• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DIORAMA DAUR AIR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI SEYEGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DIORAMA DAUR AIR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI SEYEGAN."

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DIORAMA DAUR AIR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD NEGERI SEYEGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Septi Kiswandari NIM 12108241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”

(6)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas selesainya skripsi ini, karya ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua Orang tuaku Bapak Wiyono dan Ibu Murjilah terima kasih atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang tiada henti..

(7)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DIORAMA DAUR AIR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD NEGERI SEYEGAN Oleh

Septi Kiswandari NIM 12108241027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran diorama daur air, mengetahui kelayakan media pembelajaran diorama daur air, dan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi daur air.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development), dengan menggunakan model 4D. Media pembelajaran diorama

daur air ini divalidasi oleh ahli media, ahli materi, serta penilaian oleh praktisi pembelajaran. Media pembelajaran diorama daur air ini diujicobakan secara terbatas dan uji coba lapangan pada siswa kelas V SD Negeri Seyegan. Data validasi dan data tingkat pemahaman siswa pada aspek kognitif dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Media diorama daur air dihasilkan dengan melalui tahapan Define, Design, dan Develop. Hasil uji kelayakan media pembelajaran diorama daur air memperoleh skor akhir 3,88 dengan kategori baik menurut ahli media, skor akhir 4,21 dengan kategori sangat baik menurut ahli materi, dan skor akhir 4,69 dengan kategori sangat baik menurut penilaian praktisi, serta skor 4,17 dengan kategori sangat baik pada uji coba terbatas dan skor 4,32 dengan kategori sangan baik pada uji coba lapangan. Pemahaman siswa terhadap materi berdasarkan aspek kognitif memperoleh rata-rata 76,7.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Media Pembelajaran Diorama Daur Air Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri Seyegan”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., sebagai Dekan FIP UNY yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

2. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan dukungan.

3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketelitian, serta masukan-masukan yang sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Suyatinah, M.Pd., sebagai dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Sisca Rahmadonna, M.Pd. dan Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd., yang telah bersedia memvalidasi produk pada penelitian ini.

6. Bambang Sasmito, S.Pd., selaku kepala sekolah SD N Seyegan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

(9)

8. Siswa kelas V SD N Seyegan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Bapak, Ibu, dan kakak, serta keluarga yang telah memberikan dukungan materi, motivasi, dan doa selama proses kuliah sampai penyusunan skripsi ini. 10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan dasar. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangakan ... 9

H. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Mengenai Ilmu Pengetahuan Alam ... 11

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 11

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 12

B.Analisis Kompetensi Dasar Kurikulum KTSP ... 14

C.Kajian Mengenai Materi Daur Air ... 16

D.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 18

(11)

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 21

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 22

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 23

4. Pengembangan Media Pembelajaran ... 25

F. Kajian Mengenai Diorama ... 27

1. Pengertian Media Diorama... 27

2. Tujuan dan Fungsi Penggunaan Media Diorama ... 29

3. Jenis-jenis Diorama... 30

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Diorama ... 30

5. Langkah-langkah Pembuatan Media Diorama ... 32

G.Kajian Mengenai Diorama Daur Air ... 33

H.Kajian Mengenai Tingkat Pemahaman Siswa ... 36

I. Penelitian yang Relevan ... 37

J. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 41

B.Prosedur Pengembangan... 41

C.Subjek Penelitian ... 46

D.Waktu Penelitian ... 46

E.Jenis Data ... 46

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

1. Angket ... 47

2. Tes ... 47

G.Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian (Define) ... 50

1. Analisis Awal-Akhir ... 50

2. Analisis Siswa ... 51

3. Analisis Konsep ... 51

4. Analisis Tugas ... 52

(12)

B.Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan (Design) ... 53

1. Pemilihan Media ... 53

2. Desain AwalMedia ... 54

C.Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan (Develop)... 55

1. Data Validasi Ahli Media... 55

2. Data Validasi Ahli Materi ... 59

3. Data Penilaian Praktisi Pembelajaran ... 65

4. Data Hasil Uji Coba Terbatas ... 69

5. Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 71

D.Revisi Produk ... 73

1. Revisi oleh Ahli Media ... 73

2. Revisi oleh Ahli Materi ... 79

3. Revisi Oleh Praktisi Pembelajaran ... 90

4. Revisi Uji Coba Terbatas ... 91

E.Deskripsi Data Pemahaman Siswa Terhadap Materi Daur Air ... 91

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Kompetensi IPA pada Kurikulum KTSP ... 15

Tabel 2. Konversi data kuantitatif ke data kualitatif ... 48

Tabel 3.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 52

Tabel 4. Penilaian Ahli Media Tahap I ... 56

Tabel 5. Penilaian Ahli Media Tahap II ... 58

Tabel 6 . Penialaian Ahli Materi Tahap I ... 60

Tabel 7. Penilaian Ahli Materi Tahap II ... 62

Tabel 8 . Penilaian Ahli Materi Tahap III ... 63

Tabel 9. Hasil Penilaian Praktisi Tahap I ... 65

Tabel 10. Penilaian Praktisi Tahap II ... 67

Tabel 11. Hasil Uji Coba Terbatas ... 70

Tabel 12 . Hasil Uji Coba Lapangan ... 72

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 9. Diagram Hasil Penilaian Praktisi Pembelajaran ... 69

Gambar 10 . Diorama Daur Air Sebelum Revisi ... 73

Gambar 16 . Tampilan Petunjuk Penggunaan Sebelum Revisi ... 76

Gambar 17. Tampilan Petunjuk Penggunaan Setelah Revisi ... 76

Gambar 18. Lembar Kerja Siswa Sebeum Revisi ... 77

Gambar 25 . Tampilan Materi Kegiatan Sebelum Revisi ... 82

Gambar 26 . Tampilan Materi Kegiatan Setelah Revisi ... 82

Gambar 27 . LKS Daur Air Sebelum Revisi ... 83

Gambar 28 . LKS Daur Air Setelah Revisi ... 84

(15)

Gambar 30 . LKS Kegiatan Setelah Revisi ... 85

Gambar 31 . Tampilan pengatar setelah revisi ... 86

Gambar 32. Tampilan Penyajian Materi Daur Air Setelah Revisi ... 86

Gambar 33. Soal Evaluasi Sebelum Revisi ... 87

Gambar 34. Soal Evaluasi Setelah Revisi ... 88

Gambar 35. Tampilan Penyajian Kunci Jawaban ... 89

Gambar 36. Tampilan penyajian evaluasi diri siswa ... 90

Gambar 37. Tampilan Wadah Ilustrasi Laut ... 91

Gambar 38. Tampilan Media Setelah Direvisi ... 91

Gambar 39. Tampilan Lembar Kerja Siswa Sebelum Revisi ... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 107

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Ahli Media ... 108

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Praktisi Pembelajaran ... 109

Lmpiran 4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Siswa ... 110

Lampiran 5. Kisi-kisi Pemahaman Siswa ... 111

Lampiran 6. Perhitungan Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif... 112

Lampiran 7. Foto Produk (Diorama Daur Air) ... 113

Lampiran 8. Pedoman Penggunaan Diorama Daur Air ... 114

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 134

Lampiran 10. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 135

Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 138

Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap I ... 141

Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap II... 144

Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap III ... 146

Lampiran 15. Hasil Penilaian Praktisi Pembelajaran Tahap I ... 149

Lampiran 16. Hasil Penilaian Praktisi Pembelajaran Tahap II ... 153

Lampiran 17. Angket Uji Coba ... 156

Lampiran 18. Hasil Uji Coa Terbatas ... 158

Lampiran 19. Hasil Uji Coba Lapangan ... 159

Lampiran 20. Pekerjaan Siswa ... 160

Lampiran 21. Soal Evaluasi ... 165

Lampiran 22. Dokumentasi Kegiatan ... 168

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan awal untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pada jenjang ini dibentuk dasar keilmuan dari setiap peserta didik. Keberhasilan pada jenjang sekolah dasar akan mempengaruhi keberhasilan pada jenjang berikutnya. Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu pada proses pembelajaran yang diterapkan. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 menjelaskan tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang berbunyi,

Proses pembelajaran pada suatau pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Penyususnan proses pembelajaran dilakukan guru sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Dwi Siswoyo, dkk (2011: 84) pendidikan sebagai proses pembelajaran memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi tujuan, isi, metode, alat pendidikan, lingkungan, pendidik, dan peserta didik.

(18)

sering disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan seluruh alat yang dapat dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan (Wina Sanjaya, 2010: 204). Media pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran bagi guru dan siswa. Media pembelajaran akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi ajar dan akan meningkatkan efektifitas pembelajaran. Begitu pula bagi siswa, media pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami materi ajar, apalagi siswa sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional konkret. Media pembelajaran dapat digunakan dalam menyampaikan bahan ajar pada semua mata pelajaran, salah satunya yaitu pada mata pelajaran IPA.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah dasar. IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, kemudian IPA dipandang sebagai produk dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, serta IPA dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, untuk itu diperlukan keseriusan pemahaman dalam pembelajaran IPA (Hendro Darmojo dan Jenny, 1991:5).

(19)

buku LKS merupakan sumber satu-satunya serta kurangnya kesadaran siswa untuk belajar. Selain itu, guru masih bersifat dominan di dalam kelas, peserta didik tidak diberi kebebasan dalam mengekspresikan pendapat dan mematikan kreativitas siswa. Kegiatan belajar mengajar yang terpusat pada guru akan menyebabkan komunikasi satu arah.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa siswa, kepala sekolah, dan guru di SD Negeri Seyegan yang dilakukan pada tanggal 30 September 2015 teridentifikasi beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas V. Hampir semua materi IPA di kelas V diajarkan secara hafalan, salah satunya pada materi daur air. Padahal materi ini dapat diajarkan menggunakan media maupun melalui praktikum. Namun ketersediaan media pembelajaran dan alat praktikum IPA untuk mempelajari daur air masih terbatas pada gambar yang terdapat pada buku LKS.

(20)

Keterbatasan media pembelajaran dan alat praktik memiliki beberapa efek negatif bagi proses pembelajaran pada materi daur air. Beberapa efek negatif tersebut antara lain: kegiatan belajar mengajarnya menggunakan metode ceramah, dan lebih banyak menggunakan buku LKS sebagai sumber belajar. Media pembelajaran daur air yang digunakan masih terbatas pada gambar yang ada di buku LKS. Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang duduk di belakang ramai sendiri dengan membicarakan hal-hal di luar materi, hal tersebut menyebabkan tidak terjadi pemahaman terhadap materi yang diajarkan, dan siswa hanya diam ketika ditanya.

Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu media pembelajaran baru yang memudahkan siswa untuk saling berinteraksi dalam belajar dan menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan, serta mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

(21)

menggunakannya dan ketika pada proses kegiatan belajar mengajar, (Arief S. Sadiman 2009:100).

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang akan dikembangkan yaitu diorama daur air. Media diorama daur air yang dikembangkan akan membantu siswa dalam memahami proses daur air. Hal ini dikarenakan media yang dikembangkan terdiri dari ilustrasi objek-objek pada proses daur air. Seperti ilustrasi lautan yang nantinya air pada laut tersebut akan mengalami penguapan, kemudian mengembun membentuk titik-titik air, dan menetes sebagai hujan. Selain itu media diorama daur air dapat membantu siswa dalam melakukan aktifitas saintifik yaitu kegiatan yang terdapat pada Lembar Kerjs Siswa Media diorama daur air membantu siswa dalam melakukan aktivitas saintifik diantaranya mengamati, menalar, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan.

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka teridentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Ketersediaan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi daur air di kelas V masih sangat terbatas.

2. Masih kurangnya variasi dalam mengembangan media pembelajaran pada mata pelajaran IPA khususnya dalam materi daur air di kelas V.

3. Alat praktikum yang disediakan pemerintah belum memadai untuk membelajarkan semua materi IPA, khusunya dalam mempelajari materi daur air.

4. Belum ada modifikasi alat praktikum yang dilakukan oleh guru untuk memngajarkan materi daur air.

5. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran, sehingga menyebabkan tidak terjadinya pemahaman.

6. Guru lebih sering menggunakan LKS ketika mempelajari daur air dikerenakan belum terdapat media lain yang sesuai.

C. Batasan Masalah

(23)

D. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana menghasilkan media pembelajaran diorama daur air pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Seyegan?

2. Bagaimana kelayakan media pembelajaran diorama daur air pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Seyegan?

3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi daur air pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Seyegan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan media pemelajaran diorama daur air pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Seyegan.

2. Mengetahui kelayakan media diorama daur air pada mata peljaran IPA kelas V SD N Seyegan.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan, terutama dalam bidang pengembangan media pendidikan sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Memfasilitasi siswa untuk mempelajari materi daur air melalui media diorama daur ini.

2) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru sebagai sumber pengetahuan.

3) Sebagai sumber belajar yang lain selain buku paket dan LKS. 4) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Bagi guru

1) Media pembelajaran diorama daur air memberikan pancingan guru untuk dapat mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

2) Media pembelajaran dapat digunakan untuk menambah variasi dalam menyampaikan bahan ajar.

c. Bagi sekolah

(25)

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Media pembelajaran diorama daur air yang sesuai dengan kompetensi dasar dan kurikulum yang berlaku.

2. Media pembelajaran daur air disajikan dalam bentuk tiga dimensi berukuran 60 x 40 x 35 cm.

3. Media diorama daur air terbuat dari resin, katalis, serat fiber, kayu, kawat, benang, spon ati, alumunium foil, lem bakar, wadah dari seng, cat, dan plastik tebal. Sedangkan alat yang digunakan meliputi tang, gunting, jarum, double tape, gergaji, kuas, cutter, meteran, dan alat untuk membakar lem.

4. Media diorama daur air dilengkapi dengan wadah sebagai tempat untuk air panas pada ilustrasi laut, sehingga proses penguapan dapat terlihat secara langsung.

5. Media diorama daur air dilengkapi dengan lampu LED yang akan memperjelas proses daur air.

(26)

H. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan media merupakan aktivitas yang berhubungan dengan

penciptaan atau penemuan media baru menggunakan pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau permintaan.

2. Media diorama merupakan merupakan pemandangan tiga dimensi mini dari suatu objek, kejadian atau proses yang disusun atas berbagai simbol dan bahan-bahan nyata yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan yang sebenarnya.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Mengenai Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Trianto (2010: 141), IPA merupakan ilmu kealaman yaitu ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. IPA bisa juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian peroses yang dikenal sebagai proses ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Tujuan dari mata pelajaran IPA menurut Prihanto Laksmi (dalam Trianto, 2010: 143) yaitu:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan tentang bagaimana bersikap

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan

d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan

(28)

Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 7) IPA merupakan pengetahuan

manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang sistematis dan terkontrol. Srini M. Iskandar (1997:2) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan manusia tantang gejala-gejala alam melalui serangkaian cara yang sistematis dan hasilnya disebut sebagai produk ilmiah. Pengetahuan tentang alam tersebut dapat berupa pengetahuan tentang dunia zat, makhluk hidup, maupun benda mati yang diperoleh melalui cara-cara tertentu.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(29)

John S. Richardson (dalam Hendro Darmojo, 1993: 12), menyarankan tujuh prinsip dalam proses pengajaran IPA agar dapat berhasil. Ketujuh prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip keterlibatan siswa aktif b. Prinsip belajar berkesinambungan

IPA mengandung nilai-nilai kependidikan seperti kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sitematis menurut metode ilmiah, keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah, dan memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah (Trianto, 2010:140).

Menurut Maslichah Asy’ari (2006:46), pendekatan dalam

(30)

g. Pendekatan lingkungan h. Sains teknologi masyarakat

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah kepada siswa agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis.

Melalui kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media diorama daur air dapat menanamkan sikap ilmiah kepada siswa. Sikap ilmiah tersebut diperoleh melalui kegiatan penelitian menggunakan media diorama daur air. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas pembelajaran sehingga seolah-olah siswa menemukan sendiri pengetahuannya.

B.Analisis Kompetensi Dasar Kuikulum KTSP

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut kurikulum KTSP meliputi aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

(31)

Berikut ini daftar salah satu kompetensi dasar yang dapat menunjang mata pelajaran IPA di kelas V.

Tabel 1. Daftar Kompetensi IPA pada Kurikulum KTSP

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bumi dan Alam Semesta

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

7.1Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

7.2Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.4 Mendeskripsikan proses daur air

dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) Media yang dikembangkan merupakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari daur air. Berdasarkan kurikulum KTSP, daur air merupakan bagian dari materi bumi dan alam semesta pada standar

kompetensi “memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya

dengan penggunaan sumber daya alam”. Standar kompetensi tersebut

disederhanakan dalam kompetensi dasar menjadi beberapa materi yang berhubungan dengan daur air yaitu “mendiskripsikan daur air dan kegiatan

manusia yang mempengaruhinya” dan “ mendiskripsikan perlunya menghemat

(32)

C.Kajian Materi Daur Air

Menurut Suyono Sosrodarsono (1976: 1) di bumi terdapat kira-kira 1,3-1,4 milyard km3 air. Sebagian besar zat di bumi mengandung air, seperti lautan, gunung es, danau, sungai, tanah, dan udara. Air yang ada di bumi, sebagian besar berada di laut. Hanya kurang lebih tiga perempat bagian berada dalam bentuk es, yaitu sebagai gunung es dan glester, sehingga air yang berbentuk sebagai uap air di atmosfer sangat sedikit.

Air di bumi ini mengalami sirkulasi secara terus menerus. Sirkulasi air bisa disebut dengan siklus air atau daur air. Daur air merupakan proses perubahan air yang berulang. Daur air disebut juga dengan daur hidrologi yang merupakan gerakan air laut ke udara yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto, 1987:16). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa daur air merupakan proses perubahan air yang berulang mulai dari gerakan air laut ke udara yang kemudian jatuh menjadi hujan.

Menurut Ersin Seyhan (1995: 9) prosedur daur air adalah sebagai berikut: a. Evaporasi

(33)

b. Kondensasi

Menurut Rohana Kusumawati (2008, 147) kondensasi merupakan pengembunan dari hasil penguapan air yang ada di daratan. Kondensasi terjadi apabila uap air sampai pada lapisan atmosfer yang memiliki udara rendah. Uap air yang suhu udaranya tinggi akan mengalami pengembunan membentuk awan.

c. Presipitasi

Menurut Ersin Seyhan (1995: 19) presipitas biasanya dinyatakan sebagai kedalaman (jeluk) cairan yang berakumulasi di atas permukaan bumi bila seandainya tidak hilang.

Menurut Suyono Sosrodaryono (1976: 7) presipitasi merupakan nama umum dari uap air yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses hidrologi. Presipitasi dapat beruapa air atau gletser. Presipitasi yang berupa air disebut sebagai hujan. Sedagkan presipitasi yang berupa gletser disebut sebagai salju.

(34)

air yang semakin banyak akan jatuh ke permukaan bumi (presipitasi). Presipitasi dapat berupa air ataupun salju, presipitasi yang berupa air disebut sebagai hujan. Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah yang akan menjadi sumber mata air sedangkan air yang tetap di permukaan laut akan dialirkan ke sungai, danau, dan saluran air lainnya. Kemudian air akan mengalami siklus lagi.

Gambar 1. Proses daur air

Sumber: http://zainalrendra.blogspot.co.id D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Sebagai manusia yang berpotensi, siswa memiliki suatu daya yang dapat tumbuh dan berkembang di sepanjang usianya. Menurut Imam Bernadib, Suwarno, dan Siti Mechati (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 52), siswa memiliki karakteristik tertentu, yakni:

(35)

2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik

3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yang kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis, serta perbedaan individual.

Masa usia sekolah dasar sering disebut dengan masa anak-anak akhir. Masa ini diawali anak dari usia 6 tahun sampai usia menjelang remaja atau masa pubertas yang berkisan antara umur 11 sampai 13 tahun. Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada pada tahap operasional konkrit dalam berpikir, dimana konsep yang awalanya samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi lebih konkret (Rita Eka Izzaty, 2008:104).

Menurut Rita Eka Izzaty (2008:116) masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase sebagai berikut:

1. Masa kelas rendah Sekolah Dasar. Masa ini berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar.

2. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Masa ini berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun, biasanya duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.

Ciri-ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar yaitu:

(36)

3. Kalau tidak bisa menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas tersebut dianggap tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain 5. Suka meremehkan orang lain.

Selain ciri-ciri anak masa kelas rendah, ada juga ciri-ciri anak masa kelas tinggi, yaitu:

1. Perhatiannya tertuju pada hal-hal yang praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

5. Anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Pada masa ini anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan, atau pernah dialami.

(37)

Media diorama daur air yang dikembangkan, sesuai dengan karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar atau kelas tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari media diorama yang merupakan media baru bagi siswa sehingga dapat memunculkan sikap ingin tahu siswa dan penggunaan media yang digunakan secara kelompok sesuai dengan karakteristik siswa kelas tinggi yang suka membentuk kelompok teman sebaya.

E. Kajian Mengenai Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Media bisa juga dikatakan sebagai perantara atau pengirim pesan dari pengirim kepada penerima. Media dapat menjadi komponen sumber belajar atau bahan fisik yang mengandung materi instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Pujiriyanto, 2012: 20).

Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2010: 204), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan lainnya. Menurut Rossi, televisi dan radio, jika digunakan untuk pembelajaran dinamakan media pembelajaran. Namun demikian, media bukan hanya berupa bahan atau alat saja, tetapi hal-hal lain yang dapat memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan.

(38)

untuk mengirimkan pesan dari pengirim kepada penerima, dalam hal ini yang berperan sebagai pengirim yaitu guru dan yang berperan sebagai penerima adalah siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran akan mempertinggi proses belajar siswa. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar. Alasan pertama yaitu berkenaan dengan manfaat media pembelajarn dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, sehingga memungkinkan siswa akan menguasai tujuan pengajaran lebih baik

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga tidak hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

(39)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki banyak manfaat yaitu untuk membuat pelajaran lebih menarik, membantu guru dalam menyajikan materi ajar agar lebih jelas, dan menambah variasi dalam menyampaikan materi.

3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 3), media pembelajaran dapat bidagi menjadi tiga hal yaitu:

a. Media grafis

Dalam bahasa Yunani, graphikos mengandung pengertian melukiskan atau menggambarkan garis-garis.

b. Media tiga dimensi

Model tiga dimensi dapat dikelompokan ke dalam enam kategori yaitu sebagai berikut:

1) model padat

Model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar daripada objek dan acapkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya.

2) model penampang

(40)

3) model susun

Model susunan terdiri dari bebeapa objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu.

4) model kerja

Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli, dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya.

5) mock-ups

Mock-ups adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari

suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Susunan nyata dari bagian-bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti siswa.

6) diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.

c. Model proyeksi

Beberapa media yang termasuk dalam media proyeksi yaitu slide, film strips, film, penggunaan proyektor OHP, dan lain sebagainya.

(41)

4. Pengembangan Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (2009:106), pengembangan media pembelajaran berbasis visual perlu memperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan. Selanjutnya unsur visual yang perlu dipertimbangkan yaitu bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna.

a. Kesederhanaan

Kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen, semakin sedikit jumlah elemen akan memudahkan siswa dalam memahami pesan yang disajikan secara visual tersebut.

b. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat pada elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu kesatuan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat membantu pemahaman pesan dan informasi.

c. Penekanan

Meskipun penyajian visual disusun sangat sederhana, namun diperlukan penekanan pada salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa.

(42)

Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.

e. Bentuk

Bentuk yang asing bagi siswa akan menarik perhatian siswa, untuk itu pemilihan bentuk perlu diperhatikan.

f. Garis

Garis berfungsi untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan khusus. g. Tekstur

Tekstur merupakan unsur visual yang dapat memberikan kesan kasar atau halus.

h. Warna

Warna merupakan unsur visual yang penting, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh hasil yang baik.

Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008:226):

a. Media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran b. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi ajar c. Media pembelajaran harus sesuai dengan kondisi siswa

(43)

e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasionalkan.

Menurut Sa’adun Akbar (2013: 117-118) dalam mengembangkan

media harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran. b. Kesesuaian dengan karakteristik pebelajar. c. Dapat menjadi sumber belajar.

d. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media e. Keamanan bagi pebelajar

f. Kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar.

g. Kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan

h. Kualitas media

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip tertentu sehingga media pembelajaran yang dihasilkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

F. Kajian Mengenai Diorama 1. Pengertian Media Diorama

(44)

dimensi panjang, lebar, dan tinggi/ tebal. Kebanyakan media tiga dimensi merupakan objek sesungguhnya atau miniatur suatu objek, dan bukan foto, gambar, atau lukisan.

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:54) diorama merupakan pemandangan tiga dimensi mini dari suatu objek, kejadian atau proses yang disusun atas berbagai simbol dan bahan-bahan nyata yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan yang sebenarnya.

Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 133), diorama merupakan sebuah pemandangan tiga dimensi mini untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama, biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajinya. Daryanto (2013: 29) berpendapat bahwa media diorama merupakan salah satu media tiga dimensional yang dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.

(45)

pohon-pohonan, rumah-rumahan, dan lain-lain, sehingga tampak seperti dunia yang sebenarnya dalam ukuran mini.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diorama merupakan gabungan dari beberapa objek tiruan atau model dalam suatu tampilan untuh yang menggambarkan suasana sebenanya. 2. Tujuan dan Fungsi Penggunaan Media Diorama

Tujuan penggunaan media tiga dimensi (benda tiruan) menurut Daryanto (2010: 31) yaitu:

a. Mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari objek yang terlalu besar.

b. Mempelajari objek yang telah menjadi sejarah di masa lampau. c. Mempelajari objek-objek yang tak terjangkau secara fisik.

d. Mempelajari objek yang mudah dijangkau namun tidak memberikan keterangan yang memadai.

e. Untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak. f. Untuk memperlihatkan obyek yang luas.

Menurut Hujair (2013: 133) media diorama berfungsi untuk mata pelajaran ilmu bumi (IPA), ilmu hayat, sejarah, bahkan diusahakan berbagai mata pelajaran lainnya.

(46)

3. Jenis-jenis Diorama

Menurut Sumanto (2006, 156-157), diorama dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Diorama tertutup

Diorama model ini dibatasi oelh dinding samping kanan, kiri dan belakang atau seringkali ditambah dengan dinding atas atau atap untuk menggambarkan keadaan langit. Sehingga hanya dapat dilihat dari arah depan saja.

b. Diorama terbuka

Model diorama ini tidak dbatasi oleh dinding-dinding seperti pada diorama tertutup dan lipat. Sehingga komponen atau objek-objek dapat dipegang oleh pengguna.

c. Diorama lipat

Model ini dibuat pada lembaran kertas yang membentuk tiga dinding yang menyatu. Diorama ini tidak dibatasi oleh bidang datar atau alas. 4. Kelebihan dan Kekurangan Media Diorama

Media diorama termasuk dalam media tiga dimensi. Kelebihan yang dimiliki media tiga dimensi tentunya juga dimiliki oleh media diorama. Moedjiono dalam Daryanto (2010: 29) mengungkapkan bahwa kelebihan media tiga dimensi antara lain:

a. Memberikan pengalaman secara langsung.

(47)

c. Dapat menunjukan objek secara untuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.

d. Dapat memperhatikan struktur organisasi secara jelas. e. Dapat menunjukan alur suatu proses dengan jelas.

Hujair (2013: 135) menambahkan beberapa kelebihan media diorama yaitu ukuran diorama tidak terbatas, dan diorama dapat dibuat dimana saja di atas meja, di lantai, atau di atas papan triplek.

Selain memiliki kelebihan, media diorama juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari media diorama adalah tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyampaiannya memerlukan ruangan yang besar, dan perawatannya rumit. Namun kekurangan tersebut dapat diatasi dengan membuat media diorama yang besar sehingga dapat diamati seisi kelas, untuk perawatan yang rumit, media dapat dibuat model tertutup atau ditempatkan dalam suatu wadah tertutup apabila selesai digunakan (Daryanto: 29).

Meskipun media diorama memiliki kelebihan namun dalam pembuatannya harus memperhatian beberapa hal. Hujair (2013: 135) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media diorama yaitu:

(48)

5. Langkah-langkah Pembuatan Media Diorama

Membuat diorama harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Menurut Sheperd Paine (2000: 7) langkah-langkah membuat diorama adalah sebagai berikut:

a. Ide

Ide berkaitan dengan tujuan pembuatan diorama, untuk itu sebelum membuat diorama harus menentukan tujuan terlebih dahulu.

b. Melakukan evaluasi ide

Sesuaikan kembali tujuan dengan diorama yang sudahditetapkan. Kemudian evaluasi kembali dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, apa yang pengguna dapatkan dari diorama tersebut dan apakah ide yang sudah dibuat dapat divisualisasikn melalui diorama tersebut?

c. Artistic License

Perlu adanya penjelasan mengenai diorama yang dibuat dengan menerangkan bahwa diorama tersebut merupakan hasil karya sendiri. d. Adanya unsur hiburan

Dalam pembuatan diorama dapat dirancang sekreatif mungkin agar pengguna dapat menikmati diorama dengan hanya melihat saja. Misalnya dengan penambahan tombol untuk menyalakan lampu yang akan memunculkan simbol yang tersembunyi.

e. Rancangan dan susunan

(49)

f. Mendesain diorama sederhana

Pada tahap ini perencanaan diorama akan dilihat secara detail tentang ukuran, simbol dengan latar.

g. Perencanaan cerita dalam diorama

Diorama memiliki cerita di dalamnya, cerita ini dibuat untuk melengkapi tujuan dari dibuatnya diorama.

h. Penempatan dan penentuan simbol

Simbol diorama merupakan salah satu komponen yag terdapat pada diorama. Diorama dapat berinteraksi dengan pengguna ketika simbol-simbol diorama dapat menggambarkan tujuan utama pembuatan diorama, tersusun dengan jelas, dan saling berkesinambungan.

i. Keseimbangan

Keseimbangan yang dimaksudkan yaitu kesesuaian cerita dengan latar, posisi dan susunan simbol antara satu denan yang lain dan kesesuaian benda dengan objek yang sebenarnya.

j. Penyempurnaan desain

Setelah melalui tahap di atas, media dapat dibuat dan direalisasikan. G.Kajian Mengenai Diorama Daur Air

(50)

air merupakan salah satu materi yang harus dipelajari di sekolah dasar yaitu pada kelas V semester 2. Berikut diskripsi tentang media diorama daur air:

Gambar 2. Media Diorama Daur Air

(51)

terdapat tombol On/Off untuk menyalakan atau mematikan lampu LED dan tombol repeat yang berguna untuk mengulang penyalaan lampu LED. Langkah-langkah penggunaan media diorama daur air terdiri dari langkah penggunaan secara umum, kegiatan yang dapat dilakukan guru, dan kegiatan yang dapat dilakukan siswa.

1. Langkah penggunaan media diorama secara umum:

a. Siapkan media diorama daur air, es batu, dan air panas. b. Letakkan media diorama daur air di atas meja

c. Isilah wadah 1, dengan es batu yang telah dihancurkan. d. Isilah wadah 2, dengan air panas.

e. Tunggulah ± 15 menit untuk menunggu proses daur air terlihat.

f. Tekan tombol ON untuk menyalakan lampu LED sebagai konfirmasi kegiatan siswa

g. Setelah selesai, kuras air pada wadah 1 (es yang sudah mencair) lalu dibuang

h. Buanglah air pada wadah 2

i. Tunggu sampai media kering dan media siap disimpan 2. Kegiatan yang dapat dilakukan guru yaitu sebagai berikut:

a. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil b. Siswa diminta untuk duduk dengan kelompoknya c. Bagikan LKS kepada masing-masing kelompok

(52)

e. Siswa diminta untuk melakukan pengamatan dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS

f. Guru berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa

g. Salah satu kelompok diminta untuk mempresentasikan di depan h. Kelompok lain diminta untuk menanggapi

i. Untuk mengkonfirmasi pekerjaan siswa, nyalakan lampu LED pada media untuk memperjelas daur air dengan menekan tombol ON

j. Setelah selesai digunakan kemudian dimatikan 3. Kegiatan yang dapat dilakukan siswa meliputi:

a. Siswa duduk berkelompok dengan teman sekelompoknya b. Siswa membantu guru dalam menyiapkan media demonstrasi c. Siswa mengamati perubahan yang menunjukan daur air pada media d. Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS yang dibagikan guru e. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

H.Kajian Mengenai Tingkat Pemahaman Siswa

Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari segi aspek kognitif. Aspek kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Menurut Bloom (Wina Sanjaya, 2010: 126-127) menyatakan bahwa kemampuan kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

(53)

b. Pemahaman, bukan hanya sekedar mengingat fakta tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau menangkap makna suatu konsep.

c. Penerapan, berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret.

d. Analisis yaitu kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian serta hubungan antar bagian itu.

e. Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti tema, rencana, atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.

f. Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa berdasarkan aspek kognitif pada media pembelajaran diorama daur air meliputi tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Tingkat pemahaman siswa berdasarkan aspek kognitif yaitu diukur melalui ragam tes soal evaluasi.

I. Penelitian yang Relevan

(54)

terhadap hasil belajar IPA tentang ekosistem pada siswa kelas V SD Grogol Bantul.

2. Nanik Triningsih (2011) dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Daur Air dan Peristiwa Alam Melalui Peta Konsep Siklus Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngepusari Jatipuro Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dan mencapai hasil optimal pada siklus III dengan hasil 90% siswa dapat memenuhi nilai KKM (70). Hal ini telah memenuhi indikator pencapaian yang ditentukan yaitu ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya mencapai persentase 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep siklus dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Daur Air dan Peristiwa Alam.

J. Kerangka Berpikir

IPA dapat dipandang sebagi suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, kemudian IPA dipandang sebagai produk dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam, serta IPA dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, untuk itu diperlukan keseriusan pemahaman dalam pembelajaran IPA.

(55)

melalui kegiatan praktikum. Namun ketersediaan media pembelajaran dan alat praktikum tentang daur air di beberapa sekolah dasar masiih terbatas.

Keterbatasan media pembelajaran dan alat praktik memiliki beberapa efek negatif bagi proses pembelajaran pada materi daur air. Beberapa efek negatif tersebut antara lain: kegiatan belajar mengajarnya menggunakan metode ceramah, dan lebih banyak menggunakan buku LKS. Media pembelajaran daur air yang digunakan masih terbatas pada gambar yang ada di buku LKS. Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang duduk di belakang ramai sendiri dengan membicarakan hal-hal di luar materi, hal tersebut menyebabkan tidak terjadi pemahaman terhadap materi yang diajarkan, dan siswa hanya diam.

(56)
(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan (Research and Development) yang bertujuan untuk menghasilkan produk baru melalui pengembangan (Endang Mulyatiningsih, 2012:145).

Penelitian ini menggunakan desain pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1947: 6-9). Model pengembangan ini telah mewakili prosedur pengembangan produk. Meskipun prosedur pengembangannya singkat namun sudah mencakup proses pengujian dan revisi sehingga produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria yang baik. Selain itu langkah-langkah model pengembangan ini lebih terstruktur dan evaluasi tidak hanya di akhir namun dapat dilakukan pada setiap tahapnya (Endang Mulyatiningsih , 2011: 179).

Desain pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap utama yaitu: Define, Design, Develop, dan Disseminate. Namun tahap penelitian ini hanya

sampai pada tahap ketiga yaitu Define, Design, dan Develop, karena keterbatasan peneliti untuk melaksanakan tahap keempat yakni Disseminate. B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (develop). Secara sekematis model

(58)
(59)

1. Tahap pendefinisian (define)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1947: 6) menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:

a. Analisis awal akhir (front-end analysis)

Tahap ini bertujuan untuk menentukan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. Pada tahap pra penelitian ini dilakukan observasi di sekolah dasar dan dilakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa.

b. Analisis siswa (Leaner analysis)

Analisis ini dilakukan untuk mempertimbangkan karakteristik siswa yang meliputi latar belakang, gaya belajar siswa, pengetahuan, perkembangan kognitif siswa, minat siswa, dan pengalaman siswa baik sebagai kelompok maupun individu.

c. Analisis konsep ( Concept Analysis)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan menganalisis konsep yaitu dengan menganalisis kurikulum meliputi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan dalam mengembangkan materi, kemudian menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.

d. Analisis tugas (Task Analysis)

(60)

pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari analisis tugas yaitu rencana tugas-tugas atau penentuan media dan substansi yang perlu dikembangkan dalam materi pembelajaran. Dalam analisis ini termasuk juga mengumpulkan bahan media yang sesuai dengan isi materi pembelajaran.

e. Perumusan tujuan pembelajaran (Specifying instructional objectives) Langkah terakhir dalam tahap pendefinisian yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang menjadi dasar desain pembelajaran dan penyusunan tes. Dalam langkah ini dilakukan penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator-indikator yang sesuai dengan analisa tugas. Kemudian dilakukan perumusan tujuan pembelajaran minimal yang harus dikuasai siswa.

2. Tahap Perencanaan (Design)

a. Pemilihan media

Pada tahap ini dilkukan pemilihan media yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. Kemudian dilakukan pembuatan desain dan konsep media pembelajaran yang akan dikembangkan.

b. Desain awal media

Dalam penyususnan desain media diorama daur air dengan sekurang-kurangnya mencakup di dalamnya:

(61)

2) Alur daur air mulai dari penguapan sampai dengan terjadinya hujan.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Setelah melewati tahap perencanaan kemudian dilakukan pengembangan terhadap desain media untuk menghasilkan suatu produk media diorama sesuai rencana. Kemudian dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Validasi perangkat diikuti dengan revisi

Sebelum media diujicobakan, produk yang diproduksi atau dikembangkan harus divalidasi oleh minimal satu orang ahli materi, satu orang ahli media, dan praktisi. Pada tahap validasi ini, ahli materi memberikan penilaian dan saran terhadap produk yang dikembangkan dari aspek materi. Sementara ahli media memberikan penilaian dan saran terhadap produk yang dikembangkan. Praktisi adalah guru kelas V SD N Seyegan, Bantul, Yogyakarta yang memberikan penilaian secara keseluruhan terhadap media.

b. Uji coba dengan siswa

(62)

1) Uji coba terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan pada 6 siswa yang heterogen, hasil ujicoba terbatas selanjutnya digunakan untuk merevisi produk sebelum diujicobakn pada uji coba lapangan. 2) Uji coba lapangan

Uji coba lapangan dilakukan kepada 17 siswa. Tujuan uji coba lapangan adalah untuk mengetahui penilaian siswa atau respon siswa terhadap produk media yang dikembangkan dan mengetahui tingkat pemahaman siswa yaitu pada aspek kognitif. C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Seyegan. Yang beralamatkan di dusun Seyegan, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta dengan jumlah siswa 23 siswa. Subjek penelitian ini sebagai sasaran uji coba. D. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada semester II Kelas V SD tahun ajaran 2015/2016 pada tanggal 1–15 Februari 2016.

E. Jenis Data

(63)

F. Instrumen Pengumpulan Data 1. Angket

Instrumen penelitian digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai hasil pengembangan produk. Instrumen yang disusun dalam penelitian ini berupa angket. Dalam angket tersebut pilihan jawaban menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan dalam mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Angket ditujukan kepada ahli media, ahli materi, praktisi pembelajaran, dan siswa kelas V SD.

Lembar angket pada penelitian ini dikembangkan mengacu pada teori

yang dikemukakan oleh Sa’adun Akbar (2013: 121-122), Azhar Arsyad

(2009: 106), dan Wina Sanjaya (2008: 226) namun dikembangkan sesuai dengan media yang akan disajikan. Angket yang digunakan terdiri dari instrumen validasi ahli materi, instrumen ahli media, instrumen penilaian praktisi pembelajaran, instrumen penilaian siswa dengan kisi-kisi terlampir.

2. Tes

(64)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan cara direratakan. Teknik Analisis kelayakan media dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung skor total rata-rata setiap komponen menggunakan rumus xi =

Keterangan :

xi = skor rata-rata

∑x = jumlah skor

n = jumlah aspek

b. Mengubah skor rata-rata menjadi bentuk kualitatif

c. Pengubahan skor menjadi sekala lima mengacu pada pengkategorisasian menurut Eko P Widoyoko (2010: 38):

Tabel 2. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Nilai Rumus Perhitungan Kriteria

5 X > Xi + 1,8 Sbi X > 4,08 Sangat Baik

Rerata ideal (Xi) = ½ (skor maksimal + skor minimal) Simpangan baku ideal (Sbi) = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)

(65)

Kriteria kelayakan produk mengacu pada pendapat Sukarjo seperti yang dikuti Estu Miyarso (2009, 69-70) bahwa produk yang dikembangkan dapat dikatakan sudah layak digunakan sebagai media pembelajaran apabila hasil penilaian minimal termasuk dalam kriteria baik ( skor > 3,36 ).

Sedangkan penilaian terhadap pemahaman siswa terhadap materi daur air dilaksanakan dalam kegiatan post test. Burhan Nurgiyantoro (2009:88) menjelaskan untuk menghitungnya, dengan rumus sebagai berikut.

Sk = R Dengan ketentuan:

Sk : skor yang diperoleh peserta tes R : jumlah jawaban yang benar

(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian (Define)

Kegiatan pengembangan media pembelajaran diorama daur air pada mata pelajaran IPA kelas V, diawali dengan tahap pendefinisian kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Tahap ini secara rinci dibagi menjadi lima tahapan yaitu: analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, dan perumusan tujuan. Hasil yang diperoleh dari langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Awal-Akhir

Pada tahap analisis awal akhir ini, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap kepala sekolah, guru kelas V, dan siswa kelas V SD Negeri Seyegan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa, kepala sekolah dan guru di SD Negeri Seyegan pada tanggal 30 September 2015 teridentifikasi beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas V. Hampir semua materi IPA di kelas V diajarkan secara hafalan seperti pada materi daur air. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan media dan alat praktikum. Media pembelajaran daur air masih terbatas pada gambar yang terdapat pada buku LKS dan belum ada pengembangan media daur air yang dilakukan guru terkait media tersebut. Padahal daur air dapat diajarkan menggunakan media lain maupun melalui praktikum.

(67)

akif, senang mengikuti pembelajaran, dan membuatan siswa lebih mandiri dalam menemukan konsep materi yang dipelajari dan memiliki semangat untuk belajar IPA yang lebih tinggi.

2. Analisis Siswa

Analisis siswa dilaksanakan untuk mempertimbangkan perbedaan karakteristik siswa yang digunakan untuk menyesuaikan media diorama daur air yang dikembangkan. Setelah dilakukan analisis terhadap siswa kelas V SD N Seyegan yang menjadi subjek penelitian ini, ditemukan bahwa siswa kelas V SD N Seyegan memiliki keragaman berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka temuan ini dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan media diorama daur air.

3. Analisis Konsep

(68)

Tabel 3.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bumi dan Alam Semesta

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya

penghematan air 4. Analisis Tugas

Tahap analisis tugas berupa deskripsi tugas-tugas yang harus dipenuhi siswa. Tugas yang harus dipenuhi siswa yaitu, mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), melakukan demonstrasi dan pengamatan daur air, mempresentasikan hasil diskusi, mengerjakan soal evaluasi, dan aktivitas lainnya.

5. Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui tujuan dan indikator pembelajaran yang akan dicapai dengan materi daur air. Berikut Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan yang akan dicapai. a. Standar Kompetensi

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

b. Kompetensi Dasar

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air c. Indikator

(69)

7.4.2 Memahami daur air

7.4.3 Menggambarkan skema daur air

7.4.4 Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air 7.5.1 Menyebutkan cara menghemat air

d. Tujuan

1. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menyebutkan kegunaan air dengan benar

2. Setelah mengamati media daur air, siswa dapat menjelaskan daur air dengan benar

3. Setelah bertanya jawab dan mengamati media daur air, siswa dapat mengambar skema daur air dengan benar

4. Setelah mengamati gambar, siswa dapat menyebutkan beberapa kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air dengan benar

5. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menyebutkan cara menghemat air dengan benar

B. Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan (Design)

1. Pemilihan Media

(70)

tebal. Sedangkan alat yang digunakan meliputi tang, gunting, jarum, double tape, gergaji, kuas, cutter, meteran, dan alat untuk membakar lem.

2. Desain Awal Media

Setelah semua alat dan bahan terkumpul kemudian mulai membuat media menggunakan bahan-bahan yang sederhana terlebih dahulu yaitu dari sterofoam. Pembuatan desain ini bertujuan untuk memvisualisasikan ide dalam mengembangan media diorama daur air. Kemudian desain tersebut dikonsultasikan kepada ahli media dan dilakukan perbaikan sehingga menjadi desain yang lebih lengkap dan jelas.

Gambar 5 . Desain Awal

Setelah desain awal disetujui kemudian dilakukan pembuatan media pembelajaran diorama daur air dengan menggunakan bahan yang sebenarnya dan lebih diperbaiki lagi sesuai dengan masukan yang diperoleh.

(71)

C. Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan (Develop)

Pengembangan meliputi validasi ahli media, validasi ahli materi, penialaian praktisi, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan. Data yang diperoleh dari validasi ahli, penilaian praktisi, uji coba terbatas, dan uji coba lapangan berupa penilaian terhadap produk media pembelajaran diorama daur air yang dikembangkan. Penilaian yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi dan ahli media menjadi dasar apakah produk yang dikembangkan sudah layak atau belum. Saran yang diberikan oleh ahli juga menjadi dasar untuk melakukan revisi sehingga produk yang dikembangkan benar-benar layak untuk diujicobakan. Data tersebut akan diuraikan sebagagi berikut: 1. Data Validasi Ahli Media

(72)

Tabel 4. Penilaian Ahli Media Tahap I

No Indikator Skor

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran

2. Kesesuaian media dengan materi ajar √ 3. Media dapat digunakan sebagai

sumber belajar

4. Kemampuan media dalam mengembangkan motivasi siswa

5. Kemampuan media dalam menarik perhatian siswa

6. Kemampuan media untuk dapat menciptakan rasa senang bagi siswa

7. Kesesuaian ilustrasi pada media dengan kenyataan

8. Kemampuan media untuk mengulang apa yang dipelajari

9. Kesesuaian media dengan karakteristik siswa

10. Kesesuaian media dengan lingkungan belajar

11. Kemudahan media dalam praktik belajar mengajar

17. Kreativitas dalam media pembelajaran √

18. Inovasi dalam media pembelajaran √

19. Dapat dipelihara dengan mudah √

20. Dapat menambah variasi dalam penyajian materi

21. Keterpaduan antar objek √

22. Adanya penekanan pada unsur tertentu √

(73)

Hasil penilaian ahli media yang pertama memperoleh skor 81 dengan rata-rata 3,64. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, media diorama daur air masuk dalam kriteria baik. Meskipun demikian, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, mengingat belum semua komponen dapat dicapai secara maksimal. Saran yang diberikan oleh ahli media sebagai berikut:

a. Perlu adanya perbaikan desain tampilan media.

b. Pemilihan pewarnaan pada bagian ilustrasi daratan dan lautan terlalu pudar sehingga kurang cerah.

c. Belum terdapat pemasangan lampu LED.

d. Pemilihan desain buku masih terlalu ramai dan perlu disederhanakan lagi.

e. Perlu adanya penambahan diskripsi singkat dan manfaat media.

f. Pada bagian penggunaan media perlu diperjelas apa yang dilakukan guru, apa yang dilakukan siswa, dan penggunaan secara umum.

(74)

Tabel 5. Penilaian Ahli Media Tahap II

No Indikator Skor

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran

2. Kesesuaian media dengan materi ajar √ 3. Media dapat digunakan sebagai

sumber belajar

4. Kemampuan media dalam mengembangkan motivasi siswa

5. Kemampuan media dalam menarik perhatian siswa

6. Kemampuan media untuk dapat menciptakan rasa senang bagi siswa

7. Kesesuaian ilustrasi pada media dengan kenyataan

8. Kemampuan media untuk mengulang apa yang dipelajari

9. Kesesuaian media dengan karakteristik siswa

10. Kesesuaian media dengan lingkungan belajar

11. Kemudahan media dalam praktik belajar mengajar

17. Kreativitas dalam media pembelajaran √

18. Inovasi dalam media pembelajaran √

19. Dapat dipelihara dengan mudah √

20. Dapat menambah variasi dalam penyajian materi

21. Keterpaduan antar objek √

22. Adanya penekanan pada unsur tertentu √

Gambar

Tabel 1. Daftar Kompetensi IPA pada Kurikulum KTSP
Gambar 3. Kerangka Berpikir
Gambar 4. Desain Pengembangan
Tabel 6 . Penialaian Ahli Materi Tahap I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Media Magnet Cards Terhadap Prestasi Belajar IPA Materi Proses Daur Air Siswa Kelas V SDN Wates4. Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar IPA materi Daur Air dan Peristiwa Alam melalui pembelajaran menggunakan peta

Guru merupakan penentu bagi siswa dalam sebuah kegiatan belajar mengajar dikelas. Pembelajaran yang menarik bagi siswa ketika guru menghadirkan media yang menarik. Namun,

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajran menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi daur

Hasil evaluasi ini didapatkan dari soal yang dikerjakan di dalam macromedia flash serta hasil minat siswa yang diisi. Penilaian ini dilakukan setelah melakukan ujicoba

kegiatan belajar-mengajar berlangsung terutama pada saat pembelajaran peta. Hal ini dikarenakan kurangnya guru dalam mengembangkan media pembelajaran peta supaya

Dengan demikian produk media pembelajaran Scratch pada mata pelajaran IPA kelas V sekolah dasar materi “Penghematan Air” yang dibuat oleh peneliti layak

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajran menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi daur