PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU
DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI
KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO.
74/PDT.G/2005.PN. PDG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
YESI LADAWATY 0810113297
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BISNIS
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS
PROGRAM REGULER MANDIRI
PADANG
LEMBARAN PENGESAHAN No. Reg :134/PK II/VII/2012
PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG
DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN. PDG Oleh
YESI LADAWATY 0810113297
Program Kekhususan Perdata Bisnis
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Selasa Tanggal 17 Juli 2012,
yang bersangkutan dinyatakan LULUS Oleh Tim Penguji yang Terdiri dari :
Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. Yuliandri, SH., MH Yoserwan, SH., MH., LLM
NIP. 196207181988101001 NIP. 196212311989011002
Ketua Bagian Hukum Perdata
Syahrial Razak, SH.,MH NIP. 195609121986031001
Penguji I Penguji II
Linda Elmis, SH., MH Wetria Fauzi, SH., MH
NIP. 195804031985032001 NIP. 197807302000122001
Pembimbing I Pembimbing II
Nanda Utama, SH., MH Ali Amran, SH., MH
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME, berkat
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul : “ PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN
PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS IA PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN.PDG”. Maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Program Reguler Mandiri.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh untuk dikatakan
sempurna, baik dari kata-kata, maupun dalam pembahasannya disebabkan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta kemampuan penulis.Namun, penulis
sangat mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaannya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
kedua orangtua penulis yaitu Bapak C. Hutagalung dan Mama N. Bagariang,
mereka sumber kehidupan, pembimbing utama kehidupan saya, merekalah yang
telah membesarkan serta mendidik dengan kasih sayang. Mereka memiliki peran
yang sangat penting dan tak terhingga, hingga rasanya ucapan terima kasih saja
tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis,
hanya Tuhan yang mampu membalas kebaikan yang sangat agung itu, seterusnya
kepada Adik-adikku Juwestri Natalia dan Boby Pranata Hutagalung, kepada
Pamanku Rimson Situmorang, SH, serta kepada seluruh keluarga yang ikut
Kemudian dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih
tak terhingga kepada pembimbing penulis Bapak Nanda Utama, SH, MH, selaku
Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Ali Amran, SH, MH selaku Pembimbing II,
yang selalu berusaha meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran guna memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Yuliandri, SH, MH Dekan Fakultas Hukum Universitas
Andalas,
2. Bapak Yoserwan, SH, MH, LLM selaku Pembantu Dekan I, Bapak Frenadin
Adegustara, SH, MS selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Dr. Kurnia
Warman, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Andalas.
3. Bapak Apriwal Gusti, SH selaku Ketua Program Reguler Mandiri Fakultas
Hukum Universitas Andalas dan Ibu Arfiani, SH, MH selaku Sekretaris
Program Reguler Mandiri Fakultas Hukum Universitas Andalas.
4. Bapak Syahrial Razak, SH, MH selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas
Hukum Universitas Andalas dan Ibu Misnar Syam, SH, MH selaku Sekretaris
Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Andalas.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
6. Seluruh staf Biro dan karyawan-karyawati Fakultas Hukum Universitas
Andalas atas bantuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa
di Fakultas Hukum Universitas Andalas.
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu di Bagian Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri
Kelas IA Padang yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian guna
penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Sapta Dihardja, SH, M. Hum, Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA
Padang beserta rekan-rekannya.
9. Bapak Basrul Efendi, Jurusita di Pengadilan Negeri Kelas IA Padang.
10.Sahabat-sahabatku D’Chubby Girls: Asoi rheysa, Cancan Susan, Anoanggun,
Iiwerry, Farah cacing, Tya, Yeni, Aweg, Deded, Uchup.
11.Buat seseorang yang spesial selalu menemani dan memberi dorongan serta
semangat Afrianto Putra S.
12.Teman-temanku angkatan 2008, senior-senior dan adik-adik di FHUA
Program Reguler Mandiri, teman-teman KKN Nagari Kampung Batu Dalam
Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok tahun 2011 dan pihak-pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena telah memberikan
semangat, dorongan dan perhatian kepada penulis selama berada di Fakultas
Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas dalam menyelesaikan
tulisan ini.
Akhirnya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis apabila skripsi
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Sekali lagi penulis ucapkan terima
kasih.
Padang, Juli 2012 Penulis
YESI LADAWATY 0810113297
DAFTAR ISI
B. Tinjauan Umum Tentang Hukum Acara Perdata ...15C. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim ...25
1. Pengertian putusan hakim ...25
2. Asas-Asas Putusan ...26
3. Sistematika Putusan ...33
4. Macam-macam putusan hakim ...39
D. Tinjauan Umum Tentang Putusan Yang Dapat Dijalankan Lebih Dahulu...49
1. Pengertian putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu...49
E. Pelaksanaan Putusan Hakim...53
Bab III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan
lebih dahulu...57
B. Pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan
Negeri Kelas 1A Padang...57
C. Kendala-Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang dan
penyelesaian terhadap kendala itu...65
Bab IV. Penutup
A. Kesimpulan...67
B. Saran...69
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Kadir Muhammad, 1992, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Sutrisno Hadi, 1989, Metodologi Research I, Andi Offset, Yogyakarta.
Sudikno Mertokusumo, 1988, Hukum Acara Perdata Indonesia, LIBERTY,
Yogyakarta.
_______. 1990, Mengenal Hukum, LIBERTY, Yogyakarta.
Ropaun Rambe, 2002, Hukum Acara Perdata Lengkap, Sinar Grafika, Jakarta.
Soepomo, 2005, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta.
Soeroso, 2003, Praktik Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.
Subekti, 2005, Hukum Pembuktian, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
M. Nur Rasaid, 2008, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.
M.Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.
Wirjono Projodikoro, 1970, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur,
Bandung.
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
Herziene Inlandsch Reglement (HIR) / Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui (RIB), (S. 1848 No. 16, S.1941 No. 44)
Reglement Op De Rechtsvordering, Staatsblad Tahun 1847 No. 52 jo. Staatsblad Tahun 1849 No. 63 (Rv)
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta dan Provisionil
INTERNET
Http://hukumonlinekompas.com diakses 13 Februari 2012
No. Alumni Universitas : Yesi Ladawaty No Alumni Fakultas :
a) Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 8 Oktober 1990, b) Nama Orangtua : C. Hutagalung dan Nureslina S, c) Fakultas : Hukum, d) Jurusan : Perdata Bisnis, e) No. Bp : 0810113297, f) Tahun Lulus : 2012, g) Predikat Lulus : Sangat Memuaskan, h) IPK : 3,28, i) Lama Studi : 3 Tahun 11 Bulan, j) Alamat : Komplek Harka Sarai Permai Blok O/3 Lubuk Buaya Padang. PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN
PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS IA PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN.PDG
(Yesi Ladawaty, BP. 0810113297, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 69 halaman, 2012) Pembimbing : Nanda Utama, SH, MH dan Drs. H. Ali Amran, SH, MH
ABSTRAK
Suatu putusan untuk memperoleh kekuatan hukum yang tetap diakui memang sering harus menunggu waktu yang lama kadang-kadang sampai bertahun-tahun. Namun ada sebuah ketentuan yang merupakan penyimpangan dalam hal ini, yaitu terdapat dalam Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg yaitu ketentuan mengenai putusan yang pelaksanaannya dapat dijalankan lebih dahulu, tetapi dalam prakteknya untuk melaksanakan kewenangan tersebut masih simpang siur sehingga sering menyimpang dari aturan undang-undang. Permasalahan kali ini adalah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang, kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang dan penyelesaian terhadap kendala itu. Metode penelitian yang digunakan bersifat yuridis sosiologis, kemudian dianalisis secara kualitatif dan dipaparkan secar deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang, adalah berkaitan dengan pemulihan kembali objek eksekusi, pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu
di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang, dalam pelaksanaan perkara No. 74/PDT.G/2005.PN
PDG, dalam petitum Gugatan Intervensi yang menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu dan kendala dalam pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu yaitu dalam hal eksekusi , upaya dalam penyelesaian kendala-kendala dalam pelaksanaan eksekusi obyek perkara perdata dengan melakukan pendekatan dan memberikan masukan kepada para pihak.
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 17 Juli 2012.
Abstrak telah disetujui oleh penguji :
Tanda Tangan 1. 2.
Nama Terang Linda Elmis, SH., MH Wetria Fauzi, SH., MH
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata : Syahrial Razak, SH., MH
NIP : 195609121986031001 Tanda Tangan :________________
Alumnus telah mendaftarkan ke fakultas/universitas dan mendapat no. alumni :
No. Alumni Petugas Fakultas/Universitas
No. Alumni Fakutas Nama : Tanda Tangan :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala aspek kehidupan manusia (social phenomena) dalam masyarakat baik dari hal
yang sekecil-kecilnya sampai pada hal yang sebesar-besarnya pada kenyataannya selalu diatur
oleh hukum, antara lain oleh hukum perdata. Hal ini berkaitan (sebagai konsekuensi yuridis)
dengan pernyataan bahwa” negara Indonesia adalah negara hukum”.1 Dimana segala tindakan
setiap warga negaranya dan aparatur pemerintahannya harus berdasarkan hukum.
Dengan demikian sebagai negara hukum Indonesia harus membuktikan dirinya telah menerapkan secara nyata dari prinsip-prinsip negara hukum, yaitu sebagai berikut: 1. Kepastian hukum;
2. Menjamin/melindungi hak asasi penduduk; dan 3. Peradilan bebas.
Karena manusia mempunyai kepentingan yaitu tuntutan perorangan/kompleks yang
diharapkan dapat dipenuhi sesuai yang diharapkan.2
Seperti diketahui keinginan dari masyarakat dan para pencari keadilan menuntut agar
penyelesaian perkara melalui pengadilan berjalan sesuai dengan asas peradilan yang cepat,
sederhana dan biaya ringan. Seiring dengan pesatnya laju pembangunan dewasa ini dengan
perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang semakin kompleks maka tuntutan
penyelesaian perkara melalui proses berperkara yang cepat, sederhana dan biaya ringan
tersebut sangatlah dibutuhkan. Dimana tujuan dari kedua belah pihak yang berperkara di
pengadilan negeri adalah untuk mendapatkan kekuatan hukum yang tetap (in kracht van
gewijsde), yaitu putusan yang tidak mungkin dilawan dengan upaya hukum verzet, banding,
kasasi.
1Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelesaian suatu perkara perdata dimulai dari tingkat pertama pada saat diajukannya
gugatan ke Pengadilan Negeri kemudian banding pada Pengadilan Tinggi dan kasasi kepada
Mahkamah Agung terakhir dengan diajukannya permohonan eksekusi oleh pihak yang menang
dalam perkara itu, biasanya memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahun-tahun. Hal ini
sangat merugikan bagi para pencari keadilan, ditambah lagi dengan masalah biaya-biaya
perkara yang harus dikeluarkan selama proses perkara itu berlangsung, belum lagi beban
psikologis yang dialami oleh pihak-pihak yang berperkara itu.
Pada dasarnya, tidak semua keputusan yang mempunyai kekuatan hukum pasti harus
dijalankan, sebab yang dapat dilaksanakan hanyalah putusan-putusan yang bersifat
condemnatoir yaitu yang mengandung perintah kepada suatu pihak untuk melakukan suatu
perbuatan.3 Mengenai tahap tindakan dalam hukum acara perdata, Sudikno Mertokusumo
menjelaskan:
Hukum Acara Perdata meliputi tiga tahap tindakan yaitu: tahap pendahuluan, tahap penentuan dan tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan merupakan persiapan menuju kepada penentuan atau pelaksanaan. Dalam tahap penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan pembuktian sekaligus sampai kepada putusannya. Sedangkan dalam
tahap pelaksanaan diadakan pelaksanaan dari pada putusan.4
Suatu putusan dapat dilaksanakan apabila putusan tersebut telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (inkracht van gewijsde). Adapun yang dimaksud dengan putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap itu adalah sebagai berikut:
1. Apabila terhadap putusan hakim di tingkat pertama Pengadilan Negeri tidak
diajukan pernyataan banding/permohonan banding oleh salah satu pihak yang
berperkara dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dalam peraturan
perundangan; atau
3
M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 55.
4
2. Apabila putusan hakim di tingkat banding Pengadilan Tinggi oleh salah satu pihak
yang kalah tidak diajukan pernyataan kasasi/permohonan kasasi ke Mahkamah
Agung Republik Indonesia dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dalam
peraturan perundangan; atau
3. Apabila telah ada putusan Mahkamah Agung sebagai Badan Peradilan Tertinggi di
Indonesia, dalam mengadili perkara yang telah diputus di tingkat banding
Pengadilan Tinggi.
Dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
(inkracht van gewijsde) terhadap perkara perdata maka tujuan dari para pencari keadilan telah
terpenuhi, karena melalui putusan pengadilan itu dapatlah diketahui hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak yang berperkara, namun hal itu bukan berarti tujuan akhir dari para pihak
yang berperkara tersebut telah selesai terutama bagi pihak yang menang, hal ini disebabkan
pihak yang menang tidak mengharapkan kemenangannya itu hanya di atas kertas belaka tetapi
harus ada pelaksanaan dari putusan tersebut. Suatu putusan untuk memperoleh kekuatan
hukum yang tetap diakui memang sering harus menunggu waktu yang lama kadang-kadang
sampai bertahun-tahun. Namun ada sebuah ketentuan yang merupakan penyimpangan dalam
hal ini, yaitu terdapat dalam Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg yaitu ketentuan
mengenai putusan yang pelaksanaannya dapat dijalankan lebih dahulu, meskipun ada banding
dan kasasi dengan kata lain putusan itu dapat dilaksanakan meskipun putusan itu belum
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, lembaga ini dikenal dengan uitvoerbaar bij voorraad.
Memperhatikan dasar hukum dari putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu yaitu
Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg menyatakan:
putusan yang sudah menjadi tetap, demikian pula jika dikabulkan tuntutan dahulu, lagi pula di dalam perselisihan tentang hak milik.
Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg memberikan kewenangan bagi hakim
untuk menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu namun dalam prakteknya untuk
melaksanakan kewenangan tersebut masih simpang siur sehingga sering menyimpang dari
aturan undang-undang. Apabila dilihat dan amati dalam praktek di pengadilan, eksekusi dari
putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu sangatlah menimbulkan suasana yang dilematis,
pengadilan negeri berani mengabulkan gugatan dengan putusan yang dapat dijalankan lebih
dahulu tetapi enggan dan tidak berani untuk melaksanakan eksekusinya. Sehingga Mahkamah
Agung sebagai badan yang berwenang mengawasi jalannya penerapan peraturan hukum telah
banyak menaruh perhatian terhadap putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu atau juga yang
dikenal dengan putusan serta-merta (uitvoerbaar bij voorraad) yang sering menimbulkan
banyak kesulitan. Oleh karena itu, Mahkamah Agung mengeluarkan instruksi dan beberapa
surat edaran yang ditujukan kepada hakim Pengadilan Negeri agar jangan secara mudah
menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu, untuk dapat mengabulkan tuntutan
permohonan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu, para hakim wajib memperhatikan
beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung tetapi disamping itu juga perlu dipenuhinya
syarat-syarat seperti yang tercantum dalam Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg.
Dari pengeluaran SEMA demi SEMA dan untuk membatasi Hakim Pengadilan Negeri dalam mengabulkan tuntutan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu atau putusan serta merta maka dikeluarkanlah SEMA Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta dan Putusan Provisionil dengan alasan:
1. Putusan serta-merta dikabulkan berdasar bukti yang keotentikannya dibantah oleh
tergugat dengan bukti yang juga otentik.
2. Pertimbangan hukum untuk mengabulkan tuntutan serta-merta tidak jelas.
3. Hampir setiap jenis perkara dijatuhkan putusan serta-merta sehingga menyimpang
dari ketentuan dalam Pasal 191 RBg/180 ayat (1) HIR.
4. Persetujuan untuk melaksanakan putusan serta-merta kepada Ketua Pengadilan
5. Ketua Pengadilan Tinggi dengan mudah mengabulkan permohonan persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri.
6. Ketua Pengadilan Tinggi dan Para Hakim tidak mengindahkan SEMA-SEMA
terdahulu yaitu SEMA No. 13 Tahun 1964, SEMA No. 5 Tahun 1969, SEMA No. 3 Tahun 1971, SEMA No. 6 Tahun 1975 dan SEMA No. 3 Tahun 1978.
Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 06 tahun 1975 Mahkamah Agung meminta kepada para ketua Pengadilan Tinggi dan para ketua Pengadilan Negeri supaya tidak menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu/putusan serta-merta walaupun syarat-syarat dalam Pasal 180 ayat (1) HIR/Pasal 191 ayat (1) RBg telah terpenuhi. Penerapan pasal tersebut dimaksud tidak bersifat generalis, tetapi hanya bersifat
terbatas berdasarkan syarat-syarat yang sangat khusus.5
Hanya dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan keputusan yang demikian yang
sangat ekseptional sifatnya dapat dijatuhi. Dalam hal itupun hendaknya diingat bahwa
keputusan itu diberikan:
a. Apabila ada conservatoir beslag yang harga barang-barang yang disita tidak akan
mencukupi untuk menutup jumlah yang digugat.
b. Jika dipandang perlu dengan jaminan oleh pihak pemohon eksekusi yang seimbang,
dengan catatan:
1. Bahwa benda-benda jaminan hendaknya yang mudah disimpan dan mudah
digunakan untuk mengganti pelaksanaan jika putusan yang bersangkutan tidak
dibenarkan oleh hakim banding atau dalam kasasi;
2. Jangan menerima penjaminan orang (borg) untuk menghindarkan pemasukan
pihak ketiga dalam proses;
3. Penentuan benda serta jumlahnya terserah kepada Ketua Pengadilan Negeri;
serta
4. Benda-benda jaminan dicatat dalam daftar tersendiri seperti daftar benda-benda
sitaan dalam perkara perdata.
Dengan demikian jelaslah bahwa lembaga uitvoerbaar bij voorraad ternyata banyak
menimbulkan masalah dalam praktek, sehingga penerapannya sedapat mungkin untuk
dihindarkan oleh hakim walaupun lembaga itu membantu pelaksanaan putusan dengan cepat.
Apabila kita hubungkan hal tersebut dengan perkara hak milik lembaga ini sangat berguna.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian skripsi
dengan judul: ” PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN
PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN.PDG” .
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan pokok yang ingin diajukan untuk dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang ?
2. Bagaimana pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan
Negeri Kelas 1A Padang ?
3. Kendala-kendala apa yang ditemukan dalam pelaksanaan putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang dan bagaimana
penyelesaian terhadap kendala itu ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
yang dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu di
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan putusan yang
dapat dijalankan lebih dahulu di Pengadilan Negeri kelas 1A Padang dan penyelesaian
terhadap kendala itu.
D. Manfaat Penelitian
Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian adalah menyangkut suatu manfaat
suatu penelitian, baik dari manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Dalam penelitian ini
manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu dan pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Kelas 1A
Padang.
b. Menambah literatur dalam mempelajari Hukum Acara Perdata khususnya pada
putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu dan pelaksanaannya di Pengadilan
Negeri Kelas 1A Padang.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat sehingga masyarakat
mengetahui adanya acara perdata di Pengadilan Negeri dalam putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan media atau alat sosialisasi oleh Pengadilan Negeri
Kelas 1A Padang kepada masyarakat mengenai pelaksanaan putusan yang dapat
dijalankan lebih dahulu.
E. Metode Penelitian
Dalam melakukan Penelitian, membutuhkan data-data yang dapat memberikan
”Suatu usaha untuk mengembangkan, menemukan dan menguji kebenaran suatu, pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan metode-metode ilmiah”.6
Metode-metode tersebut sangatlah penting untuk menunjang hasil yang nantinya
diperoleh dari penelitian yang dilakukan, sehingga mendapatkan data dengan gambaran yang
jelas mengenai permasalahan yang diteliti. Metode- metode yang digunakan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Masalah
Metode pendekatan yang akan digunakan berkenaan dengan judul Putusan Yang Dapat
Dijalankan Lebih Dahulu dan Pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang
dalam perkara No. 74/PDT.G/2005.PN.PDG, melalui pendekatan masalah yuridis
sosiologis, yaitu suatu penelitian yang menggunakan metode pendekatan terhadap masalah
dengan melihat semua hukum yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta yang didapat
di lapangan.
2. Sumber dan Jenis Data
Dalam penulisan ini sumber data diperoleh melalui :
a) Penelitian Kepustakaan (library research), merupakan penelitian yang dilakukan
terhadap buku-buku, karya ilmiah, undang-undang dan peraturan yang terkait
lainnya. Bahan-bahan penelitian kepustakaan ini diperoleh dari:
a. Perpustakaan Universitas Andalas,
b. Perpustakaan Fakultas Hukum Reguler Mandiri Unand.
b) Penelitian Lapangan (field research), yakni dilakukan untuk mendapatkan data
primer, di mana data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan
dari pihak yang mengetahui tentang Putusan Yang Dapat Dijalankan Lebih Dahulu
dan Pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang dalam Perkara No.
74/PDT.G/2005.PN.PDG. Adapun jenis data yang digunakan adalah :
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan
nara sumber yaitu Hakim dan Jurusita di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang.
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan untuk
memberikan penjelasan tentang data primer. Data sekunder ini terbagi tiga
antara lain :
1. Bahan hukum primer yang meliputi :
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
c) Herziene Inlandsch Reglement (HIR)
d) Reglement Voor de Buitengewesten (Rbg)
e) Reglement op de Rechtvordering (Rv)
f) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
g) Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
2. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer agar dapat membantu menganalisa dan
memahaminya.
3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan informasi maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dalam hal ini digunakan
kamus hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data diatas, maka metode pengumpulan data yaitu:
Dalam studi dokumen ini, mempelajari dokumen-dokumen yang erat
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara
Penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara langsung kepada Hakim dan
Jurusita di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang. Teknik wawancara yang digunakan
dalam rangka memperoleh data yang akurat dan lengkap peneliti mengumpulkan data
dengan teknik wawancara semi struktur yaitu wawancara bebas tetapi tetap fokus pada
masalah yang diteliti.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengelola dan menganalisis
data tersebut dengan cara sebagai berikut :
a) Pengolahan Data
Seluruh data yang digunakan, baik data sekunder maupun data primer. Berhasil
dikumpulkan dan disatukan, kemudian dilakukan penyaringan dan pemisahan data,
sehingga didapatkan data yang akurat. Setelah dilakukan penyaringan dan pemisahan
data, maka tahap selanjutnya melakukan editing yaitu dengan melakukan pengeditan
seluruh data yang telah dikumpulkan dan disaring menjadi suatu kumpulan data yang
dapat dijadikan acuan dalam penarikan kesimpulan.
b) Analisis data
Tujuan analisis data ini untuk memperoleh atau menemukan jawaban dari
permasalahan. Dalam menganalisis data, mempergunakan analisis data kualitatif yaitu
analisis data yang bukan bersifat angka tetapi dengan analisis data yang menggunakan
uraian-uraian dari pokok permasalahan. Dalam menarik suatu kesimpulan, memulai
dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus (deduktif).
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang bersifat Deskriptif.
Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data yang
seteliti mungkin tentang manusia atau gejala-gejala lainnya.7 Berusaha memberikan gambaran
betapa pentingnya pengetahuan mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
yang dapat dijalankan lebih dahulu, pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu
dan kendala-kendala apa yang ditemukan dalam pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan
lebih dahulu di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang serta cara penyelesaian kendala itu. Dalam
menganalisis data-data tersebut, didasarkan pada ketentuan Hukum yang berlaku.
F. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan dan memahami isi materi, maka penulis akan memberikan
gambaran secara garis besar, maka sistematika penulisan proposal ini adalah :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini menggambarkan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.