• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA SMK Efektivitas Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Siswa Smk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA SMK Efektivitas Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Siswa Smk."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA SMK

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada :

Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Sains Psikologi

Oleh :

ENDAH DWI SAYEKTI S 300 100 005

PROGRAM STUDI

MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING FOR IMPROVING STUDENT SMK SOCIAL COMPETENCE

By: Endah Dwi Sayekti NIM: S. 300 100 005

Low levels of social competence, influence the success of a person in living his life, so we need to find solutions and solving problems in this regard. One effective way to improve students' social competence is to apply group counseling training.

This study aims to determine the effectiveness of group counseling to students' social competence. The data of this study using a scale of social competence and observation.

Methods: This research uses experimental research design. The study was conducted in Class XII students Machining and Mechanical Engineering Department of Cloth Making, SMK Negeri 2 Karanganyar, Solo, Central Java. Number of subjects 20 students 10 students were divided into a control group and the experimental group of 10 students, how sampling by random sampling.

Data analysis was performed using SPSS version 15.0 for Windows. Results of paired sample t test analysis test showed that the training group counseling effective for improving the social competence of students, it can be seen from the results of testing the hypothesis that the value of t = -13.173, with significance = 0.000, p <0.05. the average pretest score was 68.00 and the average posttest score was 99.20. This shows that there are significant differences in levels of social competence in the experimental group, where as in the control group, all the same before and after treatments. It can be seen from the value of t = -1.667, (p <0.05. Mean pretest and posttest = 69.00 = 70.00. This suggests that there is no significant difference in social competence in the control group. Upon conducted follow-up 10 days after the training, the analysis remains in the experimental group, which means that this training could be permanent to still be used in counseling services to improve social competence Siwa.

Conclusion: Training group counseling effective for improving the social competence of students, at SMK Negeri 2 Karanganyar.

(4)

PENDAHULUAN

Berbagai pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuannya mengelola diri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Salah satu kualitas hidup seseorang yang banyak menentukan keberhasilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain adalah kompetensi sosial yang dimilikinya, karena kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan sesama, suka menolong, dermawan, dan empati, sehingga kompetensi sosial penting dalam kehidupan individu.

Berbeda dengan siswa SMA, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat dengan mudah terserap oleh dunia kerja, karena baik dari materi teori dan praktek yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak dini, dengan harapan lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan nantinya akan lebih banyak langsung terjun ke dunia kerja. Dalam hal ini tentunya akan menghadapai dunia baru sehingga membutuhkan kompetensi sosial yang memadai. Dan tantangan para lulusan SMK diperhitungkan akan semakin meningkat, untuk itu sudah seharusnya dipersiapkan peserta didik secara serius dalam berbagai program kejuruan dengan mempertajam kemampuan adaptif, yang seharusnya sejalan dengan

kebutuhan kompetensi baik yang bersifat personal maupun sosial.

Fenomena yang terjadi saat ini, berdasarkan informasi dari guru pembimbing dan catatan himpunan data layanan konseling pada guru bimbingan konseling selama lima tahun terakhir banyak menunjukkan bahwa ditemukan siswa yang mengalami kurangnya kompetensi sosial yang ditunjukkan dengan berbagai sikap yaitu sulit bekerja sama (pasif dalam kelompok), kurang kepercayaan diri, mudah menyerah, tidak proaktif dan lebih konsentrasi mengutak-atik hp dibandingkan dengan bersosialisasi dengan guru dan teman. Siswa sering fokus hanya pada laptop dan telepon seluller (buku catatan rekaman layanan bimbingan konseling tahun pelajaran 2009-2010 sampai tahun pelajaran 2011-2012) SMK N 2 Karanganyar. Menurut Goleman (2007) mengemukakan bahwa iPad, walkman dan telepon selluler (handphone) telah mematikan perasaan orang-orang yang lalu lalang di jalan dengan mereka dengan hiruk pikuk kehidupan. Si pengguna alat elektronik tersebut membuang peluang untuk menyapa orang atau meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan teman dan mereka hanya akan menatap orang-orang lain begitu saja seolah-olah mereka tidak penting.

Konseling kelompok

(5)

konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual. Konseling kelompok juga dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan empati dimana hal tersebut termasuk dalam aspek-aspek kompetensi sosial. Dari uraian tersebut diatas peneliti sebagai guru BK di SMK tertarik untuk mengadakan penelitian apakah layanan konseling keompok efektif untuk meningkatkan kompetensi sosial siswa.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang muncul adalah “Apakah konseling kelompok efektif untuk meningkatkan kompetensi sosial pada siswa”

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan skala kompetensi sosial.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kompetensi sosial dengan model skala Likert yang terdiri dari tigapuluh tiga item. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang ingin menguji efektifitas pengaruh konseling kelompok dalam meningkatkan kompetensi sosial siswa. Pengujian hipotesis untuk mengetahui dampak intervensi perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah dengan menggunakan paired sample

test.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengukuran data dilakukan tiga kali yaitu pengukuran pertama dilakukan sebelum pemberian perlakuan (pre-test),

pengukuran kedua dilakukan 5 hari sesudah perlakuan post-test dan pengukuran ketiga dilakukan 10 hari sesudah post-test (follow-up), semua pengukuran tersebut diberlakukan kepada kelompok kontrol maupun eksperimen.

Tabel 7. Data Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen

No Nama Subjek

Skor Selisih Selisih

Pre-menunjukkan bahwa rerata skor kompetensi sosial pada kelompok eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) adalah 68,7, rerata skor kompetensi sosial setelah perlakuan (post-test) adalah 97,6 dan rerata skor kompetensi sosial hasil pengukuran tindak lanjut (follow-up) adalah 101, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata skor kompetensi sosial setelah diberi perlakuan pelatihan konseling kelompok. Artinya pelatihan konseling kelompok berpengaruh terhadap kompetensi sosial siswa.

Tabel 8. Hasil Uji t Kelompok kontrol-eksperimen sebelum perlakuan Hasil

analisis

Rerata kelompok Nilai t, p Kontrol Eksperimen t=-1,667

p=0,563 (p>0,05)

(6)

Berdasarkan analisis pretest diketahui nilai t = taraf signifikansi (p) (p>0,05). Nilai rata-rata kelompok kontrol = 69,00 dan kelompok eksperimen = 70,00. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kompetensi sosial antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sebelum pelatihan. Artinya kondisi kompetensi sosial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah sama.

Tabel 9. Hasil Uji t. Kelompok kontrol-eksperimen setelah perlakuan

Hasil analisis

Rerata kelompok Nilai t, p Kontrol Eksperimen t= -13,173

p= 0,000 (p<0,05)

70,00 99,20

Berdasarkan hasil analisis setelah pelatihan pada kelompok eksperimen diketahui nilai t = -13,173 taraf signifikansi (p)0,000. (p<0,05). Nilai rata-rata kelompok kontrol = 70,00 dan kelompok eksperimen = 99,20. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan signifikan tingkat kompetensi sosial antara kelompok kontrol dan kelompok ekspermen setelah pelatihan.

Tabel 10. Hasil analisis pretest dan

post-test.kelompok kontrol Hasil analisis Rerata kelompok

Nilai t, p Pre test Postest t= -1,667

sign=0,563 (p<0,05)

69,00 70,00

Berdasarkan analisis dengan menggunakan paired sampel test, diketahui nilai t=-1,667, (p<0,05. Nilai rata-rata pretest=69,00 dan

posttest=70,00. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kompetensi sosial pada kelompok kontrol.

Tabel 11. Hasil analisis pre-test dan

post-test kelompok eksperimen Hasil analisis Rerata kelompok

Nilai t,p Pre-test Eksperimen t=-13,173

sign=0,000 p<0,05)

68,70 99,20

Berdasarkan analisis dengan menggunakan paired sampel test , diketahui t=-13,173 dengan taraf signifikasi (sign)=0,000 p<0,005 nilai rata-rata pretest adalah 68,00 dan nilai rata-rata postest adalah 99,20. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan tingkat kompetensi sosial pada kelompok eksperimen.

Tabel 12. Hasil Analisis Post-test vs Follow-up eksperimen

(7)

perlakuan dan di follow-up tidak mengalami peningkatan kompetensi sosial atau tetap.

Tabel Hasil 13. Hasil Analisis Uji t kelompok kontrol post-test vs follow-up

Analisis Hasil Mean / rerata Interpretasi Post Follow

Analisis uji t Posttest – Follow up

t = -1,241 (sig) =0,815 (p > 0,05)

70,00 70,60 Tidak ada perbedaan kompetensi sosial antara postest dengan follow up Pada kelompok kontrol

Berdasarkan tabel 13 di atas, diketahui nilai t =-1,241, dengan taraf signifikasni 0,815 berarti tidak ada perbedaan posttest dan follow up pada kelompok kontrol.

Tabel 14. Hasil Analisis Uji t Kontrol-Eksperimen dan Follow up Analisis

Follow up Hasil

Mean follow up

Interpretasi Kontrol Eksperimen

Kontrol dengan eksperimen

t = -12,064 (sig) =0,002 (p < 0,05)

70,60 101,80 Ada perbedaan

kompetensi sosial antara kelompok kontrol dengan kelompok eksprimen saat follow up

eksperimen > kontrol

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui t = -12.064 dengan taraf signifikansi = 0,002 menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kompetensi sosial antar kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen pada saat dilakukan follow up.

Tabel 15. Hasil Pengukuran dan Klasifikasi Kompetensi Sosial

Subyek Pre-test Klasifikasi Post-test Klasifikasi Follow up Klasifikasi Keterangan

CP 65 Rendah 99 Sedang 102 Tinggi Meningkat

DM 79 Sedang 108 Tinggi 105 Tinggi Meningkat

EA 60 Rendah 111 Tinggi 87 Sedang Meningkat

BM 73 Sedang 107 Tinggi 102 Tinggi Meningkat

ES 60 Rendah 95 Sedang 99 Tinggi Meningkat

NF 64 Rendah 105 Tinggi 103 Tinggi Meningkat

VG 78 Sedang 96 Sedang 102 Tinggi Meningkat

NN 72 Sedang 95 Sedang 113 Tinggi Meningkat

RN 64 Rendah 101 Tinggi 95 Sedang Meningkat

(8)

5

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa setelah pelatihan ternyata ada 3 subjek pada kelompok eksperimen yang mengalami peningkatan dari kategori rendah ke kategori tinggi yaitu (EA,NF,RN) . EA mengalami peningkatan dari skor 60 menjadi 111 tetapi pada skor follow up mengalami penurunan skor yaitu 87 hal ini disebabkan oleh mengalami peningkatan dari skor 64 menjadi 101dan di saat follow up mengalami penurunan menjadi 87 dikategori sedang ; sedangkan ada 2 subjek yang meningkat dari kategori rendah ke kategori sedang, yaitu (CP dan ES), CP dengan skor 65 menjadi skor 99 kemudian pada saat follow up meningkat menjadi 102 dan ES dengan skor 60 menjadi skor 95, dan ketika di follow up meningkat menjadi 99. Ada 3 subjek yang mengalami peningkatan dari kategori sednag ke kategori tinggi, yaitu (DM, BM, YA), DM dengan skor 79 mengalami peningkatan menjadi 108 dan setelah di follow-up menjadi 105, BM dari skor 73 meningkat menjadi 107, kemudian setelah di follow-up menjadi 102, YA dari skor 72 mengalami peningkatan menjadi skor 106, dan ketika di follow up meningkat menjadi 110.Ada 2 subyek yang tetap berada pada kategori sedang yaitu, (VG dan NN), VG yang sebelum pelatihan mempunyai skor 78 menjadi skor 96 dengan skor follow-up 102 dan NN yang sebelum pelatihan mempunyai skor 72 mengalami peningkatan skor menjadi 95 dan setelah di follow-up

mengalami peningkatan menjadi 113. Walaupun ada beberapa subjek yang mengalami penurunan skor setelah di follow-up, tetapi mereka tetap pada kategori yang sama yaitu dari kategori sedang ke kategori sedang, atau dari kategori tinggi ke kategori tinggi. Dengan demikian pelatihan yang dilakukan efektif untuk meningkatkan kompetensi sosial yang selain diperoleh dari melalui hasil empiris, juga dapat diketahui dari hasil observasi selama penelitian berlangsung. Kondisi yang dapat penulis amati misalnya, kemampuan mengungkapkan pendapat, ide atau gagasan, kemampuan memberikan semangat, saat berbicara mengadakan kontak mata, berbicara tepat dan jelas.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, pembahasan dan evaluasi pada modul pelatihan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konseling Kelompok efektif

untuk menngkatkan kompetensi sosial siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis dengan menggunakan

paired sampel test bahwa

(9)

signifikan karena tidak ada treatment atau pelatihan. 2. Berdasarkan tindakan

follow-up diketahui tidak mengalami perbedaan kompetensi sosial kelompok eksperiman setelah post-test. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efek perlakuan bersifat menetap. 3. Berdasarkan hasil observasi

dan evaluasi atau penilaian subjek terhadap materi dan proses pelaksanaan pelatihan konseling kelompok, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya materi dan proses pelatihan dapat berjalan dengan menarik dan lancar. Semua subjek menyatakan bahwa pada sesi-sesi program konseling kelompok ini menarik.

B. Saran

1. Bagi Guru Pembimbing/ Konselor Sekolah

Guru pembimbing diharapkan dapat menerapkan konseling

kelompok untuk

meningkatkan kompetensi sosial siswa dan mampu mengembangkan kemampuan sosialisasi kepada siswa dengan dinamika kelompok yang intensif, membahas topik-topik untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang berkompetensi sosial tinggi.

2. Bagi Peneliti lain:

Peneliti lain diharapkan tetap selektif dalam memilih subjek atau partisipan

pelatihan, karena beberapa kondisi subjek kemungkinan kurang cocok jika berada dalam konseling kelompok, misalnya (1) siswa dalam keadaan kritis; (2) siswa takut berbicara dalam kelompok dan sangat membutuhkan perlindungan, (3) siswa sangat tidak efektif berhubungan dengan orang lain; (4) siswa tidak menyadari akan perasaan, motivasi dan perilakunya; (5) siswa terlalu banyak minta perhatian dari orang lain

sehingga sangat

memngganggu dalam kelompok; (6) siswa kurang memiliki keyakinan diri, harga diri dan memiliki konsep diri yang negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. 1994. The Psychology of

Interpersonal Behavior. 5 th

edition. London: Penguin Books.

Azwar, Saifudin.1998. Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Durkin, K. 1995. Developmental

Social Psychology. From Infancy to Old Age. Oxford:

Blackwell Publisher Ltd. Denham (2003). Preschool

Emotional Competence :

Pathway to Social

Competence. Journal of Child Development. Vol. 74,

(10)

Ford, M. E. 1982. Social Cognition and Social Competence.

Journal of Developmental Psychology. 16, 3, 323-340.

Gazda, K. (1984) Group Conseling:

A Development Approach.

Boston, Allyn and Bacon Inc.

Gilbert M. D. Lemmens dkk (2009)

Therapeutic factors in asystemic multi-family group

treatment for major

depression: patients’ and partner’ perspectives.

Emosional. Alih bahasa: Hermaya, T. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gullotta, T. P.; Adams, G, R.;

Montemayor, R. 1990.

Developing Social

Competence In Adolescent.

California: Sage

Publications, Inc.

Gunawan.U. (2011). Kompetensi Sosial;

http;//ujugunawan.blogspot.c om. (27 Februari 2012) Gust, T. (1970) . Group Counseling

with rehabilitation clients.

Rehabilitation Record.,11,

18-25.

Hakim,A. (2009). Penggunaan Konseling Kelompok Dalam

Membantu Mengatasi

Masalah Siswa Di Sekolah.

Didaktika Jurnal

Kependidikan,Vol IV, No. 2. Hartinah, S.2009. Konsep Dasar

Bimbingan Kelompok. Bandung :

Refika Aditama

Hurlock, E. B . 1999.”Psikologi

Perkembangan”. Erlangga. Jakarta.

Larrabee,M.J., & Terres, C. K. (1984). Groups: The future

of school counseling.

The School Counselor, 31, 256-263.

Livneh, H.,Lisa M. Wilson, and Robert E.P.(2004) “Group

Counseling for People With Physical Disabilities”. APA

Journal

Lad, G.W., & Golter, B. (1998).

Parents’management of

preschoolers’ peer relations: Is it related to children’s social competence? Journal

of Developmental

Psychology, 57, 1168-1189.

Meyer & Muro J.J (1997). Guidance

and Conseling in the

Elementary and Middle

School.Wm. C. Brown

Communication, Inc.

Mintarsih, W ( 2009). Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal. Tesis IAIN Walisongo, Semarang.

Morgan,C.T. et al. (1979) .

Introduction to Psychology.

(11)

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan

dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erman

Amti.1999. Dasar-dasar

Bimbingan dan

Konseling. Depdikbud

:Rineka Cipta

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan

Dan Konseling Kelompok (Dasar Dan Profil). Jakarta:

Ghalia Indonesia

Rydell,A.M., Hagekull,B. (1997).

Measurement of two Social

Competence Aspect In

Middle Childhood. Journal of Development Psychology. Vol. 33, No 05, 824– 833.

Sanyata, (2010) Teknik dan Strategi

Konseling Kelompok.

Paradigma, No. 09 Th. V, Januari ® ISSN

1907-297X

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (1992). Psikologi

Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Shertzer, B. & Stone Shelley C.,

(1980). Fundamentals Of

Counseling, Boston:

Houngton, Mifflin Company Sukardi, D K. 2002. Pengantar

Pelaksanaan Program

Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta

Surya, M. (2003). Psikologi

Konseling. Bandung :

Pustaka bani Quraisy.

Suyatre, I Ketut, 2006, Cara meningkatkan pengelolaan bimbingan dan konseling melalui konseling kelompok di SMA .Artikel.

Tarmijiah.(2008). Aspek Kompetensi Sosial.

http://artikel-duniapsikologi.blogspot.com /2008/12/aspek-kompetensi-sosial.htlm. [2012]

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tatiek, R. 2001. Teori dan Praktik

Bimbingan Kelompok.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Tarmizi. 2006. Peranan Himpunan

Data Dalam Pelayanan

Konseling Kelompok Di SMA

Negeri 2 Medan.

(http://www.litagama.org/ind ex.htm) diakses tanggal 21 Februari 2012

Thantawy R. (2005). Manajemen

Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Pamator.

Turner. 2010. Kamus

Sosiologi.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Turner.2010. Evaluation of a Career

Development Skills

Intervention With

Adolescents Living in an Inner City. Jurnal of Developmental psychology.

(12)

Wibowo M.E.(2005) Konseling

Kelompok Perkembangan.

Semarang: unnes Press. Winkel & Sri Hastuti (2007).

Bimbingan dan Konseling di

Institusi Pendidikan.

Yogyakarta: Media Abadi. Wexley.K.W, Gray A.Yukl. (1977) .

Organizational Behavior and

Personnel Psychology.

Homewood Illinois:Richard D.Irwin

Yusuf LN Syamsu (2002) Landasan

Bimbingan Konseling.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 7. Data Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen
Tabel 12. Hasil Analisis Post-test vs Follow-up eksperimen Mean  / rerata
Tabel 15. Hasil Pengukuran dan Klasifikasi Kompetensi Sosial

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah konseling kelompok efektif dalam meningkatkan pribadi mandiri siswa, selanjutnya disarankan bagi guru pembimbing untuk memberikan layanan konseling

Saran yang dapat diberikan (1) Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, hendaknya mengikuti layanan konseling kelompok (2) Guru Bimbingan Konseling hendaknya

1. Ibu Zamtinah, M.pd selaku Dosen pembimbing TAS yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan semangat selama proses penyusunan skripsi ini. Bapak sigit

Pemecahan  masalah  adalah  ”Jantung  hatinya”  layanan  konseling.  Dari  perspektif ini, ketrampilan untuk pemecahan masalah menjadi sangat penting bagi 

Salah satu program layanan yang harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan interaksi sosial siswa di sekolah yaitu layanan informasi.Layanan

Kegiatan PkM untuk memberikan pelatihan kepada guru bimbingan konseling dalam penyusunan program untuk meningkatkan layanan bimbingan konseling dapat terselenggara dengan

“Layanan yang diberikan guru pembimbing kepada saya layanan konseling individu dan konseling kelompok. Dalam kegiatan layanan ini untuk meningkatkan kepercayaan diri dan

Melihat fenomena itu, perlu dicarikan solusi pemecahan masalah, salah satunya adalah dalam penelitian ini akan menguraikan terkait upaya optimalisasi layanan klasikal bimbingan