• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA SI UNIVERSITAS AIRLANGGA DAN MAHASISWA SI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA SI UNIVERSITAS AIRLANGGA DAN MAHASISWA SI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR."

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS AIRLANGGA DAN MAHASISWA SI UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Aldilla Zara Ayu

0813010109/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Per bedaan

Kemampuan Komunikasi, Berpikir Kr itis dan Kepr ibadian pada Mahasiswa

SI Akuntansi” dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di

Surabaya.

Sejak adanya ide sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini, peneliti

menyadari sepenuhnya banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi selaku Ketua Progdi Akuntansi

(3)

Ekonomi yang telah membantu memberikan petunjuk kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini

5. Ibu Rina Moestika, SE, MMA, selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dengan sabar memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

6. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

7. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada Ayahanda (Ir. H. Asep Suryatna MMA), Ibunda

(Hj. Idha Tri Ayu Wangi), serta Adik (M. Agkha Kahfi Dwi Jaya) beserta

seluruh anggota keluarga yang telah memberikan banyak dorongan,

semangat, serta doa restu baik secara moral maupun secara materiil.

8. Secara khusus pula dengan rasa cinta menyampaikan terima kasih

sedalam- dalamnya kepada pasangan ku Resha Y Putra yang telah

memberi semangat dan curahan kasih sayang hingga skripsi ini selesai

9. Buat sahabat-sahabat ku Dinda Kumala Sari, Riska Alifya W, Himawan

Saputro, Drajat Fitriansyah, Yuni Puspitasari, serta teman teman lain yang

tidak sempat disebut satu persatu terima kasih untuk semangat dan doa

yang diberikan.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia Nya kepada semua

pihak yang telah membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. Peneliti

(4)

semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini. Namun peneliti berharap hasilnya

dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2012

(5)

Oleh :

Alldila Zar a Ayu

Abstr ak

Persaingan di dunia kerja saat ini semakin tajam akibat adanya globalisasi. Pendidikan tinggi akuntansi sebagai sebuah institusi yang menghasilkan lulusan dalam bidang akuntansi saat ini dituntut tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan dibidang akademik, tetapi juga mempunyai kemampuan bersifat teknis analisis dalam bidang humanistic skil dan professional skill sehingga mempunyai nilai tambah dalam bersaing di dunia kerja.

Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer dari responden yang menjadi obyek penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 79 mahasiswa akuntansi tahun 2008. Sapel terdiri atas 47 mahasiswa Universitas Airlangga dan 32 mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel X dan Y yaitu dengan menggunakan skala intervalyang tidak hanya mengelompokkan individu namun juga mengukur besaran preferensi antar individu. Sedangkan teknik penyusunan skala menggunakan metode perbedaan semantic (semantic differensial scale ) data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis uji MANOVA dengan alat bantu SPSS 17.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi, dan kepribadian sedangkan ada perbedaan berpikir kritis pada mahasiswa SI Akuntansi Universitas Airlangga dan mahasiswa SI Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... ivx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang ... 10

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Komunikasi ... 11

2.2.1.1Pengertian Komunikasi ... 11

(7)

2.2.1.5Fungsi Komunikasi ... 25

2.2.1.6Gangguan dan Rintangan Komunikasi ... 26

2.2.2 Berpikir Kritis ... 28

2.2.2.1 Pengertian Berpikir Kritis ... 28

2.2.2.2 Teori Berpikir Kritis ... 29

2.2.2.3 Karakteristik Pemikir Kritis ... 30

2.2.2.4 Cara Berpikir Kritis ... 30

2.2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Berpikir Kritis ... 31

2.2.2.6 Manfaat Berpikir Kritis ... 32

2.2.2.7 Berpikir Kritis pada Remaja ... 33

2.2.3 Kepribadian ... 34

2.2.3.1 Pengertian Kepribadian ... 34

2.2.3.2 Faktor-faktor Kepribadian ... 35

2.2.3.3 Teori Kepribadian ... 36

2.2.4 Kerangka Pikir ... 38

2.3 Kerangka Pemikiran ... 38

2.4 Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.1.1 Definisi Operasional ... 40

(8)

3.2.1Populasi ... 42

3.2.2Sampel ... 42

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1 Jenis Data ... 43

3.3.2 Sumber Data ... 44

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4 Uji Kualitas Data ... 45

3.4.1 Uji Validitas ... 45

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.4.3 Uji Normalitas ... 46

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47

3.5.1 Teknik Analisis ... 47

3.6 Uji Asumsi Manova ... 47

3.6.1 Uji Box Test ... 47

3.6.2 Uji Multivariate Test ... 47

3.6.3 Uji Levene’s Test ... 48

3.7 Uji Hipotesis ... 48

3.7.1 Uji Test Of between Subject Effect ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 50

(9)

4.1.4 Penyelenggaraan Pendidikan ... 58

4.1.5 Visi dan Misi Program Studi Akuntansi ... 60

4.1.5.1Visi ... 60

4.1.5.2Misi ... 60

4.1.6 Gambaran Umum Program Studi Akuntansi ... 61

4.2 Sejarah Singkat UPN ... 62

4.2.1 Gambaran Umum Fakultas Ekonomi ... 63

4.2.2 Visi misi Program Studi Akuntansi ... 64

4.2.2.1Visi ... 64

4.2.2.2Misi ... 64

4.2.3 Gambaran Umum Program Studi Akuntansi ... 64

4.3 Deskripsi Responden ... 65

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.4.1 Deskripsi Variabel Kemampuan Komunikasi (X1) ... 69

4.4.2 Deskripsi Variabel Berpikir Kritis (X2) ... 75

4.4.3 Deskripsi Variabel Kepribadian (X3) ... 82

4.5 Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 89

4.5.1 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 89

4.5.2 Uji Reliabilitas ... 93

4.5.3 Uji Normalitas ... 94

4.6 Uji Asumsi MANOVA ... 95

(10)

4.6.3 Uji Levene’s Test ... 96

4.6.4 Test of between Subject Effects ... 97

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

4.8 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang . 102

4.9 Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Tabel 4.1 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Universitas

Airlangga

... 66

Tabel 4.2 Deskripsi berdasarkan Umur pada Universitas Airlangga... 66

Tabel 4.3 Desripsi Responden Berdasarkan IPK pada Universitas Airlangga .... 67

Tabel 4.4 Deskripsi berdasarkan Jenis Kelamin pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ... 67

Tabel 4.5 Deskripsi berdasarkan Umur pada Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur ... 68

Table 4.6 Deskripsi Responden berdasarkan IPK pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ... 68

Tabel 4.7 Presentase Jawaban Responden pada setiap pertanyaan tentang

Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Universitas Airlangga ... 69

Table 4.8 Presentase Jawaban Responden pada setiap pertanyaan tentang

Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur ... 72

Tabel 4.9 Presentase Jawaban Responden pada setiap pertanyaan tentang

Berpikir Kritis Mahasiswa Universitas Airlangga (X2) ... 77

Tabel 4.10 Presentase Jawaban Responden pada setiap pertanyaan tentang

Berpikir Kritis Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

(12)

Kepribadian (X3) Mahasiswa Universitas Airlangga ... 84

Tabel 4.12 Presentase Jawaban Responden pada setiap pertanyaan tentang Kepribadian (X3) Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ... 86

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variable Kemampuan Komunikasi (X1) ... 90

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Kemampuan Komunikasi (X1) putaran 2 ... 91

Tabel 4.15 Hasil uji validitas variable Berpikir Kritis (X2) ... 91

Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Berpikir Kritis (X2) Putaran 2 ... 92

Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas Variable Kepribadian (X3) ... 93

Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Kepribadian (X3) Putaran 2 ... 93

Tabel 4.19 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner... 94

Tabel 4.20 Hasil pengujian normalitas ... 95

Tabel 4.21 Uji Box’s Test ... 95

Tabel 4.22 Uji Multivariate ... 95

Tabel 4.23 Uji Levene’s test ... 97

Tabel 4.24 Test of between subject effects ... 98

(13)
(14)

Lampiran 1. Tabulasi Variabel Kemampuan Komunikasi (X1) Mahasiswa

Universitas Airlangga

Lampiran 2. Tabulasi Variabel Berpikir Kritis (X2) Mahasiswa Universitas

Airlangga

Lampiran 3. Tabulasi Variabel Kepribadian (X3) Mahasiswa Universitas

Airlangga

Lampiran 4. Tabulasi Variabel kemampuan Komunikasi (X1) Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Lampiran 5. Tabulasi Variabel Berpikir Kritis (X2) Mahasiswa Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Lampiran 6. Tabulasi Variabel Kepribadian (X3) Mahasiswa Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Lampiran 7. Uji Validitas Variabel Kemampuan Komunikasi (X1) Putaran

Pertama

Lampiran 8. Uji Validitas Variabel kemampuan Komunikasi (X1) Putaran

Kedua

Lampiran 9. Uji Validitas Variabel Berpikir Kritis (X2) Putaran Pertama

Lampiran 10. Uji Validitas Berpikir Kritis (X2) Putaran Kedua

Lampiran 11. Uji Validitas Kepribadian (X3) Putaran Pertama

(15)

Lampiran 15. Data Uji Normalitas

Lampiran 16. Uji Box m Test

Lampiran 17. Uji Multivariate Test

Lampiran 18. Uji Levene’s Test

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belaka ng Masalah

Persaingan di dunia kerja saat ini semakin tajam akibat adanya

globalisasi. Pendidikan tinggi akuntansi sebagai sebuah institusi yang

menghasilkan lulusan dalam bidang akuntansi saat ini dituntut tidak hanya

menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan dibidang akademik,

tetapi juga mempunyai kemampuan bersifat teknis analisis dalam bidang

humanistic skil dan professional skill sehingga mempunyai nilai tambah

dalam bersaing di dunia kerja.

Dalam Program Studi Akuntansi, mahasiswa akan diberi bekal dan

pemahaman yang cukup mengenai penyusunan dan pemeriksaan laporan

keuangan, perencanaan perpajakan, dan juga analisis mengenai laporan

keuangan. Sehingga mahasiswa lulusan akuntansi dapat memperoleh

pemahaman akuntansi yang cukup sebagai bekal di masa depan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya secara professional, lulusan

fakultas ekonomi sangat membutuhkan pemahaman yang cukup mengenai

akuntansi itu sendiri. Pada umumnya dalam masyarakat terdapat anggapan

bahwa pendidikan tinggi merupakan persiapan untuk menghadapi

kehidupan di masa depan. Dengan memasuki perguruan tinggi, seorang

(17)

Kemampuan komunikasi juga dianggap sebagai faktor penting

untuk mencapai kesuksesan dalam bidang akuntansi. Pada tahun 1993

ICCA mengeluarkan satuan tugas khusus, yaitu The Skill for The 21th

CenturyTask Force, untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan

perubahan kebutuhan akuntan pada abad-21. satuan tugas ini menemukan,

bahwa di abad-21, akuntan yang dibutuhkan adalah yang memiliki

kompetensi sebagai berikut : keterampilan akuntansi, keterampilan

komunikasi, keterampilan negoisasi, keterampilan interpersonal,

kemampuan intelektual, pengetahuan manajerial dan organisasi, serta

atribut personal. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa kemampuan

dalam berkomunikasi lisan sangat diperlukan oleh para akuntan praktisi.

Kulberg et al (1989) spserti yang dikutip oleh Aly & Islam (2003) meneliti

delapan Kantor Akuntan Publik terbesar (The Big Eight) dan

mengidentifikasi tiga kemampuan yang dibutuhkan agar menjadi sukses

dalam profesi akuntan, yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan

berkomunikasi, kemampuan intelektual (Suryaningrum, 2007).

Kemampuan komunikasi seseorang dapat meningkatkan

produktivitas individu kelompok. Setiap orang memiliki kecenderungan

terhadap gaya komunikasi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh perpaduan

antara hereditas dan faktor lingkungan seseorang. Lebih jauh, proses

komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya

komunikasi merupakan kombinasi dari berbagai komponen, seperti pola

(18)

komunikasi haruslah fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan gaya

komunikasi orang yang diajak berbicara (Franksiska, 2006 : 75)

Kepribadian seseorang juga mempengaruhi gaya komunikasi

seseorang. Apakah orang itu pendiam, pasif, ceria, ambisius ataupun

mudah bergaul. Kepribadian merupakan pola perilaku, pikiran, dan emosi

yang unik dan relatif stabil yang dimiliki individu dalam usahanya untuk

menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian

terbentuk dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan dalam kondisi

situasional. Faktor keturunan merujuk pada faktor-faktor yang ditentukan

sejak lahir. Sedangkan faktor lingkungan merujuk pada budaya tempat

individu dibesarkan, kondisi awal individu, norma keluarga dan kelompok

sosial serta pengaruh yang dialami individu sepanjang masa hidup.

Dunia pendidikan merupakan lahan untuk menggali ilmu maka

pemberdayaan sikap “critical thinking” dalam proses belajar mengajar

merupakan hal yang penting. Menurut Moore (dalam Harnandita, 2008)

kemampuan berpikir kritis tidak berhubungan secara signifikan dengan

tingkat intelegensi. Anak cerdas belum tentu memiliki kemampuan

berpikir kritis yang baik. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan.

Dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis, maka akan terbiasa

untuk meneliti sebuah masalah dan menganalisa berbagai solusi untuk

menyelesaikan masah tersebut dengan berbasis teori-teori yang rasional.

(19)

kumulatif merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan

belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai

dengan semester paling akhir yang telah ditempuh.

Fenomena yang terjadi saat ini, sebagian peserta didik yang

memiliki IPK yang bagus tetapi pada saat menghadapi ujian lisan

cenderung untuk tidak dapat mengungkapkan secara lisan kepada dosen

penguji. Sebagian mahasiswa cenderung diam ketika berdahapan langsung

dengan dosen pengujinya. Ketika ditanyakan alasannya, subyek menjawab

bahwa mereka tidak dapat berpikir juka berhadapan langsung. Subyek

lebih suka apabila ujian diadakan secara tertulis, bukan lisan.

Di Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur khususnya

program studi akuntansi jumlah mahasiswa regular yang masih aktif

mengikuti perkuliahan pada tahun 2011 sebanyak 150 mahasiswa. (Biro

Admik, 2011). Dari data yang diperoleh khususnya untuk angkatan 2008,

melalui IPK mahasiswa sebagai berikut :

No IPK J umlah Persen

1. 2,00-2,75 20,9 %

1. 2,76-3,50 54,9 %

2. 3,51- 4,00 24,2 %

Penelitian lain juga dilakukan di Universitas Airlangga khususnya

Program Studi Akuntansi jumlah mahasiswa regular angkatan 2008 yang

(20)

mahasiswa. (Biro Admik, 2011) Data yang diperoleh untuk angkatan

2008, melalui IPK mahasiswa sebagai berikut :

No IPK J umlah Per sen

1. 2,00-2,75 18,2 %

2. 2,76-3,50 45,7 %

3. 3,51- 4,00 36,1 %

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa

akuntansi angkatan 2008 di Universitas Pembangunan Nasional dan

Universitas Airlangga memiliki nilai IPK yang baik. Nilai IPK yang baik

belum dapat menentukan apakah seseorang memiliki kemampuan

komunikasi, berpikir kritis dan kepribadian yang baik pula. Seperti yang

ditemukan pada kenyataan yang terjadi di Universitas Airlangga dan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yaitu:

Sebagian besar mahasiswa bersifat pasif dan pendiam, kurang mempunyai

motivasi diri, sebagian besar mahasiswa tidak peduli dengan situasi dan

lingkungan sekitar, sebagian besar mahasiswa hanya menerima saran dari

pendapat orang lain tanpa mengeksplor pendapat sendiri, sebagian besar

mahasiswa kurang menghargai waktu, sehingga tugas-tugas yang

diberikan oleh dosen tidak dapat diselesaikan tepat waktu, sebagian besar

mahasiswa kurang memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien

sehingga mereka lebih memanfaatkan waktu untuk bersantai, sebagian

besar mahasiswa belum dapat menghubungkan materi antara mata kuliah,

(21)

ditemukan beberapa mahasiswa yang menyerahkan tugas kepada

mahasiswa yang aktif saja, sebagian mahasiswa dalam berkomunikasi

kurang memperhatikan situasi dan kondisi saat berbicara dan kurang

menjaga perilaku diri, dan dalam berkomunikasi dengan dosen pada

umumnya mahasiswa belum bisa mengatasi rasa takut dan cemas,

sehingga kurang berpikir matang dalam menjawab pertanyaan dosen.

. Dari hasil uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Per bedaan Kemampuan Komunikasi,

Ber pikir Kr itis, dan Kepr ibadian Pada Mahasiswa SI Ak untansi.

1.2. Rumusan Masa lah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapatlah dikemukakan

rumusan masalah yaitu, “Apakah terdapat perbedaan kemampuan

komunikasi, berpikir kritis, dan kepribadian pada mahasiswa S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur dan mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Airlangga?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka

tujuan dari penelitian ini adalah “ntuk membuktikan apakah Terdapat

Perbedaan Kemampuan Komunikasi, Berpikir Kritis dan Kepribadian

(22)

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan Mahasiswa S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga”.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan

untuk :

1. Bagi Akademik

Dapat menjadi salah satu sumber informasi dan bahan pertimbangan

untuk mengkaji materi-materi yang berhubungan dengan kemampuan

komunikasi, berpikir kritis dan kepribadian mahasiswa, sehingga akan

didapatkan hasil yang optimal bagi proses belajar mahasiswa.

2. Bagi Peneliti

Memperoleh informasi tambahan dan pemahaman yang lebih baik

tentang adanya perbedaan kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan

kepribadian pada mahasiswa SI akuntansi Universitas Airlangga dan

mahasiswa SI akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

3. Bagi Pembaca

Memberikan informasi kepada pembaca tentang cara komunikasi yang

baik dan tepat serta berpikir untuk meningkatkan kualitas kepribadian

(23)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dipergunakan dalam penelitian

berikut ini adalah :

a. Eko Wahyu Saputro (2006)

Judul “Pengaruh Keinginan Memperoleh Gelar Akutan, Pemahaman

Tentang Manfaat Gelar Akuntan, dan Tipe Kepribadian terhadap

Motivasi Menyelesaikan Studi Tepat Waktu di Jurusan Akuntansi:

- Permasalahan : Apakah keinginan memperoleh gelar akuntan,

pemahaman tentang manfaat gelar akuntan, dan tipe kepribadian

berpengaruh signifikan terhadap motivasi menyelesaikan studi di

Jurusan Akuntansi?

- Hipotesis : Diduga Keinginan memperoleh gelar akuntan,

pemahaman tentang manfaat gelar akuntan dan tipe kepribadian

berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi menyelesaikan

studi di jurusan akuntansi. Keinginan memperoleh gelar akuntansi

berpengaruh paling dominan terhadap motivasi menyelesaikan

studi di Jurusan Akuntansi.

- Kesimpulan : Keinginan memperoleh gelar akuntan, pemahaman

tentang manfaat gelar akuntan, dan tipe kepribadian berpengaruh

(24)

terbukti kebenarannya. Hipotesis yang menyatakan bahwa

Keinginan Memperoleh Gelar Akuntan (X1), mempunyai pengaruh

yang paling dominan terhadap Motivasi Menyelesaikan Studi (Y),

tidak terbukti kebenarannya. Variabel yang terbukti berpengaruh

dominan adalah pemahaman tentang manfaat gelar akuntan (X2).

b. Diah H S dan Nur janti (2007)

Judul “Kemampuan Mahasiswa Berkomunikasi Lisan Melalui Proses

Belajar Mengajar”

- Permasalahan : apakah terdapat perbedaan tingkat ketakutan

berkomunikasi (communication apprehension) antara mahasiswa

tingkat baru dengan mahasiswa tingkat akhir.

- Hipotesis : terdapat perbedaan tingkat ketakutan berkomunikasi

lisan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir.

- Kesimpulan : pengujian hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat ketakutan dalam berkomunikasi lisan antara

mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir dapat diterima.

Hasil mean tingkat ketakutan berkomunikasi lisan mahasiswa baru

lebih besar dari pada mahasiswa lama. Hal ini menunjukkan bahwa

mahasiswa baru lebih takut untuk berkomunikasi lisan sehingga

kemampuan berkomunikasi mahasiswa baru lebih rendah dibanding

(25)

c. Hanum Atika Riswanti (2010)

Judul : “Pengaruh Kemampuan Komunikasi, Berpikir Kritis dan

Kepribadian Terhadap Pemahaman Akuntansi Mahasiswa”

- Permasalahan : Apakah kemampuan komunikasi, berpikir kritis

dan kepribadian mempunyai pengaruh terhadap pemahaman

akuntansi pada mahasiswa program studi akuntansi fakultas

ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur ur?”

- Hipotesis : “kemampuan komunikasi, berpikir kritis, dan

kepribadian mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi

pada mahasiswa program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

- Kesimpulan : Kemampuan Komunikasi, Berpikir Kritis, dan

Kepribadian berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi

mahasiswa S1 Program Studi akuntansi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

2.1.1. Per bedaan Penelitian Ter dahulu dengan Penelitian Sekar ang

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya

(26)

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Komunikasi

2.2.1.1. Penger tian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis

yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan

antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dan akar kata

bahasa Latin Communico, yang artinya membagi (Cherry dalam

Cangara, 2005).

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi

yang mengkhususkan din pada studi komunikasi antar manusia (human

communication) bahwa komunikasi merupakan suatu proses simbolik

yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1)

membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran

informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain;

serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2005)

Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan

bahwa komunikasi merupakan interaksi antar pribadi, dimana terdapat

pertukaran informasi yang bertujuan untuk membangun hubungan antar

manusia.

2.2.1.2. Teor i Komunikasi

1. Teor i Model Lasswell

(27)

tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan

sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says

what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to

whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon,

1996).

2. Teor i Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pr ibadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk

mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum

tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses

stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun

hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata

rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan

realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan

menentukan pendapat umum.

3. Teor i Infor masi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat

mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori

informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk

penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949,

Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication

Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis,

matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan

(28)

Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang

mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan

menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya

terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud

adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia

mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika

efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan

komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut

untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab

proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama

psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada

tindakan komunikasi

Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak

berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories

di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di

sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat

melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep

Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik

kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran

(channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut

(29)

Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan

Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu

sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan

komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang

disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah

sinyal yang diterima dam proses transmisi. Penjelasan Teori

Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Teori

informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah

sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses

komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik

dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk

memudahkan efisiensi informasi

4. Teor i Penghar apan Nilai (The Expectacy-Value Theor y)

Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur

kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan

menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value

theory.

Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda

cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media

--kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan

kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai

contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti

(30)

akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan

menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa

sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan

Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk

melihatnya.

5. Teor i Keter gantungan (Dependency Theory)

Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh

Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and

gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal

hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini

mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model

mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara

pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and

gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung

kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka

memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan

tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi

bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap

semua media.

Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model

(31)

minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk

memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang

menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.

Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap

khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset

eksperimen, survey dan riset etnografi.

a. Riset Eksperimen

Riset eksperimen (experimental research) merupakan

pengujian terhadap efek media dibawah kondisi yang dikontrol

secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan riset

eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan,

namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek

penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang

berbeda.

Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh

Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University pada

tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh

tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi

anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan

boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di

setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi

adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat

(32)

setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif

dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll

dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini

membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk

karakter khalayaknya.

Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi

dari hasil penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit,

sehingga sering muncul pertanyaan mengenai tingkat

kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata

(generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk

diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa

mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal

sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).

b. Sur vey

Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama

kemanfaatannya untuk dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam

polling mengenai opini publik. Metode survey lebih memiliki

kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset

eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi

yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak

faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk

(33)

c. Riset Ethnogr afi

Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek

media secara lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu.

Metode ini berasal dari antropologi yang melihat media massa dan

khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif

membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.

6. Teor i Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw

(1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan

pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak

untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media,

maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan

memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan

dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teor i Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin

L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu

masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media

massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana

media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran

penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran

(34)

ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan

masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.

2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan

atau menurunkan dukungan moral

3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,

pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau

menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan

perilaku dermawan.

8. Teor i Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan

Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media

memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media

tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif

dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber

media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya.

Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk

memuaskan kebutuhannya. Elemen dasar yang mendasari pendekatan

teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu,

(35)

struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal

individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang

menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau

penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola

konsumsi media dan (perbedaan pola perilaku lainnya, yang

menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi

(10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan

memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik,

kultural, dan ekonomi dalam masyarakat

9. Teor i The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh

Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan

bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa

terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling

mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan

persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan

pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

10.Teor i Konstr uksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori

konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan

Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise

in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah

(36)

konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui

tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses

simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam

masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut

adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

11.Teor i Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett

Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik

mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di

mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan

konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi

secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui

kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin

terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari

rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa

pendek, namun seringkali memakan waktu lama.

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu

bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada

realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan

sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara,

suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin

(37)

12.Teor i Kultivasi

Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil

sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan

teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah

pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh

memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah

bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya,

iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren

dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi

mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang

biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang

turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan

keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari

sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk

hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari

pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk

arus utama dari lingkungan simbolis umum.

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi),

karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen

dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian

mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner,

dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat

(38)

mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan

pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana

mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)

2.2.2.3. Unsur Komunikasi

Aristotele, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica

menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur

yang mendukungnya, yaitu siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan,

dan siapa yang mendengarkan (Cangara 2005 : 23)

Menurut (Cangara 2005 : 23) unsur-unsur komunikasi adalah:

1. Sumber

Sering disebut pengirim atau komunikator

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada penerima.

3. Media

Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan

dari sumber kepada penerima.

4. Penerima

Merupakan pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

(39)

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah

salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima.

Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur

lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada

penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi.

2.2.2.4. Tipe Komunikasi

Menurut Cangara (2005:29) tipe komunikasi dibagi menjadi

empat yaitu :

1. Komunikasi dengan diri sendiri

Merupakan proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu,

atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.

2. Komunikasi antar pribadi.

Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih

(40)

3. Komunikasi Publik

Merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan

oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih

besar.

4. Komunikasi Massa

Merupakan proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya

dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya

massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi,

surat kabar, dan film.

2.2.2.5 Fungsi Komunikasi

Harold D. Lasswell (Cangara 2005) mengemukakan bahwa

fungsi komunikasi antara lain :

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada

3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya.

Selain itu, fungsi komunikasi juga bisa ditelusuri dari tipe

komunikasi itu sendiri yaitu :

1. Komunikasi dengan Diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan

kreatifitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri serta

meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan.

2. Komunikasi antar pribadi berfungsi untuk meningkatkan hubungan

(41)

konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu serta berbagi

pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

3. Komunikasi Publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat

kebersamaan, mempengaruhi orang lain, memberi informasi,

mendidik, dan menghibur.

4. Komunikasi Massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi,

meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan

menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.

2.2.2.6 Gangguan dan Rintangan Komunikasi

Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan,

tetapi sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan

karena adanya gangguan.

Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat

dibedakan atas tujuh macam (Cangara, 2005 : 131), yakni :

1. Gangguan Teknis

Terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi

mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui

saluran mengalami kerusakan.

2. Gangguan Semantik dan Psikologis.

Gangguan Semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan

karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979).

(42)

a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon

bahasa asing sehingga sulit di mengerti oleh khalayak tertentu.

b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang

digunakan oleh penerima.

c. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,

sehingga membingungkan penerima.

d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi

terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan.

Rintangan Psikologis terjadi karena adanya gangguan yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam din individu.

3. Rintangan Fisik

Rintangan fisik merupakan rintangan yang disebabkan karena

kondisi geografis. Dalam komunikasi antar manusia,

rintangan fisik juga bisa diartikan karena adanya gangguan

organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.

4. Rintangan Status

Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak

sosial di antara peserta komunikasi.

5. Rintangan Kerangka Berpikir

Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan

adanya perbedaan persepsi antara komunikator dengan khalayak

(43)

disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang

berbeda.

6. Rintangan Budaya

Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi yang disebabkan

adanya perbedaan norma, kebebasan, dan nilai-nilai yang dianut

oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

2.2.3. Ber pikir Kr itis

2.2.3.1Penger tian Ber pikir Kr itis

Harsanto (2005, dalam Hanum 2010) menyebutkan bahwa berpikir

kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis, dimana diperlukan

pikiran yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis

harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya. Ia

harus bisa menjawab pertanyaan mengapa keputusan seperti itu diambil.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan definisi berpikir kritis yang

dikemukakan oleh Hanum (2010) yaitu berpikir kritis adalah penggalian

makna atas suatu masalah secara lebih mendalam, berpikiran terbuka

terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, dan menetapkan

untuk din sendiri hal-hal yang akan diyakini atau dilakukan.

Tahun 1909 John Dewey mengemukakan istilah reflective

thinking yang pada saat mi dikenal dengan sebutan berpikir kritis.

Menurutnya pada dasarnya berpikir kritis adalah active process (hams

(44)

persistan and careful (tidak langsung loncat kesimpulan tetapi

dipikirkan terlebih dahulu), dan ground which support (dipikirkan

alasan mempercayai sesuatu serta implikasinya) dengan demikian

keterampilan menalar adalah elemen kunci berpikir kritis (Nurfitri,

2008).

Berdasarkan berbagai definisi yang telah disebutkan, maka

dapat disimpulkan bahwa definisi berpikir kritis adalah kecenderungan

dan kemampuan seseorang untuk membuat dan menilai kesimpulan

berdasarkan bukti yang ada dari sebuah informasi, yang dijadikan dasar

untuk memutuskan tindakan atau hal-hal yang akan diyakini.

2.2.3.2. Teor i Ber pik ir Kr itis

Teori berpikir kritis mengacu pada dan mensintesis penelitian

pada tiga topik terpisah:

1. Teori menurut penalaran yang orang mewakili informasi tentang

masalah atau situasi melalui model mental dari kemungkinan

alternatif, mengevaluasi model dalam terang pengetahuan latar

belakang yang relevan, memperbarui model dengan menambahkan

informasi baru menjadi tersedia, merevisi model untuk

menyelesaikan internal yang inkonsistensi, dan menarik kesimpulan

dengan memeriksa kemungkinan hidup (diadaptasi dari

Johnson-Laird, 1983; Johnson-Laird & Byrne, 1991).

(45)

(diadaptasi dari Rescher, 1977; Walton & Krabbe, 1995; van

Eemeren & Grootendorst, 1992; Walton, 1998).

3. Teori mekanisme kognitif dan proses yang terlihat dalam

pembentukan keyakinan dan pengambilan keputusan, yang bervariasi

dalam kehandalan mereka atau hubungan mereka dengan kinerja

mahir dalam sebuah domain (diadaptasi dari Simon,1997; Gigerenzer

& Selten, 2001; Ericsson & Smith, 1991; Klein et al, 1993; Payne

Bettman, & Johnson, 1993).

2.2.3.3. Kar akter istik Pemik ir Kr itis

Berikut ini adalah indikator berpikir kritis yang disebutkan oleh

Wade (1995) dalam (Achmad, 2007) adalah:

1. Kegiatan merumuskan pertanyaan

2. Menguji data-data

3. Membatasi permasalahan

4. Menganalisis permasalahan

5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional

6. Menghindari penyederhanaan berlebihan

7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi.

8. Mentoleransi ambiguitas

2.2.3.4. Car a Ber pikir Kr itis

Berpikir kritis bukan berpikir logis dan analitis, tetapi juga

rasional dan obyektif. Agar menjadi seorang yang berpikir kritis, ada

(46)

1. Mempunyai sikap berpikir kritis

2. Mengenali dan menghindari hambatan berpikir kritis

3. Mengidentifikasi argument

4. Mengevaluasi sumber informasi

5. Mengevaluasi argumen (Nurfitri, 2008)

2.2.3.5. Faktor -faktor yang Mempengar uhi Ber pikir Kr itis

Dalam Hanum (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir

kritis antara lain :

1. Keluarga

Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap

perkembangan anak terutama pada saat berlangsungnya proses belajar

mengajar dan berpikir kritis. Keluarga sebagai kelompok sosial

terkecil dari masyarakat berfungsi sebagai tempat pendidikan yang

paling utama. Dengan adanya perhatian dari orang tua, suasana rumah

yang damai, aman, dan sejahtera akan mendukung minat belajar dan

hasil belajar serta menunjang anak untuk berpikiran kritis. Sebaliknya

apabila suasana rumah kacau akan mengakibatkan minat belajar dan

hasil belajar yang buruk serta berpikiran kritis yang tidak berkembang

dan cenderung pasif.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah ikut membantu dalam membimbing anak agar

(47)

ada dalam hal menunjang berhasilnya pendidikan anak, pembagian

jam pelajaran dan disiplin sekolah.

3. Lingkungan Budaya

Lingkungan budaya mencakup hasil budaya dan teknologi

yang dapat dijadikan sumber belajar dan mengembangkan pikiran

kritis dan aktif dan dapat menjadi faktor pendukung pengajaran.

Dalam konteks ini termasuk sistem nilai norma dan adat kebiasaan.

4. Lingkungan Individu

Lingkungan individu meliputi individu-individu sebagai suatu

pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya. Lingkungan ini juga

dapat mempengaruhi proses belajar dan perkembangan pikiran aktif

untuk berpikir kritis.

2.2.3.6. Manfaat Ber pikir Kr itis

Elder & Paul (1996) menyebutkan bahwa berpikir kritis dapat

memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa, baik dalam hal

pemahaman materi maupun pemanfaatannya dalam kehidupan

sehari-hari. Manfaatnya adalah :

1. Mempelajari suatu materi secara mendalam dan lebih bertahan lama

2. Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari

3. Dapat menghubungkan materi yang dipelajari antar mata kuliah

4. Peningkatan kuantitas dan kualitas pertanyaan di ruang kuliah

5. Memahami suatu materi dengan lebih baik

(48)

7. Pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang disampaikan dosen

8. Meningkatkan kemampuan menulis siswa

9. Mampu mengaplikasikan hal-hal yang telah dipelajari di kampus

dalam kehidupan sehari-hari

10.Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

11.Mampu berkembang secara progresif saat proses pembelajaran.

2.2.3.7. Ber pikir Kr itis pada Remaja

Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seorang

remaja, baik di dalam maupun di ruang kuliah. Berikut mi adalah berpikir

kritis yang diperlukan oleh remaja dalam kehidupan sehari - hari:

1. Mencari dimana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang

didiskusikan

2. Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argument-agument

yang berbeda

3. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan.

4. Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengar

kesimpulan yang telah ditetapkan berdasarkan bukti-bukti yang

mendukungnya

5. Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna

dari argument yang disampaikan

6. Menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argument tersebut

(49)

2.2.4. Kepr ibadian

2.2.4.1. Penger tian Kepr ibadian

Beberapa orang bersifat pasif dan pendiam, sementara yang

lainnya ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi

karakteristiknya, seperti pendiam, setia, ambisius, atau suka bergaul, kita

mengkategorikan mereka dari segi sifat-sifat kepribadian. Menurut

Robbins (2001), kepribadian seseorang merupakan suatu konsep dinamis

yang menggambarkan pertumbuhan dan pengembangan dari system

psikologis keseluruhan dari seseorang. Menurut Behling dan Eikel tidak

ada ciri kepribadian yang sifatnya umum untuk suatu Negara atau suku

bangsa.

Kepribadian menurut Gibson, dkk (1996 : 156) adalah

serangkaian ciri yang relatif mantap, kecenderungan yang sebagian besar

dibentuk oleh faktor keturunan dan faktor sosial, kebudayaan, dan

lingkungan. Dalam mendefinisikan kepribadian kepribadian ada beberapa

prinsip pada umumnya yang diterima ahli psikologi, yaitu :

1. Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi. Apabila

tidak demikian maka individu itu tidak akan mempunyai arti.

2. Kepribadian kelihatannya disorganisasi dalam pola-pola. Pola ini

sedikit banyak dapat diamati dan diukur.

3. Walaupun kepribadian itu mempunyai dasar biologis, tetapi

perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkungan sosial dan

(50)

4. Kepribadian memiliki segi-segi yang dangkal, seperti sentiment atau

perasaan mengenai wewenang atau etika kerja.

5. Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dank has. Setiap orang

berbeda dari setiap orang lain dalam beberapa hal, sedangkan dalam

beberapa hal serupa.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang

yang dapat membedakan antara yang satu dengan yang lain.

2.2.4.2. Faktor -faktor Kepr ibadian

Kepribadian seseorang dewasa sekarang umumnya dianggap

terbentuk baik dari faktor lingkungan, dalam kondisi situasional

(Robbins, 2001 : 50-52)

1. Keturunan

Tiga arus riset yang berbeda membersihkan beberapa kredibilitas

kepada argumen bahwa hereditas atau keturunan memainkan satu

bagian penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Arus

pertama melihat pada tiang fondasi genetik dan perilaku tempramen

manusia di kalangan anak-anak kecil. Arus kedua mengemukakan

studi tentang dua anak kembar yang dipisahkan pada saat lahir. Arus

ketiga memeriksa konsistensi dalam kepuasan jabatan sepanjang

waktu dan sepanjang situasi.

(51)

Diantara faktor-faktor yang memberikan tekanan pada informasi

kepribadian adalah budaya. Lingkungan memainkan satu peran

penting dalam membentuk kepribadian kita.

3. Situasi

Situasi mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan terhadap

kepribadian. Kepribadian seorang individu, walaupun umumnya

stabil dan konsisten, justru berubah dalam situasi-situasi berbeda.

Permintaan yang bervariasi dari situasi yang berbeda menimbulkan

aspek yang berbeda dari kepribadian seseorang.

2.2.4.3. Teor i Kepr ibadian

Pendekatan teoritis dalam Gibson, dkk (1996 : 157) yang banyak

memahami kepribadian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1. Pendekatan ciri/sifat (trait Theories)

Menurut Allport, ciri merupakan bagian yang membentuk

kepnibadian, petunjuk jalan bagi tindakan, sumber keunikan

individu. Ciri (Trait) didefinisikan sebagai kecenderungan yang

dapat diduga, yang merupakan perilaku berbuat dengan cara yang

konsisten dan khas.

2. Teori Psikodinamis

Teori psikodinamis menurut Freud adalah susunan personalitas atau

kepribadian seseorang itu dapat menjelaskan dengan kerangka

ketidaksadaran. Freud percaya bahwa ada tiga hal penting yang saling

(52)

a. Identitas Din (ID)

Merupakan bagian dan kepribadian primitif dan tidak sadar, yang

menjadi gudang bagi perangsang pokok. Bagian ini bekerja secara

tidak rasional dan impulsif, tanpa mempertimbangkan apakah

hal-hal yang diinginkan itu mungkin atau dapat diterima secara

moral.

b. Superego

Adalah gudang nilai-nilai individu termasuk sikap moral yang

dibentuk oleh masyarakat. Superego dapat disamakan dengan hati

nurani.

c. Ego

Berfungsi sebagai penengah dalam pertentangan. Ego mewakili

gambaran seseorang mengenai suatu kenyataan fisik dan sosial.

Suatu gambaran mengenai apa yang akan menimbulkan sesuatu

dan hal-hal yang mungkin terjadi dalam dunia yang dialaminya.

Bagian dan tugas ego adalah memilih tindakan yang member

keputusan kepada desakan hati tanpa menimbulkan akibat yang

tidak dikehendaki.

3. Teori Humanistik

Teori ini menekankan pentingnya cara berpersepsi terhadap dunia

mereka dan kekuatan yang mempengaruhinya. Pendekatan Carl

(53)

mendengarkan apa dikatakan orang mengenai dirinya sendiri dan

memperlihatkan pandangan serta arti dan pengalaman orang-orang

tersebut. Roger berkeyakinan bahwa perangsang organisme manusia

yang paling mendasar adalah tertuju pada perwujudan diri, usaha

keras yang tents menerus untuk mewujudkan potensi yang melekat

pada dirinya.

2.2.5. Ker angka Pikir

2.3. Ker angka Pemikir an

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka

diagram kerangka pemikiran dari penelitian adalah:

><

Gambar 2.1. Ker angka Pemikiran

Kemampuan Komunikasi (X1) Berpikir Kritis (X2) Kepribadian (X3)

Mahasiswa (Y)

Mahasiswa S1 Akuntansi UPN “Veteran” Jatim

Mahasiswa S1 Akuntansi UNAIR

(54)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka piker , maka hipotesis yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini sebagai berikut: “Terdapat perbedaan kemampuan

komunikasi, berpikir kritis, dan kepribadian pada mahasiswa Program Studi

S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur dan Mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional Nazir (2005 : 126 ) adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau

menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Var iabel Ter ikat (X)

Variabel terikat dalam penelitian ini antara lain :

1. Kemampuan Komunikasi (X1)

Kemampuan komunikasi tidak hanya mengacu pada cara

dimana kita berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi meliputi

banyak hal seperti bagaimana cara kita menanggapi lawan bicara,

gerakan tubuh, serta mimik muka, nada suara kita dan banyak hal

lainnya.

2. Berpikir Kritis (X2)

Berpikir kritis merupakan penggalian makna suatu masalah

secara lebih mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan

dan pandangan yang berbeda-beda, dan menetapkan untuk diri

(56)

3. Kepribadian (X3)

Kepribadian merupakan ciri khas seseorang atau

karakteristik individu yang membedakan orang tersebut dengan

orang lain.

2. Var iabel Bebas (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah variabel

dalam bentuk kategori, di mana meliputi kategori mahasiswa S1

Universitas Airlangga yang diberi kode 1 dan mahasaiswa S1

Universitas Pembangunan Nasiona “Veteran” Jawa Timur diberi kode

2.

3.1.2. Pengukuran Var iabel

Skala pengukuran menggunakan instrument penelitian dengan

memberikan kuesioner, sedangkan teknik penyusunan skalanya

menggunakan metode perbedaan semantik (Semantik Differential Scale)

yaitu skala yang tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban

sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak

di sebelah kiri atau sebaliknya. Skala ini digunakan untuk mengukur

obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik (Sumarsono

2004; 25).

Skala pengukuran yang berupa data kuesioner dan skala interval

yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel bebas dan variabel

(57)

3.2. Tek nik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut (Sumarsono 2004 : 44) populasi adalah kelompok

subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang

berbeda dengan kelompok subyek/obyek orang lain, dan kelompok

tersebut dikenai generalisasi dari penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah 150 Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur tahun ajaran 2008 dan 221 Mahasiswa

Jurusan Akuntansi Universitas Airlangga tahun ajaran 2008.

3.2.2. Sampel

Menurut (Sumarsono 2004 : 44) sampel merupakan bagian dari

sebuah populasi, yang memiliki ciri dan karakteristik yang sama dengan

populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah probability sampling dengan teknik simple random

sampling yaitu teknik pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2006 : 93).

Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil digunakan

persamaan rumus SLOVIN (1960) yang dikutip Sevilla (1994) dalam

Umar (2009), yaitu :

n = 2

(e) N 1

N

(58)

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi yang diambil ( mahasiswa)

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, yaitu 10%

2 %) 10 ( 371 1

150 221

+ + =

n

n = 79 mahasiswa

n = Universitas Airlangga = 221 / 371 x 79 = 47 mahasiswa

n = Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

= 150/ 371 x 79 = 32 mahasiswa

Sehingga jumlah sampel yang di butuhkan dalam penelitian ini

sebanyak 79 mahasiswa yang terdiri atas 47 mahasiswa Universitas

Airlangga dan 32 mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur

3.3. Tek nik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu ataupun perseorangan (Umar, 2009 : 42). Data primer

(59)

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data

ini digunakan untuk proses lebih lanjut (Umar, 2009 : 42). Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari biro admik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur “Veteran” Jawa Timur

dan biro admik Universitas Airlangga berupa data jumlah mahasiswa

beserta masing-masing mahasiswa.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal mula pengambilan data. Sumber data

dalam penelitian ini diambil dari pengisian kuesioner pada mahasiswa

Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur dan mahasiswa Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk

keperluan penelitian (Nazir, 2005 : 174). Metode pengumpulan data dibagi

atas beberapa kelompok, yaitu :

a. Observasi langsung

Yaitu mengadakan pengamatan langsung di Universitas

(60)

Timur dan Universitas Airlangga untuk mengetahui gambaran yang

nyata mengenai data yang didapat dari wawancara atau kuesioner.

b. Wawancara

Merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab secara langsung dengan responden yang

diteliti untuk mendapat keterangan.

c. Kuesioner

Adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden

yang menyangkut dengan masalah penelitian. data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari biro admik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur “Veteran” Jawa Timur dan

Universitas Airlangga berupa data jumlah mahasiswa beserta IPK

masing-masing mahasisw

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Desripsi responden berdasarkan IPK pada Universitas Airlangga
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Perusahaan tersebut akan memiliki pengaruh perdagangan yang lebih besar dalam melakukan tawar-menawar dengan distributor dan pengecer karena

return yang diterima oleh pemegang saham (2) Variabel residual income tidak.. mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang

sebagai pelaku bullying memiliki karakteristik diantaranya : a) memiliki.. sikap positif terhadap kekerasan, b) impulsif, c) ingin mendominasi orang. lain, d) kurang

Tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mendeskripsikan penggunaan metafora pada komentar blog seword ditinjau dari kajian sosiopragmatik, (b) Mendeskripsikan pemanfaatan hasil kajian

Untuk menguji reliabilitas dapat digunakan program SPSS dengan menggunakan uji statistik Cronbeach Alpha yaitu, data atau instrumen itu dikatakan reliabel apabila

yang diberikan pada fluida yang di pompakan adalah energi kecepatan sehirrgga cairan berpindah karena adanya. perubahan energi kecepatan

To load firmware onto Pixhawk, install a mission planner application on your ground station computer.. Choose either Mission Planner (Windows) or APM Planner for (Windows, OS X,

Adian, Menyoal objektivisme ilmu pengetahuan, 48.. 61 John Locke memperkenalkan teori tabula rasa sebagai pijakan aksiomatik dalam teori filsafatnya. Menurut teori