• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA

SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Sejarah

Oleh

Evanti Prameswita

0803114

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa Dalam

Pembelajaran Sejarah

(

Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung )

Oleh Evanti Prameswita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Sejarah

© Evanti Prameswita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

EVANTI PRAMESWITA 0803114

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas XI IPS SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Dadang Supardan, M.Pd.

Nip. 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd. Nip. 19770602 200312 2 2001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

(4)

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti ini berangkat dari permasalahan yang ditemukan selama melakukan kegiatan pra penelitian, yaitu kurangnya kerjasama siswa dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2. Hal ini ditunjukan dari sikap individual siswa ketika mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan dalam bentuk kelompok. Akar permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung ?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun rumusan

masalahnya sebagai berikut: “ Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw mampu meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam

(5)

ABSTRACT

(6)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Metode Pembelajaran Kooperatif ... 9

B. Tujuan dan Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif ... 13

C. Kelebihan dan Kekurangan Metode

3. Indikator Keterampilan Kerjasama Siswa ... 27

4. Keterampilan Kerjasama dalam Pembelajaran Sejarah ... 28

(7)

BAB III METODE PENELITIAN Jigsaw pada Pembelajaran Sejarah ... 41

2. Keterampilan Kerjasama Siswa ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 43

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data ( Conclusing Drawing and Verification) ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

B. Kondisi Awal Sebelum diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Sejarah ... 60

(8)

D. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan

Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 64

1. Siklus 1 ... 64

2. Siklus 2 ... 73

3. Tindakan Siklus 3 ... 84

E. Evaluasi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 92

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 99

G. Solusi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sejarah di sekolah, terutama di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu pelajaran penting, diharapkan melalui pembelajaran sejarah siswa mampu mengembangkan rasa tanggung jawab kemasyarakatan di dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ismaun (2005: 244- 245):

Memiliki kesadaran sejarah, dalam arti: (a) memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik- baiknya; (b) kesadaran akan terjadinya perubahan terus- menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya; (c) memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi nilai- nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah; (d) memiliki kemampuan untuk memilah- milah nilai- nilai yang terkandung di dalam sejarah dan memilih serta mentransformasi nilai- nilai positif menjadi miliknya; (e) memiliki kemauan untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa sejarah

Berdasarkan pendapat diatas, seharusnya proses pembelajaran dikemas secara menarik dan bernilai. Salah satu nilai yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah adalah kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah untuk mempermudah siswa dalam membangun pemahaman apabila siswa mampu berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun guru. Artinya, pemahaman siswa akan terbangun melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasan (2003: 311) dalam Historia Magistra Vitae yang mengatakan bahwa :

(10)

kepribadian tersebut seorang peserta didik akan merasakan adanya manfaat langsung belajar sejarah.

Keadaan ideal seperti yang digambarkan di atas ternyata masih belum terwujud sepenuhnya pada pembelajaran sejarah di lapangan. Berdasarkan hasil pra penelitian, pembelajaran sejarah di sekolah belum berjalan sebagaimana mestinya. Pembelajaran sejarah di sekolah lebih menekankan pada aspek kognitif daripada keterampilan afektif seperti halnya kerjasama. Sebagaimana yang tercermin pada kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung, yang mana ketika guru meminta siswa bekerjasama dalam kelompok, terdapat beberapa siswa memilih untuk mengerjakan tugas secara individu daripada bergabung ke dalam kelompok. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi diantara para siswa tersebut. Kurangnya penghargaan terhadap sesama, tercermin manakala guru meminta salah satu siswa membacakan soal, siswa yang lain kurang begitu menyimak. Sebagian besar siswa memberikan komentar yang merendahkan siswa lain. Apabila kedua hal tersebut terus menerus dibiarkan, maka lambat laun akan menyebabkan berkembangnya sikap individualisme dalam diri siswa dan mengurangi kerjasama diantara siswa. Padahal sebagaimana yang dikemukakan di atas, salah satu fungsi daripada pembelajaran sejarah adalah untuk mengembangkan nilai- nilai dan keterampilan yang terdapat pada setiap peristiwa sejarah yang dipelajari siswa. Agar siswa dapat merasakan manfaat langsung pembelajaran sejarah salah satunya adalah nilai kerjasama.

Kerjasama merupakan salah satu aspek keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya siswa sebagai peserta didik. Karenanya, keterampilan kerjasama perlu mendapat perhatian lebih orang tua dan guru untuk menerapkannya pada siswa agar menjadi salah satu kebiasaan baik dalam kehidupan sehari- hari. Menurut Bordessa (2005) yang terdapat pada

(11)

Siswa benar- benar harus belajar bekerjasama menuju suatu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki semua jawaban yang tepat, terkecuali yang bekerjasama. Guru memiliki peran penting dalam mengajarkan keterampilan kerjasama pada siswa.

Pendapat senada juga dikatakan oleh Jhonson dan Holubec (1998) dalam Prospektus (2011: 160) bahwa:

Sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan kerjasama juga harus diberikan pada siswa, karena tindakan ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok dan menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial di masyarakat

Melihat permasalahan di atas, perlu dikembangkan sebuah metode pembelajaran yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa diharapkan mampu untuk saling bekerjasama satu sama lain, terutama pada pembelajaran sejarah di sekolah. Karena itu, untuk dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan mempergunakan metode pembelajaran kooperatif yang sering kali disebut sebagai metode pembelajaran berbasis kelompok. Menurut Roger (1992) yang dikutip dalam Huda (2012: 29) mengatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok- kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota- anggota yang lain

Metode pembelajaran kooperatif seringkali disamakan dengan metode pembelajaran kelompok pada umumnya, namun sebenarnya sangat berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lie (2008) yang dikutip dalam Taniredja et.al. (2012: 56) bahwa :

(12)

kooperatif dengan benar- benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif

Berbagai manfaat dari penerapan metode pembelajaran kooperatif, menjadikan metode ini sangat penting untuk dipergunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut karena metode pembelajaran kooperatif mampu mengkondisikan suasana pembelajaran yang memotivasi siswa untuk bisa bekerjasama dalam kelompok pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sagala dalam Fardilla (2009:3) bahwa:

Dampak positip dari belajar dengan bentuk kelompok adalah dapat menimbulkan kesadaran akan adanya kompetitif yang sehat, sehingga sebagai anggota kelompok, siswa turut memikirkan tanggung jawab terhadap kelompok.

Selain itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Markhamah (2009:3) bahwa:

Pembelajaran kooperatif dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran biasa, karena melalui pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif untuk saling memberi dan menerima materi pelajaran tanpa rasa segan.

Pada penelitian ini metode yang akan diterapkan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sejarah. Metode

jigsaw merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran

kooperatif yang mana di dalamnya lebih menekankan kepada aspek kerjasama diantara para siswa. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang

bersifat heterogen, berdasarkan pada tingkat kemampuan kognitif siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyatiningsih (2012: 242) langkah- langkah dalam penerapan metode kooperatif tipe jigsaw menurut adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dikelompokan ke dalam beberapa kelompok/ tim. 2. Setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari materi yang

berbeda.

(13)

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang telah mereka pelajari

4. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota tim ahli kembali ke kelompok asalnya masing- masing dan menyampaikan hasil diskusinya secara bergantian sampai semua materi yang di diskusikan.

5. Guru memberi evaluasi hasil belajar kelompok tersebut.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas mengenai “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas Kelas pada Pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan kerja sama siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 Kartika Siliwangi 1 Bandung, ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung ?

2. Bagaimana desain perencanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa ?

3. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung?

(14)

5. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala yang ditemukan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan kondisi awal pembelajaran di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung pada pembelajaran sejarah sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Mendeskripsikan desain perencanaan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika

Siliwangi 1 Bandung.

3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung.

4. Mengevaluasi peningkatan keterampilan kerjasama yang dicapai siswa kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran sejarah di kelas ?

5. Memberikan solusi dalam menyelesaikan kendala yang ditemukan oleh guru selama menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan tingkat SMA dalam pembelajaran sejarah. Adapun manfaat yang diharapkan:

1. Meningkatkan mutu pembelajaran sejarah di SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung.

(15)

siswa kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung dalam pembelajaran sejarah.

3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan dan mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sejarah, khususnya pada tingkat SMA.

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika organisasi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan.Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah yang berisikan pemaparan penulis dalam upaya menjembatani permasalahan yang akan dikaji yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Selain itu dipaparkan rumusan dan tujuan penelitian dengan maksud agar dalam pembahasaannya lebih terarah dan fokus.

Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini dijelaskan berbagai istilah pokok yang dipergunakan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian berdasarkan kepada sejumlah teori- teori yang terdapat dari berbagai literatur. Istilah yang digunakan meliputi pengertian metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, keterampilan kerjasama siswa, sampai kepada peranan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran sejarah.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini dijelaskan metode penelitian dan teknik penelitian yang akan dipergunakan peneliti selama proses penelitian untuk mendapat data-data yang akan dipergunakan dalam pembahasan pada setiap masalah yang akan dikaji dalam penelitian. Agar lebih mengarahkan kepada maksud penelitian, peneliti mencoba memaparkan lokasi dan subjek penelitian.

(16)

rumusan masalah. Hasil penelitian diperoleh secara deskriptif berdasarkan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dipergunakan dalam penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini diarahkan pada analisis penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran sejarah.

(17)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Kartika Siliwangi 1 Bandung, Provinsi Jawa Barat yang terletak di Jalan Taman Pramuka No. 163. Dipilihnya lokasi tersebut berdasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu: pertama, bahwa Kartika Siliwangi 1 Bandung refresentatif untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kedua, terdapat kelas yang sesuai dengan kriteria permasalahan dalam masalah yang diangkat oleh peneliti. Beberapa hal di atas yang menjadi salah satu alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian pada sekolah tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru, siswa, serta proses interaksi yang terjadi di antara keduanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Guru yang dimaksud adalah guru yang bertanggung jawab pada mata pelajaran sejarah di sekolah tersebut yang bernama Dedi Iriandi. Sedangkan siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI IPS 2.

(18)

apabila dibandingkan dengan kelas lain dalam jurusan IPS di sekolah tersebut, kelas XI IPS dinilai sebagai kelas yang kurang kompak.

B.Desain Penelitian

Desain pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model spiral dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Alasan peneliti menggunakan desain tersebut karena model penelitian ini sesuai dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang akan diterapkan di kelas, sehingga peneliti memutuskan bahwa desain penelitian dengan model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan desain yang paling cocok dalam penelitian ini. Untuk dapat mengetahui terjadi peningkatan dalam aspek keterampilan kerjasama siswa tentu tidak bisa kita lihat dalam satu siklus, akan tetapi diperlukan beberapa siklus. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat.

(19)

Dari gambar di atas terdapat empat langkah penting dalam PTK, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Wiriatmadja (2013:78- 80) menjelaskan langkah- langkah dari dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan dalam siklus penelitian tindakan kelas bukan hanya tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan perlakuan khususnya oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanan yang disusun harus menjadi pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama guru mitra untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah:

a. Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

b. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu pelaksanaan penelitian.

c. Mendiskusikan dan menentukan materi yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan siswa dan metode pembelajaran yang akan diterapkan. d. Menyusun rencana pengajaran yang akan dipergunakan ketika

penelitian, rencana pengajaran yang disusun kemudian di sesuaikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan dipergunakan di dalam kelas.

e. Menyusun instrumen penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian untuk mengamati keterampilan kerjasama siswa dan aktuvitas guru selama proses pembelajaran berlangsung, di setiap siklusnya.

(20)

penelitian ini sistem penilaian menekankan pada aspek keterampilan kerjasama siswa di setiap siklusnya.

g. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan dengan kolaborator peneliti, diskusi balikan ini digunakan sebagai monitoring pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada setiap siklusnya.

h. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan mitra peneliti. i. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari

penelitian.

2. Pelaksanaan (Act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru sesuai dengan fokus masalah. Tindakan inilah yang merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan masalah. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun peneliti dengan memperhatikan pada aspek- aspek yang terdapat pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. b. Mengoptimalkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembelajaran tutor sebaya dan presentasi kelompok.

c. Mengadakan evaluasi non test dengan rubrik yang telah dibuat oleh guru.

d. Menggunakan instrument penelitian yang telah disusun. e. Melakukan diskusi balikan dengan mitra penelitian.

(21)

g. Melaksanakan pengolahan data.

3. Pengamatan (observe)

Observasi dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi untuk mendokumentasikan dampak dari tindakan yang diberikan kepada kelas yang dijadikan objek penelitian. Observasi memiliki keunggulan, orientasi prospektif, dasar-dasar yang reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Ketika melakukan observasi sikap hati-hati mutlak diperlukan peneliti, hal ini untuk mengatasi keterbatasan tindakan dalam melakukan penelitian. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan (tidak diduga). Pada tahapan ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang diteliti. Pengamatan mengenai kesesuaian penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pokok bahasan yang tengah dibahas dalam meningkatkan keterampilan kerjasama siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

b. Pengamatan kesesuaian penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dengan kaidah-kaidah teoritis yang digunakan selama

melakukan penelitian

c. Mengamati kemampuan siswa dalam bekerjasama selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dalam diskusi kelompok maupun presentasi.

4. Refleksi (reflect)

Refleksi berarti mengingat kembali tindakan yang telah direkam

(22)

tindakan. Refleksi mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk menimbang atau menilai apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai dengan yang diharapkan dan membuat perencanaan kembali

(re-planning). Pada kegiatan ini peneliti melakukan:

a. Mengadakan kegiatan diskusi balikan bersama guru mitra kolabolator setelah selesai melaksanakan tindakan pada setiap siklusnya.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

C.Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan dipergunakannya metode ini adalah agar guru lebih mengenal keadaan kelasnya dan dapat melakukan penelitian secara langsung untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Dengan penelitian ini pula diharapkan guru dapat memperbaiki kinerjanya agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara ideal. Menurut Wiriatmadja (2010: 13):

Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, melihat pengaruh nyata dari upaya itu

Hal senada diungkapkan oleh Muslich (2009: 10) yang mengatakan

bahwa “penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu guru dalam

memecahkan masalah pembelajaran di sekolah”. Sedangkan menurut

Burns yang terdapat dalam Kunandar (2008: 44) dikatakan bahwa:

Penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan bekerjasama dengan para peneliti, praktisi dan orang awam

(23)

penelitian tindakan kelas sebagaimana yang diungkapkan oleh Sanjaya (2011:33-34) di bawah ini:

1. Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. PTK berbeda dengan penelitian terapan lainnya. Pada umumnya penelitian formal dilakukan sesuai dengan kaidah- kaidah penelitian ilmiah yang ketat sehingga hasilnya lebih bersifat konseptual yang kadang – kadang tidak berkontribusi terhadap pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung dihadapi oleh guru. Lain halnya dengan PTK, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga kadang- kadang pelaksanaannya sangat situasional dan kondisional yang kadang – kadang kurang memperhatikan kaidah – kaidah ilmiah.

2. Masalah yang dikaji dalam PTK adalah masalah yang bersifat praktis. PTK berangkat dari keresahan guru dalam proses pengelolaan proses pembelajaran oleh karena itu, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan tindakan sampai pada proses penyimpulan guru merupakan pemeran utama. Karena alasan yang demikian PTK juga sering dinamakan penelitian praktis. 3. Fokus utama penelitian akhir adalah proses penelitian

4. Tanggung jawab pelaksanaan hasil PTK ada pada guru sebagai praktisi

5. PTK dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sedang berjalan.

Banyak alasan mengapa metode penelitian tindakan kelas dipilih, salah satunya ialah untuk memperbaiki kondisi yang terjadi di dalam kelas. Selain itu terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya metode penelitian tindakan kelas tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Muslich (2009: 11), bahwa PTK memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Dengan Melaksanakan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya

2. Dengan melaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesionalitas guru.

3. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa

4. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan peningkatan kualitas proses pembelajaran.

(24)

kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

6. Dengan pelaksanan PTK akan terjadi perbaikan/ peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

7. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan/ peningkatan pengembangan pribadi siswa di sekolah

8. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan/ peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian tindakan kelas adalah sebuah metode penelitian yang mana di dalamnya diharapkan terjadi perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas pembelajaran yang bermuara kepada tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan di dalam kurikulum. Penelitian tindakan kelas sangat cocok dalam melakukan perbaikan dan kualitas pembelajaran dalam hal ini siswa sebagai peserta didik. Dipergunakannya metode penelitian ini adalah dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar pada kelas XI IPS, terutama untuk meningkatkan keterampilan kerjasama diantara siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D.Defenisi Operasional

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Sejarah

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada penelitian tindakan ini lebih berfokus teradap peningkatan keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran sejarah. Dalam pelaksanaannya, pada kegiatan belajar mengajar akan dipilih beberapa materi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa di tuntut untuk dapat saling bekerjasama satu sama lain dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan ole guru. Berikut langkah- langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada penelitian tindakan kelas, antara lain:

(25)

c. Meminta siswa memahami dan mempelajari materi yang dipilihnya.

d. Siswa diminta untuk berkumpul dengan siswa yang memperoleh permasalahan yang sama dan mendiskusikannya di dalam kelompok ahli (jigsaw)

e. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, masing- masing siswa kembali dalam kelompok asal dan diminta untuk menjelaskan materi yang sudah dipelajari di kelompok ahli pada anggota kelompok yang lain secara bergantian.

f. Siswa melakukan sintesis dan analisis terhadap informasi yang diterima dan membuat laporan kelompok.

g. Guru kemudian melakukan presentasi di kelas sebagai evaluasi dari masing - masing kelompok.

2. Keterampilan Kerjasama Siswa

Kerjasama merupakan suatu proses sosial yang tidak bisa dielakan dari manusia dalam kehidupan sehari- hari. Melalui kerjasama, seorang invidu mampu memenuhi kebutuhannya dalam bermasyarakat. Tidak mengherankan apabila Michaelis (1986) dalam Djoko (2012: 163) menyatakan bahwa :

Keterampilan kerjasama merupakan hal penting yang diunggulkan dalam kehidupan masyarakat utamanya budaya demokratis, dan merupakan salah satu indikator perilaku sosial, yakni tanggung jawab, peduli pada orang lain, bersikap terbuka dan kreativitas Keterampilan kerjasama siswa pada kelas XI IPS 2 yang terdapat dalam penelitian ini berkaitan erat dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang disederhanakan menjadi beberapa indikator sebagai berikut, antara lain:

a. Siswa yang tergabung di dalam kelompok asal maupun kelompok Ahli (jigsaw) tetap berada dalam pada kelompok dan berusaha untuk terlibat aktif di dalam segala aktivitas kelompok.

(26)

tugas yang diberikan.

c. Siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu yang tersedia sebaik dalam mengerjakan tugas yang diberikan dengan maksimal dan tepat waktu.

d. Kelompok asal melakukan koordinasi dengan semua anggota kelompok dalam menentukan giliran.

e. Memiliki peranan dalam penyampaian materi yang telah dipelajari pada kelompok ahli (Jigsaw) pada anggota kelompok yang lain. f. Kelompok ahli (jigsaw) dan kelompok asal memberikan dorongan

terhadap masing- masing anggotanya untuk turut serta berpartisipasi dalam memberikan kontribusi terhadap penyelesaian tugas kelompok.

g. Kelompok asal maupun kelompok ahli (jigsaw) memberikan kontribusi kepada masing- masing anggota kelompok untuk saling menghargai segala pendapat, saran, serta pertanyaan yang dilontarkan selama proses pembelajaran.

Indikator- indikator keterampilan kerjasama di atas, diperoleh dari hasil pengamatan selama melakukan kegiatan pra penelitian dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini. Setelah menunjukan adanya peningkatan terhadap keterampilan kerjasama siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2, diharapkan membawa pengaruh pula terhadap peningkatan hasil belajar dan prestasi siswa kelas XI IPS 2.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian untuk mempermudah dalam melakukan PTK ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Siswa

Lembar observasi ini merupakan salah satu dari perangkat instrumen

penelitian yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data aktivitas

(27)

pembelajaran sejarah, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Data yang akan diambil dari instrumen penelitian ini adalah data

selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan

keterampilan kerjasama siswa pada masing- masing siklusnya

2. Lembar Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang dipergunakan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa pada pembelajaran sejarah sebelum dan sesudah diterapkannya metode kooperatif tipe jigsaw di kelas. Wawancara yang dipergunakan adalah wawancara formal terstruktur, yaitu meminta guru dan siswa untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang telah ditentukan berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk mengefektifkan waktu, kegiatan wawancara pun dilakukan secara insidental, yakni sewaktu- waktu apabila diperlukan.

3. Catatan Observasi

(28)

F. Uji Validitas Data

Salah satu cara untuk melihat kepercayaan suatu penelitian adalah dengan melihat kepada uji validitas dan kredibilitas penelitian tersebut. Menurut Kunandar (2008: 103) validasi menunjuk pada derajat keterpercayaan terhadap proses dan hasil PTK, sedangkan reliabilitas menunjuk pada sejauh mana kajian dapat direplikasi. Artinya, apakah seseorang peneliti dengan menggunakan metode yang sama akan mendapatkan hasil yang sama seperti kajian terdahulu. Melihat pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bawa uji validitas adalah sebuah langkah yang dilakukan dalam kegiatan penelitian untuk menunjukan pada derajat kepercayaan terhadap hasil dari proses penelitian yang telah dilakukan. Validitas data berdasarkan pada macamnya terdapat dua jenis, sebagaimana yang diungkapkan Sugiono (2011: 363) bahwa:

Terdapat dua macam validitas data penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Apabila desain penelitian dirancang untuk meneiliti etos kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang tenaga kependidikan. Validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal tinggi. Dalam penelitian kualitatif, data yang ditemukan dapat dikatakan tidak valid, apabila tidak ada yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Perlu diketahui, penelitian kualitatif bersifat jamak, tergantung pada kemampuan yang dimiliki peneliti dalam merekontruksi fenomena yang diamati. Adapun langkah- langkah dalam melakukan uji validitas data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Member Check

Member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan

(29)

dari narasumber yang relevan dengan PTK (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga bisa dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya. Dalam penelitian ini, member check dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kembali data atau informasi yang diperoleh dari seluruh pelaksanaan tindakan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian melakukan dikonfirmasi kebenarannya kepada pihak yang bersangkutan dalam hal ini guru mitra kolabolator melalu diskusi balikan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan. Data yang didiskusikan merupakan data yang ditemukan selama melakukan kegiatan penelitian dilapangan. Data tersebut berisikan tentang bagaimana keadaan siswa dalam proses pembelajaran, baik sebelum dilakukan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan pada setiap siklusnya. Member check dalam penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan data setelah peneliti mendapatkan suatu temuan selama di lapangan, peneliti kemudian mendiskusikan data tersebut kepada pemberi data dalam hal ini guru pamong dalam kegiatan diskusi balikan. Setelah data disepakati oleh peneliti dan guru mitra, kemudian peneliti meminta kepada guru untuk menandatangani sebagai bukti bahwa kegiatan member check telah selesai dilaksanakan.

2. Expert Opinion

Expert Opinion adalah meminta nasehat atau pendapat dari para

(30)

tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau

judgements terhadap masalah-masalah penelitian.

3. Interpretasi

Interpretasi data adalah langkah terakhir yang diterapkan di dalam penelitian tindakan kelas ini. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba untuk menginterpretasikan hasil temuan- temuan penelitian di lapangan dengan mempergunakan beberapa langkah, adapun langkah- langkah dalam interpretasi data pada penelitian tindakan kelas ini antara lain; (1) memperluas hasil analisis terhadap data yang telah diperoleh selama penelitian, apakah terjadi perubahan pada setiap siklusnya, (2) memberi pandangan kritis terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, (3) mengkaitkan keterhubungan dari hasil analisis data tersebut dengan beberapa kajian teori yang relevan seperti yang terdapat pada bab kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian dalam menghadapi masalah penelitian. Hasil daripada interpretasi ini diharapkan mampu memperoleh bagian yang cukup berarti untuk kegiatan penelitian tindakan kelas selanjutnya, dan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru sebagai pendidik

G.Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode non tes. Adapun metode non- tes yang dipergunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Observasi

(31)

yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat,dsb (Sukmadinata, 2011: 220). Dengan observasi yang dilakukan, diharapkan peneliti memperoleh informasi akurat mengenai kegiatan pembelajaran yang tengah berlangsung dankejadian- kejadian yang dianggap penting lainnya untuk keperluan penelitian.

Menurut Wardani dkk (2006: 25- 26) dilihat dari cara melakukannya, observasi dapat dibedakan sebagai berikut antara lain:

a. Observasi terbuka

Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati. Dia dapat menggunakan teknik- teknik tertentu untuk merekam jalannya perbaikan sehingga dapat merekontruksi pelajaran yang berlangsung.

b. Observasi terfokus

Berbeda halnya dengan observasi terbuka, observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek- aspek tertentu dari pembelajaran. misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang diajukan guru. Tentu semua fokus ini telah disepakati sebelum berlangsungnya observasi.

c. Observasi terstruktur

Jika observasi hanya menggunakan kertas kosong sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda pada tempat yang disediakan. Misalnya, yang direkam adalah frekuensi penguatan yang diberikan, atau jumlah pertanyaan yang diajukan, atau jumlah siswa yang menjawab secara sukarela, atau jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. Pengamat hanya tinggal memberi tanda (V) setiap kali peristiwa itu muncul.

d. Observasi sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal. Contoh lain yang sudah dikenal amat luas adalah kategori pengamatan Flanders yang membagi data pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan siswa, dan sep atau sunyi.

(32)

secara sistematik, tentang apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitas.Observasi terstruktur dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar yang tengah berlangsung di dalam kelas, seperti contohnya mengamati bagaimana cara guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Wawancara

Menurut Sukmadinata (2011: 220) wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak dipergunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriftif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individu. Wawancara yang ditunjukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual. Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti hendaknya mempersiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview

guide).

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas, menurut Sanjaya (2011:97) wawancara dilihat dari pelaksanaannya, bisa dilakukan secara insidental dan terencana. Wawancara insidental adalah jenis wawancara yang dilaksanakan sewaktu - waktu bila dianggap perlu, wawancara yang demikian juga dinamakan disebut wawancara yang tidak formal. Sedangkan wawancara terencana adalah jenis wawancara dilaksanakan secara formal yang dilaksanakan secara terencana baik mengenai waktu pelaksanaannya, tempat, dan topik yang akan dibicarakan.

(33)

akan dibicarakan 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumetasi merupakan suatu tekhnik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen- dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2011: 221). Studi dokumentasi yang dipergunakan berupa dokumen- dokumen yang dihimpun sesuai dengan tujuan dan fokus masalah seperti silabus, rencana pembelajaran (RPP), tes, daftar nilai siswa, dan daftar kehadiran dan keaktifan siswa.

4. Studi Literatur

Studi literatur dalam penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk mempelajari buku – buku sumber yang relevan dengan masalah yang diangkat ke dalam penelitian. Teknik pengumpulkan data ini tidak hanya melengkapi hasil penelitian akan tetapi untuk memperkuat kajian teori dalam melakukan penelitian.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

(34)

analisis data.

2. Analisis Data.

Analisis data merupakan bagian yang penting dalam penelitian ini, sebab data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti tidak ada gunanya jika tidak dilakukan analisis.Melalui analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai berakhirnya pelaksanaan penelitian. Menurut Moleong (2007:287) terdapat tiga metode di dalam melakukan analisis data kualitatif, yaitu:

metode perbandingan tetap ( constant comparative method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss dalam bukunya yang berjudul The Discovery of Grounded Research. (2) metode analisis data menurut Spradley sebagaimana yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul Participant Observation. (3) metode analisis data menurut Milles dan Huberman, seperti yang mereka kemukakan dalam buku Qualitative Data Analysis.

Adapun analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) yang dikutip Sugiyono (2012:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data

display dan conclusion drawing/ verification.

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, serta mencari pola dan tema yang sesuai.Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikangambaran lebih jelas, dan

mempermudah peneliti dalam

(35)

merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan- kesimpulan akhirnya dapat dapat ditarik dan diverifikasi. dalam melakukan reduksi data, peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.Proses reduksi data berlangsung terus menerus sampai laporan akhir tersusun. Dalam penelitian ini kegiatan reduksi data dilakukan peneliti dengan mendiskusikan pada orang yang dipandang ahli dalam hal ini dosen pembimbing. Melalui diskusi tersebut diharapkan akan menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian, data hasil reduksi dinilai lebih bermakna dalam menjawab pertanyaan penelitian.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan alur penting kedua dalam analisis data kualitatif. Dengan dilakukan penyajian data maka kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh dalam menganalisis ataumengambiltindakan berdasarkan pada pemahaman yang didapat dari penyajian- penyajian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam benrtuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Basrowi (2008: 209) mengemukakan bahwa:

penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jarangan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

(36)

dilakukan dengan menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena yang terjadi di lapangan selama penelitian untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa kiranya langkah yang perlu diambil untuk menindaklanjuti dalam mencapai tujuan penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Clonclusing Drawing

And Verification).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin akan menjawab masalah dan rumusan masalah dalam penelitian, atau mungkin juga tidak, karena data masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan di lapangan. Seperti yang dikatakan Miles dan Huberman, apabila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat dan mendukung pada tahapan berikutnya, maka data tersebut akan berubah. Sebaliknya, apabila terdapat bukti- bukti valid dan konsisten yang bisa mendukung, maka data tersebut bersifat kredibel.

(37)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bab ini dipaparkan kesimpulan hasil penelitian secara keseluruhan yang berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penelitian observasi dan wawancara. Kesimpulan ini merupakan jawaban - jawaban dari sejumlah pertanyaan penelitian maupun kriteria penilaian yang terdapat di dalam instrumen penelitian. Selain itu, bab ini juga berisikan saran dari peneliti kepada sejumlah pihak terkait dengan penelitian, hal ini bertujuan agar pihak- pihak terkait dapat mengembangkan metode pembelajaran inovativ di dalam pembelajaran sejarah. adapun kesimpulan dipaparkan sebagai berikut:

(38)

Desain perencanaan. dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dperlukan rancangan pembelajaran yang matang sehingga dapat dijalankan secara maksimal di dalam kelas. Dari hasil koordinasi peneliti dengan guru kolabolator, peneliri kemudian mempersiapkan sejumlah perencanaan pembelajaran seperti misalnya silabus dan rencana pembelajaran pengajaran (RPP), yang kemudian disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan dipergunakan. Selain itu di susun pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang disesuaikan dengan RPP dan indikator keterampilan kerjasama siswa yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa. Dalam langkah ini, peneliti kemudian menyusun sejumlah instrumen pengumpul data berupa lembar observasi yang terdiri atas lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas kerjasama siswa, dan pedoman wawancara yang berkaitan dengan keterampilan kerjasama siswa.

(39)

Evaluasi, kegiatan evalausi yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini beranjak pada hasil pengamatan yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dilakukan diskuskusikan bersama guru mitra kolator serta dijadikan sebagai rujukan untuk melakukan perbaikan pada tindakan siklus selanjutnya.

Solusi, berbagai macam kendala kerap kali ditemukan selama penerapan tindakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran sejarah. adapun solusi yang ditawarkan dalam mengatasi kendala- kendala tersebut antara lain sebagai berikut; 1) melakukan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, terutama soal waktu, 2) perlu adanya pengarahan terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian untuk dapat mengikuti pembelajaran sebagai yang diharapkan, 3) pemberian motivasi terutama reward kepada siswa agar merasa dihargai dan senantias bersemangat.

B. Saran

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan yang didapat dilapangan ataupun secara teori, terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan, antara lain sebagai berikut:

(40)

Bagi pihak sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam meningkatkan kuaitas kegiatan pembelajaran, terutama untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran sejarah. karena itu, pihak sekolah perlu mendukungnya dengan menyediakan sejumlah sarana dan prasana yang mampu menunjang peningkatan kualiatas pembelajaran.

Bagi guru, penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tipe

jigsaw untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa, dapat dijadikan

salah satu solusi dalam penyelesaian masalah yang ditemukan di kelas. Di dalam metode ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mengembangkan keterampilan kognitif. Sebaiknya guru terlebih dahulu harus memahami bagaimana karakteristik kelas yang akan dijadikan objek penelitia, hal ini dilakukan agar ketika melakukan tindakan tidak menemukan kesulitan yang berarti.

Pembelajaran sejarah di sekolah memerlukan metode pembelajaran yang berbeda dan inovatif, hal ini diperlukan untuk menjadikan pembelajaran sejarah bukan hanya sekedar hapalan dan membosankan, namun juga bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh siswa sebagai peserta didik. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, diharapkan mampu untuk menanamkan nilai- nilai yang terkandung di dalam setiap peristiwa sejarah sehingga menjadikannya bernilai untuk dipelajari, selain agar pembelajaran sejarah disenangi para siswa.,

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan.Bandung. Historia Utama Press.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Taniredja, T., Faridli, M.E., Harmianto,S. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Bandung. Alfabeta.

Mulyatiningsih, Endang.(2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Rusman. (2012). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru. Jakarta. PT. Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo

Persada

Trianto. (2007). Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik.

Konsep, Landasan Teoritis- Praktis, dan Implementasinya. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher.

Muslich, Mansur (2009). Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)Itu Mudah Classroom Action Research. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Strategi Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. PT. Grafindo Persada.

Wiriatmadja, Rochiati. (2010) Model Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sugiono. (2011). “ Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, dan RnD. Bandung, Alfabeta.

(42)

Madya, Suwarsih. (2009).Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action

Research.).Bandung. Alfabeta.

Moleong,J, Lexy (2007) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung. Rosda.

Lie, Anita. ( 2002) cooperative learning ( mempraktekan cooperative learning di ruang kelas). Jakarta. Gramedia Widiasarana.

Sjamsuddin, Helius, Suwirta, Andi. (2003). Historia Magistra Vitae ( menyambut 70 tahun Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriatmadja, M,a). Cetakan pertama. Bandung. Historia Utama Press.

Djamarah, Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta. Rineka Cipta. Sumber Skripsi/ Tesis:

Ruandini Wilda, Nurhidayati, Akhidinirwanto. (tanpa tahun). “ Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa SMP Negeri 14 Purwerejo Tahun Pelajaran 2011/ 2112 “. Makalah Jurnal. Program Studi Pendidikan Kimia. Universitas Muhamadiyah Purworedjo. Diterbitkan.

Shounara, Arylda. (2003). Pelaksanaan Cooperative Learning untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah. (Suatu Penelitian Tindakan Kelas di SLTPN 1 Purwakarta). Program Pasca Sarjana UPI. Tidak diterbitkan

Lasmawan, I Wayan. (1997). Pengembangan Model Belajar Cooperative Learning dala, Pembelajaran di Sekolah Dasar (Studi Pembelajaran IPS di SD Kota Bangli- Bali Kelas V). Tesis Program Pasca Sarjana UPI: Tidak Diterbitkan.

Witjaksono, Aji. (2011). Penerapan Model Kooperatif Dalam Pembelajaran Futsal ( Penelitrian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cisitiu 1 Bandung). Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI: Tidak Diterbitkan

(43)

Markhamah. (2010). Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Make A Match Dalam Upaya Menumbuhkan Aktivitas Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ( Penelitian Tindakan Kelas XI IPS SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung). Skripsi. Pendidikan Sejarah UPI: Tidak Diterbitkan.

Nurlaela (2010). Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah Kelas VIII di Mts. Al- Haq Margahayu). Skripsi Pendidikan Sejarah UPI: Tidak Diterbitkan.

Saputra, Joko Ilham. ( 2011). Studi Komparasi Antara Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Materin Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri Purwodadi Tahun Ajaran 2010/ 2011. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diterbitkan.

Sumber Jurnal:

Maasawet, E.T. (2011). “ Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi Melalui Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII SMP Negeri VI Kota Samarinda Tahun Pelajaran 2010- 2011 “ . Bioedukasi. 2, (1), 17- 29.

Nurnawati, Enis. Yulianto, Dwi. Susanto, Hadi. ( 2012). “ Meningkatkan Kerjasama Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share”. Unnes Physics Education Journal. 1, (1). 2012.

Apriono, Djoko. (2011). “ Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa Dalam Belajar Melalui Pembelajaran Kolaboratif” Prospektus. XI, (2). 2012. Sari, Fajar Bunga. ( Tanpa Tahun). “ Bentuk Kerjasama ( Cooperative ) Pada

Interaksi Sosial Waria”. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Diterbitkan.

Rofiq, Naifur M. ( 2010). “ Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Falsifa Vol. 1 No.

Sumber Internet:

Pengertian Metode Pembelajaran Macam- Macam Syarat dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran

Sudjana ( 2005)

[ online] Tersedia : http://www.sarjanaku.com/2013/04/ pengertian-metode-pembelajaran-macam.html.

(44)

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Karli dan Yuliatiningsih ( 2002)

[ online]

Tersedia: http://www.artikel.bagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelebihan-model-pembelajaran-kooperatif.html. [ 17 Juli 2013]

Prinsip dan Fungsi Metode Mengajar Dalam Pembelajaran Syakeela Alifah

[online]

Tersedia: http://www.kabarmingguan.com./2012/12/prinsip-dan-fungsi-metode-mengajar.html. [ 17 Januari 2013]

Manfaat Kerja Sama H. Kusnadi ( 2009) [ online]

Tersedia: http://id.shooving.com/busines-management/enterpreneurship/1943515-manfaat-kerja-sama.html. [ 17 februari 2013]

Cooperative Learning dengan Tekhnik Jigsaw ( Metode Jigsaw) Ibrahim dkk ( 2000)

[ online ]

Tersedia: http://www.gurukelas.com./2012/09/cooperative-learning-dengan-tekhnik-jigsaw-metode-jigsaw.html. [ 15 februari 2013)

(http://www.majalahpendidikan.com [28 januari 2013])

ulsains.files.wordpress.com [12 Desember 2012

http://blog.uad.ac.id. [6 maret 2012

Referensi

Dokumen terkait

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

Penerapan Analisis SWOT Dalam Strategi Pemasaran Produk Tabungan Pada BMI Cabang Pembantu Magelang.. Sekolah Tinggi Agama Islam

Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karir (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Kota Semarang Jawa

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

Kita diberi kesempatan mengeluarkan sebagian dari bahan makanan kita untuk saudara-saudara kita yng berhak menerimanya lewat zakat fitrah. Di samping makna solidaritas yang

Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116,

Upaya yang diperlukan untuk optimalisasi fungsi intermediasi dapat berupa upaya internal UMKM dengan mengupayakan UMKM menjadi bankable, internal perbankan dengan menciptakan

[r]