• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

No.0060/S/PGSD-DM/9A/Juli/2015

PENERAPAN PENDEKATANKONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar

Oleh

Friska Klara Napitupulu 1107091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR

Oleh

Friska Klara Napitupulu 1107091

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Muslim, M.Pd NIP. 196406061990031003

Pembimbing II

Drs. Tatang Syaripudin, M.Pd NIP. 1960052119780731005

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SEKOLAH DASAR

Oleh

Friska Klara Napitupulu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Friska Klara Napitupulu 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(4)
(5)

Friska Klara Napitupulu, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh:

Friska Klara Napitupulu 1107091

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil ulangan siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang kurang memuaskan dimana hanya ada 10 orang dari 35 siswa yang mencapai nilai KKM 63.Hal ini dikarenakan proses pembelajaran siswa masih kurang dalam berpikir dan bekerja ilmiah, masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan yang bersumber pada buku paket dan LKS, guru belum menggunakan pembelajaran inovatif, kegiatan lebih berpusat pada guru, dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA hanya sebagai pendengar, mencatat, dan menghafal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar IPA, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc.Taggart dengan pelaksanaan penelitian sebanyak tiga siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas III di salah satu SDN di Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 35orang. Instrumen yang digunakan yakni lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar dan tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Lembar aktivitas siswa untuk mengetahui kerjasama siswa dalam kelompok. Data penelitian diperoleh melalui observasi kegiatan belajar dan hasil tes evaluasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian seluruhnya menunjukan bahwa aktivitas siswa dan nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam belajar IPA dan sikap siswa terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual pada umumnya menunjukkan positif dan ketuntasan belajar pada siklus I 47%, pada siklus II 83%, sedangkan pada siklus III mencapai 96%. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa sekolah dasar dan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengembangkan proses pembelajaran,selain itu juga diharapkan guru dapat mengembangkan pendekatan kontekstual dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pada mata pelajaran dan kelas yang berbeda.

(6)

Friska Klara Napitupulu, 2015

IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL APPROACH TO IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND RESULTS OF PRIMARY

By:

Friska Klara Napitupulu 1107091

ABSTRACT

This research is motivated low value of the test results of students in the subjects of Natural Sciences that are less satisfactory where there were only 10 people out of 35 students who reach the KKM 63.This is because the learning process of students is still lacking in scientific thinking and working, still oriented towards control theory and rote which is based on textbooks and worksheets, teachers have not been using innovative teaching, more activities centered on the teacher and student activity in the learning process of science just as a listener, notes, and memorize. This study aimed to describe the application of contextual approach in improving the activity and student learning outcomes in learning science. Variables that were subjected to a change in the activity and results of research is to learn science, while variable measures used in this study is a contextual approach. This study uses a Class Action Research (CAR) which adapt the model Kemmis & Mc.Taggart with the implementation of the three cycles of study. The subjects were students of class III in one of the SDN in West Bandung regency, amounting to 35 people. The instrument used the observation sheet to determine the activity of learning and evaluation test to determine student learning outcomes. Student activity sheets to determine the cooperation of students in the group. Data were obtained through observation and learning activities and evaluation of test results. Analysis of the data used in this research is descriptive qualitative and quantitative analysis. Results of the study showed that the whole student activity and student learning outcomes value increased from every cycle. This is indicated by the increased activity of students in learning science and students' attitudes toward science learning with contextual approach generally indicate positive and mastery learning in the first cycle 47%, in the second cycle 83%, while the third cycle reaches 96%. Based on these results, it can be concluded that the application of the contextual approach can increase the activity and results of learning science in primary school students and can be used as an alternative in developing the learning process, but it is also expected teachers can develop contextual approach in a broader scope, namely on the subjects and different classes.

(7)

1

Friska Klara Napitupulu, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Di dalam kurikulum ditegaskan bahwa “pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah” (Depdiknas, 2006, hlm. 124). Pendidikan IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar merupakan ilmu yang mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Carin dan Sund (FPMIPA UPI, 2010 hlm. 130) yang mendefenisikan ‘IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen’.

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dalam kurikulum 2006 hlm.124 agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

(8)

2

Friska Klara Napitupulu, 2015

Adapun pembelajaran IPA di sekolah dasar akan berhasil dengan baik apabila guru memahami perkembangan intelektual anak-anak usia sekolah dasar. Karakteristik perkembangan usia anak sekolah dasar antara 7 tahun sampai dengan 11 tahun berada tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa berpikir atas dasar pengalaman konkret atau nyata yang dialami dan dilihat. Karakteristik ini dapat dijadikan landasan dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi siswa sekolah dasar. Pembelajaran perlu direncanakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa pada operasioanal konkret yang melibatkan siswa dalam pembelajaran untuk dapat melihat, berbuat sesuatu, dan mengalami langsung hal-hal yang dipelajari. Sehingga akan berdampak terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Sebagai sekolah yang menerapkan kurikulum 2006 mewajibkan para siswanya untuk mempelajari mata pelajaran IPA. Aktivitas IPA menekankan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar dan diarahkan untuk inkuiri serta berbuat sehingga membantu siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam. Namun kenyataannya di sekolah masih perlu peningkatan kualitas pembelajaran dikarenakan siswa masih kurang dalam berpikir dan bekerja ilmiah. Aktivitas masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan yang bersumber pada buku paket dan LKS.

(9)

3

Friska Klara Napitupulu, 2015

dengan hasil belajar yang rendah dan belum sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sekolah yakni 63. Sesuai analisis yang dilakukan peneliti kegiatan pembelajaran 60% waktu dihabiskan dengan mencatat.

Dari data di atas dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran hanya mendapatkan pengetahuan saja sehingga siswa hanya menghafal konsep dan fakta tanpa mengetahui apa dan bagaimana dan untuk apa konsep dan fakta itu dipelajari serta guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dengan menghubungkannya dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini diperkuat dengan data hasil ulangan harian pada pembelajaran IPA belum mencapai KKM, hanya 10 orang dari 35 siswa yang mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh faktor proses pembelajaran yang telah dilaksanakan meliputi aktivitas siswa, guru, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga. Dari analisis yang telah dilakukan tersebut maka tujuan dan hasil belajar yang diharapkan pada pembelajaran IPA belum tercapai.

Untuk pemecahan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Pemecahan masalah diperkuat pendapat Nurhadi (dalam Hernawan, dkk, 2007, hlm.155) ) mengemukakan :

(10)

4

Friska Klara Napitupulu, 2015

dimiliki oleh siswa dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa akan mudah memahami konsep belajar. Dengan pendekatan kontekstual, siswa akan bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa semata. Pendekatan kontekstual merupakan strategi yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

Dengan siswa diajak bekerja dan mengalami, siswa akan mudah memahami konsep suatu materi dan nantinya siswa diharapkan dapat menggunakan daya nalarnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan suatu upaya yang harus diciptakan secara teratur untuk mewujudkan keberhasilan dari aktivitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat diketahui dengan adanya persepsi yang berasal dari siswa sebagai obyek dalam kegiatan belajar di kelas. Persepsi yang dimaksud adalah persepsi dari siswa itu sendiri baik itu persepsi yang bersifat positif maupun negatif. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam memahami konsep gerak benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan pendekatan kontekstual, yaitu : konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Adapun kelebihan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual antara lain :

(11)

5

Friska Klara Napitupulu, 2015

pendekatan kontekstual dapat mendorong siswa dalam memahami dan mempraktikkan pembelajaran IPA melalui kehidupan nyata yang lebih konkret sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berupaya melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, secara umum maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa kelas III Sekolah Dasar?”.

Masalah penelitian tersebut dirinci kedalam rumusan masalah yang lebih khusus berupa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III Sekolah Dasar?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual dalam pada mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda. Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian khusus ini adalah :

(12)

6

Friska Klara Napitupulu, 2015

2. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III Sekolah Dasar?

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda di kelas III Sekolah Dasar?

D. Manfaat Penelitian

Pembelajaran dengan menerapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikankan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan tentang pendekatan kontekstual secara konseptual untuk meningkatkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a) Bagi siswa, dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat mendorong siswa turut aktif dalam proses belajar, siswa lebih menyerap materi karena dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran lebih nyata dan hasil belajar siswa meningkat.

b) Bagi guru, penelitian ini dapat meningkatkan inovasi bagi guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan dalam mengajar.

(13)

80

Friska Klara Napitupulu, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan temuan penelitian pada bab IV bahwa penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekolah dasar diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(14)

81

Friska Klara Napitupulu, 2015

guru kemudian dituangkan dalam perencanaan dan diaplikasikan pada saat pelaksanaan pembelajaran.

2. Aktivitas siswa kelas III setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi gerak benda mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil observasi awal siswa pada saat proses pembelajaran sebelumnya masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan yang bersumber pada buku paket dan LKS dan berpusat pada guru. Aktivitas siswa masih kurang aktif, kurang antusias dan kurang minat selama proses pembelajaran hanya sebagai pendengar, mencatat dan menghafal. Setelah diterapkan pendekatan kontekstual siswa diberikan kesempatan belajar untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Dengan siswa mencoba, melakukan dan mengalami, siswa mudah memahami konsep suatu materi. Hal ini terlihat dari hasil analisis siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I siswa belum terbiasa menggunakan media benda nyata, masih bingung menggunakan media pada saat pembelajaran sehingga disetiap kelompoknya kurang terlibat aktif hanya didominasi siswa unggul, tetapi pada siklus II dan siklus III siswa sudah mulai terbiasa sehingga siswa disetiap kelompoknya terlibat aktif. Dengan siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Hal tersebut karena kekurangan pada siklus I diperbaiki dan diaplikasikan pada siklus II dan siklus III sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas pembelajaran siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual terjadi peningkatan.

(15)

82

Friska Klara Napitupulu, 2015

96%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA tentang materi gerak benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan kontekstual.

1. Bagi guru , penerapan pendekatan kontekstual bisa dijadikan referensi dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan pendekatan kontekstual, siswa bisa memperoleh pengalaman secara langsung dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang didapatkan akan lebih bermakna dan lebih mudah untuk diingat siswa.

2. Bagi sekolah, sebaiknya lebih memfasilitasi guru untuk mengembangkan pendekatan kontekstual dengan ketersediaan media pembelajaran yang menunjang tehadap kelancaran kegiatan belajar mengajar dan untuk lebih mendorong guru melakukan pengembangan dalam pembelajaran karena minimnya fasilitas yang tersedia akan menghambat terselenggaranya proses pembelajaran dan

(16)

83

Friska Klara Napitupulu, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Nurjhani, Muslim, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD Kelas 3. Bandung : Pusat Perbukuan.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandunng: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Budiningsih, (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Media Makmur Maju Mandiri

FPMIPA UPI, (2010). Bahan Ajar PLPG serifikasi guru 2010 Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Tim UPI Bandung.

Hakim, (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV.Wacana Prima. Harun dan Mansur, (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV.Wacana

Prima.

Hernawan, dkk , (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung : UPI PRESS. Isjoni, (2012). Cooperative Learning (Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Johaness, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Kesuma, D. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tidak diterbitkan.

Mariyem, dkk. Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan IPA Untuk SD Kelas 3 . Surakarta : Teguh Karya

Mulyasa, (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Nurhadi ; Yasin.B ; Senduk, A.G. (2004). Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teachng and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

(17)

84

Friska Klara Napitupulu, 2015

Purwanto. (2012). Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif TGT Pada Kompetensi Dasar Statistika. Jurnal Edukasi Matematika (Edumat), 3 (5), hlm. 304-317.

Rohani, A (2010). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Rosalin, E (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Karsa Mandiri Persada.

Sudjana, N (2009) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana, N (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Suyono dan Hariyanto, (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

________ (2012). Kelebihan dan kelemahan pembelajaran CTL. [Online]. Diakses Pada: http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Perpustakaan secara tradisional memang lebih mudah untuk dikelola, dan memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perpustakaan yang berbasiskan komputer, akan

Oleh itu, kajian ini dilakukan untuk menilai media pendidikan bercetak sedia ada yang mensasarkan obesiti kanak-kanak dengan menilai penerimaan golongan profesional dalam

Satisfaction With Turnover Intention At Garuda Indonesian Contact Center Employee. Thesis, Majoring Psychology Faculty of Science Education Indonesia University

Jadi akuntasi biaya adalah informasi akuntansi yang akan digunakan dalam membantu untuk menentukan harga jual suatu produk barang, dan dalam PI kami membahas akuntansi biaya

Banyak pihak yang mendukung sikap Susnoduaji dalam membeberkan markus tersebut/ namun beberapa pihak juga merasa/ bahwa hal yang dilakukan Susno hanya bentuk dari

tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap insdustri pangan di daerah DIY// Pasalnya salahsatu pejabat Disperindagkop DIY -Aguntoro-mengatakan/ para pengusaha

Pengaruh Harga E-Commerce Account Agoda Terhadap Keputusan Menginap Tamu Di Serela Hotel Riau Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu