BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian 1. Kota Surakarta
Kota Surakarta secara geografis terletak antara 7°34’0” Lintang
Utara 110°49’0” Bujur Timur dan 7,56667° Lintang Selatan 110,81667° Bujur
Timur. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah
yang menunjang kota-kota lainnya seperti Kota Semarang dan Kota
Yogayakarta. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota Solo”
merupakan dataran rendah dengan ketinggian ±92 meter dari permukaan
air laut dengan luas area sebesar 4.404,06 Ha yang terdiri dari 5 kecamatan
dengan total 51 kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2.645 RT, yaitu:
a. Kecamatan Laweyan, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 863,83 Ha
(19,62%);
b. Kecamatan Serengan, 7 kelurahan dengan luas 319,5 Ha (7,25%);
c. Kecamatan Pasar Kliwon, terdiri dari 9 kelurahan dengan luas 481,52 Ha
(28,57%);
d. Kecamatan Jebres, terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 1.258,18 Ha
(28,57%);
e. Kecamatan Banjarsari, terdiri dari 13 kelurahan dengan luas 1.481,1 Ha
(33,63%).
Adapun Batas Administrasi Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
b. Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
c. Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
d. Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
sebagaimana mengalami berberapa perubahan terakhir melalui Peraturan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dalam Pasal 2 diatur bahwa
Dinas Daerah di Kota Surakarta terdiri atas :
a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
d. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
g. Dinas Pekerjaan Umum
h. Dinas Tata Ruang Kota
i. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
j. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
l. Dinas Pengelolaan Pasar
m. Dinas Pertanian
n. Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset
2. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta
merupakan salah satu dari dinas di Kota Surakarta yang membantu dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Surakarta. Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu :
a. Tugas Pokok
Menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di Bidang Lalu Lintas, Angkutan
dan Teknis Sarana dan Prasarana Serta Komunikasi dan Informatika.
b. Fungsi
1) Penyelenggaraan Kesekretariatan Dinas.
2) Penyusunan Rencana Program, Pengendalian, Evaluasi Dan Pelaporan.
3) Penyelenggaraan Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas.
5) Pembinaan Usaha Sarana dan Prasarana Teknis Kendaraan dan
Bengkel
6) Penyelenggaraan Uji kendaraan
7) Penyelenggaraan Komunikasi
8) Penyelenggaraan Informatika
9) Penyelenggaraan Pengelolaan Terminal
10) Penyelenggaraan Pengelolaan Perparkiran
11) Penyelenggaraan Sosialisasi
12) Pembinaan Jabatan fungsional
13) Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Dasar hukum yang digunakan dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsi tersebut adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Perhubungan. Yang di dalamnya terdapat
aturan-aturan yang harus dilakukan oleh pemerintah agar dapat menyelenggarakan
sektor perhubungan dengan baik sesuai dengan aturan yang ada
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta
memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sebagai
berikut :
a. Visi
Terwujudnya lalu lintas, angkutan, teknik sarana dan prasarana,
komunikasi, informatika, terminal tirtonadi dan perparkiran yang handal,
cepat, tepat, tertib lancar, nyaman, selamat, efisien dan efektif sebagai
pendorong, penggerak, dan penunjang pertumbuhan ekonomi, pendidikan,
olahraga dan pariwisata Kota Surakarta.
b. Misi
1) Menyelenggarakan administrasi keuangan, sumber daya manusia,
sarana dan prasaran perkantoran
2) Menyelenggarakan menejemen dan rekayasa lalu lintas serta
memberikan keselamatan dan ketertiban lalu lintas
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga sarana dan
4) Menyelenggarakan pelayanan pengujian kendaraan bermotor dan
perbengkelan
5) Menyelenggarakan pelayanan sarana angkutan wisata dan sarana
angkutan umum massal yang cepat, nyaman, selamat dan tarif
terjangkau
6) Menyelenggarakan pelayanan sarana dan prasarana telekomunikasi dan
pengembangan komunikasi serta informatika
7) Menyelenggarakan pelayanan piranti lunak dan keras serta jaringan
informatika dan komunikasi publik
8) Menyelenggarakan pelayanan moda angkutan umum dan penumpang,
sarana dan prasarana Terminal Tirtonadi
9) Menyelanggarakan pelayanan aktifitas, sarana dan prasarana perpakiran
10) Menggali potensi serta meningkatkan pendapatan asli daerah
Dalam melaksanakan kegiatannya, Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Kota Surakarta memiliki susunan organisasi yang terdiri atas :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahkan :
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2) Subbagian Keuangan
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Lalu Lintas, membawahkan :
1) Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas
2) Seksi Bimbingan, Keselamatan, dan Ketertiban
d. Bidang Angkutan, membawahkan :
1) Seksi Angkutan Orang
2) Angkutan Barang
e. Bidang Teknis, Sarana dan Prasarana membawahkan:
1) Seksi Teknis Kendaraan dan Bengkel
2) Seksi Uji Kendaraan
f. Bidang Komunikasi, membawahkan :
2) Seksi Pengembangan, Komunikasi dan Informasi
g. Bidang Informatika, membawahkan:
1) Seksi Piranti Lunak dan Keras
2) Seksi Jaringan Informatika dan Komunikasi Publik
h. UPTD
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 2 : Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Surakarta
Sumber data Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
3. UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PERPARKIRAN
UPTD Perparkiran merupakan unit pelaksana teknis dinas dibawah
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Unit Pelaksana Daerah
Perparkiran berdiri berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 43
Tahun 1980 dan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Surakarta
Walikotamadya Surakarta Nomor 188.3/60/1/1981 tentang Badan Perparkiran
Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.Tujuan berdirinya UPTD Perparkiran adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
b. Mewujudkan penataan perkotaan
c. Kelancaran lalu lintas
d. Ketertiban administrasi pendapatan asli daerah
e. Mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja dan juga untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Perparkiran
UPTD Perparkiran memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas Pokok :
1) Pengaturan masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir
2) Penyerahan karcis dan penerimaan pembayaran biaya parkir dari para
pengelola, petugas parkir, dan pengguna jasa parkir
3) Penjagaan ketertiban dan keamanan dalam perparkiran
4) Pengaturan pengusahaan dan perijinan lokasi parkir
5) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Walikota dan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
sesuai perundang-undangan yang berlaku
b. Fungsi :
1) Merencanakan, mempersiapkan, dan penyusunan kebijakan teknis
serta program kerja perparkiran
2) Pelaksanaan segala usaha dan kegiatan untuk menyelenggarakan
perparkiran
3) Ketatausahaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan di bidang tata
usaha umum, kepegawaian, perlengkapan dan keuangan
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, UPTD Perparkiran
memiliki visi dan misi sehubungan dengan tugas dan kewenangannya dalam
melaksanakan otonomi daerah dan pembangunan di Kota Surakarta. Visi dan
a. Visi UPTD Perparkiran adalah mewujudkan kota Surakarta yang rapi dan
aman dalam penataan parkir dan sekaligus menjadikan UPTD Perparkiran
sebagai salah satu primadona dalam mendukung keberhasilan Pendapatan
Asli Daerah.
b. Misi UPTD Perparkiran adalah :
1) Menata dan memelihara lahan parkir agar tetap bersih rapi dan aman.
2) Meminta kepada pihak terkait agar dalam mendirikan bangunan yang
menjadi tempat berkumpulnya manusia dalam menyediakan lahan
parkir.
3) Menjadikan para penata lahan parkir beretiket dan dapat dipercaya
agar masyarakat sadar parkir dan biayanya.
4) Melaksanakan pemungutan retribusi secara teratur untuk
meningkatkan pendapatan daerah.
5) Menjadikan misi tersebut sebagai penunjang dalam kinerja
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai sebuah unit, untuk
memperlancar dalam menjalankan tugasnya, Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran Kota Surakata membentuk sendiri susunannya menurut
jabatan dan tugas, adalah sebagai berikut:
a. Kepala UPTD Perparkiran
Kepala UPTD Perparkiran secara hierarkis berada dibawah Dinas
Perhubungan, namun untuk jabatan Kepala UPTD Perparkiran
ditentukan oleh Walikota. Kepala UPTD Perparkiran mempunyai tugas
sebagai Berikut:
1) Melakukan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang Dinas dibidang pengelolaan perparkiran.
2) Menyusun rencana teknis operasional bidang pengelolaan perparkiran.
3) Melaksanakan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan parkir.
4) Memantau,mengevaluasi dan melaporkan bidang pengelolaan
perparkiran.
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian Tata Usaha adalah unsur pembantu Kepala Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta yang bertanggung
jawab dihidang administrasi dan tata usaha UPTD Perparkiran terdiri
dari:
1) Bendahara Umum
Bendahara umum bertugas menerima uang setoran parkir baik dari
pengusaha atau kontraktor parkir maupun dari penunjukan Walikota.
2) Bendahara Rutin
Bidang ini mempunyai tugas untuk mengurusi keuangan UPTD
Perparkiran dalam anggaran belanja rumah tangga.
3) Personalia/Kepegawaian
Mempunyai tugas mengurusi bidang kepegawaian di lingkungan
UPTD Perparkiran.
4) Pembantu Umum
Mempuyai tugas melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan,
pengadaan, dan administrasi perizinan.
c. Koordinator Perencanaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Penwasdal)
Sebagai salah satu seksi dibawah Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Perparkiran Kota Surakarta, Seksi Perencanaan, Pengawasan, dan
Pengendalian (Peswandal) mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pengawasan, dan pengendalian dalam bidang pengelolaan parkir. Adapun
tugas yang dimaksud adalah:
1) Merencanakan kegiatan guna kemajuan dan meningkatnya organisasi perparkiran.
2) Mengendalikan kegiatan khususnya yang berhubungan dengan
pengelolaan parkir.
3) Mengawasi kegiatan penarikan retribusi parkir bagi pengelola maupun
4) Mendata dan menganalisa hasil dan kegiatan survey guna peningkatan
potensi parkir.
5) Melaksanakan kegiatan rutin Operasional Ketertiban Lalu Lintas.
Seksi Perencanaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Penwasdal)
diketuai oleh seorang koordinator Penwasdal yang mempunyai tugas
memberikan laporan secara tertulis atau lisan kepada Kepala UPTD
Perparkiran jika terjadi kejanggalan- kejanggalan di lapangan.
d. Koordinator Potensi Parkir, Perizinan, dan Pungutan Koordinator
Potensi Parkir, Perizinan, dan Pungutan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melayani pemohon izin pengelola parkir.
2) Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan informasi
tentang perparkiran.
3) Meningkatkan potensi lahan parkir dengan memberi izin kepada
masyarakat atau pemohon.
4) Mencatat dan mendata potensi parkir yang ada di Kota Surakarta.
5) Mencatat dan mendata juru parkir dan pengelola sesuai wilayah
masing-masing.
e. Koordinator Perencanaan
Adapun untuk koordinator Perencanaan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengkaji permasalahan parkir yang ada sarana dan prasarana.
2) Membuat perencanaan jangka pendek,menengah, dan panjang internal
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Surakarta.
3) Mengevaluasi penyelenggaraan parkir.
Untuk mengetahui lebih jelas struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta, berikut disajikan Bagan
Gambar 3 : Struktur Organisasi UPTD Perparkiran
Sumber data UPTD Perparkiran Kota Surakarta 2016
B. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Untuk Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah 1. Dasar Hukum
a. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Daerah
Diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011
Tentang Retribusi Daerah merupakan penyesuaian terhadap pengaturan
retribusi daerah di Kota Surakarta setelah berlakunya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berguna untuk
pelaksanaan pemerintahan daerah, kebijakan retribusi daerah dilaksanakan
berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta
masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah.
Retribusi parkir di tepi jalan umum merupakan obyek retribusi
tarif pelayanannya ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut sesuai dengan yang tertulis di Pasal 6
ayat (1) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Daerah. Bentuk pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah
daerah dalam hal ini adalah penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum.
Penetapan tarif parkir di tepi jalan umum diatur dalam lampiran
V Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Daerah. Melihat potensi parkir di tepi jalan umum berpotensi
untuk menimbulkan kemacetan di Kota Surakarta , maka berdasarkan
Perda Nomor 9 Tahun 2011 di kota Surakarta diberlakukan zoning parkir,
yaitu membagi beberapa zona parkir diruas-ruas jalan yang ada di
Surakarta. Zoning parkir ini dilakukan untuk membedakan tarif parkir
yang ada, disetiap zona yang ada tarif parkirnya berbeda satu sama lain.
Zona tersebut terdiri dari zona A,B,C,D dan E dengan tarif sebagai berikut
:
Tabel 1 : Tarif Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum
Kota Surakarta
No. Zona Jenis Kendaraan Tarif Sekali
3. Zona C Sepeda Tahun 2012 maximal sampai zona C.
b. Peningkatan zona setelah Tahun 2012 dengan Peraturan Walikota. c. Penentuan zona ditentukan dengan Peraturan Walikota.
d. Khusus untuk sekolah, tempat ibadah, rumah sakit (Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas) tidak dikenakan tarif progresif. (untuk penjemput dikenakan tarif progresif).
b. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perhubungan
Dalam rangka menunjang perkembangan pembangunan dan
pertumbuhan perekonomian di Kota Surakarta, diperlukan sistem lalulintas
dan angkutan jalan yang menjamin kehandalan, keselamatan, kelancaran,
ketertiban, keamanan, kenyamanan, berdaya guna dan berhasil
guna.Penyelenggaraan perhubungan perlu diselenggarakan dengan
mengintegrasikan sistem lalu lintas dan angkutan jalan menjadi satu
kebijakan Pemerintah Daerah, sesuai dengan kewenangannya sehingga
Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan diterbitkan
agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan pengelolaan parkir diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan.
Pada Pasal 209 ayat (1) dijelaskan bahwa Penyelenggaraan tempat parkir
di Kota Surakarta dapat diselenggarakan oleh Pemerintah daerah dan/atau
Badan, perorangan. Kemudian dalam ayat (2) disebutkan bahwa tempat
parkir di Kota Surakarta meliputi Tempat parkir tepi jalan umum dan
tempat khusus parkir.
Pengelolaan parkir di tepi jalan umum dikelola oleh Pemerintah Kota
Surakarta melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran
dibawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika. Tugas dan
fungsi UPTD Perparkiran Kota Surakarta adalah menjalankan pelaksanaan
dan pengawasan retribusi parkir. Tugas dan fungsi tersebut meliputi proses
pelelangan, pelaksanaan dan pengawasan pemungutan, pelaksanaan dan
pengawasan pembayaran, dan pelaksanaan dan pengawasan penagihan.
Kebijakan dalam pengelolaan parkir tepi jalan umum yang
diberlakukan oleh UPTD Perparkiran bertujuan untuk menambah
Pendapatan Asli Daerah dan Ketertiban Lalu Lintas. Kota Surakarta tidak
memiliki sumber daya alam yang memenuhi, maka retribusi merupakan
sumber utama bagi Pendapatan Asli Daerah. Kebijakan dilakukan dengan
pengelolaan parkir dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Dalam pasal 215
ayat (1) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perhubungan dijelaskan bahwa : “Pengelolaan Parkir di
Tepi Jalan Umum dan Tempat Khusus Parkir milik Pemerintah Daerah
dikelola oleh Pemerintah Daerah dan dapat dikerjasamakan dengan pihak
ketiga melalui lelang dan penunjukan.”
Dalam peraturan daerah ini diatur mengenai hak dan kewajiban dari
pengelola, petugas serta pengguna jasa parkir. Hak dan kewajiban tersebut
adalah sebagai berikut :
Hak :
a) mengelola tempat lahan parkir yang ditetapkan;
b) memperoleh hasil pungutan retribusi yang telah dilakukan petugas
parkir sebesar 35 % dari pendapatan parkir;
c) mendapat perlindungan keamanan dari Pemerintah Daerah dari
kegiatan parkir ilegal/tidak resmi; dan
d) mendapat jaminan kepastian dalam mengelola lahan parkir (Pasal
220).
Kewajiban :
a) menjaga keamanan, ketertiban, keindahan dan kelancaran Lalu
Lintas di kawasan lokasi parkir yang dikelola;
b) menyerahkan hasil pungutan retribusi kepada Walikota melalui
Dinas sesuai kontrak/ ketetapan retribusi;
c) memungut tarif retribusi sesuai dengan Peraturan Daerah tentang
Retribusi Daerah;
d) membina dan mempekerjakan petugas parkir yang cakap, jujur dan
terampil;
e) mematuhi dan melaksanakan hubungan Perburuhan/
Ketenagakerjaan sesuai dengan Peraturan Perundangan-undangan
di bidang ketenagakerjaan;
f) memberikan jaminan sosial dan hak-hak lainnya, kepada Petugas
Parkir; dan
g) memberikan ganti rugi atas kehilangan Kendaraan termasuk
kelengkapannya dan/atau kerusakan yang dialami karena
kesengajaan atau kealpaan petugas parkir (Pasal 223)
2) Petugas Parkir
Hak :
a) memperoleh penghasilan sebesar 25 % dari pendapatan parkir;
b) memungut Retribusi Parkir sesuai ketentuan Peraturan Daerah
c) mendapat jaminan sosial dan hak-hak lainnya dari pengelola parkir
(Pasal 221).
Kewajiban :
a) melaksanakan tugas yang ditetapkan pengelola yang telah disahkan
oleh Dinas;
b) menyerahkan bukti retribusi parkir kepada pengguna jasa parkir;
c) menyerahkan hasil pemungutan retribusi parkir kepada pengelola;
d) memakai seragam parkir, beserta kelengkapan yang telah
ditetapkan, dan kartu tanda anggota;
e) memberikan pelayanan kepada Pengguna Jasa Parkir dengan baik;
f) menata dengan tertib Kendaraan yang diparkir sesuai dengan pola
parkir yang ditetapkan;
g) memberikan jaminan keamanan;
h) memberikan ganti rugi atas kehilangan Kendaraan termasuk
kelengkapannya dan/atau kerusakan yang dialami karena
kesengajaan atau kealpaan;
i) mematuhi ketentuan tarif retribusi parkir yang berlaku; dan
j) menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir
(Pasal 224).
3) Pengguna Jasa
Hak :
a) memperoleh bukti pembayaran retribusi parkir;
b) mendapat pelayanan yang baik dari petugas parkir;
c) mendapat jaminan keamanan; dan
d) mendapat ganti rugi atas terjadinya kehilangan dan/atau kerusakan
yang dialami (Pasal 222).
Kewajiban :
a) menempatkan Kendaraan di tempat yang sesuai dengan
peruntukannya;
b) mematuhi semua tanda-tanda parkir dan/atau petunjuk yang ada;
d) menunjukkan dan membayar retribusi parkir kepada petugas parkir
pada saat akan meninggalkan tempat parkir (Pasal 225)
Penerapan sanksi administratif bagi pelanggaran pelanggaran yang
dilakukan oleh pengelola parkir juga diatur dalam peraturan daerah ini
yakni di Pasal 227 sanksi berupa peringatan dan pencabutan izin.
Sedangkan pelanggaran oleh pengguna jasa parkir diatur dalam Bab XV
tentang pemindahan kendaraan. Pemindahan kendaraan merupakan
pemindahan terhadap kendaraan yang parkir di area larangan. Dalam Pasal
231 ayat (1) diatur bahwa cara pemindahan kendaraan ada 3 ( tiga ) yaitu :
a. Penggembokan pada roda kendaraan
b. Diderek dengan mobil Derek sesuai dengan peruntukannya
c. Disimpan di areal penyimpanan kendaraan bermotor
c. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Zona Parkir
di Tepi Jalan Umum
Untuk melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 26 dan 27
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Daerah, dibentuk Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2011
yang mengatur mengenai pembagian zona parkir di tepi jalan umum Kota
Surakarta. Pengaturan zona parkir dimaksudkan guna melakukan
pengendalian parkir pada ruas ruas jalan agar tercipta pelayanan terhadap
pengguna jasa parkir yang aman, nyaman, tertib dan teratur.
Pemberlakuan zona parkir didasarkan evaluasi yang dilaksanakan oleh
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta melalui
UPTD Perparkiran yang setiap tahun melakukan survey. Kriteria
pembagian zona berdasarkan pada kepadatan lalu lintas dan permintaan
akan parkir. Interval dari kriteria pembagian zona terhadap suatu jalan
diatur dalam Pasal 3 ayat (5) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16
Tahun 2011 Tentang Zona Parkir di Tepi Jalan Umum dengan rincian
Tabel 2 : Interval Pembagian Zona Parkir di Tepi Jalan Umum
ZONA Interval LHR interval
Permintaan Parkir
ZONA A >25.000 kdr/hari > 10.000 kdr/hari
ZONA B 15.000 - 25.000 kdr/hari 5000 - 10.000
kdr/hari
ZONA C 10.000 - 15.000 kdr/hari 1000 - 5000
kdr/hari
ZONA D 5000 - 10.000 kdr/hari 500 - 1000
kdr/hari
ZONA E <5000 kdr/hari < 500 kdr/hari
Mulai tahun 2012 hingga tahun 2015, zona parkir yang ada hanya
terdapat 3 zona saja yaitu zona C,D, dan E. Dasar penerepan zona parkir
ini adalah SK Kadishub No. 551.2/2578.A Tahun 2011. Peta pembagian
Zona Parkir adalah sebagai berikut :
Gambar 4 : Peta Pembagian Zona Parkir Tepi Jalan Umum di Kota
Surakarta
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta
Tarif parkir tepi jalan umum di Kota Surakarta dengan tarif
termahal berada di Zona C yaitu di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, karena
lahan khusus parkir sehingga sebagian besar akan memarkirkan kendaraan
pribadi mereka di tepi jalan umum, agar parkir di Jl. Slamet Riyadi ini
tidak menambah padatnya lalu lintas maka tarif parkir disini dibuat paling
mahal sehingga para pengguna parkir akan berpikir panjang jika akan
parkir dengan waktu yang lama di tepi Jl. Slamet Riyadi. Berikut adalah
tarif parkir tepi jalan umum di zona C, D, dan E
Gambar 5 : Tarif Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surakarta
2. Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
Kota Surakarta
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Perhubungan serta peraturan pelaksana yaitu
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Zona Parkir di
Tepi Jalan Umum merupakan dasar dari semua kebijakan pengelolaan retribusi
parkir yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Dalam
penerapan suatu kebijakan di Pemerintahan Daerah, tentunya melibatkan dinas
yang memiliki kewenangan dalam menangani dan melaksanakan tugas serta
fungsi dari kegiatan di Pemerintahan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perparkiran dibawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menangani berbagai kegiatan yang
berhubungan langsung dengan lalu lintas dan kendaraan.
Jalanan di Indonesia diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu jalan
nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Pengelolaan jalan tersebut
terutama di Kota Surakarta sebelum tahun 2009 dikelola sepenuhnya oleh
Pemerintah Kota, namun kemudian pada tahun 2009 diterbitkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
dalam Pasal 43 ayat (3) dituliskan bahwa penyelenggaraan fasilitas parkir
hanya dapat dilakukan di jalan kabupaten / jalan kota, sehingga pengelolaan
jalan provinsi oleh Pemerintah Kota tidak diperbolehkan menurut
Undang-Undang tersebut. Namun dalam pelaksanaannya hingga sekarang di Kota
Surakarta tetap dilakukan pengelolaan parkir karena akan lebih efektif apabila
dikelola oleh Pemerintah Kota, dan apabila dibiarkan begitu saja maka akan
menimbulkan banyak permasalahan dalam hal pengelolaan karena Pemerintah
Provinsi memiliki banyak jalan provinsi yang harus dikelola, tidak hanya di
Kota Surakarta saja.
Kebijakan pengelolaan retribusi parkir tepi jalan umum untuk
Daerah dalam mewujudkan otonomi daerah agar dapat mendukung pembiayaan
atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dengan demikian pemungutan
retribusi dapat memberikan manfaat bagi pengguna jasa parkir tepi jalan umum
dan bagi pembangunan daerah khususnya sebagai sumber pendapatan asli
daerah Kota Surakarta yang dapat digunakan untuk kepentingan umum.
Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan di tepi jalan umum yang menyangkut pemungutan retribusi parkir,
tidak terlepas dari tujuan dari program Pemerintah Kota Surakarta. Selain
untuk mendapatkan dan menggali potensi pendapatan asli daerah dari sektor
tersebut, juga untuk mewujudkan kenyamanan warga Kota Surakarta dan
ketertiban arus kendaraan yang parkir di tepi jalan umum maupun di areal
pertokoan yang juga berhubungan dengan pemakaian bahu jalan untuk tempat
parkir kendaraan, pusat keramaian serta menciptakan kenyamanan warga Kota
untuk memarkir kendaraaannya setiap saat.
Pengelolaan parkir di Kota Surakarta seluruhnya dikerjasamakan
dengan pihak ketiga yang ditetapkan melalui 2 (dua) cara yakni :
a. Lelang
Pihak ketiga yang akan mengikuti lelang harus berbadan hukum
berbentuk CV serta memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang
bergerak di bidang perparkiran. Setiap badan usaha yang ingin mengikuti
lelang harus melapor kepada UPTD Perparkiran yang secara langsung
mengururusi keseluruhan tentang kebijakan perparkiran di Kota Surakarta.
Selanjutnya berkas calon pengelola parkir tersebut diverifikasi dan
mengikuti lelang yang diselenggarakan oleh pemerintah. Lelang dilakukan
terhadap lahan yang akan disewa untuk dikelola oleh pihak ketiga tersebut.
Penentuan harga lelang lahan parkir dan tarif retribusi bulanan
yang akan dilelang ditetapkan berdasarkan survey yang dilakukan UPTD
Perparkiran. Lelang dilakukan secara terbuka dan seperti pelelangan pada
umumnya, pemenang lelang adalah penawar yang menawar dengan harga
tertinggi. Setelah memenangkan lelang, pihak ketiga yang memenangkan
yang dimenangkan sebelum Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dalam
pelaksanaannya UPTD Perparkiran menghendaki untuk dilakukan
pembayaran langsung 100%, seperti yang diungkapkan oleh bapak Mudo
Prayitno selaku Analis Dampak Lalu Lintas Bidang Perparkiran Kota
Surakarta sebagai berikut :
“Dalam perjanjian lelang kita menghendaki agar pememnang lelang langsung membayar 100%, namun sebagian besar mengusulkan untuk dilakukan pembayaran sebesar 50% dulu. Sehingga untuk masa kerja tahun 2016 ini kami tetapkan untuk dibayar 50% dahulu dan sisanya dicicil dalam selama 10 bulan.” (Wawancara, 24 Maret 2016. Pukul 11.25)
Gambar 6 : Mekanisme Pelelangan Lahan Parkir
Sumber data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
b. Penunjukan
Penunjukan dilakukan dengan cara pemohon mengajukan berkas
pengajuan pengusahaan parkir, kemudian tim dari UPTD Perparkiran
melakukan survey lokasi dan potensi serta dibuat berita acara pemeriksaan
lapangan. Setelah dilakukan pemeriksaan lapangan maka apabila lokasi
tersebut tidak layak digunakan sebagai lahan parkir maka berkas akan
dikembalikan, namun apabila diterima akan dihitung tarif retribusi dan
penentuan batas lokasi. Besarnya tarif retribusi yang harus disetor setiap
bulan sesuai dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). Pengelola
parkir yang diterima diwajibkan membayar setoran sebesar 2 bulan
sebagai jaminan.
Proses Pelelangan Penentuan
Harga Lahan Parkir Penentuan Lahan
Gambar 7 : Prosedur Perijinan Pengusahaan Parkir melalui Penunjukan
Sumber UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Ketentuan mengenai suatu lahan parkir perlu dilakukan pelelangan
diatur melalui Peraturan Walikota, sedangkan lokasi yang tidak disebutkan
dalam Peraturan Walikota maka dapat dilakukan penunjukan. Penetapan lokasi
yang perlu dilakukan lelang berdasarkan pada hasil survey potensi, apabila
memiliki potensi lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) maka
dilaukan pelelangan terhadap lahan parkir, potensi tersebut merupakan potensi
kotor yang artinya belum ada pembagian hasil, yang apabila dihitung potensi
bersihnya adalah 40% dari potensi kotor sesuai dengan pembagian hasil yakni
lebih dari Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Selain lahan yang memiliki
potensi tersebut diatas maka cukup dilakukan penunjukan.
Lokasi yang dapat digunakan sebagai lahan parkir adalah semua jalan
umum yang sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Mudo Prayitno sebagai berikut :
lahan parkirnya, yaa bisa tinggal didaftarkan ke kami nanti kena pajak parkir”(wawancara, 24 Maret 2016. Pukul 11.25)
Dalam pengelolaan parkir, pihak ketiga memiliki petugas parkir yang
tentunya telah terdaftar dengan memiliki kartu tanda anggota. Berdasarkan
pada pengamatan penulis di Kantor Unit Pelayanan Teknis Daerah Perparkiran
Kota Surakarta, kantor UPTD Perparkiran pada saat itu cukup ramai dikunjungi
oleh para petugas parkir yang hendak membuat atau memperpanjang kartu
tanda anggota (KTA). Prosedur membuat KTA juga tidak rumit, petugas parkir
yang hendak membuat KTA cukup menyerahkan formulir yang telah diisi
beserta identitas ke petugas di kantor UPTD Perparkiran, kemudian formulir
diperiksa apabila telah memenuhi syarat maka akan dipanggil dan membayar
uang administrasi sebesar Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah) dengan rincian
Rp. 7.000,- (tujuh ribu rupiah) untuk biaya materai dan Rp. 8.000,- (delapan
ribu rupiah) untuk biaya pembuatan KTA. Kartu ini merupakan identitas wajib
yang harus dimiliki oleh petugas parkir (Pengamatan penulis, 23 Februari 2016
pukul 09.00).
Gambar 8 : Pembuatan KTA Petugas Parkir
Lokasi Kantor UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Petugas parkir yang bekerja langsung di lapangan, dalam menarik
retribusi memiliki dasar tarif yaitu sesuai dengan yang telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011. Petugas parkir selain
kendaraan untuk memarkirkan kendaraan sesuai dengan tempatnya dan petugas
parkir memiliki kewajiban untuk memberikan karcis retribusi untuk pengguna
jasa parkir sebagai bukti pembayaran. Dari pendapatan dalam satu hari petugas
parkir memiliki hak untuk memperoleh 25% dari pendapatan tersebut sebagai
penghasilannya. Petugas parkir direkrut oleh pihak ketiga pemenang lelang
sehingga dalam pekerjaannya bertanggung jawab kepada pengelola parkir yang
merekrutnya.
Pengelolaan parkir dengan dikerjasamakan dengan pihak ketiga baik
melalui pelelangan maupun penunjukan dilakukan dengan sistem bagi hasil
dengan presentase 40% untuk Pemerintah Kota dan 60% untuk Pengelola
Parkir, Petugas Parkir dan Jaminan Sosial. Mekanisme pembayaran retribusi
parkir adalah sebagai berikut :
Gambar 9 : Mekanisme Pembayaran Oleh Pengelola Parkir
Sumber data UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Petugas parkir merupakan orang yang secara langsung berada di lokasi
parkir, yang bertanggung jawab dan memiliki kewajiban untuk menyetorkan
hasil retribusi kepada Pengelola Parkir. Pengelola parkir dalam hal ini adalah
pihak ketiga yang berhak mengelola parkir berdasarkan lelang maupun
penunjukan, memiliki kewajiban untuk setor kepada UPTD Perparkiran dengan
tanggal jatuh tempo yakni pada tanggal 20 dan apabila melebihi tanggal Bendahara
UPTD Perparkiran Pengelola
Parkir Petugas Parkir
tersebut akan dikenakan denda sebesar 2%. Jumlah uang yang disetorkan
kepada UPTD Perparkiran bukan melalui sistem karcis namun diatur dalam
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang dalam menentukan nilainya
dilakukan survey potensi dan besaran setoran ditetapkan di awal perjanjian.
Dengan tidak menggunakan karcis sebagai dasar jumlah setoran, maka
pendapatan dari sektor retribusi parkir di tepi jalan umum tidak tergantung
pada padat atau sepinya pengguna jasa parkir. Namun bukan berarti karcis
tidak memiliki kegunaan, karena karcis yang telah dikerjasamakan dengan
pihak ketiga berguna sebagai bukti pembayaran retribusi, serta sebagai
pengawasan apabila terjadi kehilangan di lokasi parkir.
Petugas parkir meskipun direkrut oleh pihak ketiga, namun UPTD
Perparkiran memiliki kewajiban untuk memberi sosialisasi dan pembekalan
agar dalam menjalankan tugas di lapangan dapat menciptakan suasana yang
aman dan nyaman bagi pengguna jasa parkir. Sosialisasi dan pembekalan juga
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan yang baik kepada
petugas parkir. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sempat mengikuti jalannya
pembinaan ini secara langsung, pembinaan yang diikuti oleh penulis
berlangsung di Plaza Sriwedari dan di Kawasan Ngarsopuro,. Pembinaan ini
dilakukan oleh tim gabungan dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Surakarta, Denpom Polisi Militer, Binmas Polresta Kota
Surakarta, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta. Secara garis besar
dari semua pembicara mengingatkan supaya petugas parkir mengikuti aturan
yang ada dan mengutamakan kelancaran lalu lintas. Aturan yang dimaksud
adalah agar petugas parkir menggunakan seragam sesuai yang telah ditentukan,
memiliki KTA petugas parkir, menarik retribusi sesuai aturan yang ada dan
jangan mengkonsumsi minuman keras. Dalam pembinaan ini petugas parkir
yang bekerja didepan hotel dana juga mendapat teguran karena tidak pernah
menggunakan seragam dan jika tetap tidak menaati aturan akan mendapat
Gambar 10 : Pembinaan Petugas Parkir Oleh Tim Gabungan
Pembinaan Petugas Parkir di Plaza Sriwedari tanggal 23 Februari 2016 pukul 11.00 WIB.
Pembinaan dan sosialisai petugas parkir dilakukan oleh tim gabungan
untuk meminimalisir pelanggaran dari berbagai bentuk termasuk salah satunya
adalah premanisme, sehingga pembinaan tidak hanya mengeni perihal parkir
saja namun juga tentang sanksi-saksi pidana, seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Andri Wahyudi dari Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika :
“Petugas parkir banyak yang basicnya preman mas, sebagai bentuk pemberdayaan dari Pemerintah Kota agar preman preman ini bisa punya penghasilan dan nggak ngganggu orang. Tapi ya dasarnya preman, kadang ada yang sama polisi aja nggak takut” (wawancara 23 Februari 2016, 11.00 WIB)
Sektor retribusi parkir memiliki potensi besar sebagai sumber
pendapatan asli daerah, dalam pelaksanannyapun memiliki potensi terjadi
pelanggaran terhadap penarikan retribusi seperti yang paling sering terjadi
adalah tidak diberikannya karcis sebagai bukti pembayaran retribusi.
Perhitungan pendapatan dari penarikan retribusi parkir yang akan disetorkan
kepada pihak ketiga pengelola parkir dan kepada UPTD Perparkiran meskipun
tidak berdasarkan pada jumlah karcis parkir, namun penggunaan karcis tetaplah
penting karena terdapat potensi untuk digunakan sebagai pelanggaran.
Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Perhubungan Pasal 224 ayat (1) huruf b bahwa patugas parkir wajib untuk
menyerahkan bukti retribusi parkir kepada pengguna jasa parkir. Dalam
penelitian yang dilakukan penulis di berberapa lokasi parkir tepi jalan sebagai
sampel penelitian, terdapat berberapa lokasi yang terdapat pola-pola
pelanggaran penarikan retribusi parkir oleh petugas parkir seperti berikut :
a.Tidak Ditulisnya Keterangan Waktu Kendaraan Mulai Parkir
Tarif parkir di Kota Surakarta di semua zona berlaku tarif progresif
sesuai dengan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah. Tarif progresif diberlakukan
pada tiap satu jam kelebihan dikenakan tambahan sebesar 100% dari
besarnya retribusi yang ditetapkan, sehingga pada pelaksanaannya penarikan
retribusi parkir didasarkan pada berapa lama kendaraan parkir di lokasi
tersebut. Berdasarkan pada pengamatan penulis di lapangan ditemukan lokasi
parkir yang di tempat tersebut petugas parkir hanya memberikan karcis saja
namun tidak diberikan keterangan pukul berapa kendaraan masuk yakni
lokasi parkir tepi jalan umum di depan toko buku Gramedia Jalan Slamet
Riyadi. Dengan tidak ditulisnya keterangan waktu maka petugas parkir akan
kesulitan melakukan penarikan dengan tarif progresif, dan dapat
menimbulkan kesalahpahaman antara pengguna jasa parkir dan petugas
parkir.
Lokasi kedua yang dilakukan pengamatan sebagai sampel adalah
lokasi parkir di tepi jalan umum depan Grapari Telkomsel Jalan Slamet
Riyadi. Di lokasi ini petugas parkir telah melakukan tugasnya dengan benar
yakni dengan menuliskan keterangan waktu dibelakang karcis retribusi yang
diberikan kepada pengguna jasa. Hal ini memudahkan petugas parkir sendiri
dalam penarikan serta dapat mengurangi kesalahpahaman dengan pengguna
jasa parkir.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011
Tentang Retribusi Daerah, tarif parkir diatur berdasarkan pada zona parkir
serta berlaku tarif progresif dengan tarif sebagai berikut :
Tarif Parkir Tiap Zona
No. Zona Jenis Kendaraan Tarif Sekali
Parkir
Sumber Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah
Namun dalam penerapannya di lapangan masih ditemukan bentuk
pertemuan yang sedang digunakan sebagai lokasi pesta pernikahan. Pada
prakteknya petugas parkir langsung menarik retribusi Rp. 5000,- (lima ribu
rupiah) bahkan hingga Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dan langsung
menariknya didepan. Penarikan retribusi dengan tarif progresif seharusnya
dilakukan ketika kendaraan selesai menggunakan tempat tersebut untuk
parkir, sehingga tidak dibenarkan untuk melakukan penarikan didepan karena
tidak sesuai dengan lama penggunaan lokasi sebagai parkir.
Sebagai bentuk antisipasi praktek seperti ini sekarang di lokasi gedung
pertemuan yang sedang digelar pesta pernikahan, pihak Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta menurunkan personelnya untuk
mengawasi praktek perparkiran sekaligus membantu dalam pengaturan parkir
agar tidak terjadi peningkatan kepadatan lalu lintas. Namun pada prakteknya
di lapangan tetap ditemukan kegiatan penaikan tarif seperti tersebut diatas.
c.Pemberian Karcis Tarif Roda Empat kepada Roda Dua
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Perhubungan Pasal 223 huruf d diatur bahwa
pengelola parkir harus mampu membina dan mempekerjakan petugas yang
cakap, jujur dan terampil. Namun pola pelanggaran yang tidak jujur seperti
ini penulis temukan di lokasi parkir Pasar Burung Depok. Dalam penelitian
penulis datang ke lokasi parkir tersebut menggunakan kendaraan roda 2,
kemudian petugas parkir memberikan kacis retribusi bertuliskan tarif parkir
Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) namun setelah diamati dibagian atas karcis
tersebut tertulis bahwa tarif tersebut adalah tarif untuk kendaraan roda empat.
Pengguna jasa parkir memang terkadang kurang peduli terhadap karcis
retribusi, sehingga tercipta peluang petugas parkir untuk melakukan praktik
penggunaan karcis roda empat kepada pengguna kendaraan roda dua.
Sanksi apabila ditemukan kejadian seperti diatas, baik melalui aduan
masyarakat ataupun melalui kegiatan operasi adalah dikenakan sanksi kepada
pengelola parkir sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap petugas
parkir tersebut. Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1
bahwa sanksi administratif terhadap pelanggaran diatas adalah peringatan
tertulis sebanyak 3 kali kemudian dapat dilakukan pencabutan ijin.
d.Adanya Praktek Petugas Parkir Liar.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perhubungan dalam Pasal 224 ayat (1) huruf d diatur bahwa
petugas parkir memiliki kewajiban untuk memakai seragam parkir, bersama
perlengkapan yang telah ditetapkan, dan memiliki kartu tanda anggota.
Peraturan ini diperjelas melalui Peraturan Walikota Surakarta Nomor 12
Tahun 2013 Tentang Seragam Petugas Parkir. Pengaturan pakaian petugas
parkir bertujuan untuk menunjukkan identitas sebagai petugas parkir. Pakaian
petugas parkir memiliki fungsi sebagai identitas serta sebagai pengawasan
terhadap petugas. Dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 12 Tahun
2013 Tentang Seragam Petugas Parkir diatur bahwa petugas parkir
menggunakan seragam baju lurik berlengan panjang motif lajuran lengkap
dengan atribut tulisan petugas parkir, nama, lambing daerah Kota Surakarta,
Tanda Pengenal Petugas Parkir, dan Tanda Zona.
Berdasarkan penelitian di lapangan masih ditemukan petugas parkir
yang tidak sesuai dengan aturan diatas, atau bisa disebut dengan petugas
parkir liar. Petugas parkir liar menarik retribusi atas penggunaan jasa parkir
namun petugas ini tidak memiliki kewajiban untuk setor kepada siapapun.
Bentuk praktek parkir liar dapat dilihat ketika pada lokasi parkir terdapat
orang yang menarik retribusi parkir tidak menggunakan seragam
sebagaimana telah ditentukan dan tidak memiliki karcis retribusi untuk
penarikan retribusi. Petugas parkir resmi merupakan petugas parkir yang
menggunakan seragam sesuai aturan dan memiliki KTA petugas parkir.
Petugas parkir yang resmi telah melalui pembinaan sehingga mengerti
terhadap aturan, apabila ditemukan petugas parkir yang tidak menggunakan
seragam dan tidak memiliki KTA maka petugas tersebut merupakan petugas
parkir liar.
Pada pelaksanaan penindakan terhadap petugas parkir liar, dilakukan
mengikuti seluruh prosedur untuk menjadi petugas parkir atau memilih untuk
ditertibkan oleh satuan polisi pamong praja. Namun apabila ditemukan
adanya kegiatan premanisme dalam penarikan retribusi oleh parkir liar ini,
maka akan langsung diserahkan kepada pihak kepolisian.
Gambar 11 : Petugas Parkir Liar
Sumber Foto UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Untuk mengantisipasi berberapa bentuk pelanggaran yang berpotensi
mengurangi pendapatan asli daerah, menggangu kelancaran lalu lintas, serta
mengantisipasi kegiatan premanisme, pihak UPTD Perparkiran bekerjasama
dengan tim gabungan dari Denpom Polisi Militer, Polresta Surakarta, dan
Satuan Polisi Pamong Praja melakukan kegiatan operasi penertiban terhadap
pelanggaran-pelanggaran parkir. Operasi dilakukan sebanyak minimal 3 (tiga)
kali dalam sebulan. Dalam operasi ini setiap lokasi yang dikunjungi
merupakan lokasi-lokasi yang terjadi pelanggaran berdasarkan laporan dari
masyarakat melalui telepon, media massa maupun media sosial, namun tidak
hanya laporan dari masyarakat saja tetapi ketika melakukan operasi terlihat
kegiatan perparkiran yang tidak sesuai dengan aturan akan dikunjungi dan
dicek identitas dari petugas parkir yang berada dilokasi tersebut.
UPTD Perparkiran melakukan pembentukan unit manajemen
komplain. Pengaduan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan parkir akan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Skema manajemen complain adalah
sebagai berikut :
Gambar 12 : Manajemen Pelaporan Melalui Pengaduan
Sumber UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Pelaksanaan pengawasan yang disertai penegakan hukum yang tegas
merupakan langkah penting dalam pelaksanaan kebijakan. Dalam pelaksanaan
operasi gabungan terdapat pelanggaran maka akan ditindaklanjuti oleh pihak
yang terkait, tergantung pelanggaran apa yang ditemukan. Apabila terdapat
pelanggaran terhadap pelaksanaan parkir oleh petugas parkir maka akan
ditindaklanjuti oleh pihak UPTD Perparkiran, dan jika terdapat tindakan
premanisme maka akan ditindaklanjuti oleh kepolisian. Prosedur pengawasan,
penertiban, dan pengendalian lapangan adalah sebagai berikut :
Gambar 13 : Prosedur Pengawasan, Penertiban dan Pengendalian Lapangan
Sumber Data : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Pembinaan, Teguran 1 dan
Teguran 2 Kepada Petugas
dan Pengelolaa OPERASI :
-Petugas Parkir -Premanisme
TIM GABUNGAN :
-DISHUBKOMINFO
-KEPOLISIAN
-DENPOM PM
-KEJAKSAAN
-PENGADILAN
-SATPOL PP
-ASOSIASI PARKIR
KEPOLISIAN
Dalam pelaksanaan kebijakan, bentuk pengawasan dan penindakan
merupakan salah satu unsur untuk mengawasi seluruh kegiatan agar dapat
dilakukan sesuai dengan rencana dan aturan yang telah ditetapkan.
Pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap orang namun juga terhadap
pekerjaan dan hasilnya. Pengawasan kebijakan parkir di tepi jalan umum
pihak UPTD Perparkiran tidak hanya mengawasi pengelola dan petugas
parkirnya, namun juga terhadap seluruh pihak yang terlibat termasuk
pengguna jasa parkir pun tak luput dalam pengawasan. Ketika melakukan
operasi gabungan, pengguna jasa parkir yang tidak menaati aturan seperti
parkir di daerah larangan parkir yang telah ditunjukkan melalui rambu-rambu
lalu lintas, juga dapat dikenakan sanksi. Sanksi ini berupa penggembokan roda
terhadap kendaraan roda 4 atau lebih.
Selain sebagai sanksi yang dapat menimbulkan efek jera, sanksi
penggembokan juga memiliki tujuan sebagai sumber pemasukan pendapatan
asli daerah. Kendaraan yang parkir di daerah larangan parkir akan digembok,
kemudian akan diberikan surat tilang dan berita acara penggembokan. Pemilik
kendaraan yang digembok harus datang ke UPTD Perparkiran untuk
membayar biaya pembukaan gembok sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah) dan harus sidang di pengadilan sesuai jadwal yang tertera dalam surat
tilang. Dari biaya pembukaan gembok ini dapat menjadi sumber pendapatan
dari retribusi, namun bukan berarti petugas parkir dapat menjebak pemilik
agar parkir didaerah larangan, karena apabila petugas terbukti yang
mengarahkan maka petugas parkir tersebut yang akan dikenakan saksi denda.
Penggembokan ini juga merupakan upaya peningkatan disiplin masyarakat
Gambar 14 : Sanksi Bagi Pelanggar Aturan Parkir
OPERASI GABUNGAN
Sumber Data UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Kegiatan operasi parkir liar dan operasi gembok dilakukan oleh tim
gabungan pada waktu siang maupun malam hari. Operasi ini dilakukan secara
gabungan dengan tujuan memudahkan kegiatan operasi yang dilakukan oleh
UPTD Perparkiran seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mudo Prayitno
selaku Analis Dampak Lalu Lintas Bidang Perparkiran UPTD Perparkiran
Kota Surakarta sebagai berikut :
Gambar 15 : Operasi Gembok
Operasi Gembok Tanggal 8 Maret 2016. Lokasi Pasar Gede Kota Surakarta
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Penindakan yang dilakukan
UPTD Perparkiran beserta tim gabungan menunjukkan bahwa meskipun telah
dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga UPTD Perparkiran tidak lepas
tangan dengan kegiatan penarikan retribusi parkir di tepi jalan umum. Hal ini
terlihat dari jumlah pelanggaran yang ditemukan setiap bulannya saat
dilakukan operasi seperti yang terlihat dalam diagram dibawah ini :
Sumber UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Dalam pelaksanaan di lapangan, pihak UPTD Perparkiran Kota
Surakarta memiliki berberapa kendala yakni terbatasnya kendaraan karena
hanya terdapat 1 (satu) unit mobil patroli dan terbatasnya Penyidik Pegawai
Negeri Sipil ( PPNS ), Dalam melakukan operasi di lapangan hanya PPNS
yang diijinkan untuk memberikan sanksi. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Usman selaku Kepala UPTD Perparkiran :
“Secara operasional di lapangan jumlah petugas sudah terpenuhi, namun perlu adanya SDM yang memiliki kualifikasi khusus seperti PPNS dan Tenaga IT” (wawancara, 14 Maret 2016)
Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, bentuk operasi
yang dilakukan terlihat kurang efektif karena tidak ada pengawasan aktifitas
parkir yang terus menerus, hanya 3 kali dalam sebulan sehingga bentuk
pelanggaran yang berpotensi mengurangi pendapatan dari sektor parkir tetap
marak terjadi. Untuk memaksimalkan pengawasan dan sebagai upaya agar
penerapan parkir progresif dapat berjalan secara efektif, maka UPTD
Perparkiran mulai menggunakan teknologi dalam penerapan kebijakan parkir
di tepi jalan umum. Penggunaan teknologi ini biasa disebut sebagai Parkir
Elektronik. Penggunan parkir elektronik sejauh ini baru digunakan di satu titik
yakni di kawasan Coyudan.
Penerapan parkir elektronik cukup ideal untuk pengawasan kebijakan
dan untuk memaksimalkan tarif parkir progresif. Di area parkir kawasan
berlokasi di Kantor UPTD Perparkiran, sehingga kegiatan perparkiran di
kawasan ini dapat terpantau terus. Petugas parkir pun menggunakan peralatan
elektronik yang dapat menunjukkan berapa lama kendaraan telah diparkir di
kawasan tersebut, sehingga dapat menghitung berapa tarif parkir yang harus
dibayar oleh pengguna jasa parkir. Penggunaan parkir elektronik ini akan
dikembangkan di lokasi lain, terutama di kawasan Central Business District (CBD) yang memerlukan pengawasan lebih.
Gambar 16 : Ilustrasi Penggunaan sistem Pencatat Parkir Elektronik
Sumber UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Kawasan yang memiliki kegiatan perekonomian tinggi atau biasa
disebut sebagai kawasan Central Business District (CBD) memerlukan pengawasan lebih terhadap kebijakan parkir karena kegiatan parkir di tepi
jalan umum sangat berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas. Jalanan di
Kawasan Nonongan merupakan jalanan yang paling padat karena volume
jalanan hanya kecil dan masih digunakan untuk parkir sehingga berberapa
waktu lalu selalu kawasan ini selalu ditutup setelah pukul 10.00 WIB karena
sudah tidak mampu untuk menampung kendaraaan yang akan masuk ke
kawasan itu. Sekarang di kawasan nonongan sudut kemiringan parkir mobil
dirubah dari 60 menjadi 0, sehingga jalanan sekarang sudah lancar namun
dengan berubahnya sudut kemiringan ini menyebabkan berkurangnya lahan
parkir. Semakin berkurangnya lahan parkir tentunya juga berpengaruh
3. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Retribusi Parkir di Tepi
Jalan Umum Kota Surakarta
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli
daerah yang sah. Kota Surakarta sebagai daerah yang tidak memiliki sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan maka dalam rangka meningkatkan
pendapatan asli daerah yang berfungsi untuk menyelenggarakan pemerintahan
daerah, tentunya sangat terbantu dengan pemasukan dari sektor pajak daerah
dan retribusi daerah. Retribusi daerah terbagi atas 3 (tiga) jenis retribusi yakni
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.
Pemasukan dari ketiga sumber retribusi tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4 : Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Dari Sektor Retribusi
Tahun
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Berdasarkan tabel diatas, dari ketiga sumber retribusi tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan retribusi daerah memiliki kecenderungan
untuk selalu meningkat meskipun pada tahun 2014 mengalami penurunan.
penurunan pada tahun 2012 namun selanjutnya dapat menunjukkan
peningkatan. Retribusi jasa umum merupakan salah satu penyumbang terbesar
pendapatan asli daerah dari sektor retribusi. Dengan presentase kontribusi
sebagai berikut :
Tabel 5 : Kontribusi Retribusi Daerah Kota Surakarta
Tahun
Retribusi Jasa
Umum
( %)
Retribusi Jasa Usaha
(%)
Retribusi Perizinan
Tertentu
(%)
2009 58.52 25.78 15.69
2010 57.44 25.03 17.53
2011 60.70 27.81 11.49
2012 50.44 26.74 22.82
2013 44.07 26.02 29.91
2014 48.30 28.18 23.52
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Parkir di tepi jalan umum merupakan salah satu jenis retribusi jasa
usaha. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sistem target per tahun dan
dalam tiap tahunnya terdapat kenaikan target. Sistem target dilakukan agar
terjadi peningkatan dari segi pengelolaan dan pelayanan sehingga dengan
pengelolaan dan pelayanan yang baik dapat terjadi peningkatan pendapatan.
Pendapatan dari retribusi parkir tepi jalan umum adalah sebagai berikut :
Sumber : UPTD Perparkiran Kota Surakarta
Dari data diatas terlihat bahwa setelah berlakunya Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah yang mulai
dilaksanakan pada tahun 2012 terjadi peningkatan target yang cukup besar
yakni 31,52% bahkan dalam realisasinya melebihi target. Setiap tahun target
pemasukan dari sektor retribusi parkir mengalami peningkatan dan selalu
dalam realisasinya mengalami kelebihan setelah tahun 2012. Hal ini
disebabkan karena setoran parkir dari pengelola pihak ketiga tidak
berdasarkan jumlah kendaraan yang menggunakan jasa parkir, melainkan
berdasarkan nilai setoran yang tertera di (SKRD). Kontribusi pendapatan dari
retribusi parkir di tepi jalan umum adalah sebagai berikut :
Tabel 7 : Kontribusi Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Retribusi Jasa Umum
Tahun Kontribusi (%)
2010 8.10
2011 7.21
2012 11.38
2013 11.59
2014 11.33
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
TAHUN
KENAIKAN
ANGGARAN
TARGET (%)
RUPIAH
%
LEBIH
KURANG
2010
1,933,245,000.00
1.1
1,933,926,800.00 100.04
681,800.00
2011
2,000,000,000.00
3.45
Perubahan 2,300,000,000.00
18.97
2,058,058,000.00 90.65
214,942,000.00
2012
3,025,000,000.00
31.52
3,159,063,550.00 104.43 134,063,550.00
2013
3,125,000,000.00
Perubahan 3,225,000,000.00
3.20
3,309,575,114.00 102.62
84,575,114.00
2014
3,300,000,000.00
2.27
3,445,186,652.00 104.40 145,186,652.00
Kontribusi retribusi parkir tepi jalan umum terhadap pendapatan
asli daerah dari sektor retribusi jasa umum selalu mengalami naik turun setiap
tahunnya, hal ini dikarenkan kontribusi dari retribusi lainnya juga
mempengaruhi terhadap presentase kontribusi retribusi parkir tepi jalan
umum. Pada 2010 memiliki kontribusi sebesar 8.10% kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi 7.21%, tahun 2012 dan 2013 mengalami
peningkatan menjadi 11.59% namun pada tahun 2014 mengalami penurunan
lagi menjadi 11.33%.
3. Hambatan dan Solusi Terhadap Pelaksanan Kebijakan Pengelolaan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum Kota Surakarta
A. Hambatan
Dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan retribusi parkir di tepi
jalan umum untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tidak dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana, terdapat hal-hal yang menghambat pelaksanaan
kebijakan tersebut. Berberapa hambatan yang harus dihadapi oleh pemerintah
Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pengguna Jasa Parkir Kurang Mengerti Dengan Peraturan
Pelaksanaan kebijakan sering terjadi salah pengertian antara
petugas parkir dengan pengguna jasa parkir. Pengguna jasa yang dimaksud
adalah pengguna jasa yang berasal dari luar Kota Surakarta, karena adanya
perbedaan peraturan dengan kota asalnya. Berberapa pengguna jasa parkir
terkadang kurang mengerti dengan adanya pembagian zona di Kota
Surakarta sehingga menganggap tarif di zona C sama dengan tarif di zona
E. Pada pemungutan retribusi parkir progresif saat ini masih menggunakan
karcis sebagai bukti berapa lama pengguna jasa parkir menggunakan
fasilitas parkir. Namun, penggunaan karcis juga tidak efektif karena
ketidakpedulian masyarakat pengguna jasa parkir untuk meminta karcis
untuk menjelaskan dengan baik kepada masyarakat yang kurang paham
dengan aturan-aturan yang ada.
Masih ditemukannya kendaraan yang parkir di rambu larangan
merupakan bentuk kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap peraturan.
Ketika dilakukan operasi tim gabungan, sering ditemukan adalah
penggunaan parkir di citywalk. Area khusus untuk pejalan kaki ini
dilarang untuk dilalui kendaraan apalagi sampai digunakan untuk parkir.
b. Petugas Parkir Belum Menaati Peraturan
Pelanggaran oleh petugas parkir ini yang paling sering dijumpai.
Banyak masyarakat yang mengeluh karena buruknya pelayanan oleh
petugas parkir. Pelanggaran oleh petugas parkir yang sering ditemui
adalah petugas tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa parkir
sebagai bukti pembayaran retribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Perhubungan dalam Pasal 224 ayat (1) huruf b bahwa patugas parkir wajib
untuk menyerahkan bukti retribusi parkir kepada pengguna jasa parkir.
Dengan tidak adanya karcis maka petugas juga sering menarik tarif
retribusi melebihi aturan yang telah ada, dimana karcis merupakan bukti
pembayaran retribusi serta dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban
apabila pengguna jasa kehilangan kendaraan di lokasi parkir.
Penarikan retribusi melebihi ketentuan juga ditemukan di
berberapa lokasi parkir terutama di lokasi yang terdapat event-event besar
seperti konser, hajatan, pameran serta event-event lainnya yang
membutuhkan lahan parkir luas. Dalam lokasi tersebut juga sering
ditemukan petugas parkir yang tidak menggunakan seragam, petugas tidak
berseragam ini berpotensi sebagai petugas parkir liar, petugas parkir liar
tidak berkewajiban setor hasil retribusi kemanapun sehingga hasil retribusi
ini langsung dia gunakan sendiri sebagai pendapatan pribadi.
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang berada di Kota Surakarta
setiap tahun selalu bertambah, hal ini menyebabkan padatnya lalu lintas
dan semakin bertambahnya permintaan akan tempat parkir. Dengan
kurangnya lahan parkir di Kota Surakarta maka berpotensi banyaknya
kendaraan pribadi yang memilih untuk parkir di tempat seadanya atau
bahkan parkir di tempat larangan parkir karena habisnya lahan parkir.
Berberapa jalan di Kota Surakarta memiliki volume untuk menampung
kendaraan yang sangat sedikit, sedangkan disekitarnya banyak bangunan
yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan perekonomian
sehingga membutuhkan lahan parkir yang luas.
Perkembangan perekonomian di Kota Surakarta menyebabkan
perkembangan pembangunan kawasan CBD (Central Business District) yang cukup pesat. Namun ketersediaan lahan parkir tetap saja kurang
karena kurangnya kesadaran dari pemilik pertokoan untuk memberikan
sebagian lahannya untuk tempat parkir, mereka lebih memilih untuk
menggunakan lahannya untuk memaksimalkan bangunan yang akan
mereka gunakan. Perkembangan kawasan CBD yang tidak diimbangi
dengan perkembangan fasilitas khusus parkir dan mengandalkan fasilitas
parkir di tepi jalan umum tentunya menimbulkan semakin padatnya lalu
lintas di Kota Surakarta.
Apabila terjadi kemacetan karena masalah perparkiran, maka
biasanya akan muncul kebijakan untuk merubah sudut parkir dari 60
menjadi 0, sehingga lahan parkir semakin habis namun lalu lintas menjadi
lancar.
d. Kurangnya Pembinaan, Pengawasan dan Penindakan
Pembinaan terhadap petugas parkir yang akan bekerja langsung
dilapangan sangatlah penting, karena sebagai bekal mereka untuk bekerja.
Namun saat ini pembinaan hanya dilakukan oleh pihak UPTD Perparkiran,
sehingga dirasa sangat kurang karena keterbatasan waktu dan tempat
sedangkan jumlah petugas parkir di Kota Surakarta sendiri mencapai 3500
Petugas dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota
Surakarta maupun dari UPTD Perparkiran yang mengawasi kegiatan
perparkiran di sekitar gedung pertemuan yang digunakan untuk pesta
pernikahan, cenderung memprioritaskan kelancaran lalu lintas dan terlihat
pasif dalam penindakan terhadap pelanggaran petugas parkir yang
menaikkan tarif tidak sesuai aturan.
Penyidik Pegawai Negeri sipil (PPNS) yang memiliki wewenang
khusus dalam hal penyidikan pelanggaran terhadap peraturan daerah
khususnya terkait retribusi masih sangat terbatas, di lingkungan UPTD
Perparkiran hanya memiliki 2 orang dan salah satunya pun akan memasuki
masa pensiun. Penerapan sistem parkir elektronik dan penggunaan CCTV
sebagai pengawasan kegiatan perparkiran baru berada di satu titik, dan
terkendala pada minimnya pegawai yang memiliki kemampuan di bidang
IT.
B. Solusi
Dari berberapa hambatan tersebut diatas maka untuk mengatasinya
diperlukan solusi. Solusi ini diharapkan dapat mengatasi hambatan yang
ditemukan, kemudian mampu meningkatkan pelayanan serta meningkatkan
pendapatan asli daerah. Solusi atas hambatan hambatan yang ditemukan dalam
pelaksanaan kebijakan pengelolaan retribusi parkir di tepi jalan umum Kota
Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pemasangan Rambu-Rambu dan Papan Informasi Parkir
Pentingnya pemasangan rambu-rambu untuk daerah larangan
parkir adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
lokasi tersebut tidak diperbolehkan untuk parkir. Sehingga pengguna jasa
parkir dapat memarkirkan kendaraannya sesuai dengan lokasi
peruntukannya. Papan informasi parkir pun sangat berguna agar
masyarakat tau berapa tarif parkir yang berlaku di lokasi tersebut.
di Kota Surakarta yang tidak mengerti bagaimana sistem perparkiran di
Kota Surakarta.
Gambar 17 : Rambu-Rambu Larangan dan Papan Informasi
Sumber UPTD Perparkiran Kota Surakarta
b. Penerapan Sistem Parkir Elektronik
Penerapan sistem ini merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan terhadap penerapan tarif progresif, karena dalam
penerapannya karcis didata dengan alat yang terhubung dengan server
parkir di kantor UPTD Perparkiran, alat ini dibawa oleh petugas parkir pada
saat kendaraan masuk dan keluar sehingga tercatat didalam server jumlah
pengguna jasa parkir. Didalam perkembangannya, sistem parkir elektronik
dapat dikembangkan agar mampu menginformasikan ketersediaan jumlah
slot parkir.
Kegiatan petugas parkir di lokasi juga dapat terus dipantau melalui
kamera CCTV, apabila ditemukan pelanggaran maka tim dari UPTD
Perparkiran dapat langsung mengunjungi lokasi. Sistem ini meminimalisir
kecurangan oleh petugas parkir karena pengawasan dari kamera CCTV
serta seluruh data langsung masuk ke server.