• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Hubungan religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Hubungan religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN EMPATI

DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK

Oleh:

ROUDLOTUN NI’MAH

NIM: S 300 110 015

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)

iii

Relationship Religiosity and Empathy with Altruistik Behavior

Roudlotun Ni’mah

Nim: S 300 110 015

Program Studi Magister Sains Psikologi Program Pascasarjana

Univesritas Muhammadiyah Surakarta

Abstract. This study aims to determine the relathionship between religiosity and empathy with altruistic behavior. Subjects were students in Al-asy’ari boarding school totaling 90 students for male sex - men between the ages of 12 to 25 years. Measuring instruments used are altruistic behavior scale, the scale of empathy and religiosity scale. The data capture techniques using proportionate stratified random sampling. Methods of data analysis using multiple regression analysis with SPSS for Windows 16.0 program. the results showed significant relationship between religiosity and empathy with altruistic behavior. Also there is a significant positive relationship between religiosity with altruistic behavior, and there is a significant positive relationship between empathy and altruistic behavior. Effective contribution of religiosity and empathy to altruistic behavior for 49,2 % indicated by the coefficient of determinant (R²) 49,2. This means there is 50, 8% of other variables that affect students’ altruistic behavior.

Keywords: religiosity, empathy, altruistic behavior

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik. Subjeknya adalah santri pondok pesantren Al-asy’ari yang berjumlah 90 santri, yang berjenis kelamin laki – laki dengan usia antara 12 sampai 25 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah skala perilaku altruistik, skala empati dan skala religiusitas. Adapun teknik pengambilan data dengan menggunakan Proportionate stratified random sampling. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan progam SPSS for windows 16.0. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik, ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku altruistik dan ada hubungan positif yang signifikan antara empati dengan perilaku altruistik. Sumbangan efektif variabel religiusitas dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari sebesar 49,2%, berarti masih ada 50,8% variabel lain yang berpengaruh terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren.

(4)

4

Pendahuluan

K

emajuan zaman yang terjadi saat ini, semula dipandang akan memudahkan pekerjaan manusia, kenyataannya menimbulkan keresahan dan ketakutan, kesepian dan keterasingan baru, yang ditandai dengan lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, silaturrahim dan krisis moral juga menjadi bagian yang menambah deret persoalan yang dihadapi bangsa ini. Seperti: kasus tawuran antar pelajar; mahalnya biaya masuk sekolah; sampai tentang tragedi contek massal yang mewarnai momen ujian nasional, dan lain-lain.

Menurut Azra (2002, dalam Afiatin, 2012) pendidikan nasional telah gagal dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti. Beberapa yang diduga turut menjadi akar krisis mentalitas dan moral di lingkungan pendidikan nasional, diantaranya : lembaga pendidikan kurang menfasilitasi peserta didik dalam melatih diri untuk berbuat sesuatu berdasarkan nilai – nilai moral, proses pendewasaan diri tidak berlangsung baik di lingkungan pendidikan, proses pendidikan sangat membelenggu peserta didik dan guru/ dosen, beban kurikulum terlalu berat dan hampir sepenuhnya diorientasikan pada pengembangan ranah kognitif belaka.

Salah satu lembaga pendidikan yang menfasilitafi peserta didik dalam melatih diri adalah pondok pesantren. Menurut Mukti Ali (Ismail,2002) mengidentifikasi beberapa kerakteristik yang menjadi ciri khas pondok pesantren, sebagai betikut: 1) adanya hubungan yang akrab antara santri dan kiai, hal ini karena mereka tinggal di dalam pondok. 2) tunduknya santri pada kiai. 3). Hidup hemat dan sederhana. 4). Berjiwa

mandiri. 5). Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pondok pesantren. 6). Kehidupan disiplin sangat ditekankan. 7). Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah salah satu pendidikan yang diperoleh santri di pesantren. 8). Kehidupan agama yang baik dapat diperoleh santri di pesantren.

Lingkungan pesantren secara keseluruhan adalah lingkungan yang dirancang untuk kepentingan pendidikan. Sehingga segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan dan dialami para santri, atau seluruh penghuni pesantren terkondisikan untuk kepentingan pencapaian tujuan pendidikan. Demikian pula yang terjadi di pondok pesantren Al-Asy’ari Ceweng Dander Bojonegoro.

(5)

5 karakteristik pesantren yang mengedepankan solidaritas, kegotong royongan, kebersamaan dan sikap saling tolong menolong secara ikhlas, yang dikenal dengan perilaku Altruistik.

Perilaku altruistik didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki konsekuensi memberikan beberapa keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain (Dovidio dkk, 2006). Menurut Myers (2012) Altruisme didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri. Menurut Batson (2008) perilaku altruistik yaitu perilaku yang dimotivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain yang tidak memetingkan diri sendiri (selfless) dan bukan hanya memetingkan diri sendiri (selfish).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi altruistik Menurut Myers (2012) adalah: (1) Faktor yang mempertimbangkan pengaruh-pengaruh internal terhadap keputusan untuk menolong, hal ini juga termasuk menggambarkan situasi suasana hati, pencapaian reward, empati, mood seseorang. (2) Faktor eksternal seperti jenis kelamin, kesamaan karakteristik, kedekatan hubungan, dan daya tarik antar penolong dan yang ditolong, jumlah pengamatan lain, tekanan waktu, kondisi lingkungan dan antribusi. (3) Faktor personal yaitu mempertimbangkan sifat dari penolong, hal ini mencakup sifat – sifat kepribadian, gender dan religiusitas subyek (kepercayaan religius).

Menurut Malhotra (2010), religuisitas pengaruh utama melakukan perilaku altruistik, karena orang yang religius berkarakteristik lebih stabil, sehingga spontanitas untuk beramal lebih tinggi. Religiusitas menurut Komarudin (2008)

adalah suatu tindakan yang lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai – nilai keagamaan yang diyakini.

Selain religiusitas, empati juga sangat mempengaruhi perialku altruistik. Sebagaimana penelitian Batson (2008) menyatakan bahwa dengan empati dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku altruistik. Mengamati seseorang yang membutuhkan bantuan dapat membangkitkan rasa kepedulian /empatik untuk orang lain, kemudian termotivasi untuk membantu.

Menurut Eklund (2006), empati adalah respon afektif dengan menempatkan posisi diri sendiri terhadap orang lain, melalui penangkapan atau pemahaman dengan melibatkan kondisi emosionalnya sehingga mampu merasakan yang orang rasakan dan apa yang diharapkan orang lain, orientasinya untuk merespon orang lain dengan melibatkan emosional dirinya sebagaimana yang dirasakan orang lain.

Penelitian tentang perilaku altruistik (altruism) pernah dilakukan oleh Arif (2010). Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan itensitas altruisme pada siswa SMA, semakin tinggi kecerdasan emosi siswa maka itensitas altruism siswa semakin tinggi, demikian sebaliknya.

(6)

6 Berdasarkan kajian teoritis diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan dan kontribusi secara bersama – sama antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik. 2). Ada hubungan antara religiusitas dan perialku altruistik. 3) Ada hubungan antara empati dengan perilaku altruistik.

Metode

Dalam penelitian ini perilaku altruistik merupakan variabel tergantung dan diukur dengan skala perilaku alitruistik berdasarkan komponen yang dikemukakan Einserberg dan Mussen (Dayakisni & Hudaniah, 2003) Skala terdiri dari beberapa komponen, meliputi: 1) Generosity, 2) Cooperative, 3) Honesty dan 4) Helping. Skala ini telah terbukti memiliki validitas dan reliabilitas yang handal ( dengan r bergerak dari 0,333 sampai 0,625 dan nilai Alpha Cronbach 0,862). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah empati dan religiusitas. Empati diungkap dengan menggunakan skala empati berdasarkan aspek – aspek yang dikemukakan Ambrosio (2009) yang diambil dari teori Davis (1980) pada the Interpersonal Reactivity Index (IRI). Skala ini telah terbukti memiliki validitas dan reliabilitas yang handal ( dengan r bergerak dari 0,311 sampai 0,616 dan nilai Alpha Cronbach 0,764). Religiusitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala religiusitas yang berdasarkan teori dikemukakan oleh Glock dan Strak (Holdcroft, 2006). Skala ini telah terbukti memiliki validitas dan reliabilitas yang handal ( dengan r bergerak dari 0,330 sampai 0,762 dan nilai Alpha Cronbach 0,915).

Metode sampling yang digunakan penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, yang diikuti 90 santri

pondok pesantren Al-asy’ari dari tingkat dua, tiga dan empat. Data analisis menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan progam SPSS for Windows 16,0.

Hasil

Hasil analisis data menunjukkan hal – hal sebagai berikut: Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik, dengan nilai koefisien korelasi R = 0,701; F regresi = 38,742, p = 0,000 (p< 0,05). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan perilaku altruistik santri, dengan nilai koefisien korelasi (r xly) sebesar 0,525 dengan p = 0,000 (p< 0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruistik santri di pesantren, dengan koefisien korelasi (r xly) sebesar 0,664 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Berarti ketiga hipotesis bisa diterima. Berdasarkan perhitungan tabel analisis koefisien determinasi di dapat nilai R2 = 0.492 (49,2%), berarti religiusitas dan empati memberikan kontribusi sebesar 49.2% terhadap perilaku altruistik. Berdasarkan hasil analisis diketahui perilaku altruistik mempunyai nilai rerata empirik sebesar 92,52 lebih besar dari rerata hipotik 60, yang berarti tingkat altruistik subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Empati memiliki rerata empirik 79,96 lebih besar dari rerata hipotetik 57,5 yang berarti tingkat empati pada subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Religiusitas memiliki rerata empirik 114,06 lebih besar dari rerata hepotetik 72,5 yang berarti tingkat religiusitas pada subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi.

(7)

7 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku altruistik, semakin tinggi nilai religiusitas yang dimiliki santri maka semakin tinggi pula nilai perilaku altruistik santri. Temuan ini didukung oleh pendapat Batson (Zhao, 2011) yang menyatakan bahwa orang yang religius lebih terpengaruh untuk beramal atau berperilaku altruistik. Menurut Shah & Ali (2012), sebagian besar agama misalnya: Hindu, Budha dan Islam mendorong adanya perilaku altruistik. Agama dapat membawa seseorang untuk berperilaku tanpa pamrih, berbelas kasih dan bermurah hati, maka melalui agama dapat menumbuhkan perilaku altruistik. Penelitian yang sama, dilakukan oleh Malhotra (2010), religuisitas pengaruh utama melakukan perilaku altruistik, karena orang yang religius berkarakteristik lebih stabil, sehingga spontanitas untuk beramal lebih tinggi.

Menurut Oliner (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku altruistik adalah adanya agama. karena agama mengajarkan cinta sesama dan saling memaafkan. Menurut Denelle dkk (2005), religiusitas meningkatkan perilaku altruistik dan empati karena orang yang religius cenderung tidak agresif, hal ini merupakan kontribusi melakukan perilaku altruistik.

Hasil analisis data empati dan perilaku altruistik menunjukkan koefisien korelasi (r xly) sebesar 0,664 dengan p = 0,000 (p < 0,01) berarti ada hubungan yang signifikan antara empati dengan perilaku altruistik pada santri. Semakin tinggi empati santri terhadap yang lainnya maka akan semakin tinggi perilaku altruistik santri dan sebaliknya semakin rendah empati santri, akan semakin rendah perilaku altruistik santri. Temuan ini juga didukung oleh

pendapat Batson (2008) menyatakan bahwa dengan empati dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku altruistik. Kepedulian empatik dikaitkan dengan afektif seseorang yang menderita (bukan pada diri sendiri), dan karena itu mempromosikan motivasi yang benar-benar tanpa pamrih untuk memberikan bantuan atau berperilaku altruistik. (Maner & Gailliot,2006). Pada Penelitian McMohan dkk (2005) menganggap empati sebagai prediktor perilaku pro-sosial, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain penting dalam pengembangan dan ekspresi perilaku pro-sosial.

Hipotesis empati-altruisme oleh Batson (Bierhoff & Rohmann, 2004) adalah kepedulian empatik benar-benar motivasi altruistik. Terutama apabila penolong dalam kondisi mudah baik atau personal distress, karena munculnya kepribadian altruistik yaitu tanggung jawab sosial, tanggung jawab penolakan, dan empati disposisional (Bierhoff & Rohmann, 2004).

Banyak temuan penelitian menunjukkan bahwa suasana hati yang baik dan kebahagiaan dapat memfasilitasi altruisme. Hipotesis ini adalah bahwa adanya simpati atau empati bagi yang membutuhkan adalah Motif untuk kegiatan altruistik (Habito & Inaba ,2006). Menurut Warneken & Tomallo (2009), perilaku altruistik merupakan perilaku yang alamiah, berhubungan dengan rasa sosial seseorang yang mampu menciptakan menumbuhkan jiwa yang altruistik. Menurut Kakavolis (Leontopoulou, 2010), ciri dari perilaku altruistik adalah adanya berbagi, membantu, bekerja sama dan memberikan hiburan .

(8)

8 asosiasi pribadi seseorang, sehingga akan mampu untuk bereaksi terhadap pengalaman orang lain (Preston & de Waal 2002).

Berdasarkan hasil analisis diketahuai variabel religiusitas memiliki rerata empirik 114,06 lebih besar dari rerata hepotetik 72,5 yang berarti tingkat religiusitas pada subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian yang besar subjek telah memiliki tingkat religiusitas yang baik, adanya pembelajaran diniyah dan pembiasaan – pembiasaan spiritual dapat membantu pada kuwalitas religi santri, santri yang memiliki religi yang tinggi akan sangat menyadari untuk menjalankan kehidupan di pesantren dengan ikhlas, tentram dan nyaman.

Empati memiliki rerata empirik 79,96 lebih besar dari rerata hipotetik 57,5 yang berarti tingkat empati pada subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar santri telah memiliki nilai empati yang baik. Santri sudah terbiasa untuk membantu teman yang mengalmi kesulitan, terjalin kerjasama antara santri dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.

Perilaku altruistik memiliki rerata empirik 92.52 lebih besar dari rerata hipotik 60, yang berarti tingkat altruistik subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar santri telah memiliki perilaku altruistik yang baik. Santri sudah terbiasa untuk memberikan pertolongan, berperilaku kejujuran, memberikan sumbangan dan membantu teman baik yang mengalami kesulitan maupun tidak. Mc.Guire & Neisz (Leontopoulou,2010), menambahkan karakteristik perilaku altruistik antara lain: akan lebih suka memberi pertolongan, lebih murah hati, mudah bersosialisasi, mampu berinteraksi dengan berbagai karakter orang,

lebih populer diantara teman – temanya dan menyadari untuk saling membutuhkan. Adapun menurut menurut Leeds (Taufik, 2012) menjelaskan kreteria dari perilaku altruism, antara lain: Beorentasi untuk memberikan kebaikan terhadap orang lain atau kesejahteraan yang lainnya. Pertolongan yang diberikan berproses dari dari rasa empati dan simpati, kemudian termotivasi untuk membeikan pertolongan. Dan hasil akhir dari tindakanya bukan untuk kepentingan sendiri atau tidak adanya maksud – maksud lain yang bertujuan hanya untuk kepentingan si penolong.

Hasil penelitian yang menunjukkan sumbangan efektif variabel religiusitas dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren adalah 49.2% yang ditunjukan oleh koefisien determinasi (R2) = 0,492. Hal ini berarti terdapat 50,8% variabel lain yang mempengaruhi perilaku altruistik santri di pondok pesantren, seperti faktor desakan waktu, daya tarik, bystander, kemampuan yang dimiliki, adanya model, suasana hati, jenis kelamin, pola asuh, kepribadian, gender dan lain - lain.

(9)

9 menganggap empati menjadi penentu penting transaksi sosial, empati juga tampaknya memainkan peran kunci dalam pengembangan pemahaman sosial dan perilaku sosial yang positif. Pada Penelitian McMohan dkk (2005) menganggap empati sebagai prediktor perilaku pro-sosial, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain penting dalam pengembangan dan ekspresi perilaku pro-sosial. Dalam penelitian Batson (2008) menyatakan bahwa dengan empati dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku altruistik.

Pernyataan bahwa religiusitas kurang memberi kontribusi pada perilaku Altruistik, kurang sejalan dengan hasil penelitian Batson (Zhao, 2011) yang menyatakan bahwa orang yang religius lebih terpengaruh untuk beramal atau berperilaku altruistik. Pichan (Zhao, 2011) menambahkan bahwa semakin seseorang kuat dalam konsep agamanya maka semakin berperilaku altruistik.

Menurut Shah & Ali (2012), sebagian besar agama misalnya: Hindu, Budha dan Islam mendorong adanya perilaku altruistik. Agama dapat membawa seseorang untuk berperilaku tanpa pamrih, berbelas kasih dan bermurah hati, maka melalui agama dapat menumbuhkan perilaku altruistik.

Penelitian yang sama, dilakukan oleh Malhotra (2010), religuisitas pengaruh utama melakukan perilaku altruistik, karena orang yang religius berkarakteristik lebih stabil, sehingga spontanitas untuk beramal lebih tinggi.

Menurut Oliner (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku altruistik adalah adanya agama. karena agama mengajarkan cinta sesama dan saling memaafkan. Menurut Denelle dkk (2005), religiusitas meningkatkan perilaku altruistik dan empati karena orang yang

religius cenderung tidak agresif, hal ini merupakan kontribusi melakukan perilaku altruistik.

Simpulan dan saran

Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan perilaku altruistik santri. sehingga semakin tinggi religiusitas santri maka semakin tinggi perilaku altruistik santri di pesantren dan sebaliknya semakin rendah nilai religuisitas maka semakin rendah nilai perilaku altruistik santri di pondok pesantren. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruistik santri di pesantren. Sehingga semakin tinggi empati santri semakin tinggi nilai perilaku altruistik dan sebaliknya semakin rendah empati santri, semakin rendah perilaku altruistik santri. Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat religiusitas, empati dan perilaku altruistik subjek tergolong pada kategori tinggi.

(10)

10 Atas dasar tersebut disarankan Santri yang menjalani pendidikan di pondok pesantren (Boarding School) seyogyanya santri tetap harus dilatih dan ditanamkan pendidikan karakter, bersosialisasi, tolong menolong, gotong royongan, bekerja sama dan berukhuwah islamiyah, sehingga dengan mudah santri mampu berperilaku untuk mementingkan orang lain, seperti: memberi pertolongan pada teman yang sakit, membantu teman dalam kesusahan, tidak membeda- bedakan teman dan lain – lain. Dengan tingginya empati santri maka perilaku altruistik benar – benar dapat tertanam, sehingga dapat menumbuh kembangkan kader bangsa yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan nilai religiusitas yang tinggi, nilai empati tinggi dan nilai altruistik tinggi, namun tetap saja harus diperhatikan, karena akan memberikan pengaruh pada kehidupan santri. Bagi guru pembimbing dan para satidz dan para pengurus untuk selalu memberika suri tauladan dalam menumbuh

kembangkan kecerdasan sosial santri dan religiusitas santri, yang merupakan bekal bagi santri semasa di pondok maupun di masyarakat.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melanjutkan penelitian terkait perilaku altruistik santri di pondok pesantren dapat memperhatikan variabel yang lain selain variabel religiusitas dan empati, seperti faktor norma sosial, kemiripan, gender, mood, tekanan waktu dan lain – lain. Subjek akan lebih baik apabila diambil dari sampel yang lebih besar, membedakan nilai perilaku altruistik dilihat dari jenis kelamin populasi, sistem pondok pesantren yaitu modern dan salafi dan lain – lain. Selain itu peneliti berharap pada peneliti yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan pemikiran yang lebih baik sehingga dikemudian hari dapat dihasilkan suatu penelitian yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T., (2012). Pendidikan Karakter Remaja dalam Keluarga, dalam Faturochman dkk, (2012). Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat, (Universitas Gadjah Pustaka Pelajar , Yogyakarta) Albiero, P., Martricardi, G., Speltri, D., &

Toso, D. (2009). The Assessment of Empathy in Adolescence: A contribution to the Italian validation of the “basic Empathy Scale”. Journal of Adolescence , 32: 393-408.

Ali, Z.A., & Shah, S.S.,(2012), Altruism and Belief just Word in Young

Adults: relationship with Religiosity, Journal of Clinical Psychology, Pakistan, 2, 35 – 46 Ancok, J., & Suroso, F.N., (2005). Psikologi Islami, ( Pustaka Pelajar, Yogyakarta).

Arif, A., (2010). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Intense Altruisme pada Siswa SMAN I Tahunan Jepara, Skipsi Thesis, UMS. ( tidak diterbitkan).

Arifin, & Syamsul, S.B., (2008). Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia).

(11)

11 Baron, A.R., Branscombe, R.N., & Byrne,

D.E., (2007), Social Psychology, University of Kansas.

Barr, J.J., & Alessandro, H.H., (2007). Adolescent Empathy and Prosocial Behavior in the Multidimentional Context of School Culture, The Journal of Genetic School. Vol 168. 231-250

Batson, C.D., & Ahmad, Y.N., (2009). Using Empathy to Improve Intergroup Attitudes and Relations, The Psychology Study of Social Issues, Vol.3, 141-177.

Batson,C.D., (2008). Empathy-Induced Altruistic Motivation, Journal of Department of Psychology, University of Kansas, 1-30. Baumeister, R. F., & Bushman, B. J.,

(2008). Social Psychology and Human Nature. San Francisco, CA: Wadsworth.

Besel, D.L., & Yuille, J.C., (2010). Individual Differences in Empathy: The role of Facial Expression Recognitio, Journal of personality and Individual Differences, 49:107-112.

Bierhoff, W.H., & Rohman, E., (2004). Alturistic Personality in the Context of the Empathy-Alturism Hypothesis.Ruhr- university Bochum. Germany, European Journal Personality. Vol.18, 351-356

Byrne, B., & Baron, A. R., (2003), Psikologi Sosial. (alih bahasa :

Ratna Djuwita dkk). Jakarta: Erlangga.

D’Ambrosio, F., Besche, C., Didon, D., & Olivier, M., (2009). The Basic Empathy Scale: A French Validation of a Measure of Empathy in Youth. Journal of Personality and Individual Defferences. 45:160-165.

Davis, H.M., A Multidimensional Approach to Individual Differences in Empathy, The University of Texas at Austin JSAS Catalog of Selected Documents in Psychology, 1980, 10, p. 85.

Dayakisni, T., & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Dernelle, R., Verschueren, M., Trompette, L., Pichon, I., & Saroglou, V., (2005). Prosocial Behavior and Religion: New Evidence Based on Projective Measures and Peer Rating. Journal of Scientific Study of Religion, 44, 323 – 348. Dewi, P., (2012). Kontribusi Motivasi

Berprestasi dan Dukungan Sosial terhadap Kecemasan menghadapi Tes pada siswa SMPN III Simo Boyolali, Thesis thesis, UMS. Dovidio, J.E.,Panner, A.L., Piliavin, A.J.,

& Scroeder, A.D., (2004), Prosocial Behavior: Multivel Prespectives,

Annu.Rev.Psychol.56: 14.1-14.28

Elizabeth, S., (2011). Stress & Altruism.

Diakses dari

(12)

12 Enklund, H.J., (2006). Empathy and

Viewing the Other of Subject, Scandinavian Journal of Psychology, 47, 399-409.

Finn, E.S., (2008). The Many Faces of Empathy in Experiential, Person-Centered, Collaborative Assessment. Journal of Personality Assessment. Texas, 91:20-23.

Gailliot, T.M., & Maner, K.J., (2007). Altruism and Egoism: Prosocial Motivations for Helping depend on Relationship Context, European Journal of Social Psychology, 37:347-358.

Goleman, D., (2003). Emosional Intelligennce, Edisi-13 (Terjemahan oleh T. Hermaya), Jakarta: Glamedia Pustaka Utama.

Habito, R.L.F., & Inaba, K., (2008). The Practice of Altruism Caring and Religion in Global Perspetive. New York: Cambridge Scholar Publishing.

Hapsari, M.M., (2011). Altruisme pada Relawan Mahasiswa, Skipsi Thesis, UMS, (tidak diterbitkan)

Holdcroff, B., (2006). What is Religiosity, the university of Tolido Louders College, Catholic education: A Journal of Inquiry an Practice, Vol 10, no. 1, 89-103

Ismail., Huda, N., & Kholiq, A., Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Fak. Tarbiyah IAIN Wali Songo. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2002)

Jahoda, G., (2005). Theodor Lipps and The Shift from “Sympathy” to Empathy”. Journal of the History of Behavioral Sciences, Vol.41(2), 151- 163.

Jalaluddin, R., (2005). Psikologi agama : Sebuah Pengantar, Mizan, Bandung Kurniawan, S.,(2012). Pentingnya

Pendidikan Karakter, Catatan harian syamsul, diakses dari http/www/catatansyamsul.com Knafo, A., Waxler, Z. C., Davido, M.,

Hulle, V. C., Robinson J.l., & Rhee, S.H., : Empathy in Early Childhood : Genetic, Enviromental, and affective, (2009). vol. 103 – 104

Koesoema, D., (2009). Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan& pendidikan karakter, Grasindo: Jakarta.

Kohler, B.D., (2004). Empathy, Compassion and Cruelty, and How They Connect, Presentation at Einstein Forum.

Hidayat, K., (2008). Psikologi Beragama, (Hikmah : Jakarta)

Laren, M.L., (2012). The Art of Empathy, diakses dari http/www/karlamclaren.com/six-essential-aspects-of-empathy.

(13)

13 theory of Social Behavior. 39:3, 0021-8308

Leontopoulou, S., (2010). An Exploratory Study of Alturism in Gr eek Children: Relations with Empathy, Resilience and Classroom Climate, Scientific Research. Vol 1. 377-385

Malhotra, D., (2010), When are Religious People Nicer? Religious Salience and The “Sunday Effect” on Pro -social behavior, Judgment and Decision Making. Vol 5, 138-143.

McMahon, D.S., Wernsman, J., & Parnes, L.A., (2005), Adolescent Health Brief: Understanding Prosocial Behavior: The Impact of Empathy and Gender among African, American Adolescent, Journal of Adolescent Health, DePaul University, Chicago, Vol 39. 135-137.

Mus, Gus., (2009). Satu Rumah Seribu Pintu, Pelangi Aksara.

Myears, G. David., (2012). Psikologi Sosial, Salemba Humanika, Jakarta.

Pilliavin, A.J., (2008). Alturism and Helping: The Evolution of a Field: The 2008 Cooley-Mead Presentation, European Journal. 209-222

Preston D. S., & Frans, D.W., (2002). Empathy: Its ultimate and Proximate Base, Behavioral and Brain Scinces 25,1-72 , Printed in the states of America, Cambidge University Press.

Rahman, A.A. (2013). Psikologi Sosial, (Rajagrafindo Persada, Jakarta).

Rohmah, F.R., (2010). Tingkat Empati dan Tingkat Altruistik pada Perawat Rumah Sakit Umum dengan Rumah Sakit Jiwa, Skipsi Thesis, UMS. ( tidak diterbitkan).

Rahmat, J., (2003), Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, (Mizan Pustaka, Bandung).

Ruston,J.P., Chrisiohn, D.R. , & Fekken, G.C., (1981). The Altruistic Personality and the Self-report Altruism Scale. Department of Psyhology, Faculty of Social Cience, The university of western on tario, Canada vol. 2.

Sarwono, S., (2006). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok & Psikologi Terapan, (Jakarta: Raja Grafindo).

Sarwono, W.S.,& Meinarno, A.E., (2011), Psikologi Sosial, (Salemba Humanika, Jakarta).

Sugiono, (2013), Statistik untuk Penelitian, (Alfabeta, Bandung).

Smith, T.W., Altruism and Empathy in America: Trends and Correlates, National Opinion Research Center/University of Chicago For February 9, (2006).

Taufik., (2012) Empati Pendekatan Psikologi Sosial, (Raja Grasindo Persada, Jakarta).

(14)

14 Society 30, 2010, 157 -181, Cambridge University Press (2009).

Tomasello, M. & Warneken,F. (2009), The Roots of Altruism, British Journal of Psychology, 100, (455-471)

Zhao, lu., (2011) Exploring Religiosity’s effects on Altruistic Behaviour, social research Report, Department of Psychology, Vol 1.

,. , ك ب

( 2006 )

ي يدلا ا تلإا حن جتإا

يع تجإاو يسف لا فيكتل ب قاعو

ح تف لا دقلا ع ج ب ط دل

/

ي ي عتلا كل ط قط

نيطس ف .

,

ش

ص

( 65 )

ي كلا

,

دبع

,

نب ص ن

.

,

ه ظ و نيدتلا قيقح

,

2013 -02 -24 www.islamweb.net .

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan pemustaka yang telah dilakukan di perpustakaan ini telah optimal dilakukan, hal ini berdasarkan kepada jawaban responden yang merasa mudah ketika menggunakan OPAC

Dapat disimpulkan bahwa, ketiga variabel bebas yaitu Harga Tembakau Internasional, Jumlah Produksi Domestik dan Nilai Tukar mempunyai pengaruh yang signifikan

bahwa Allah adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Allah adalah Allah yang jauh mengatasi manusia atau transenden. Di balik keyakinan adanya Allah yang transenden, ternyata

Fixed End Moment.. 1 a) Nyatakan DUA (2) sebab mengapa pengiraan pesongan merupakan satu bahagian penting dalam analisis struktur. Kerangka berkenaan dikenakan : satu beban

Penyelenggaraan layanan pendidikan di ISI Yogyakarta tidak terlepas dari adanya beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu menurunnya jumlah animo mahasiswa baru

Kendala lainya komplain dari pihak keluarga mempelai pada saat akad nikah dilangsungkan, karena mereka merasa tidak pernah diberi tahu kalau telah ada perjanjian

PEMERIAN BATUAN KARBONAT Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan kumposisi yang dominan lebih dari 5O% terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam

Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan Materi Usaha uang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam penyampaian materi Akidah akhlak di MI Surodadi