• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA:PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA:PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

(PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

EKA ELFRIDA RIANI HERWANTO 0909125

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contextual Teaching and

Learning (CTL)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya

(PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang)

Oleh

Eka Elfrida Riani Herwanto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru sekolah Dasar

© Eka Elfrida Riani Herwanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

i

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Eka Elfrida Riani Herwanto, NIM 0909125. Penerapan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning” (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya (PTK di Kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang). UPI Kampus Serang. 2013.

(5)

Kata Kunci: Penerapan Model Pembelajaran, Contextual Teaching and Learning/CTL, Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya, PTK.

(6)

iv

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

(7)

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ……… 3. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) ………...

4. Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya ………..

B. Hasil Belajar ………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(8)

vi

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Rekapitulasi Hasil Penelitian ………. D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……… E. Jawaban Hipotesis Tindakan ………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………

B. Saran ……….………..

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

95 100 104

105 107

(9)

DAFTAR TABEL

halaman

1. Tabel 3.1. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ………... 2. Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal ………... 3. Tabel 3.3. Format Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa ……….. 4. Tabel 4.1. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ……... 5. Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ……… 6. Tabel 4.3. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus II …….. 7. Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ……….. 8. Tabel 4.5. Pengolahan Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus III ……. 9. Tabel 4.6. Hasil Belajar Siswa pada Siklus III ………. 10. Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I –III ………

(10)

viii

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang Dikembangkan Oleh Kemmis dan Mc Taggart ……... 2. Gambar 4.1. Kerja Kelompok Siswa pada Siklus I …………... 3. Gambar 4.2. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi pada Siklus I ………… 4. Gambar 4.3. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi pada Siklus II ……….. 5. Gambar 4.4. Siswa Dibentuk dalam Kelompok ……….. 6. Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus III ………..

(12)

x

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tugas Akhir/Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/ Observasi 3. Surat Keterangan Penelitian

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I – Siklus III 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I – Siklus III

6. Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I – Siklus III

7. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Dengan demikian, pembaharuan kurikulum harus terus dilakukan untuk tuntutan terhadap perubahan jaman. Seperti dikemukakan Nurhadi, dkk (2004:2) “Penyempurnaan kurikulum memang harus dilakukan untuk merespon terhadap kehidupan berdemokrasi,

globalisasi dan otonomi daerah”.

(14)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena itu IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peran penting di dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu manusia mampu berpikir kritis, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, siswa mempelajari berbagai konsep dan salah satu konsep yang dipelajari adalah konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

(15)

sehari-hari. Sains yang diperoleh siswa di sekolah-sekolah terkesan jauh dari masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan di masyarakat.

Dengan demikian dari permasalahan diatas, diperlukannya model pembelajaran yang aktif dan efektif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk mengatasi hal tersebut penulis memberikan suatu cara atau teknik dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan menggunakan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPA tentang konsep cahaya dan sifat-sifatnya dimaksudkan agar siswa memperoleh kesempatan untuk meningkatkan dan menumbuhkan kepeduliannya terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat akibat ketidaktahuan, sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Pendekatan kontekstual menurut Nurhadi, dkk (2004: 5) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakaan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran yang dianggap mampu menjawab persoalan pembelajaran lebih lanjut diungkapkan Nurhadi dkk, (2004: 3-4) sebagai berikut:

“Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi 'mengingat' jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita! Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya

(16)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan antara lain siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

Kecenderungan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah dan siswa mengalami sendiri apa yang mereka

pelajari. Seperti diungkapkan Nurhadi dkk, (2004: 3) “Belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya”.

Melihat kenyataan ini, penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) pada kegiatan belajar mengajar cocok untuk digunakan pada pembelajaran konsep cahaya dan sifat-sifatnya di Sekolah Dasar.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) “memiliki peranan yang sangat

penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1982 ).”

(17)

tepat dalam peningkatan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SD Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang. Berdasarkan dari latar belakang itulah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Konsep Cahaya Dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SD Negeri Limpar

Kecamatan Curug Kota Serang”.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang diatas, untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar penelitian lebih terarah sesuai dengan masalah-masalah yang telah ditentukan, maka perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya?

(18)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Agar penelitian dapat dilakukan sesuai dengan tujuan, maka perlu adanya rumusan tujuan yang jelas. Sujana (1992:38) menyatakan bahwa “tujuan penelitian adalah tentang hal-hal yang hendak dicari, ditemukan atau ingin dicapai dari suatu kegiatan penelitian”. Untuk itu penulis menguraikan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk:

1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Memberikan motivasi untuk dapat meningkatkan hasil belajar

(19)

2. Bagi Guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya membantu siswa terhadap mata pelajaran Sains/IPA untuk meningkatkan kualitas di dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan perubahan, perbaikan dalam pembelajaran IPA (sains) melalui penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL). 3. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.

b. Mengetahui permasalahan pembelajaran IPA secara langsung serta dapat mencari solusi yang tepat.

(20)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pemilihan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan mendeteksi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

John Elliot (dalam Depdiknas, 2003: 7) mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan PTK ialah “kajian tentang situasi sosial dengan maksud

untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan lingkungan yang diperlukan”.

Sementara Hopkin (dalam Wiriaatmaja, 2005: 11) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas atau Claasrom Action Research adalah “penelitian

yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau sesuatu usaha seseorang

(21)

untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.

Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Depdiknas, 2003:7), yang menyatakan bahwa “PTK

adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut”.

Sedangkan menurut Hardjodipuro (dalam Depdiknas, 2003:7) dikatakan

bahwa “PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui

perubahan, dengan mendorong para guru untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut, dan agar mau untuk mengubahnya”.

(22)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menemukan karateristik dari PTK, yang membedakannya dengan jenis penelitian lain, bahwa PTK itu kegiatan nyata untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas, dan merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru kepada siswa, diantaranya: a. Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus

diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru, bukan orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran dikelas.

b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self reflective inquiry).

c. PTK dilakukan di dalam kelas, fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran dikelas yang berupa prilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.

d. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan.

(23)

Berdasarkan karakteristik di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan karena ditemukan adanya masalah-masalah dalam proses kegiatan pembelajaran sehari-hari, maka dengan adanya PTK ini peneliti berupaya untuk memperbaiki pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya melalui beberapa tahapan.

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama dari pelaksanaan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk:

a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran disekolah

b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan didalam dan diluar kelas

c. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan d. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga

tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

(24)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Alasan Mengapa Harus PTK

Sesuai dengan definisi serta karakteristik dan tujuan PTK di atas, PTK sangat bermanfaat untuk guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Beberapa pakar penelitian mengajukan alasan tentang pentingnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu jenis penelitian untuk dilaksanakan. Beberapa alasan itu antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas.

c. Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya. Artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa. Namun pada saat yang bersamaan dan secara terintegrasi guru melaksanaan penelitian.

(25)

B. Desain Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Program Tindakan

Dilihat dari karakteristik dan tujuan PTK di atas, maka penelitian tindakan kelas yang diambil oleh peneliti adalah PTK Menurut Kemmis dan M.C. Taggart, dengan melalui empat tahap, yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation), Refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). (Arikunto, 2010: 104).

a. Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Langkah-langkah atau tindakan yang akan dilakukan perlu direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Dapat disimpulkan dalam tahapan ini peneliti dan guru bekerja sama merencanakan hal-hal sebelum proses mengajar berlangsung, penyusunan RPP, penetapan media dan kondisi fisik serta mental guru harus dipersiapkan secara matang.

b. Pelaksanaan tindakan (action)

(26)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan materi dan strategi yang sudah direncanakan. Sementara itu observer (guru mitra) menyimak pembelajaran hingga selesai lalu kemudian mengadakan beberapa penilaian terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

c. Observasi (observation)

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam penelitian tindakan kelas karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan.

Dalam tahap ini peneliti mengolah data yang didapatkan untuk kemudian direfleksikan pada siklus terakhir PTK baik kelebihan ataupun kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

d. Refleksi (reflection)

(27)

telah dilaksanakan, selanjutnya juga peneliti dan guru merencanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:

1.

Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart Sumber: (Wiriaatmadja 2009:66)

Siklus III, Dst... Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan Siklus

II Siklus

(28)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Demikianlah secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus, yang diikuti oleh siklus-siklus lain yang secara berkesinambungan.

2. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Rangkaian kegiatan penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan (penelitian pendahuluan) tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas. Prosedur pelaksanaan tindakan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:

a. Pra Siklus

Pra siklus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan sebelum tindakan kelas dilakukan terhadap praktek pembelajaran yang dilaksanakan.

1. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan suatu observasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pembelajaran, juga mengamati proses kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan guru dalam pengunaan alat peraga edukatif, fasilitas belajar yang digunakan serta interasi siswa dalam pembelajaran.

2. Refleksi

(29)

yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk pelaksanaan siklus I. b. Siklus I

1) Rencana

Kegiatan ini dimaksudkan peneliti bersama guru menyusun rencana pembelajaran pada materi konsep cahaya dan sifat-sifatnya, dengan memperhatikan hasil observasi dan refleksi dari kegiatan pra siklus, hal ini dimaksudkan sebagai wujud revisi dari kelemahan yang terjadi pada kegiatan pra siklus. Kegiatan perencanaan ini meliputi:

a) Merancang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).

b) Mempersiapkan buku sumber pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

c) Membuat soal-soal tentang cahaya dan sifat-sifatnya untuk memancing pendapat siswa.

2) Tindakan

(30)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Observasi

Kegiatan ini dimaksudkan peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, “apakah tindakan tersebut telah sesuai dengan apa yang telah

direncanakan atau ada hambatan masalah baru yang terjadi sebagai bahan refleksi?”

4) Refleksi

Kegiatan ini dimaksudkan peneliti dan guru mengadakan diskusi dan evaluasi dari hasil observasi. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan diskusi dan evaluasi tentang pelaksanaan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai pertimbangan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.

c. Siklus II

Berdasarkan Refleksi pada siklus I, maka Peneliti dan guru mitra akan merencanakan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan ini dimaksudkan peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran dari hasil observasi dan refleksi dari kegiatan siklus I sebagai wujud revisi dari kelemahan yang terjadi pada kegiatan siklus I. Adapun kegiatan pada tahap perencanaan pada siklus I diantaranya:

(31)

b. Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk siklus II.

c. Mempersiapkan lembar pedoman observasi. d. Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II. 2. Tindakan

Berdasarkan dari pelaksanaan, maka tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dan guru mitra sebagai observer. Adapaun langkah-langkah pembelajaran pada proses tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

a. Dibagian awal pembelajaran guru melakukan apersepsi: Melakukan tanya jawab atau brainstorming tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan cahaya dan sifat-sifatnya. b. Setiap siswa membentuk kelompok lima sampai enam orang

dengan mempraktekan sendiri bahwa cahaya dapat dibiaskan. c. Siswa bersama guru membahas hasil kerja kelompok, kemudian

perwakilan siswa mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. d. Siswa melakukan refleksi tentang proses kontekstual dan

menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini 3. Observasi

(32)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Mencatat perubahan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada lembar pedoman observasi.

4. Refleksi

a. Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

c. Menganalisis hasil temuan dan hasil penelitian pada siklus II, dan merencanakan untuk menindaklanjuti pada siklus III.

d. Siklus III

Berdasarkan refleksi pada siklus II, maka Peneliti dan guru mitra akan merencanakan sebagai berikut:

1. Perencanaan

(33)

a. Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus II, lalu dievaluasi dan didiskusikan untuk mencari upaya perbaikan dan diterapkan pada pembelajaran di siklus III,

b. Merancang rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II.

c. Mempersiapkan lembar pedoman observasi. d. Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II. 2. Tindakan

Berdasarkan dari perencanaan, maka tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dan guru mitra sebagai observer. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus III adalah sebagi berikut:

a. Diawal pembelajaran guru melakukan apersepsi: Memberi gambaran tentang cahaya, bahwa cahaya dapat merambat lurus dan dapat dipantulkan. Kemudian melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang dapat memantulkan cahaya.

b. Siswa bersama guru membahas tentang cahaya yang dapat merambat lurus dan dapat dipantulkan.

(34)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Observasi

a. Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Mencatat perubahan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada lembar pedoman observasi.

4. Refleksi

a. Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

(35)

Curug Kota Serang, dengan jumlah 39 siswa yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di Sekolah Dasar Negeri Limpar Kecamatan Curug Kota Serang, dengan alasan dan pertimbangan karena lokasi penelitian cukup strategis, dan merupakan tempat dilaksanakannya Program Pengalaman Lapangan (PPL). Alasan memilih lokasi SD Negeri Limpar, karena minat siswa kelas V (lima) terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih cukup baik serta guru kelas V (lima) belum pernah menggunakan teknik/metode mengajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

(36)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipelajarinya dan mengaitkannya dengan kehidupanya yang nyata. Karena semakin dekat dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap kecakapan siswa.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.

Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan “konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3).”

Metode CTL memiliki kelebihan. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

(37)

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual yang akan dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk konsep cahaya dan sifat-sifatnya.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Menciptakan masyarakat belajar.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL.

(38)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibagung oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

(39)

e. Pemodelan (Modelling)

Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL.

2. Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya

(40)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibiaskan, dan cahaya putih terdiri atas berbagai warna. Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang banyak manfaatnya.

Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang banyak dimanfaatkan. Cahaya dapat berasal dari matahari, lampu, senter, atau lainnya. Benda-benda yang dapat menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya yang utama bagi bumi adalah matahari.

Cahaya memiliki sifat-sifat, diantaranya: a) Cahaya merambat lurus

Salah satu sifat cahaya adalah merambat lurus dari sumbernya. Contoh yang membuktikan cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari.

b) Cahaya menembus benda bening

Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan cahaya. Ketika mengenai benda bening cahaya akan diteruskan. Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya secara sempurna disebut benda bening. Sedangkan, pada gelas yang berisi air sabun, hanya sebagian cahaya yang diteruskan. Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya tetapi tidak sempurna, disebut benda keruh.

(41)

c) Cahaya dapat dipantulkan

Hukum pemantulan cahaya menyatakan: sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Sinar datang, sinar pantul, dan garis

normal terletak pada sebuah bidang datar.

Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur atau difus. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya datar dan licin, misalnya cermin atau kaca. Pemantulan baur atau difus terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya tidak rata atau kasar.

Cermin dapat menghasilkan pemantulan teratur. Berdasarkan bentuknya, cermin dibedakan menjadi tiga macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.

d) Cahaya dapat dibiaskan

Cahaya akan mengalami pembiasan jika merambat melalui dua media yang kerapatannya berbeda. Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Akibat pembiasan, benda tidak terlihat seperti keadaan sesungguhnya. Bentuk benda tampak berubah.

Demikian pula, posisi benda terlihat berbeda. Misalnya, dasar kolam terlihat lebih dangkal jika kita melihatnya dari atas air.

(42)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya merupakan kumpulan dari sinar yang disebut berkas cahaya. Berkas cahaya dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu menyebar, mengumpul, dan sejajar. Cahaya merambat lurus. Jika cahaya mengenai suatu benda, cahaya tersebut dipantulkan, diserap, atau dibiaskan.

3. Hasil Belajar

Menurut Kunandar (2011: 276) “hasil belajar adalah suatu akibat

dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah berupa nilai tes hasil belajar siswa, dan tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dicuplik pada lembar observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah “alat untuk memperoleh data yang pada

(43)

1. Pedoman Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekan elektronik, atau pemetaan kelas. (Mills (2004), dalam Kunandar (2011:143)

Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa. Pedoman obervasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang menginventariskan data tentang sikap siswa dalam belajarnya, aktivitas siswa, dan juga untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperbaiki, dipertahankan atau ditingkatkan pada pembelajaran selanjutnya.

Berikut ini merupakan pedoman observasi yang akan digunakan oleh observer untuk proses pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Yakni berupa pedoman observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

(44)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual

1 Konstruktivisme a. Mengaitkan antara materi dengan

(45)

merespon.

5. Pemodelan a. Keaktifan dalam penampilan. 6. Refleksi a. Merespons semua

(46)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel di atas merupakan pedoman observasi yang pada pelaksanaanya observer akan menuliskan hasil temuan pada lembar observasi yang disediakan oleh peneliti dan disesuaikan dengan deskriptor pada pedoman observasi di atas.

2. Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2006: 150).

Sedangkan menurut Buchori dalam Daryanto (2007: 35) dikatakan bahwa tes adalah percobaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat pengumpul informasi tentang hasil belajar siswa.

Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes yang dilakukan oleh peneliti dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini merupakan dasar untuk menentukan hasil dari penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA dikelas V pada Konsep Cahaya dan Sifat-sifatnya.

(47)

uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus dijawab atau dipecahkan oleh testi (siswa) dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai”. Dengan menggunakan tes uraian, siswa mempunyai kesempatan

yang luas untuk mengemukakan pendapatnya dalam menjawab soal. Adapun alasan peneliti mengambil tes uraian, karena disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan berlangsung, bahwasanya dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) itu berupaya mengaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, untuk dapat mengemukakan pendapatnya dan melakukan proses berpikir secara luas dan terbuka.

Adapun kisi-kisi soalnya adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi: Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan

membuat suatu karya atau model.

(48)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

(49)

F. Analisis Data

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengecek kelengkapan data, maksudnya memeriksa lembar observasi hasil temuan observer, dan mengecek data nama siswa sampai kelengkapan identitas pengisi instrumen, dan juga hasil tes siswa.

2. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan klasifikasi dan dianalisa berdasarkan tujuan untuk memudahkan pengolahan dan pengambilan prosentase keberhasilan.

a. Lembar Pedoman Observasi

Untuk memperoleh data yang lebih relevan dalam bentuk kualitatif, dan disesuaikan dengan format lembar observasi yang telah disediakan, maka untuk mengetahui tingkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dilakukan oleh guru model (peneliti), observer menuliskan hasil temuan dari pengamatannya pada lembar observasi yang disediakan, dan hasilnya akan ditafsirkan oleh peneliti.

(50)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mendapatkan data yang reliabel sesuai dengan tes yang akan diberikan yaitu berupa tes uraian sebanyak lima buah soal. Dengan demikian penyekoran jawaban tes uraian yang diperoleh siswa dilakukan dengan cara sistem bobot (weighting system). Maksudnya adalah item dengan kriteria mudah, sedang dan sukar masing-masingnya diberikan bobot tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran. Dan dalam analisis data hasil tes pada penelitian ini bobot yang diberikan adalah sebagai berikut:

- Soal dengan kategori mudah bobot nilainya = 1 - Soal dengan kategori sedang bobot nilainya = 2 - Soal dengan kategori sukar bobot nilainya = 3

(51)

Tabel 3.3 Format Pengolahan Skor Akhir Tes Siswa

Nama Siswa :

No. Absen :

No. Soal Bobot Skor ∑B

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

Jumlah 5

∑ Sx B

N =

∑ Bobot

Maka dengan demikian peneliti menentukan skor hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus:

Adapun rumus untuk menentukan nilai akhirnya adalah: ∑ Skor x Bobot

(52)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai Akhir Siswa= Skor Hasil Sisiwa X 10

Dan nilai rata-rata kelasnya ditentukan dengan rumus:

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan rumus di atas, maka disesuaikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

- Skor nilai 90 – 100 = A (baik sekali) - Skor nilai 80 – 89 = B (baik) - Skor nilai 65 – 79 = C (cukup) - Skor nilai 55 – 64 = D (kurang) - Skor nilai  55 = E (buruk)

(Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67). c. Dokumentasi

Untuk memperkuat data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto sebagai dokumentasi hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti. Hasil dokumentasi merupakan salah satu data akurat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Nilai Rata-rata Kelas = ∑ Nilai Akhir Siswa

∑ Siswa

P=  Siswa Yang Tuntas Belajar X 100 %

(53)
(54)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari mulai pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III, adalah sebagai berikut:

1. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan didesain keterampilan kerja kelompok yang diberikan oleh guru model (peneliti) terhadap pembelajaran sudah bisa menunjukan pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif karenanya dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif, dengan demikian interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat. Bahkan guru sudah bisa mengajak siswa untuk bisa berpikir terbuka dan menuangkan ide gagasannya terhadap permasalahan yang disajikan.

2. Berdasarkan hasil pengamatan observer (guru mitra) terhadap proses pembelajaran pada pelaksanaan siklus I sampai siklus III, dapat peneliti deskripsikan hasil pengamatannya bahwa aktifitas siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat. Hal itu bisa terlihat bahwa setiap siswa sudah bisa mengeksplorasi dalam mengikuti pembelajaran, peningkatan

(55)

terlihat dari munculnya aktifitas siswa pada setiap deskriptor yang ada pada rubrik pedoman observasi yang dibuat oleh peneliti. Interaksi siswa dengan guru tampak berkembang pada saat pembelajaran, meningkatnya rasa ingin tahu siswa, serta antusias siswa terlihat pada setiap pembelajaran dan pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan bersama anggota kelomponya. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif, sehingga interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat.

3. Hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 55,12 dan prosentase 25% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata siswa meningkat menjadi 64,35 dengan prosentase 46% masih dalam kategori cukup, dan kemudian pada siklus III mencapai 75,38 dengan prosentase 82% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan khususnya pada pembelajaran IPA konsep cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

(56)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatnya skor hasil belajar siswa dan mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan baik sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan dapat mengeksplorasi siswa untuk bisa berpikir secara terbuka terhadap masalah yang diungkap. sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Karenanya siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang disajikan dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Limpar terhadap pembelajaran IPA, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru Kelas

- Dalam mengajar sebaiknya guru tidak langsung memasuki pada materi pokok yang akan disampaikan. Kendati demikian, guru sebaiknya memotivasi siswa terlebih dahulu. Dan guru sebaiknya tidak mendominasi terhadap kegiatan pembelajaran.

(57)

- Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan jalan atau alternatif dalam mengatasi kesulitan tentang suatu materi pelajaran karena dalam model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa bisa bereksplorasi dan bisa berpikir secara terbuka dengan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

2. Kepala Sekolah

Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah, kepala sekolah hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru dengan memberikan masukan-masukan atau saran terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna mewujudkan peningkatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

3. Peneliti selanjutnya

(58)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara.

Barlia, Lily (2009). Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dryden, Gordon dan Vos Jeannette. (2000). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution). Terjemahan. Bandung: Kaifa.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Mikrodo, dkk. (2007). IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta : Erlangga.

(59)

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Popham, W. James dan Beker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and systematic Intruction. Teknik Mengajar secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rieka cipta.

Putri, dkk. (2012). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 17, 50-54.

Rachmat, dkk. (2007). Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact.

Rakhmat C & Solehuddin M. 2006. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV Andira

Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(60)

Eka Elfrida Riani Herwanto, 2013 PENERAPANMODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusnandar, E. Dan Nur’aini. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. UPI Serang

Gambar

Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
gambaran tentang cahaya, bahwa cahaya dapat merambat lurus
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Tabel di atas merupakan pedoman observasi yang pada pelaksanaanya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik menyimak penjelasan dan klarifikasi guru mengenai konsep-konsep inti yang berkaitan dengan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat dan

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

[r]

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan

Pilihlah bibit yang tidak cacat atau luka, karena biasa bibit yang luka bisa tidak tumbuh, benih yang bersih dari kotoran, benih yang tidak keriput atau benih utuh, dan

Adanya peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini dapat diterima dan dapat tercapai