No. Daftar FPIPS : 1523/UN.40.2.5.1/PL/2013
STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI
DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort and Leisure
Oleh :
Denis Christianto
0802601
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA
TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON
Oleh Denis Christianto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial
© Denis Christianto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DENIS CHRISTIANTO 0802601
STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON
Disetujui dan disyahkan oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Darsiharjo,M.S NIP.19620921 198603 1 005
Pembimbing II
Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Resort dan Leisure
STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA TARIK
Cirebon merupakan salah satu kota yang ada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan dijuluki sebagai „Kota Wali‟, karena terdapat makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, beliau adalah penyebar agama Islam di Pulau Jawa bersama para Wali yang lainnya. Di Cirebon memiliki banyak sekali peninggalan yang dapat disaksikan sampai saat ini, baik sejarah maupun kebudayaannya. Hal ini bisa dilihat dari adanya keraton-keraton dan bangunan bersejerah lain. Cirebon juga memiliki tradisi, seni, dan warisan budaya pada masa lalu yang sangat berbeda dari kota-kota lain, sehingga menambah daya tarik wisata bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Cirebon. Selain itu Cirebon juga sangat terkenal dengan industri Batik Cirebon yang sudah terkenal di berbagai daerah bahkan sudah diekspor hingga ke mancanegara.
Cirebon juga memiliki beberapa warisan budaya lokal yakni berupa Wayang, Sandiwara, Sintren, Tari Topeng dan sebagainya. Beberapa tahun belakangan ini Tari Topeng bisa disebut menjadi ciri atau ikon Cirebon, dan banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempertahankan peninggalan sejarah ini agar tidak punah, namun sebenarnya masih ada saja hambatan atau ancaman untuk kesenian yang ada di Cirebon untuk punah dan tergerus oleh budaya asing.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis SWOT untuk menentukan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Tari Topeng sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Cirebon. Diharapkan penelitian ini bermanfaat, yang telah dilakukan dengan adanya pengembangan Tari Topeng dapat mewadahi pelestarian warisan budaya Cirebon dan perlu adanya dukungan dari semua pihak baik dari Pemerintah Daerah, pelaku seni maupun masyarakat terkait.
THE STRATEGY OF MASK DANCE DEVELOPMENT AS THE CULTURAL TOURISM ATTRACTION IN CIREBON REGENCY
BY: Cirebon, he is the disseminator of Islam in Java Island together with another Wali. In Cirebon, there are so many inheritances which can be seen until now, even the history or the culture. We can see it from the existence of the temples and other historic buildings. Cirebon also has tradition, art, and culture heritage from the past which are so different with other cities, so that increase the tourism attraction for the tourist to visit Cirebon. Furthermore, Cirebon is also famous with the Batik Cirebon industry which has been known in every area even has been exported to other countries.
Cirebon also has some local cultures heritage those are Wayang, Sandiwara, Sintren, Mask dance, and so on. For the past recent years, Mask Dance has became the icon of Cirebon, and so many struggles which has been done to make the heritage still exist, but in fact there are still some obstacles and threats for the in Cirebon to die out and disappeared by the west cultures.
In this research the method that I used is descriptive by using SWOT analysis to determine the strategy which will be done to develop Mask Dance as the culture tourism attraction in Cirebon Regency. We wish this research can be useful, which has been done by the existence of Mask Dance development and can provide the place for the conservation of Cirebon cultures heritage and it is needed the support from all parties from the government of the region, art actor and also the society.
DAFTAR ISI
A.Pengertian Teori Kreativitas 12
B. Teori Perubahan Kebudayaaan 14
C.Cultural Heritage Tourism 16
D.Sejarah Topeng Cirebon 20
E. Diagram Wim Satt 22
F. Kerangka Pemikiran 25
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 26
A.Lokasi Penelitian 26
C.Objek Penelitian 29
D.Teknik Pengumpulan Data 30
1. Observasi Lapangan 30
G.Prosedur Dan Pengolahan Data 33
BAB IV PEMBAHASAN 34
A.Unsur Tekstual Pertunjukan Tari Topeng 34
a. Topeng 35
b. Alat Musik Pengiring 36
c. Unsur Gerak 40
d. Busana Para Penari Topeng 41
B. Unsur Konstektual Tari Topeng 46
a. Sejarah Singkat Tari Topeng Cirebon 46
b. Usaha Yang Dilakukan Oleh Para Seniman Tari Topeng 61
C. Program Pemerintah Daerah Dalam Pelestarian Tari Topeng 66
1. Program Secara Kualitas 67
2. Program Secara Kuantitas 68
\
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69
A. Kesimpulan 70
DAFTAR PUSTAKA 91
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsep Pengembangan Tari Topeng Cirebon 19
Tabel 2.2 Tabel Koreografi Tari Topeng Slangit...20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Diagram Wim Satt I 23
Gambar 2. 2 Diagram Wim Satt II 23
Gambar 2. 3 Diagram Wim Satt III 24
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Cirebon 26
Gambar 3. 2 Peta Kawasan Slangit 27
Gambar 4. 1 Alat Musik Gamelan 36
Gambar 4.2 Alat Musik Kendang 37
Gambar 4.3 Alat Musik Gong 38
Gambar 4.4 Alat Musik Suling 39
Gambar 4.5 Penari Topeng Klana 41
Gambar 4.6 Penari Topeng Tumenggung 42
Gambar 4.7 Penari Topeng Rumyang 43
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kebudayaan dalam arti luas sebagai hasil cipta karsa dan karya manusia
tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban
manusia dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pesatnya perkembangan
pariwisata di Indonesia juga membawa implikasi terhadap perkembangan
kebudayaan Indonesia termasuk perkembangan bahasa Indonesia sebagai
sarana pengungkap kebudayaan Indonesia Pengembangan kepariwisataan
yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata
budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan
yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69).
Indonesia sudah terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam yang
ada di seluruh propinsi yang ada.Salah satu kebudayaan itu adalah seni tari.
Seni tari setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah
lainnya. Salah satunya adalah tari topeng Cirebonan. Tari topeng Cirebonan
ini ternyata salah satu seni yang berisi hiburan juga mengandung
simbol-simbol yang melambangkan berbagai aspek kehidupan seperti nilai
kepemimpinan, kebijaksanaan, cinta bahkan angkara murka serta
menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak
2
sebagai media komunikasi yang sangat positif sekali. Pada masa itu di mana
Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam, Sunan Gunung Jati bekerja
sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan tari topeng ini sebagai salah satu
upaya untuk menyebarkan agama Islam dan sebagai hiburan di lingkungan
keraton. Sebenarnya tari topeng ini sudah ada jauh sejak abad 10-11 M yaitu
pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Panji
Dewa. Melalui seniman jalanan seni tari topeng ini masuk ke Cirebon dan
mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat.Ternyata dalam
perkembangannya disebut dengan Topeng Babakan atau dinaan yaitu berupa
penampilan 5 atau 9 topeng dari tokoh-tokoh cerita panji. Topeng ini berasal
dari kata Taweng yang berarti tertutup atau menutupi, sedangkan pendapat
lainnya mengatakan bahwa topeng berarti penutup muka atau kedok. Dengan
demikian tari topeng ini dapat diartikan sebagai seni tari yang menggunakan
penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu
pementasannya. Unsur-unsur yang terdapat pada seni tari topeng mengandung
simbol-simbol dan penuh dengan pesan terselubung, baik dari warna kedok,
jumlah kedok, jumlah gamelan pengiring dan lainnya. Jumlah topeng
keseluruhannya ada 9 buah yaitu panji, samba atau pamindo, rumyang,
tumenggung atau patih, kelana atau rahwana, pentul, nyo atau sembelep,
jingananom dan aki-aki. Topeng yang dijadikan topeng pokok ada lima buah
yaitu panji, samba, rumyang, tumenggung, dan kelana, sedangkan keempat
3
Panji Blowo, Panji Gandrung dan lainnya. Kelima kedok itu disebut dengan
Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima profil. (Sejarah Perkembangan
Tari Topeng Cirebon _.htm)
Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yang
mengandung pesan-pesan terselubung, karena unsur-unsur yang terkandung
didalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangat
menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai
pendidikan.Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia seperti
kepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta
menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak
dewasa. Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa Tari Topeng
Cirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.
Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan
Cirebon Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali
Sanga yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga
memfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian
dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan di lingkungan
Keraton. Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, Gamelan
Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Tari dan kehidupan berkesenian pada umumnya merupakan salah satu
perilaku budaya manusia,baik secara individu maupun kelompok. Menurut
4
etnis, setiap lingkungan masyarakat, serta setiap bentuk seni pertunjukan
memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda(R.M.
Soedarsono,2001:170).
Tari menurut fungsinya ada fungsi primer seni pertunjukan adalah apabila
seni tersebut jelas siapa penikmatnya, secara garis besar Soedarsono
menyatakan bahwa seni pertunjukan memiliki 3 fungsi primer yaitu sebagai
sarana upacara, sebagai ungkapan pribadi dan sebagai presentasi estetis.
Adapun fungsi sekunder seni pertunjukan bertujuan bukan untuk dinikmati
tetapi untuk kepentingan yang lain.
Topeng Cirebon cenderung dipertunjukkan dengan cara berkeliling dari
tempat ke tempat lain, dampaknya Topeng Cirebon menjadi menyebar ke
berbagai daerah, yang tidak hanya berada di wilayah Cirebon saja, tetapi
tersebar hingga ke luar Cirebon. Topeng Cirebon berbeda dengan pertunjukan
tarian yang lainnya yang juga menggunakan kedok. Kata topeng di daerah
pantai utara pada umumnya dan Cirebon, khususnya memiliki makna yang
berbeda. Pertunjukan Topeng Cirebon adalah sebuah pertunjukan yang
memiliki gaya tersendiri dan bersifat sangat individual. Gaya dalam Topeng
Cirebon merupakan prosedur karakteristik yang memberi arti, identifikasi,
serta kontribusi tertentu. Oleh karenanya ia hadir dengan gaya yang unik
sebagai hasil dari karakterisitik gerak personal dan mampu menampilkan
teknik dan keadaan fisik. Mengenai karakteristik serta gaya Topeng Cirebon
5
Pertunjukan Topeng Cirebon pada dasarnya memamerkan tarian
individual, oleh karenanya ia hadir dengan gaya yang unik sebagai hasil dari
karakterisitik gerak personal dan mampu menampilkan teknik dan keadaan
fisik. Banyak dalang Topeng Cirebon yang memiliki gaya penampilan berbeda
antar sesama dalang. Namun demikian masih menunjukkan hubungan dengan
gaya tersebut (Toto Amsar Suanda, 2001: 88)
Pada dasarnya tari Topeng asal Cirebon terdiri dari 3 gaya besar yaitu
Losari, Slangit dan Indramayu. Nama-nama tersebut diambil dari daerah atau
desa Topeng tersebut berasal. Adapun tokoh yang mewakili gaya-gaya
tersebut,yaitu:
a. Gaya Losari diwakili oleh Sawitri, berada di wilayah Cirebon bagian
timur, berbatasan dengan Brebes Jawa Tengah.
b. Gaya Slangit diwakili oleh Sujana Arja, berada di wilayah Cirebon bagian
barat.
c. Gaya Indramayu diwakili oleh Rasinah, berada di wilayah Cirebon bagian
utara.
Gaya-gaya dari ketiga tokoh tersebut dapat dikatakan sebagai gaya
individual sedangkan gaya dari kelompok atau genre tari topeng dapat
dikatakan gaya tarian. Pertunjukan Topeng Cirebon memiliki ciri-ciri tertentu
sehingga menjadikan gaya yang melekat pada pertunjukan tersebut, pada
6
1. Penarinya menggunakan kedok yang terdiri atas kedok pokok dan kedok
bodor. Kedok pokok terdiri atas lima buah kedok,yaitu panji, pamindo,
rumyang, tumenggung, dan klana. Kelima kedok tersebut biasanya
digunakan oleh seorang dalang topeng.
2. Masing- masing kedok pokok menunjukan karakter yang berbeda,dan
diartikan satu per satu, dapat secara keseluruhannya atau hanya sebagian
tergantung situasi dan kondisi pertunjukannya. Adapun kedok bodor
biasanya terdiri atas Jingga Anom, Pentul, Tembem, Dayun, dan Kedok
Aki. Kedok bodor hanya ditarikan oleh bodor(pelawak).
3. Berlatar belakang cerita Panji.
4. Setelah menampilkan Tari Panji, pada Tari Pamido senantiasa muncul
lawakan sebagai selingan untuk memberi jeda untuk dalang Topeng.
5. Menggunakan gamelan berlaras Pelog atau Prawa(Salendro)
6. Penarinya biasanya laki-laki, namun dapat juga ditampilkan oleh
perempuan dan senantiasa menggunakan hiasan(penutup)kepala yang
disebut sobrah atau tekes.
Apabila dikelompokkan berdasarkan gaya materi pertunjukan, Tari
Topeng Cirebon biasanya terdiri dari 7 macam penampilan yang disajikan
secara berurutan mulai dari karakter halus hingga gagah yang kemudian
dilanjutkan dengan Lakonan. Urutannya antara lain sebagai berikut :
1. Panji,
7
3. Rumiang,
4. Tumenggung atau Patih,
5. Jingga Anom dilanjutkan peperangan dengan Tumenggung,
6. Klana, dan
7. Lakonan (khusus di Losari)
(dikutip dari Caturwati, 2007 : 37-68)
Perubahan social budaya di Cirebon yang berpengaruh terhadap kehidupan
pertunjukan Topeng dan senimannya dengan ditandai, antara lain oleh
perubahan pandangan keagamaan dan politik,serta modernisasi. Perubahan
pandangan keagamaan di desa-desa berhubungan dengan kecenderungan
pemurnian Islam dan pandangan dari sudut moral. Seniman wayang dan
topeng Cirebon merupakan anggota masyarakat yang berpegang pada
kepercayaan tradisional yang mengandung unsur animism, seperti misalnya
percaya keperdukunan, peramalan di dalam paririmbon, mantera-mantera,
benda pusaka, dan lain sebagainya (Juju Masunah,2003).
Pandangan kaum agamawan terhadap seni telah beralih dari sudut
kepercayaan kepada unsure moral. Bahkan sudah jauh sebelumnya, salah satu
organisasi Islam yaitu Sarekat Islam local di Sapudi, telah mengadakan
gerakan anti gamelan dan anti penari perempuan pada tahun 1913
(Kuntowidjoyo,1987). Namun demikian perkembangan pertunjukan tari
topeng Cirebon tidak sepesat tari Keurseus. Hal ini disebabkan selain bentuk
8
pukulan kendangnya(tidak banyak pangrawit Bandung dapat memukul
kendang dengan gaya khas Cirebon), juga karena faktor sosial. Masalahnya
yang mengajarkan tari Topeng pada saat itu umumnya dari kalangan rakyat
biasa (Caturwati, 2007: 23).
Saat ini kesenian tari topeng sangat langka dan jarang ditemui lagi di
daerah Cirebon, ini dikarenakan kurangnya minat dari generasi muda untuk
mengembangkan dan menampilkannya kepada masyarakat luas agar lebih
dikenal dan lebih digemari, kita bisa melihat di Bali bagaimana tari kecak
menjadi primadona disana dan para wisatawan yang datang pun selalu ingin
menyaksikan dan bahkan ikut berpartisipasi dalam pementasan tari kecak
tersebut,seharusnya di Cirebon bisa mengikuti bagaimana cara pelestarian
warisan budaya ini.
Pada umumnya di Kabupaten Cirebon wisata yang berkembang saat ini
ialah wisata belanja dan wisata religi karena di wilayah Kabupaten Cirebon
terdapat batik trusmi yang menjadi sentra wisata belanja batik di Cirebon dan
untuk wisata religi Cirebon memiliki tempat ziarah makam Sunan Gunung Jati
yaitu salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Hampir setiap malam jumat banyak peziarah yang datang ke Cirebon hanya
untuk berziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Jika kita mampu
mengembangkan kesenian dan mengemas kesenian daerah ini menjadi lebih
menarik maka secara otomatis para penonton pun tidak akan merasa bosan dan
9
warisan dari dulu kala yang tidak semestinya putus begitu saja
pengembangannya walau dengan kondisi apapun harus tetap hidup.
Menurut hasil wawancara dengan Ibu Wiwin salah satu guru pengajar di
SMK Pakungwati Cirebon yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober
2012, beliau memaparkan bagaimana kondisi Tari Topeng Cirebon saat ini
yakni sudah mengalami kemajuan baik dari segi minat maupun dukungan dari
Pemerintah Daerah Cirebon sendiri, dari generasi mudanya sudah ada
peningkatan minat terhadap seni Tari Topeng dikarenakan sudah adanya
kurikulum baru tentang seni budaya yang diajarkan disetiap sekolah dan sudah
banyaknya event atau acara yang diadakan dan dikolaborasikan dengan
kesenian modern seperti saat adanya konser pertunjukan musik nasional maka
pada saat pembukaannya biasanya diselipkan seni Tari Topeng terlebih
dahulu.
Untuk dukungan dari Pemerintah Daerah Cirebon sendiri berupa bantuan
ketika uji kompetensi SMK menjadi juri saat adanya perlombaan Tari Topeng
baik di Cirebon maupun diluar Cirebon serta adanya lomba Tari Topeng yang
diselenggarakan oleh DISPARBUD untuk tingkat sekolah. Dengan banyaknya
lomba yang diadakan oleh Pemerintah Daerah ini meningkatkan semangat
para generasi muda untuk lebih berprestasi dan giat berlatih lagi. Oleh karena
itu kita sebagai generasi muda seharusnya bisa mengembangkan kesenian
daerah sehingga sampai anak cucu kita nanti mereka akan tahu apa itu yang
10
asing yang saat ini telah mendominasi di Indonesia, dan berdasarkan dari
beberapa pemikiran diatas maka penulis mengambil judul “Strategi
Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di
Kabupaten Cirebon”.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan penelitian ini dibuat dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Unsur tekstual apa saja yang ada dalam Tari Topeng Slangit
kab.Cirebon?
2. Unsur kontekstual apa saja yang ada dalam Tari Topeng Slangit
kab.Cirebon?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui unsur tekstual yang ada dalam Tari Topeng Slangit.
2. Mengetahui unsur kontekstual yang ada dalam Tari Topeng Slangit
D. Manfaat Penelitian
11
1. Rekomendasi terhadap pemerintah daerah Kab. Cirebon dalam
pengembangan Tari Topeng Cirebon.
2. Sebagai bahan kajian terhadap masyarakat Kab. Cirebon dalam arti
pentingnya melestarikan warisan budaya daerah demi kelestarian budaya
dimasa yang akan datang.
3. Menambah wawasan terhadap pengenalan seni budaya khususnya Tari
Topeng Cirebon daerah di Kab. Cirebon
E.Definisi Operasional
Dalam definisi operasional penulis akan memberikan pengertian
berdasarkan permasalahan yang akan dibahas antara lain:
Pengembangan adalah suatu pedoman perubahan dalam keadaan yang
berbeda dari keadaan sebelumnya dengan adanya acuan-acuan yang pasti
untuk mencapai tujuan tertentu dengan harapan menjadi lebih baik.
Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang
menggunakan kebudayaan sebagai objeknya.
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan
12
Kesenian Menurut Kuntjaraningrat adalah suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas
dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Cirebon
27
Gambar 3.2 Peta Kawasan Slangit
Sumber : Http:/google maps.com
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Silangit Kecamatan Klangenan
Kabupaten Cirebon yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Alasan kenapa
dipilihnya Slangit sebagai lokasi penelitian karena di Slangit masih
terdapat sanggar yang cukup aktif dalam usaha pelestarian kesenian Tari
Topeng di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon terdiri atas 40
28
Denis Christianto, 2013
pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang berada di
sebelah selatan Kota Cirebon. Tiga kecamatan yang baru terbentuk pada
tahun 2007 adalah Kecamatan Jamblang (Pemekaran Kecamatan
Klangenan sebelah timur), Kecamatan Suranenggala (Pemekaran
Kecamatan Kapetakan sebelah selatan), dan Kecamatan Greged
(Pemekaran Kecamatan Beber sebelah timur).
Adapun batas administrasi Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan
- Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
- Sebelah Timur : Kabupaten Brebes
B. Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Pada penelitian ini penulis memakai metode deskriptif analisis yang
dilakukan berdasarkan pada paradigma kualitatif. Pengumpulan data-data
penelitian yang dilakukan penulis melalui observasi lapangan dan
wawancara. Kemudian tinjauan pustaka, sebagai landasan teori dan untuk
memperkuat data penyusun. Selain itu penulis juga menggunakan media
29
Metode Deskriptif analisis, yaitu metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
(Best,1982:119). Tujuan metode deskriptif, yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
2. Tahapan Pengolahan data
Dalam Penelitian ilmiah ini melalui tiga tahapan data yang secara
sistematis terdiri dari tahap masukan, yaitu tahap pengumpulan data dari
berbagai sumber dalam tahap ini data dibagi menjadi dua jenis data
pertama data primer dan yang kedua data sekunder. Data primer adalah
data yang didapat dari studi lapangan atau observasi, sedangkan data
sekunder adalah data yang di dapat dari studi literatur.
Setelah melalui tahap pengumpulan data kemudian data tersebut
melalui proses analisis. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan
adalah alat analisis SWOT. Dalam tahap ini informasi-informasi yang
didapat diidentifikasi faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terhadap
pengembangan wisata heritage di Bandung. analisis SWOT ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
30
Denis Christianto, 2013 C. Objek Penelitian
Cirebon memiliki beberapa objek daya tarik wisata atau ODTW
yang cukup menarik bagi wisatawan baik dari segi wisata kuliner, wisata
belanja , wisata budaya, maupun wisata religi. Di Cirebon yang cukup
terkenal ialah wisata kuliner dan wisata budaya dan religi nya, untuk
wisata kuliner terdapat makanan khas yang mampu menggoda para
wisatawan dari luar Cirebon yakni ada empal gentong, nasi lengko, nasi
jamblang, dan docang. Wisata budaya dan religi Cirebon memiliki
beberapa bangunan atau situs bersejarah di antaranya ialah terdapat Situs
Makam Sunan Gunung Jati yakni wali songo yang menyebarkan agama
Islam di pulau Jawa, selain itu juga ada keraton-keraton yang biasa
dikunjungi wisatawan.
Namun dalam penelitian ini penulis memiliki ketertarikan terhadap
produk warisan budaya yang terdapat di kabupaten Cirebon. Produk
warisan budaya ini yakni berupa Seni Tari Topeng yang terdapat di daerah
Slangit, Klangenan.
31
Dalam penelitian ini, penulis memakai beberapa teknik pengumpulan data
seperti :
1. Observasi Lapangan
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis melalui pengamatan
dan ingatan (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2004:139).
2. Wawancara
Tehnik ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dari orang-orang yang terlibat langsung dengan permasalahan yang akan
diteliti.
3. Studi Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan kepada instansi-instansi
yang terkait langsung dengan masalah penelitian, dengan mempelajari
berbagai dokumen-dokumen yang berhubungan langsung terhadap
penelitian yang dilakukan.
4. Studi Pustaka
Studi literatur merupakan metode mencari, membaca, mempelajari
literatur yang berhubungan dengan pokok masalah. Data ini disebut data
sekunder.
E. Alat Pengumpul Data
32
Denis Christianto, 2013
Digunakan sebagai media visual untuk melihat kondisi lokasi penelitian.
2. Surat Penelitian
Digunakan sebagai perizinan untuk memperoleh informasi dan data
kepada lembaga atau instansi yang terkait dalam proses penelitian ini.
3. Pedoman wawancara
Pedoman pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara dan
ditujukan kepada seseorang yang dianggap bisa memberikan informasi
mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam melakukan penelitian kegiatan pengumpulan data merupakan
hal yang sangat penting. Sebelum mengumpulkan data terlebih dahulu
peneliti harus menentukan cakupan penelitian atau populasi dari objek
penelitian. Menurut Husaini dkk dalam Metodologi Penelitian Sosial
(2006:43)
Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran
33
sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan menurut
Kunto(2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Dari pengertian di atas populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah masyarakat slangit dan pelaku seni Tari Topeng Cirebon.
2. Sampel
Sampel adalah sejumlah kasus yang dapat mewakili populasi atau
sebagian dari populasi yang dianggap representatif. Sampel adalah bagian
dari populasi (cuplikan, contoh) yang dapat mewakili populasi yang
bersangkutan (Sumaatmadja,1998:112).
Pengambilan jumlah sampel untuk mendapatkan data yang
mewakili populasi sampai saat ini belum ada ketentuan yang mutlak, sebab
keabsahan sampel terletak pada sifat dan karateristiknya mendekati
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diambil
kesimpulan, sebagai berikut :
1. Kondisi Tari Topeng Cirebon saat ini memiliki banyak potensi untuk
dikembangkan akan tetapi masih banyak ancaman-ancaman yang
muncul untuk menekan perkembangan Tari Topeng Cirebon sehingga
perlu adanya sinkronisasi antara pihak pelaku seni, masyarakat dan
Pemerintah Daerah untuk melestarikannya.
2. Unsur Tekstual yang ada dalam pertunjukan Tari Topeng Slangit yakni
seragam, musik, maupun gerakannya tidak jauh berbeda dengan Tari
Topeng yang ada pada daerah lain, di Topeng Slangit memiliki gerakan
yang lebih statis dari Tari Topeng Indramayu ataupun Tari Topeng
Losari tidak terlalu banyak improvisasi sedangkan untuk busana yang
digunakan sama seperti dengan Tari Topeng di daerah lain namun untuk
segi musik di Indramayu lebih beraromakan nuansa pesisir sedangkan di
70
3. Unsur Kontekstual yakni usaha yang dilakukan oleh para pelaku seni
Tari Topeng dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah
ini berupa melakukan latihan bersama antar para pelaku seni Tari
Topeng karena mereka beranggapan bahwa jika memulai sesuatu harus
dari diri sendiri dulu jika ingin mengajak orang lain, selain itu juga ada
uji kompetensi yang diadakan setiap 6 bulan sekali di sanggar yang ada
di Slangit. Promosi juga dilakukan untuk mengembangkan dan
mengenalkan kesenian daerah ini ke berbagai media termasuk stasiun
71
B. Rekomendasi
1. Perlu diadakannya pagelaran kesenian dan budaya yang diseleggarakan
secara rutin agar nilai-nilai warisan budaya di Cirebon bisa lebih dikenal
secara luas oleh masyarakat umum baik yang ada di Cirebon maupun
diluar Cirebon.
2. Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah harus tepat sasaran
jangan hanya sebagai program saja akan tetapi pelaksanaannya tidak tepat.
3. Pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak event organizer atau pihak
swasta untuk melakukan promosi lebih intensif ataupun pengadaan acara
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Cirebon ( Makalah dan Foto )
Sumber : Dokumentasi Pribadi SMK Pakungwati Cirebon
Caturwati, Endang. 2007. Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press
Caturwati, Endang. 2007. Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan Ambu
Press
Rustiyanti, Sri. 2012. Menggali Kompleksitas Gerak dan Merajut Ekspresivitas
Koreografi. Bandung : Sunan Ambu Press
Risyani, 2009. Menjadi Priangan : Transformasi Budaya Topeng Klana
Cirebonan Karya R. Nugraha Soedireja. Bandung : Sunan Ambu Press
Pitana, I Gde dan Diarta, I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: ANDI.
Sugiyono, Cetakan 13. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Setiawati, R. 2008. Seni Tari SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
73
Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
_____, 2008. Sejarah Kota Cirebon www.google.com 20 Juli 2012.
_____, 2010. Sejarah perkembangan pokok pokok tari Cirebon- http://cirebonkukotaku.blogspot.com 18 Juli 2012.
_____, 2011. Sejarah tari topeng Cirebon www.lokerseni.com 20 Juli 2012
_____, 2010. Sejarah topeng Cirebon http:/prasetyokoko.blogspot.com 22 Juli 2012
2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cirebon 22 Juli 2012
2013 http://googlemaps.com 11 Januari 2013