• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

oleh Gina Sonia NIM 1001059

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh Gina Sonia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Gina Sonia 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

GINA SONIA

PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs. David Edison Tarigan, M.Si. NIP. 195606171980021001

Pembimbing II

Hj. Dra. Wiendartun, M.Si. NIP. 195708071982112001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

(4)

PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

Gina Sonia 1001059

Pembimbing I : Drs. David Edison Tarigan, M.Si. Pembimbing II : Hj. Dra. Wiendartun, M.Si.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai penerapan Scientific Approach pada pembelajaran Pemanasan Global di SMP yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pembelajaran Scientific Approach, memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan, memperoleh gambaran hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan serta mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Metode penelitian yang dipakai ialah Experimental-Descriptive dengan Pre-Experimental Observational Design dalam bentuk One-Group Pretest-Posttest Participant and Nonparticipant Observation Design. Subjek penelitian yang digunakan, yaitu 33 siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri kota Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes hasil belajar dan lembar observasi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran, hasil belajar kompetensi sikap, dan keterampilan. Keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach ditentukan dengan menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan diinterpretasikan kategorinya menurut Mundilarto. Peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan ditentukan dengan menghitung nilai gain yang dinormalisasi dan diinterpretasikan kategori peningkatannya menurut Hake berdasarkan hasil pretest dan posttest. Hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan ditentukan dengan menghitung persentase rata-rata Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dan diinterpretasikan kategorinya menurut Mundilarto. Identifikasi miskonsepsi siswa ditentukan dengan menghitung persentase miskonsepsi dengan teknik Certainty of Responses Index (CRI) dan di interpretasikan kategori persentase miskonsepsinya menurut Suwarna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach telah terlaksana dengan kategori baik, hasil belajar kompetensi pengetahuan mengalami peningkatan dengan kategori sedang (<g> = 0,51), hasil belajar kompetensi sikap yang dihasilkan selama pembelajaran Scientific Approach berada pada kategori baik (rata-rata IPK = 86,6 %), hasil belajar kompetensi keterampilan selama pembelajaran Scientific Approach berada pada kategori terampil (rata-rata IPK= 80 %), dan persentase miskonsepsi siswa bernilai sebesar 17,17% dengan kategori rendah.

(5)

USING A SCIENTIFIC APPROACH TO PHYSICS LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL

Gina Sonia 1001059

Preceptor I : Drs. David Edison Tarigan, M.Si. Preceptor II : Hj. Dra. Wiendartun, M.Si.

ABSTRACT

The research done by using a Scientific Approach to Global Warming learning in Junior High School which aims to: described implementation of Scientific Approach learning, described improvement student’s achievement in knowledge competence, described student’s achievement in affective and psychomotor competence, as well as to identified student’s misconception. One-Group Pretest-Posttest Participant and Nonparticipant Observation Design under Pre-Experimental Observational Design in Pre-Experimental-Descriptive method was used. Subject of study is 33 students in 7th grade in one of Public Junior High School in Bandung city. Data were obtained through achievement test in knowledge competence and observation sheets for evaluate implementation of Scientific Approach learning, student’s achievement in affective and psychomotor competence. Description implementation of Scientific Approach learning were determined by calculating percentage of learning implementation and category interpreted according to Mundilarto. The improvement student’s achievement in knowledge competence learning were determined by calculating percentage of normalized gain and category interpreted according to Hake through pretest and posttest. Student’s achievement in affective and psychomotor competence were determined by calculating average percentage Index of Group Achievement (IGA) and category interpreted according to Mundilarto. Identification of student’s misconception were determined by calculating percentage of misconception with Certainty of Responses Index (CRI) and category interpreted according to Suwarna. The results of study is: a Scientific Approach in the Global Warming learning has been implemented with good category (<g> = 0,51), student’s achievement in knowledge competence going through an improvement with medium category (<g> = 0,51), student’s achievement in affective competence during Scientific Approach learning is resulted in good category (average IGA = 86,6 %), student’s achievement in psychomotor competence during Scientific Approach learning is resulted in skillful category (average IGA = 80 %), and the percentage of student’s misconception are amounted to 17.17% with low category.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C.Rumusan Masalah Penelitian ... 10

D.Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP... 13

A.Scientific Approach ... 13

B. Hasil Belajar... 16

B.1. Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan... 17

B.2. Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 18

B.3. Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 20

C.Miskonsepsi ... 21

D.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode dan Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 27

C. Definisi Operasional... 27

(7)

D.1. Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran Scientific Approach ... 29

D.2.Tes Hasil Belajar ... 30

D.3. Lembar Jawaban Posttest dengan Tingkat Keyakinan Jawaban ... 32

D.4.Lembar Observasi Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 32

D.5.Lembar Observasi Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

E.1.Tahap Persiapan ... 33

E.2.Tahap Pelaksanaan ... 34

E.3.Tahap Pengolahan Data ... 34

F. Teknik Pengolahan Data... 37

F.1.Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran Scientific Approach ... 37

F.2.Pengolahan Data Tes Hasil Belajar ... 37

F.3.Pengolahan Data Miskonsepsi Siswa ... 39

F.4.Pengolahan Data Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 40

F.5.Pengolahan Data Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Keterlaksanaan Pembelajaran Scientific Approach ... 42

B. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan... 47

C. Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 52

D. Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 54

E. Miskonsepsi Siswa... 57

F. Temuan Hasil Penelitian ... 59

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 60

A.Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN... 67

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Scientific Approach .... 14

Tabel 2.2. Persentase IPK dan kategori hasil belajar kompetensi sikap ... 19

Tabel 2.3. Persentase IPK dan kategori hasil belajar kompetensi keterampilan... 21

Tabel 2.4. Kriteria CRI berskala enam... 22

Tabel 2.5. Klasifikasi jawaban siswa berdasarkan CRI ... 23

Tabel 2.6. Kategori Persentase Miskonsepsi...23

Tabel 3.1. Distribusi soal untuk setiap aspek kognitif yang diteliti ... 32

Tabel 3.2. Kategori Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 37

Tabel 3.3. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya ... 39

Tabel 3.4. Kriteria CRI Berskala Enam ... 39

Tabel 3.5. Klasifikasi Jawaban Siswa Berdasarkan CRI ... 39

Tabel 3.6. Kategori Persentase Miskonsepsi... 40

Tabel 3.7. Kategori Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 41

Tabel 3.8. Kategori Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan... 41

Tabel 4.1. Rekapitulasi keterlaksanaan langkah pembelajaran Scientific Approach ... 42

Tabel 4.2. Rekapitulasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran Scientific Approach ... 44

Tabel 4.3. Rekapitulasi skor pretest dan posttest hasil belajar kompetensi pengetahuan ... 48

Tabel 4.5. Perbandingan IPK hasil belajar kompetensi sikap pada tiap pertemuan ... 53

Tabel 4.6. Perbandingan rekapitulasi nilai IPK kompetensi keterampilan ... 55

Tabel 4.7. Persentase analisis CRI siswa ... 57

Tabel 4.8. Persentase miskonsepsi siswa dan kategorinya di tiap butir soal ... 58

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Participant and

Nonparticipant Observation Design ... 26

Gambar 3.2. Alur Penelitian ... 36

Gambar 4.1. Keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran Scientific Approach ... 43

Gambar 4.2. Rekapitulasi Keterlaksanaan langkah- langkah pembelajaran Scientific Approach oleh siswa ... 43

Gambar 4.3. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran Scientific Approach... 44

Gambar 4.4. Rata-rata skor pretest posttest, dan gain normalisasi ... 48

Gambar 4.5. Rekapitulasi IPK hasil belajar kompetensi sikap ... 53

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A STUDI PENDAHULUAN

A.1. Format Kuesioner Siswa ... 67

A.2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Siswa ... 68

A.3. Format Observasi Pembelajaran ... 70

A.4. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran ... 71

A.5. Format Wawancara dengan Guru ... 72

A.6. Hasil Wawancara dengan Guru... 73

LAMPIRAN B PERANGKAT PEMBELAJARAN B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 75

B.2. Panduan Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 116

B.3. Panduan Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan... 118

B.4. Lembar Kegiatan Siswa ... 122

B.4.a. LKS Pemanasan Global ... 122

B.4.b. LKS Efek Rumah Kaca ... 123

LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN C.1. Kisi-kisi Tes dan Judgement Instrumen Tes ... 126

C.2. Soal Hasil Belajar Pemanasan Global ... 137

C.3. Format Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 139

C.4. Format Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 140

C.5. Lembar Jawaban Posttest Pemanasan Global ... 141

(11)

LAMPIRAN D ANALISIS DATA

D.1. Hasil Analisis Uji Instrumen Tes... 150

D.2. Rekapitulasi Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan ... 157

D.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Kompetensi Sikap ... 158

D.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan ... 161

D.5. Analisis CRI ... 164

D.6. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Scientific Approach ... 167

LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN E.1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 168

E.2. Surat Kesediaan menjadi Penilai Instrumen ... 169

E.3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 170

E.4. Foto-foto Penelitian ... 171

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pemanasan global telah mengakibatkan perubahan iklim di Indonesia. Hal ini sesuai pernyataan dari pakar mitigasi bencana dan perubahan iklim, Prof. Dr. Sudibyakto (Gusti, 2012) sebagai berikut.

Periode seratus tahun mendatang diperkirakan suhu bumi akan meningkat satu derajat celcius. Bahkan peningkatan suhu tersebut diperkirakan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan karena laju percepatan kerusakan hutan, penggunaan moda transportasi dan pertambahan jumlah penduduk. Isu internasional tentang perubahan iklim hingga saat ini masih relevan dan bahkan Indonesia sebagai Negara kepulauan yang telah merasakan dampaknya terhadap bencana berupa perubahan frekuensi dan intensitas hujan, perubahan musim, terganggunya pola tanam, perubahan pola penyakit, peningkatan muka air laut yang menyebabkan banjir, meningkatnya hujan disertai angin kencang memicu tanah longsor dan penurunan tanah.

Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, mendorong berbagai pihak untuk melakukan langkah adaptasi dan mitigasi. Dan pendidikan menjadi pilar utama dalam mengadaptasikan perubahan iklim kepada generasi muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dirjen Dikti, Prof. dr. Fasil Jalal, Ph.D. pada tanggal 8 Maret 2010 di sekolah Pascasarjana UGM dalam Konferensi

(13)

2

Global sangat penting dilakukan dalam rangka mengadaptasikan perubahan iklim kepada generasi muda.

Fisika merupakan ilmu yang sesuai untuk menjelaskan efek rumah kaca sebagai penyebab Pemanasan Global dan fenomena-fenomena alam yang terjadi sebagai dampak Pemanasan Global. Fisika termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs yang menekankan pemahaman mengenai lingkungan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya yang perlu dilestarikan dan dijaga (Kemendikbud, 2013b, hlm. 97). Materi pokok Pemanasan Global pada mata pelajaran IPA di kelas VII (Kemendikbud, 2013b, hlm. 49) tertera dalam Kompetensi Inti 3 dan 4 khususnya Kompetensi Dasar sebagai berikut,

3.10.Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem

4.13.Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.

Hal ini berarti bahwa pembelajaran fisika harus menekankan bagaimana siswa dapat memahami konsep yang dikaitkan dengan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, salah satunya pada materi Pemanasan Global.

Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas hasilnya (Arikunto, 2012, hlm. 4). Oleh karena itu, guru perlu dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya sebagai evaluator, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa.

Mengapa guru perlu mengevaluasi hasil belajar siswa pada pembelajaran Fisika? Karena evaluasi hasil belajar dapat memberikan informasi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki kemampuan siswa terhadap Fisika (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP, 2007; Guskey, 2003; Olivia, 2011).

(14)

belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran (Kemendikbud, 2013c, hlm. 3).

Salah satu tes hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA di tingkat

internasional, yaitu Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) pada tahun 2011 menyatakan bahwa persentase siswa Indonesia yang mencapai tingkat Low (mengukur knowing), Intermediate (mengukur applying), High (mengukur reasoning), dan Advance (mengukur reasoning with incomplete information) berturut-turut adalah 54%, 19%, 3% dan 0% (Depdikbud, 2013, hlm. 48). Ini berarti sebagian besar (54%) siswa SMP di Indonesia hanya menggunakan hafalan untuk menjawab soal hasil belajar IPA. Padahal belajar hafalan terjadi apabila siswa hanya menghafalkan materi baru tanpa mengaitkannya dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya (Ausubel dalam Imansyah, 2007, hlm. 1). Sedangkan siswa dikatakan telah memahami apabila mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan awal mereka (Anderson & Krathwohl, 2010, hlm. 106). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di Indonesia kurang melatihkan kompetensi pengetahuan siswa dalam aspek memahami, menerapkan, dan menganalisis.

Salah satu penyebab terjadinya belajar hafalan karena siswa tidak memiliki pengalaman belajar yang diperlukan untuk mengaitkan atau menghubungkan isi pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausubel (Imansyah, 2007, hlm.1), bila para siswa tidak memiliki pengalaman yang diperlukan untuk mengaitkan atau menghubungkan isi pembelajaran tersebut, maka isi pembelajaran tersebut harus dipelajari secara hafalan. Sehingga guru diharapkan mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswanya agar bila konsep yang dimiliki siswa itu salah dapat diperbaiki dan belajar bermakna dapat berlangsung. Oleh karena itu, mengidentifikasi miskonsepsi siswa sangat penting dilakukan guru dalam pembelajaran.

(15)

4

Dari hasil pengolahan kuesioner siswa didapatkan hasil mengenai masalah-masalah dalam pembelajaran Fisika dalam mata pelajaran IPA diantaranya: (a) siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Fisika meskipun siswa tertarik untuk mempelajari materi Fisika; (b) pembelajaran fisika di kelas tidak menarik dan tidak menyenangkan; (c) media pembelajaran yang digunakan tidak menarik karena media yang sering digunakan guru adalah papan tulis; dan (d) metode pembelajaran yang sering dipakai guru adalah ceramah. Rekapitulasi hasil kuesioner siswa dapat dilihat di lampiran A.2.

Dari hasil observasi pmbelajaran dan wawancara guru, ditemukan bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan diskusi, guru hanya mengacu pada buku guru dan buku siswa mata pelajaran IPA dari Pusat Kurikulum Buku (Puskurbuk) 2013, guru jarang mengajak siswa kelas reguler untuk praktikum fisika di laboratorium, guru jarang menggunakan media komputer, jarang menggunakan pembelajaran kelompok, penilaian kompetensi sikap dan keterampilan jarang dilakukan pada saat pembelajaran serta aktivitas siswa selama pembelajaran terlihat pasif. Selain itu, setelah guru membahas jawaban soal-soal fisika dari buku dengan menunjuk beberapa siswa untuk menuliskannya di papan tulis, guru mengecek siswa untuk mengangkat tangan apabila jawabannya benar ternyata lebih dari setengah kelas kurang tepat dalam menjawab. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa konsepsi awal yang salah (miskonsepsi) tersebut tertanam dengan kuat dalam pikiran siswa dan seringkali sulit untuk berubah walaupun sudah melakukan pembelajaran (Celikten dkk., 2012; Driver dkk., 1985). Sehingga usaha dalam mengindentifikasi miskonsepsi siswa perlu dilakukan guru agar dapat membedakan siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang tidak tahu konsep. Rekapitulasi hasil observasi pembelajaran IPA dapat dilihat di lampiran A.4, sedangkan rekapitulasi hasil wawancara guru dapat dilihat di lampiran A.6.

(16)

fisika dan proyektor serta tersedianya proyektor di tiap kelas VII. Fasilitas penunjang pembelajaran fisika tersebut belum dapat dimaksimalkan oleh guru sebagai upaya menerapkan Scientific Approach di pembelajaran fisika pada mata pelajaran IPA kelas VII semester 2 tahun ajaran 2013/2014.

Rendahnya kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dan penggunaan media pembelajaran. Ketika terjun langsung ke lapangan, guru seringnya menggunakan metode pembelajaran ceramah dan diskusi serta media pembelajaran papan tulis. Akibatnya pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berlangsung secara klasikal di sekolah tersebut dengan karakteristik kegiatan pembelajaran berpusat pada guru yang menyampaikan informasi di depan kelas. Siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan sedikit bertanya ketika ada penjelasan guru yang kurang dipahami oleh siswa. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan materi, setelah itu memberikan penguatan materi dengan melakukan pembahasan soal, dan menutup kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang telah diajar. Pada pembelajaran ini, guru sebagai pusat pembelajaran dan murid bersifat pasif karena guru yang aktif dalam pembelajaran. Siswa hanya berfungsi sebagai penerima materi sehingga siswa hanya menghapalkan materi; belajar secara individu; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh hasil belajar kompetensi pengetahuan pada materi fisika.

Pada bab Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan proses yang diperlukan dalam kehidupan. Selain itu, pola pembelajaran Fisika pada mata pelajaran IPA SMP/MTs berdasarkan Kurikulum SMP/MTs yang terdapat di Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013, yaitu

(17)

6

2. pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari 5. pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7. pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9. pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Berdasarkan uraian Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 di atas, pola pembelajaran Fisika haruslah berupa pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center), interaktif, aktif, eksploratif, belajar kelompok, dan kritis.

Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik (Scientific Approach). Hal ini sesuai dengan keterangan dari Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai berikut,

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,

menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific)...

Pernyataan ini juga diperkuat dalam Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013

mengenai pola pembelajaran bahwa, “... pembelajaran aktif-mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains ...”.

(18)

penggunaan video dalam pembelajaran memiliki manfaat, yaitu (a) memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian; (b) sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya pemaparan; (c) pengguna dapat melakukan replay pada bagian-bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus; (d) sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor; (e) kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan media teks (Wijaya, 2011). Sedangkan menurut Suparno dkk. (2002, hlm. 45), penggunaan alat-alat percobaan/praktikum dengan metode ilmiah membuat siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka. Dengan demikian, penggunaan video dan alat-alat percobaan dapat menjadi alternatif solusi dalam pembelajaran Pemanasan Global agar dapat meningkatkan hasil belajar serta memberikan ruang bagi siswa agar lebih aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan masalah yang telah diuraikan, perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan Scientific Approach pada pembelajaran fisika di SMP khususnya pada materi Pemanasan Global.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

(19)

8

dan diskusi; (g) guru hanya mengacu pada buku guru dan buku siswa mata pelajaran IPA dari Pusat Kurikulum Buku (Puskurbuk) 2013; (h) guru jarang mengajak siswa kelas reguler untuk praktikum fisika di laboratorium; (i) guru jarang menggunakan media komputer; (j) jarang menggunakan pembelajaran kelompok; (k) penilaian kompetensi sikap dan keterampilan jarang dilakukan pada saat pembelajaran; dan (l) aktivitas siswa selama pembelajaran terlihat pasif. Selain itu, setelah guru membahas jawaban soal-soal fisika dari buku dengan menunjuk beberapa siswa untuk menuliskannya di papan tulis, guru mengecek siswa untuk mengangkat tangan apabila jawaban mereka benar dan ternyata lebih dari setengah kelas kurang tepat dalam menjawab. Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi awal yang salah (miskonsepsi) tersebut tertanam dengan kuat dalam pikiran siswa dan seringkali sulit untuk berubah walaupun sudah melakukan pembelajaran (Celikten dkk., 2012; Driver dkk., 1985). Sehingga usaha dalam mengindentifikasi miskonsepsi siswa penting dilakukan untuk dapat membedakan siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang tidak tahu konsep. Dengan demikian, masalah yang teridentifikasi bahwa pembelajaran fisika di SMP kelas VII kurang melatihkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Agar dapat terjadi pemfokusan teori dan variabel serta kaitan antara variabel yang akan diteliti, penulis perlu menentukan batasan permasalahan yang telah teridentifikasi sebagai berikut:

(20)

keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan Scientific Approach ini berupa observasi nonpartisipan karena observer tidak terlibat dalam pembelajaran dan hanya berperan sebagai pengamat independen. Sedangkan berdasarkan dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi ini termasuk observasi terstruktur karena format observasi dirancang secara sistematis oleh penulis dalam skala Guttman “ya-tidak” bentuk checklist.

2. Peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan ditunjukkan dengan nilai gain yang dinormalisasi dengan interpretasi peningkatannya menurut Hake (1999) berdasarkan hasil pretest dan posttest. Kompetensi pengetahuan yang diteliti berdasarkan taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2010) yang meliputi memahami (understanding/C2),

menerapkan (applying/C3), dan menganalisis (analyzing/C4).

3. Hasil belajar kompetensi sikap ditunjukkan dengan persentase Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan kategori sikapnya berdasarkan pengolahan data menggunakan lembar observasi penilaian sikap meliputi profil pada aspek A1 (receiving), A2 (responding), A3 (valuing), A4 (organization), dan A5 (characterization). Observasi ini termasuk observasi partisipan dan terstruktur karena observer ikut dalam pembelajaran dan format observasi dirancang secara sistematis oleh penulis dalam skala rating scale 1-4 berdasarkan jumlah sikap siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian sikap. 4. Hasil belajar kompetensi keterampilan (psikomotor) ditunjukkan dengan

(21)

10

scale 1-4 berdasarkan jumlah perilaku siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian keterampilan.

5. Identifikasi miskonsepsi siswa ditunjukkan dengan persentase miskonsepsi dengan teknik Certainty of Responses Index (CRI) beserta kategori persentase miskonsepsinya, yaitu kategori miskonsepsi tinggi (61-100 %), sedang (31-60 %), dan rendah (0-30 %).

C.Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan Scientific Approach, hasil belajar, dan miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global?” Rumusan Masalah ini dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach pada materi Pemanasan Global di SMP?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa SMP pada materi Pemanasan Global setelah diterapkan pembelajaran Scientific Approach?

3. Bagaimana hasil belajar kompetensi sikap siswa SMP pada materi Pemanasan Global selama pembelajaran Scientific Approach?

4. Bagaimana hasil belajar kompetensi keterampilan siswa SMP pada materi Pemanasan Global selama pembelajaran Scientific Approach? 5. Bagaimana miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global

setelah diterapkan pembelajaran dengan Scientific Approach?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Scientific Approach, hasil belajar dan miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

(22)

2. Memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa SMP pada materi Pemanasan Global setelah diterapkan pembelajaran Scientific Approach.

3. Memperoleh gambaran hasil belajar kompetensi sikap siswa SMP pada materi Pemanasan Global selama pembelajaran Scientific Approach. 4. Memperoleh gambaran hasil belajar kompetensi keterampilan siswa SMP

pada materi Pemanasan Global selama pembelajaran Scientific Approach. 5. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global

setelah diterapkan pembelajaran dengan Scientific Approach.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teori, segi praktik maupun segi isu serta aksi sosial yang di uraikan berikut ini.

Manfaat penelitian ini dari segi teori, yaitu (a) sebagai bahan masukan dan referensi bagi guru IPA dalam merencanakan pembelajaran fisika menggunakan kurikulum 2013 khususnya materi Pemanasan Global; serta (b) memberikan informasi baru tentang miskonsepsi pada pembelajaran fisika khususnya materi Pemanasan Global sehingga dapat bermanfaat untuk pengembangan teori selanjutnya.

Manfaat penelitian ini dari segi praktik, yaitu (a) membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika melalui pembelajaran Scientific Approach; (b) memperkenalkan kepada guru IPA mengenai penggunaan video pembelajaran Pemanasan Global dari USAID dan alat-alat percobaan Efek Rumah Kaca dalam pembelajaran Scientific Approach; dan (c) menambah pengetahuan bagi peneliti yang akan meneliti mengenai Scientific Approach, hasil belajar, dan miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global.

Manfaat penelitian ini dari segi isu serta aksi sosial, yaitu mengadaptasikan Pemanasan Global kepada generasi muda khususnya siswa SMP untuk mendukung adanya aksi mitigasi dan pengendalian terhadap Pemanasan Global.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(23)

12

Bab I meliputi latar belakang masalah penelitian, identifikasi dan perumusan masalah berdasarkan hasil studi pendahuluan, tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan menunjukkan kategori miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global setelah mengikuti pembelajaran dengan Scientific Approach. Kemudian dijabarkan manfaat penelitian bagi beberapa pihak terkait dan sekilas tentang struktur organisasi skripsi.

Bab II membahas tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan Scientific Approach, hasil belajar, dan miskonsepsi serta penelitian relevan terkait penelitian ini.

Bab III membahas tentang metode dan desain penelitian. Selanjutnya dipaparkan populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian beserta pengembangannya, prosedur penelitian yang dilakukan, serta penjelasan tentang teknik pengolahan data.

Bab IV menjelaskan tentang pemaparan data penelitian yang dilanjutkan dengan pembahasan data penelitian secara keseluruhan. Kemudian, dijabarkan temuan lainnya selama penelitian.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Experimental-Descriptive. Fraenkel, J.R (2012, hlm. 265) menyatakan bahwa karakteristik metode ini yaitu “in an experimental study, researchers look at the effect(s) of at least one independent variable on one or more dependent variables”. Sedangkan untuk desain penelitian ini, yaitu Pre-Experimental Observational Design dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest Participant and Nonparticipant Observation Design. Desain ini merupakan gabungan dari tiga desain penelitian, yaitu One-Group Pretest-Posttest Design, Participant Observation Design, dan Nonparticipant Observation Design. Alasan penggunaan One-Group Pretest-Posttest Design karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2012). Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Pada desain ini, penelitian dilakukan pada satu kelas saja sebagai kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding. Sedangkan alasan penggunaan Participant Observation Design karena penulis dituntut untuk menjadi observer yang ikut dalam pembelajaran dalam melakukan penilaian hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan selama pembelajaran (Sugiyono, 2012, hlm.204). Kemudian alasan penggunaan Nonparticipant Observation Design karena observer tidak terlibat dalam pembelajaran dan hanya berperan sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2012, hlm. 204).

(25)

26

pengetahuan siswa pada materi Pemanasan Global sebelum diberi perlakuan (treatment). Setelah itu siswa diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran dengan Scientific Approach. Selama treatment (pembelajaran Scientific Approach), dilakukan observasi nonpartisipan untuk memperoleh gambaran keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach. Selain itu, dilakukan juga observasi partisipan untuk mengukur hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan siswa di tiap pertemuan. Lalu setelah dua pertemuan berakhir, siswa diberi posttest dengan lembar jawaban siswa yang dilengkapi tingkat keyakinan jawaban skala CRI berskala enam (0-5) untuk mengukur hasil belajar kompetensi pengetahuan dan miskonsepsi siswa pada materi Pemanasan Global setelah perlakuan (treatment). Instrumen pretest dan posttest merupakan instrumen yang sama. Hal ini dilakukan agar tidak ada pengaruh kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan. Instrumen pretest dan posttest ini merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi Pemanasan Global yang telah dijudgement dan diujicobakan terlebih dahulu. Desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Participant and Nonparticipant Observation Design ditunjukkan melalui gambar 3.1 berikut.

Keterangan: T1 =Pretest

T2 =Posttest dan persentase miskonsepsi siswa SMP

X =Perlakuan (treatment), yaitu penerapan Scientific Approach pada materi Pemanasan Global

(26)

O1 =Observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach oleh tiga orang

observer

O2 =Observasi hasil belajar kompetensi sikap siswa oleh guru (penulis/peneliti)

O3 =Observasi hasil belajar kompetensi keterampilan siswa oleh guru

(penulis/peneliti)

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini, yaitu di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Arikunto (2010) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di kota Bandung tersebut pada semester dua tahun ajaran 2013/2014.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Arikunto, 2010). Sampel penelitian ini adalah satu kelas reguler sebagai kelas eksperimen. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelas VII-H dengan jumlah sampel 33 orang. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel didasarkan atas adanya tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti sendiri (Arikunto, 2010).

C.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga definisi operasional variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

(27)

28

Approach diukur dengan menggunakan lembar observasi dalam skala Guttman

“ya-tidak” bentuk checklist. Lembar observasi ini menyoroti aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran dengan Scientific Approach selama pembelajaran.

2. Hasil belajar kompetensi pengetahuan didefinisikan sebagai peningkatan hasil belajar dari penilaian kompetensi pengetahuan berdasarkan taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2010) yang meliputi pada aspek mamahami (understanding/C2), menerapkan (applying/C3), dan menganalisis (analyzing/

C4) yang diukur dengan tes tertulis pretest dan posttest berupa soal pilihan

ganda. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang diinterpretasikan berdasarkan kategori Hake (1999).

3. Hasil belajar kompetensi sikap merupakan hasil dari penilaian kompetensi sikap siswa berdasarkan taksonomi Bloom (Siahaan, 2013) meliputi: aspek receiving, responding, valuing, organization, dan characterization yang di ukur melalui lembar observasi dengan menggunakan dalam skala rating scale 1-4 berdasarkan jumlah sikap siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian sikap. Hasil belajar kompetensi sikap ini dapat diketahui dari IPK rata-rata hasil belajar kompetensi sikap secara keseluruhan (dua pertemuan), kemudian dikategorikan.

4. Hasil belajar kompetensi keterampilan merupakan hasil dari penilaian kompetensi keterampilan siswa berdasarkan taksonomi Bloom (Siahaan, 2013) meliputi: imitation, manipulation, precision, articulation, naturalization yang diukur dengan menggunakan lembar observasi dalam skala rating scale 1-4 berdasarkan jumlah perilaku siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian keterampilan. Hasil belajar kompetensi keterampilan dapat diketahui dari IPK rata-rata hasil belajar kompetensi keterampilan siswa secara keseluruhan (dua pertemuan), kemudian dikategorikan.

(28)

persentase miskonsepsi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu kategori miskonsepsi tinggi (61%-100%), sedang (31%-60%), dan rendah (0%-30%).

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach, tes hasil belajar, lembar observasi hasil belajar kompetensi sikap, dan lembar observasi hasil belajar kompetensi keterampilan. Instrumen-instrumen tersebut secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut.

D.1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Scientific Approach

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan Scientific Approach tiap pertemuan. Pembuatan lembar observasi ini disesuaikan pada langkah-langkah Scientific Approach pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dapat dilihat di lampiran B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat berdasarkan pada standar proses pendidikan dasar dan menengah yang tertera pada Permendikbud nomor 65 tahun 2013.

Berdasarkan segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi yang dilakukan untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan Scientific Approach ini berupa observasi nonpartisipan karena observer tidak terlibat dalam pembelajaran dan hanya berperan sebagai pengamat independen. Sedangkan berdasarkan dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi ini termasuk observasi terstruktur karena format observasi dirancang secara sistematis oleh penulis. Keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach ini diamati oleh 3 observer yang terdiri dari satu orang guru IPA (lulusan Pendidikan Fisika UPI), dan dua orang mahasiswa UPI.

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach ini

(29)

30

Instrumen dalam lembar observasi tidak diujicobakan, tetapi dikoordinasikan kepada pengamat yang akan mengikuti proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut. Pada format observasi, setiap kegiatan pembelajaran dibagi menjadi beberapa langkah pembelajaran. Lembar observasi yang diisi oleh pengamat menunjukkan sejauh mana keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa dari penerapan pembelajaran dengan Scientific Approach yang diterapkan selama pembelajaran berlangsung. Format Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan Scientific Approach dapat dilihat di lampiran C.6.

Analisis data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ini, yaitu dengan cara menghitung persentase keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan Scientific Approach baik yang menggunakan video pada pertemuan satu maupun yang menggunakan percobaan pada pertemuan dua. Kemudia persentase keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach dirata-ratakan secara keseluruhan lalu di kategorikan.

D.2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa kelas VII pada materi Pemanasan global saat sebelum dan setelah mendapatkan pembelajaran dengan Scientific Approach. Instrumen yang dibuat berbentuk tes pilihan ganda yang diujikan pada saat pretest dan posttest. Soal hasil belajar materi Pemanasan Global yang diujikan berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson & Krathwohl, 2010) yaitu pada aspek memahami (understanding/C2), menerapkan

(applying/C3), menganalisis (analyzing/C4). Soal pretest dan posttest

menggunakan soal yang sama dengan anggapan bahwa dengan soal yang sama sehingga peningkatan hasil belajar siswa akan lebih mudah terukur.

(30)

kesukaran. Kisi-kisi tes dan instrumen tes hasil belajar yang di judgement dapat dilihat pada lampiran C.1.

Setelah melalui proses judgement (penilaian) oleh para ahli (expert), instrumen tes dalam penelitian ini di uji coba. Uji coba dilakukan di kelas IX-B SMP Negeri 4 Bandung pada hari Selasa tanggal 23 April 2014. Instrumen yang diuji coba berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 22 soal. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran butir soal. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Adapun hasil analisis data untuk instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran D.1.

Berdasarkan hasil perhitungan, validitas butir soal untuk tes ini, diperoleh dari 22 soal yang diujicobakan berkategori sangat rendah sebesar 28%, berkategori rendah sebesar 40,09%, berkategori cukup sebesar 4,55%, dan tidak valid sebesar 27,27%. Daya pembeda, dari 22 soal yang diujicobakan yang berkategori jelek sebesar 27,27%, berkategori cukup sebesar 22,72%, berkategori baik sebesar 13,63%, dan yang harus dibuang karena memiliki nilai negatif sebesar 18,18%. Dan untuk tingkat kesukaran, dari 22 soal yang diujicobakan yang termasuk kategori mudah sebesar 40,90%, berkategori sedang sebesar 36,36%, dan berkategori sukar sebesar 22,74% (hasil perhitungan dapat dilihat di lampiran C). Nilai reliabilitas untuk instrumen ini adalah sebesar 0,35 dengan kategori reliabel (r11 > rtab dengan rtab=0,325).

(31)

32

C4. Distribusi soal untuk setiap aspek kognitif yang diteliti dapat dilihat pada tabel

3.1. berikut. Soal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di lampiran C.1.

Tabel 3.1. Distribusi soal untuk setiap aspek kognitif yang diteliti Aspek Kognitif Nomor Soal

C2 1, 3, 4, 6, 7, 10, 15

C3 11, 12, 14

C4 2, 5, 8, 9, 13

D.3. Lembar Jawaban Posttest dengan Tingkat Keyakinan Jawaban

Lembar jawaban posttest siswa dilengkapi dengan tingkat keyakinan jawaban dengan skala enam (0-5) dan kriterianya (dapat dilihat di tabel 3.4 halaman 38). Lembar jawaban ini digunakan untuk mengindentifikasi miskonsepsi siswa pada materi Pemanasaan Global. Format lembar jawaban posttest dengan tingkat keyakinan jawaban dapat dilihat di lampiran C.5.

D.4. Lembar Observasi Hasil Belajar Kompetensi Sikap

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kompetensi sikap siswa. Lembar observasi ini berisi format isian yang mendeskripsikan hasil belajar kompetensi sikap siswa pada aspek receiving, responding, valuing, organization dan characterization. Hasil observasi ini diukur menggunakan skala rating scale 1-4 berdasarkan jumlah sikap siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian sikap. Panduan penilaian hasil belajar kompetensi sikap siswa dapat dilihat pada lampiran B.2.

D.5. Lembar Observasi Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan

[image:31.596.172.448.198.264.2]
(32)

keterampilan. Panduan penilaian hasil belajar kompetensi keterampilan siswa dapat dilihat pada lampiran B.3.

E.Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

E.1.Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi literatur bertujuan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan dan solusi yang akan dikaji.

b. Studi pendahuluan, kegiatan ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh masalah yang dihadapi sekolah tersebut dalam pembelajaran fisika yang selanjutnya menjadi dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selain itu studi pendahuluan ini juga dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa. Kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan di SMP dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung pada salah satu kelas dan wawancara dengan guru IPA yang memegang kelas tersebut, menyebarkan kuesioner ke salah satu kelas yang diajarkan juga oleh guru IPA tersebut.

c. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan pembelajaran, indikator, dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa serta alokasi waktu yang diperlukan selama proses pembelajaran.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS dan media yang digunakan mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) berdasarkan pembelajaran dengan Scientific Approach. Dalam pembuatannya diperlukan bimbingan dan evaluasi dari dosen pembimbing.

e. Merancang media pembelajaran dengan mengacu pada KI, KD, indikator pembelajaran, dan hasil belajar Pemanasan global.

(33)

34

g. Mengevaluasi dan men’judgement’ instrumen soal h. Menguji coba instrumen tes yang telah di’judgement’.

i. Menganalisis hasil uji coba instrumen tes dengan cara melakukan uji validitas, daya pembeda, reliabilitas, dan tingkat kesukaran. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kualitas soal yang akan digunakan dalam penelitian sehingga ketika instrumen tersebut diberikan pada kelas eksperimen, instrumen tersebut telah valid dan reliabel.

j. Melakukan revisi terhadap instrumen penelitian yang kurang sesuai. k. Menyusun soal yang layak dijadikan instrumen tes dalam penelitian.

l. Menghubungi pihak sekolah (mengurus perizinan) untuk melakukan penelitian.

E.2.Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap yang dilakukan pada saat pembelajaran adalah:

a. Melakukan tes awal atau pretest sebelum pembelajaran dilakukan yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar kompetensi pengetahuan awal siswa SMP pada materi Pemanasan Global siswa sebelum diberikan perlakuanatau treatment.

b. Memberikan perlakuan (treatment) dengan cara menerapkan pembelajaran dengan Scientific Approach.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, ada 3 orang observer yang bertugas untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan Scientific Approach. d. Selama proses pembelajaran berlangsung, penulis berperan sebagai guru dan

melakukan observasi hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan siswa. e. Melakukan tes akhir atau posttest yang di lengkapi tingkat keyakinan jawaban

siswa untuk mengukur hasil belajar kompetensi pengetahuan akhir dan miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan global akhir setelah diberikan perlakuan (treatment).

E.3.Tahap Pengolahan Data

(34)

a. Mengolah dan menganalisis data hasi penelitian (hasil pretest dan posttest, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach, hasil observasi hasil belajar kompetensi sikap dan keterampilan serta analisis CRI). b. Membahas hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan data-data tersebut c. Menjelaskan temuan-temuan hasil penelitian.

d. Memberikan simpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. e. Memberikan saran-saran untuk melakukan penelitian selanjutnya berdasarkan

temuan penelitian.

(35)

36

Studi Literatur Studi

Pendahuluan Telaah

Kurikulum

Masalah

Penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, dan

media pembelajaran) Pembuatan Instrumen Penelitian

Penilaian Instrumen (Judgement) Uji coba, analisis, revisi

Pretest (T1)

Penyusunan Instrumen Tes

KBM dengan menerapkan pembelajaran dengan Scientific Approach (X), observasi

keterlaksanaan pembelajaran (O1),

observasi kompetensi sikap (O2), dan

observasi keterampilan siswa (O3)

Posttest dan persentase miskonsepsi siswa (T2)

Simpulan dan Saran

Pengolahan Data dan Analisis Data

[image:35.596.119.513.79.650.2]
(36)

F. Teknik Pengolahan Data

F.1. Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran Scientific Approach

Data yang diperoleh merupakan data yang diambil melalui lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach (format lembar observasi dapat di lihat di lampiran C.6.). Format observasi ini berbentuk checklist dan memuat

kolom “ya” dan “tidak”. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung persentase keterlaksanaan setiap tahapan pembelajaran dengan Scientific Approach. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang pengamat isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus :

3. Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kategori dari persentase keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh berdasarkan pada tabel 3.2 mengenai kategori persentase keterlaksanaan pembelajaran menurut Mundilarto (2012, hlm. 68).

Tabel 3.2. Kategori Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kategori

0-33 Kurang

34-67 Cukup

68-100 Baik

Mundilarto (2012, hlm. 68)

F.2. Pengolahan Data Tes Hasil Belajar

[image:36.596.165.497.525.610.2]
(37)

38

1. Pemberian skor

Semua jawaban pretest dan posttest siswa diperiksa dan diberi skor. Jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah atau tidak dijawab diberi nilai nol.

Pemberian skor dihitung dengan rumus berikut (Arikunto, 2012):

S = ∑ R

Keterangan:

S = skor yang diperoleh siswa R = jawaban yang benar

2. Menghitung gain dan gain yang dinormalisasi

Gain adalah selisih antara skor pretest dengan skor posttest. Panggabean (2001 dalam Andriani, 2011, hlm. 46) mengemukakan bahwa “Perbedaan skor pretest dan posttest ini diasumsikan sebagai efek dari treatment.”

Secara matematis dituliskan sebagai berikut:

G = Skor posttest – Skor pretest

Keunggulan pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa pada materi Pemanasan Global akan ditinjau dari nilai gain dinormalisasi. Untuk perhitungan gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan dari Hake (1999) yang ditunjukkan melalui tabel 3.3. Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai:

Keterangan:

<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi <Sf>= rata-rata skor tes akhir (posttest)

(38)

Tabel 3.3. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya

Nilai Gain Klasifikasi

g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

(Hake, 1999)

F.3. Pengolahan Data Miskonsepsi Siswa

Dalam penelitian ini digunakan tes diagnostik konsep fisika siswa dalam bentuk tes pilihan ganda disertai dengan teknik CRI menggunakan skala enam (0-5) yang dikembangkan oleh Saleem Hasan (1999, dalam Suhandi et al, 2009, hlm.9) dengan kriteria pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4. Kriteria CRI Berskala Enam

Skala CRI Kriteria

0 Menebak

1 Hampir Menebak 2 Tidak Yakin Benar 3 Yakin Benar

4 Hampir Pasti Benar 5 Pasti Benar

Teknik CRI tidak hanya dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa, tetapi juga dapat membedakan siswa yang tahu konsep dan siswa yang tidak tahu konsep, hanya dengan melihat jawaban dan skala keyakinan yang diberikan siswa seperti ditunjukkan pada Tabel 3.5 berikut (Saleem Hasan, 1999, dalam Liliawati dan Ramalis, 2009, hlm.5).

Tabel 3.5. Klasifikasi Jawaban Siswa Berdasarkan CRI

Kriteria Jawaban CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (>2,5)

Jawaban benar Jawaban benar tetapi CRI rendah berarti tidak tahu konsep (lucky guess) .

Jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep dengan baik. Jawaban salah Jawaban salah dan CRI

rendah berarti tidak tahu konsep.

[image:38.596.180.446.116.207.2] [image:38.596.200.425.357.465.2] [image:38.596.110.516.603.707.2]
(39)

40

Melalui tabel 3.5 tersebut diperoleh empat kemungkinan kriteria siswa dalam menjawab soal yaitu siswa tahu konsep, siswa lucky guess, tidak tahu konsep, dan miskonsepsi. Persentase miskonsepsi tersebut kemudian dikategorikan seperti pada tabel 3.6 berikut (Suwarna, 2013, hlm.4).

Tabel 3.6. Kategori Persentase Miskonsepsi

Miskonsepsi (%) Kategori Miskonsepsi

0-30 Rendah

31- 60 Sedang

61-100 Tinggi

F.4. Pengolahan Data Hasil Belajar Kompetensi Sikap

Hasil belajar kompetensi sikap diukur melalui lembar observasi yang tersusun dalam skala rating scale 1-4. Saat dilaksanakannya pembelajaran observer memberikan skor 1-4 pada setiap aspek yang diukur pada kompetensi sikap berdasarkan jumlah sikap siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian sikap. Panduan penilaian hasil belajar kompetensi sikap siswa dapat dilihat pada lampiran B.2. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompok (IPK) hasil belajar kompetensi sikap siswa adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata aspek sikap siswa yang diamati dari seluruh siswa kelas VII-H yang berjumlah 33 orang.

2. Menentukan skor maksimum.

3. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

[image:39.596.203.424.221.298.2]
(40)

Tabel 3.7. Kategori Hasil Belajar Kompetensi Sikap

IPK (%) Kategori

25-49 Kurang

50-74 Cukup

75-100 Baik

Mundilarto (2012, hlm.68)

F.5. Pengolahan Data Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan

Hasil belajar kompetensi keterampilan diukur melalui lembar observasi yang menggunakan skala rating scale 1-4. Saat dilaksanakannya pembelajaran observer memberikan skor 1-4 pada setiap aspek yang diukur pada kompetensi keterampilan berdasarkan jumlah perilaku siswa yang muncul selama pembelajaran dengan acuan rubrik penilaian keterampilan. Panduan penilaian hasil belajar kompetensi keterampilan siswa dapat dilihat pada lampiran B.3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung indeks prestasi kelompok (IPK) hasil belajar kompetensi keterampilan adalah sebagai berikut: 1. Menghitung skor rata-rata aspek keterampilan siswa yang diamati dari seluruh

siswa kelas VII-H yang berjumlah 33 orang. 2. Menentukan skor maksimum.

3. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:

4. IPK hasil belajar kompetensi keterampilan siswa yang diperoleh kemudian dikategorikan sesuai dengan kategori hasil belajar kompetensi keterampilan menurut Mundilarto (2012, hlm.68) yang ditunjukkan pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8. Kategori Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan

IPK (%) Kategori

25 - 49 Kurang Terampil 50 - 74 Cukup Terampil 75 - 100 Terampil

[image:40.596.188.456.113.208.2] [image:40.596.177.456.628.733.2]
(41)

60

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian mengenai penerapan Scientific Approach, hasil belajar, dan miskonsepsi siswa SMP pada materi Pemanasan Global yang dilakukan di salah satu SMP Negeri Bandung adalah sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach telah terlaksana dengan kategori baik.

2. Hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan Scientific Approach dengan kategori sedang (<g> = 0,51).

3. Hasil belajar kompetensi sikap siswa SMP selama pembelajaran Scientific Approach berada pada kategori baik (rata-rata IPK = 86,6 %).

4. Hasil belajar kompetensi keterampilan siswa SMP selama pembelajaran Scientific Approach berada pada kategori terampil (rata-rata IPK= 80 %). 5. Persentase miskonsepsi siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran dengan

Scientific Approach bernilai sebesar 17,17% dengan kategori rendah.

B.Saran

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian yang telah dilaksanakan, maka diajukan saran sebagai berikut:

1. Mengenai penerapan Scientific Approach pada pembelajaran fisika sebaiknya dilakukan penelitian untuk materi fisika lainnya agar dapat memperoleh perbandingan gambaran keterlaksanaan pembelajaran Scientific Approach pada materi Pemanasan Global di penelitian ini.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. & Hawadi.(2011). Akselerasi (A-Z Inf Prog Percptn Belj). Jakarta: Grasindo.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andriani, Y. (2011). Penerapan Pembelajaran Konflik Kognitif pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Awan, Ahmed S., & Ali, Muhammad S. (2013). “Changing Students Alternative

Conceptions about the Concept „Solution‟ through Constructivism”. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Bussiness, 694 – 706

Aydin, G., & Balim, A. G. (2011). "The Activities Based on Conceptual Change Strategies Prepared by Science Teacher Candidates". Western Anatolia Journal of Educational Science, 557-566.

Bayrak, B. K. (2013). "Using Two-Tier Test to Identify Primary Student's Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base". Mevlana International Journal of Education, 19-26.

(43)

62

4th Grade Student's Understanding of Earth and Sky Concepts". Science Education International, 84-96.

Chu, H.-E., Treagust, D., & Chandrasegaran, A. (2009). "A Stratified Study of Student's Understanding of Basic Optics Concepts in Different Context Using Two-Tier Multiple-Choice Items". Research in Science & Technological Education, 253-265.

Dancy, M. H. & Beichner, R. (2006). “Impact of Animation on Assessment of Conceptual Understanding in Physics”. The American Physical Society. 2, 010104, (7).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013. Bandung: Depdikbud.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Driver, R., Guesne, E., & Tiberghein, A. (1985). Dalam Children's Ideas in Science. London: McGraw-Hill Education.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., dan Hyun, H. H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc-Graw - Hill Companies.

Guskey, T. R. (2003). Using Data to Improve Student Achievement: How Classroom Assessment Improve Learning. Dalam Educational Leadership [Online], Vol 60 (5), 6 halaman. Tersedia di: http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/feb03/vol60/ num 05/How-Classroom-Assessments-Improve-Learning.aspx

(44)

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change Gain Scores. Department of Physics, Indiana University, Bloomington. [Online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses 6 Juli 2013.

Ika. (2010). Pendidikan Pilar Utama Mengadaptasi Perubahan Iklim . [Online]. Tersedia di: http://ugm.ac.id/id/berita/2165-pendidikan.pilar.utama. mengadaptasi. perubahan.iklim. Diakses 14 Maret 2014.

Imansyah, H. (2007). Belajar dan Pembelajaran Fisika. Disampaikan sebagai Handout pada perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Fisika tahun 2012 Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Johasman, A. (2013). Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific. SMA Negeri 8 Pekanbaru. [Online]. Tersedia di: http://www.almansyahnis.com/ 2013/10/pembelajaran-dengan-pendekatan-Scientific.html. Diakses 21 oktober 2013.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013a). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013 Tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013b). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 68 tahun 2013 Tentang kurikulum SMP/MTs. Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013c). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.

(45)

64

Liu, E., & Li, M. (2013). "An Investigation between Misconceptions of Junior Secondary Biology Teacher and That of Their Students". Dipresentasikan pada EASE Symposium.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika.Yogyakarta: UNY Press. Olivia, F. (2011). Teknik Ujian Efektif. Bandung: Elex Media Komputindo.

Prasetyo, Z. K. dkk. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas Serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Padang: Grasindo.

Rasyid, H. & Mansur. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima. Renngiwur, J. (2011). Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif dengan

Menggunakan Animasi Pada Konsep Pembiasan Cahaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Tesis Magister pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Siahaan, P. (2013). Aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor berdasarkan taksonomi bloom. Disampaikan sebagai Handout pada perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Fisika tahun 2013 Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sokolof, D. R. dan Thornton, R. K. (1997). “Using Interactive Lecture Demonstrations to Create an Active Learning Environment”. The Physics Teacher. 35, hlm. 340-347.

(46)

Sugiyono. (2009). Metode Pemelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhandi, A. dkk. (2009). “Efektivitas Penggunaan Media Media animasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi”. Jurnal Pengajaran MIPA. 13 (1), hlm. 3

Gambar

Gambar 3.1. Desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Participant and  Nonparticipant Observation Design
Tabel 3.1. Distribusi soal untuk setiap aspek kognitif yang diteliti
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Tabel 3.2. Kategori Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kategori
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah; (1) Untuk mengetahui motivasi belajar bahasa Arab siswa sebelum menggunakan model CTL , (2) Untuk mengetahui motivasi belajar bahasa

Jenis pengendap juga berpengaruh terhadap rendemen karaginan yang dihasilkan,rendemen yang dihasilkan dengan pengendap jenis etanol lebih besar dibanding pengendap jenis

respondents who were able to make monthly payment in. terms of the amount of their monthly income and

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang melalui pembelajaran SAVI (Somatis Auditori

[r]

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada