-3, h. 103-104.

23 Jusmailani dkk, Kebijakan Ekonomi Dalam Islam (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005) Cet Ke- 1, h. 128.

24 Yusuf Qaradhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan terj, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1995), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 94.

(36)

(1) Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada Tuhannya.

(2) Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu sama lain.

Hafidhuddin menjelaskan bahwa para ulama seperti Imam Syafi’i, an-Nasa’i, dan lainnya menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi modal usaha yang memungkinkannya memperoleh keuntungan yang dapaat memenuhi kebutuhan pokoknya. Demikian juga jika yang bersangkutan memiliki ketrampilan tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan produksi yang sesuai dengan pekerjaannya.25 Jika mustahik tidak bekerja dan tidak memiliki keterampilan tertentu, diberikan jaminan hidup dari zakat, misalnya dengan cara ikut menanamkan modal (dari uang zakat tersebut) pada usaha tertentu sehingga mustahik tersebut memiliki penghasilan dari perputaran zakat itu.

25 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2015), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.

(37)

Zakat akan dapat memberikan dampak yang lebih luas (multiplier effect), dan menyentuh semua aspek kehidupan, apabila pendistribusian zakat lebih diarahkan pada yang kegiatan bersifat produktif. Sebagaimana Jamal mengemukakan, bahwa pemanfaatan zakat juga perlu dilakukan ke arah investasi jangka panjang. Hal ini bisa dalam bentuk, pertama, zakat dibagikan untuk mempertahankan insentif bekerja atau mencari penghasilan sendiri di kalangan fakir miskin. Kedua, sebagian dari zakat yang terkumpul, setidaknya 50%

digunakan untuk membiayai kegiatan yang produktif kepada kelompok masyarakat fakir miskin, misalnya penggunaan zakat untuk membiayai berbagai kegiatan dan latihan keterampilan produktif, pemberian modal kerja, atau bantuan modal awal.26 Apabila pendistribusian zakat semacam ini bisa dilaksanakan, maka akan sangat membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, memeratakan pendapatan, dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin.

2. Infak

Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan

26 Mustafa Jamal. Pengelolaan Zakat oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan.

(Jakarta: KOPRUS, 2004), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.

(38)

ajaran Islam. Jika zakat ada nishabnya, infak tidak mengenal nishab.

Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.27

3. Sedekah

Shodaqoh atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materiil.28

Hukum sedekah ialah sunnah. Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan non-materi. Di dalam Al- Qur’an ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah di antaranya terdapat dalam firman-Nya antara lain dalam Surah Al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:29

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah 2:280)

27 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), h.14.

28 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007), h. 5.

29 Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : Magfirah Pustaka,2006), h.44.

(39)

B. Mekanisme Pendistribusian ZIS 1. Pengertian Pendistribusian

Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.30 Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat berkaitan dengan harta agar tidak menumpuk pada golongan tertentu dimasyarakat.

Serta mendorong terciptanya keadilan distribusi.31 Sehingga pada konsep distribusi landasan penting yang dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok saja.32

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud pendistribusian zakat adalah kegiatan mempermudah dan memperlancar penyaluran (pembagian dan pengiriman) dana zakat, termasuk infak dan sedekah dari muzzaki kepada mustahik, sehingga dana zakat dapat tersalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperlukan mustahik.

Dan dengan pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja.

Ada beberapa prinsip yang mendasari proses distribusi dalam ekonomi Islam yang terlahir dari Q.S al Hasyr (59): 7 yang artinya “agar

30 Fendy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: ANDI, 2001), h. 185.

31 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 88.

32 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 87.

(40)

harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya di kalangan kamu”.

Prinsip tersebut yakni33:

a. Larangan riba dan gharar

Larangan terhadap riba. Bertujuan untuk menjauhkan manusia dari tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan yang tidak baik menurut hukum islam.34

Riba didefinisikan sebagai melebihkan keuntungan dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam transaksi jual beli, atau pertukaran barang sejenisnya dengan tanpa memberikan imbalan atas kelebihan tersebut.

Gharar diartikan sebagai ketidakpastian dalam transaksi. Islam melarang seseorang bertransaksi atas suatu barang yang kualitasnya tidak diketahui karena kedua belah pihak tidak tahu pasti apa yang mereka transaksikan.

b. Keadilan dalam distribusi

Keadilan dalam distribusi diartikan sebagai suatu distribusi pendapatan dan kekayaan, secara adil sesuai dengan norma–norma yang diterima secara universal. Keadilan distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan yakni agar kekayaan tidak menumpuk satu bagian kecil masyarakat, tetapi selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi menjamin terciptanya pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga memberikan kontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Zakat, infak,

33 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 76-86.

34 Desmadi Saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, (Jakarta:

Praneda Media Grup, 2015), h. 65.

(41)

dan sedekah merupakan salah satu hal yang dapat menciptakan distribusi yang adil.

c. Konsep kepemilikan dalam Islam

Kepemilikan terhadap harta tidak menutup kewajiban untuk tidak melupakan hak–hak orang miskin yang terdapat pada harta tersebut.

Ketika manusia menyadari bahwa dalam harta yang dimiliki terdapat hak orang lain, secara langsung mempersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Hal ini juga merupakan salah satu hikmah berzakat, berinfak, ataupun bersedekah.

d. Larangan menumpuk harta

Menumpuk harta berlebihan akan berimbas pada rusaknya sistem sosial dengan munculnya kelas–kelas yang mementingkan kepentingan pribadi. Di samping itu penumpukan harta dapat melemahkan daya beli masyarakat dan menghambat mekanisme pasar bekerja secara adil, karena harta tidak tersebar di masyarakat. Hal itu dapat dicegah melalui instrumen ZIS. Mewajibkan bagi yang mendapatkan harta berlebih untuk mengeluarkan zakat sebagai kompensasi bagi penyucian dan pembersih harta atas hak orang lain.

2. Pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Dilihat dari pengertian distribusi dan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di atas, maka yang dimaksud pendistribusian (ZIS) adalah kegiatan mempermudah dan memperlancar penyaluran (pembagian dan pengiriman) dana dari muzzaki kepada mustahiq, sehingga dana ZIS dapat

(42)

tersalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperlukan mustahiq.

Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 menjelaskan bahwa pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.35 Bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk berikut36:

a. Distribusi bersifat konsumtif tradisional, yaitu dibagikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana alam.

b. Distribusi bersifat konsumtif kreatif, yaitu diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula seperti diberikan dalam bentuk alat–alat sekolah atau beasiswa.

c. Distribusi bersifat produktif tradisional, diberikan dalam bentuk barang–barang yang produktif seperti kambing, sapi, dan lainnya.

Pemberian dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.

d. Distribusi dalam bentuk produktif kreatif, yaitu diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil.

Pendistribusian zakat dalam bentuk yang ketiga dan keempat ini perlu dikembangkan karena pendistribusian zakat termasuk infak dan sedekah yang demikian membantu masyarakat untuk hidup lebih

35 Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 26.

36 M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat,(Jakarta : Kencana 2006) Cet. 1 h.

146 – 148.

(43)

mandiri. Pola pendistribusian zakat di atas juga dapat digunakan untuk pola pendistribusian infak dan sedekah.

Pendistribusian zakat dalam Islam tercantum dengan jelas.

Sebagaimana yang tertuang dalam QS. At–Taubah ayat 60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟ allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.

Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. AT-Taubah 9:60)

Dari ayat tersebut pendistribusian zakat diberikan kepada delapan golongan atau asnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, untuk memerdekakan budak (riqab), orang yang berhutang (gharim), orang yang berjuang di jalan Allah (fisabilillah), orang yang dalam perjalanan (ibnusabil). Bentuk pendistribusian kepada delapan asnaf yaitu sebagai berikut37:

1. Bagi fakir dan miskin, Jika memiliki potensi usaha maka dana zakat dapat diberikan untuk:

(1) Pinjaman modal usaha agar usaha yang ada dapat berkembang.

(2) Membangun sarana pertanian dan perindustrian untuk mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan.

37 M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat,(Jakarta : Kencana 2006), Cet. 1 h. 176 – 205.

(44)

(3) Membangun sarana–sarana pendidikan dan pelatihan untuk mendidik mereka agar terampil dan terentas dari kemiskinan.

2. Zakat untuk amil dialokasikan untuk:

(1) Menutupi biaya administrasi dan memberikan gaji bagi amil yang telah mendarmakan hidupnya untuk kepentingan umat.

(2) Mengembangkan lembaga–lembaga zakat dan melatih amil agar lebih professional.

3. Untuk golongan muallaf, zakat dapat diberikan pada beberapa kriteria:

(1) Membantu kehidupan muallaf karena kemungkinan mereka mengalami kesulitan ekonomi karena berpindah agama.

(2) Menyediakan sarana dan dana untuk membantu orang–orang yang terjebak pada tindakan kejahatan, asusila, dan obat–

obatan terlarang.

(3) Membantu terciptanya sarana rehabilitasi kemanusiaan lainnya.

4. Dana zakat bagi golongan riqab (budak) saat ini dapat dialokasikan untuk:

(1) Membebaskan masyarakat muslim yang tertindas sehingga sulit untuk mengembangkan diri terutama di daerah minoritas dan konflik.

(2) Membantu membebaskan buruh–buruh dari majikan yang zalim, dalam hal ini membantu dalam biaya maupun

(45)

mendirikan lembaga advokasi para tenaga kerja wanita (TKW) atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban kekerasan.

(3) Membantu membebaskan mereka yang menjadi korban trafiking sehingga menjadi pekerja seks komersil (PSK), dan pekerja di bawah umur yang terikat kontrak dengan majikan.

5. Dana zakat untuk golongan gharimin (orang–orang yang berutang) dapat dialokasikan untuk:

(1) Membebaskan utang orang yang terlilit hutang oleh rentenir.

(2) Membebaskan para pedagang dari utang modal pada bank keliling di pasar–pasar tradisional yang bunganya mencekik.

6. Pada golongan fisabilillah, dana zakat dapat dialokasikan untuk:

(1) Membantu pembiayaan dalam meningkatkan sumberdaya manusia.

(2) Membantu para guru agama atau umum yang ada di daerah–

daerah terpencil dengan penghasilan yang minus.

(3) Membantu pembiayaan pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan negara dari gangguan asing.

7. Zakat untuk golongan ibnu sabil dapat dialokasikan untuk:

(1) Membantu para pelajar atau mahasiswa yang tidak mampu untuk membiayai pendidikannya terutama pada kondisi dewasa ini, di mana pendidikan menjadi mahal dan cenderung kearah komersial.

(46)

(2) Menyediakan bantuan bagi korban bencana alam dan bencana lainnnya.

(3) Menyediakan dana bagi musafir yang kehabisan bekal, ini sering terjadi ketika mereka terkena musibah di pejalanan seperti kehilangan bekal, penipuan, dan lainnnya.

Sedangkan pendistribusian untuk Infak dan Sedekah tidak terbatas pada 8 asnaf saja tetapi lebih luas yaitu siapa saja yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan, dan diutamakan adalah orang–orang di sekitar.

Tetapi bentuk pendistribusian Infak dan sedekah hampir sama.

Pendistribusian ZIS yang efektif dan tepat oleh pengelola yang profesional, dengan begitu pendistribusian ZIS akan memberikan manfaat yang maksimal dan dapat dirasakan masyarakat.

C. Strategi Pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah 1. Pengertian Strategi

Secara etimologi, strategi berasal dari kata Yunani Strategos yang berarti Jenderal.38 strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai salah satu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk untuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama.39

38 George Steiner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta:

Erlangga, 1997), h. 18.

39 Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 76.

(47)

Dalam Kamus Istilah Manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling hubungan dalam hal waktu dan ukuran.40

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi dalam perspektif terminologis, berikut penulis paparkan pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:

a. Syarif Usman mengatakan, “Dalam pembangunan, saya mendifinisikan strategi sebagai kebijaksanaan menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan”.41

b. Onong Uchyana Efendi, mengatakan: “Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya”.42

c. Menurut George Steiner dan John Minner, “Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan

40 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta:

Balai Aksara, 1983), cet Ke-2, h. 245.

41 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firman Jakarta, tanpa tahun), h. 6.

42 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32.

(48)

implementasi secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.43

d. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia, sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.44

Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan strategi yang baik, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

a. Strategi sebagai keputusan jangka panjang harus mengandung penjelasan singkat tentang masing-masing komponen dari strategi organisasi yang bersangkutan, dalam arti terlihat kejelasan dari ruang lingkup, pemanfaatan sumber dana dan daya, serta keunggulannya, bagaimana menghasilkan keunggulan tersebut dan sinergi antara komponen-komponen tersebut diatas.

b. Strategi sebagai keputusan jangka panjang yang mendasar sifatnya harus memberikan petunjuk tentang bagaimana strategi akan membawa organisasi lebih cepat dan efektif menuju tercapainya tujuan berbagai sasaran organisasi.

c. Strategi organisasi dinyatakan dalam pengertian fungsional, dalam arti jelasnya sesuatu kerja sebagai pelaksanaan utama kegiatan melalui pembagian kerja yang jelas sehingga kemungkinan

43 George Steiner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta:

Erlangga, 1997) h. 20.

44 Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet. Ke-2, h. 17.

(49)

terjadinya tumpah tindih, saling lempar tanggung jawab dan pemborosan dapat dicegah.

d. Pernyataan strategi itu harus bersifat spesifik dan tepat, bukan merupakan pernyataan-pernyataan yang masih dapat diimplementasikan dengan berbagai jenis interpretasi yang pada selera dan persepsi individual dari pembuat interpretasi.45

Dari berbagai pengertian strategi yang dikemukakan oleh para pakar di atas penulis menyimpulkan bahwa strategi pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai suatu tujuan dengan terlebih dahulu memperhatikan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan mempersiapkan segala potensi yang ada.

Organisasi yang menyusun strategi umumnya lebih afektif dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini disebabkan strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang dikerjakan dan sedang terjadi didalam organisasi, dapat memberikan sumbangan terhadap kesuksesan organisasi atau malah mengarahkan kegagalan organisasi.

Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Menurut Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafi’udin, strategi yang disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat

45 Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet. Ke-2, h. 23.

(50)

membuahkan pelaksanaan yang disebut strategi. Menurutnya, untuk mencapai strategi yang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dan beberapa piranti yang dimiliki.

b. Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan.

c. Peluang, yaitu melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, sehingga peluang yang sangat kecil pun dapat diterobos.

d. Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar.46

2. Proses-Proses Strategi

Proses strategi terdiri dari tiga langkah:

a. Perumusan Strategi

Perumusan strategi ini didalamnya termasuk mengembangkan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

46 Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:

Pustaka Setia, 1997), h. 77.

(51)

b. Implementasi Strategi

Di dalamnya termasuk menciptakan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan, karena implementasi berarti memobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dan berhasilnya atau tidaknya implementasi strategi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari strategi, ada tiga aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi:

(1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang.

(2) Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan.

(3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.47

Dalam menerjemahkan dan merealisasikan strategi-strategi, Philip Kotler menjelaskan lengkah-langkah strategi usaha adalah sebagai berikut:

47 Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1998), h. 5-6.

Gambar

Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu
Gambar 1.1. Kerangka Teori
Tabel 4.1. Rekapitulasi ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Tabel 4.2. Uraian Pentasharufan BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016  NO  URAIAN/ASNAF  VOLUME  SATUAN  JUMLAH
+6

Referensi

Dokumen terkait

Deret-p memiliki bentuk sebagai berikut. Deret-p konvergen jika p > 1 dan divergen jika p 1 {Bukti konvergensi ini ditunda dulu hingga Anda selesai mempelajari beberapa

Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara; penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi

Kurangnya penggunaan APD pada naan APD pada staf medis staf medis Staf medis se Staf medis secara umum telah cara umum telah menggunakan APD menggunakan APD dengan tepat.

Cara Karnoto dan Farida dalam mengimprovisasi gerak yaitu dengan cara memperagakan ragam gerak yang ada pada tari Gambyong, pada setiap ragam geraknya kemudian

Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi sosial pada siswa SMA yaitu dengan diberikannya konseling multibudaya supaya mereka mampu menghargai perbedaan yang dimiliki

Dari seluruh penjelasan dan pengujian robot sortir bola berdasarkan perbedaan warna RGB Berbasis Lego Mindstorms NXT 2.0 dapat diambil kesimpulan yang dapat dijadikan acuan

Pada kedua desa penelitian terdapat responden perempuan yang mengalami penyingkiran dari pekerjaan produktif (marginalisasi tipe 1), akan tetapi industrialisasi

Beberapa nilai parameter kesesuaian kegiatan diving seperti jenis lifeform, ikan karang dan tutupan komunitas karang disesuaikan dengan kondisi potensi terumbu karang dan jenis