SKRIPSI
Diajukan Oleh : ELIN DANIA 0711010040/FE/IE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tugas penyusunan skripsi ini dengan
judul
“ ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TUNGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO
BERJANGKA PADA BANK UMUM DI INDONESIA “
Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur di Surabaya.perijinan guna guna pelaksanaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN “ Jawa Timur di Surabaya. 3. Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT Selaku Kepala Program Studi Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur.
4. Kedua Orang Tuaku Beserta Semua Anggota Keluargaku yang tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan dorongan moral serta spiritualnya yang tulus kepada panulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Pembanguna Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya , Februari 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Dan Fungsi Bank ... 11
2.2.1.1. Jenis Bank... ... 12
2.2.1.2. Sumber Dana Perbankan... ... 14
2.2.1.3. Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 15
2.2.1.3.1 Teori Tingkat Suku Bunga... 18
2.2.1.4. Pengertian, Jenis Dan Fungsi Deposito ... 24
2.2.1.4.1. Pengertian Deposito... 24
2.2.1.4.2. Jenis-jenis Deposito ... 25
2.2.1.4.3. Fungsi Deposito ... 27
Tingkat Bunga Deposito ... 35
2.2.3. Pengertian Kurs………. 36
2.2.3.1. Sistem Kurs Berubah-ubah………... 37
2.2.3.2. Sistem Kurs Stabil ……… 38
2.2.3.3. Pengawasan Devisa ………. 39
2.2.3.4. Kurs Mengambang ……… 40
2.2.3.4.1.Keunggulan Dan Kelemahan Kurs Mengambang ………. 41
2.2.3.5. Hubungan Kurs Rupiah Terhadap Dlloar DenganTingkat Suku Bunga Deposito …… 43
2.2.4. Pengertian Inflasi ... .. 44
2.2.4.1. Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga Deposito ………. 49
2.2.5. Pengertian Uang Bereda……… 50
2.2.5.1. Teori Permintaan Uang……….. …... 53
2.2.5.1.1. Teori Kuantitas Uang……… 53
2.2.5.1.2. Teori Permintaan Uang Keynes…. 54 2.2.5.2. Teori Penawaran Uang ……….. 56
2.3. Kerangka Pikir ... 61
2.4. Hipotesis ... 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 65
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 67
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 67
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 68
3.4.1. Teknik Analisis ... 68
3.4.2. Uji Hipotesis ... 71
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………... 78
4.1.1. Kondisi Geografis... 78
4.1.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Bank Umum… 78
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 79
4.2.1. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Dposito... 80
4.2.2. Perkembangan Likuiditas Bank ... 81
Linier Unbiased Estimator) ... 85
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 89
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ………..…... 90
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...…... 92
4.3.4. Pembahasan………...………... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan... 100
5.2.Saran... 102
Gambar 1 : Kurva Permintaan Dana Tabungan...20
Gambar 2 : Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang……...23
Gambar 3 : Kurva Demand Pull Inflation...45
Gambar 4 : Kurva Cost Push Inflation...45
Gambar 5 : Kurva Teori Tingkat Inflasi Keynes...48
Gambar 6 : Kurva Uang Untuk Spekulasi...55
Gambar 7 : Kurva Permintaan Uang Kas Pada Tingkat Bunga...56
Gambar 8 : Kurva Efek Jumlah Uang Terhadap Tingkat Bunga...60
Gambar 9 : Kerangka Pikir………...63
Gambar 10 : Kurva Distribusi Kreteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis………...72
Gambar 11 : Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan ...74
Gambar 12 : Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis Secara Simultan……...75
Gambar 13 : Kurva Statistik Durbin Watson...86
Gambar 16 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas (X2) Trhadap Suku Bunga Deposito
(Y)………...94 Gambar 17 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat
Inflasi (X3) Terhadap Suku Bunga Deposito
(Y)………...96 Gambar 18 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah Uang
Beredar (X4) Terhadap Suku Bunga Deposito
2009...80
Tabel 2 : Perkembangan Likuiditas Bank Than 1995-2009...81
Tabel 3 : Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1995-2009……...………...82
Tabel 4 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1995 – 2009...83
Tabel 5 : Perkembangan Jumlah Uang Beredar Tahun 1995-2009...84
Tabel 6 : Tes Multikolinier...87
Tabel 7 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi...88
Tabel 8 : Analisis Varian (ANOVA)………...….90
Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel X Terhadap Y...92
Oleh :
Elin Dania
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui likuiditas bank, kurs valuta asing, tingkat inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum dan untuk mengetahui faktor uang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun waktu lima belas tahun (1995-2009), dimana data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia Jawa Timur. Model analisis ini menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 5,551 > Ftabel sebesar 3,48
maka H0 ditolak dan Hi diterima. Sedangkan uji pengaruh masing-masing variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t, yaitu variabel likuiditas bank thitung sebesar -0,620 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara
parsial likuiditas bank (X1) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap
tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Variabel kurs valuta asing (X2) thitung sebesar 0,316 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara
parsial kurs rupiah terhadap US$ (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap
tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Variabel tingkat inflasi (X3) thitung sebesar 2,412 > ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial
tingkat inflasi (X3) berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito pada
bank umum di Indonesia (Y). Variabel jumlah uang beredar (X4) thitung sebesar
-0,778 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial jumlah uang beredar (X4)
tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap tingkat suku bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, maka diketahui bahwa likuiditas bank (X1), kurs valuta asing (X2), tingkat inflasi (X3),
dan jumlah uang deredar (X4) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku
bunga deposito pada bank umum di Indonesia (Y). Dan dari semua variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah tingkat inflasi (X3).
Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan di Indonesia dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada kestabilan perekonomian bangsa. Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997 bangsa indonesia mengalami krisis moneter sehingga menyebabkan ketidakseimbangan faktor-faktor ekonomi dan hal ini juga berdampak luas pada seluruh sendi perekonomian dan tatanan kehidupan termasuk perbankan di Indonesia. Kendala tersebut menjadi salah satu penyebab semakin terbatasnya dana pemerintah untuk pembangunan. (Muslicah, 2001 : 1)
Pelaksanaan pembangunan Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi diharapkan akan membawa hasil yang nantinya dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia. Maka dalam hal ini diperlukan adanya pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan sebaik mungkin. Lembaga-lembaga perekonomian bahu membahu dalam mengelola dan menggerakkan seluruh potensi ekonomi agar berdaya guna dan berhasil guna secara optimal. (Wijaya, 1998:32)
terutama sekali dalam membiayai berbagai aktifitas yang berhubungan dengan uang selain itu lembaga perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Bank sebagai lembaga keuangan, memiliki usaha pokok yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat untuk jangka tertentu secara efektif dan efesien. Sebagai lembaga keuangan bank sangat dibutuhkan masyarakt karena itu pengaturan gerak langka perbankan sangat erat kaitanya dengan kebijaksanaan moneter pemerintah sebagaimana erat kaitannya bank dengan uang. Dengan kebijaksanaan moneter pemerintah dapat mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga bank meskipun tidak secara langsung ikut menetapkan besar kecilnya suku bunga bank tersebut. (Suyatno, 2001: 23)
Sejalan dengan cepatnya proses pembangunan nasional perbankan Indonesia. Akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang pesat yaitu dengan dihasilkannya jumlah produk-produk perbankan seperti giro, tabungan, deposito dan sebagainnya.
saat ini sektor ini belum kembali pulih seperti sebelumnya dengan melihat serta mempelajari kembali berbagai produk atau jasa yang ditawarkan oleh sector perbankan menjadi sangat dibutuhkan.
Efek dari kebijaksanaan tersebut bank-bank swasta maupun pemerintah menaikkan suku bunga. Tentunya keadaan ini bukan gejala yang baik bagi perekonomian dalam negeri. Upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah uang beredar melalui kebijaksanaan moneter dengan menaikkan tingkat bunga sejalan dengan likuidity theory dari Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat bunga adalah arah yang berlawanan atau dengan perkataan lain jika jumlah uang beredar turun, ceteris paribus, tingkat bunga naik dan sebaliknya.
Adapun kondisi tingkat bunga di Indonesia tinggi atau rendahnya tidak hanya dapat dijelaskan dengan kondisi riil uang beredar, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh aktifitas ekonomi lain, seperti inflasi, terutama harapan inflasi masyarakat. Hal tersebut didasarkan atas adanya ekspansi kebijaksanaan moneter, kecepatan dan kekuatan respon dari pendapatan nasional terhadap ekspansi moneter.
tingkat bunga, peningkatan produk-produk nasional mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berbanding terbalik dengan tingkat bunga sedangkan tingkat inflasi menyebabkan pertimbangan kebijaksanaan tingkat bunga dan berbanding terbalik dengan kebijaksanaan tingkat inflasi, tinggi inflasi mempengaruhi kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat bunga.
Perkembangan tingkat suku bunga deposito berjangka yang mengalami fluktuasi mendasari perlunya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan tingkat tingkat suku bunga deposito berjangka terutama pada bank swasta nasional di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Apakah likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Setelah melihat latar belakang dan pernasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di capai sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui apakah faktor-faktor likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia.
2. Ingin mengetahui faktor mana di antara faktor likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar yang berpengaruh lebih kuat satu dengan yang lainnya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui kondisi dan perkembangan tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia yang di pengaruhi oleh likuiditas bank, kurs valuta asing (rupiah terhadap US $), tingkat inflasi dan jumlah uang beredar.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang berhubungan dengan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membuat kebijakan.
2.1 Hasil – Hasil penelitian terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
tingkat bunga, pernah disampaikan oleh beberapa peneliti :
1. Purwitasari 2002 : ix
Dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Penentuan Besarnya Tingkat Suku Bunga Tabungan di
indonesia ”. Dengan variable terikat (Y) ialah tingkat tabungan di
Jawa Timur. Sedangkan variable bebas meliputi jumlah uang
beredar (X1), pengeluaran pemerintah (X2), produk domestik
bruto (X3), tingkat inflasi (X4). Dari hasil analisis dengan
menggunaka uji-F diketahui F- hitung sebesar 4,928 lebih besar
dari F-tabel sebesar 3,63 yang berarti secara simultan jumlah uang
beredar, pengeluaran pemerintah, produk domestik bruto dan
tingkat inflasi secara bersama – sama dan berpengaruh terhadap
tingkat bunga di Jawa Timur (Y). Berdasarkan hasil uji-t diketahui
terdapat dua variabel bebas yang tidak siknifikan yaitu nilai
t-hitung 2,102 untuk jumlah uang beredar dan nilai t-t-hitung 0,369
untuk tingkat inflasi yang berarti lebih kecil dari t-tabel 2,262
sedangkan untuk pengeluaran pemerintah diperoleh t-hitung 3,528
diperoleh t-tabel -2,660 lebih kecil dari t-tabel -2,262 yang berarti
secara parsial variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap deposito berjangka pada bank umu di indonesia
(Y). Variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat bunga
tabungan di indonesia yaitu variabel pengeluaran pemerintah dari
nilai t-hitung yang besar.
2. Kuspina 2003 : ix
Jurnal ekonomi berjudul “Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Terhadap Deposito
Berjangka pada Bank Pemerintah di Jawa Timur”. Dengan
variabel terkait (Y) ialah tingkat suku bunga deposito. Sedangkan
variabel bebas meliputi inflasi (X1), nilai tukar rupiah terhadap
dollar (X2), jumlah uang beredar (X3) hasil analisis disimpulkan
bahwa secara simultan menunjukan adanya hubungan yang nyata
antara variabel bebas inflasi di Jawa Timur, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, dan jumlah uang beredar terhadap variabel terikat
terhadap deposito berjangka di Jawa Timur. Hal ini diketahui dari
uji-F yaitu diperoleh F- hitung 13,775 > F- table 3,59 sedangkan
secara persial variabel terhadap deposito berjangka di Jawa Timur
(X1) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka pada bank
umum di Jawa Timur (Y) dengan pengujian uji-t dimana t-hitung
6,372 > t-tabel 2,201, nilai tukar rupiah terhadap dollar (X2) tidak
dimana t-hitung 1,468< t- table 2,201, dan variable jumlah uang
beredar (X3) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka di
Jawa Timur (Y) dimana t-hitung -2,474<t-tabel -2,201.
3. Leksono 2003 : ix
Jurnal ekonomi berjudul “ Pengaruh Kurs Valas,
Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Jawa Timur”.
Dengan variabel terkait (Y) ialah deposito. Sedangkan variabel
bebas meliputi kurs valas (XI), inflasi (X2) jumlah uang beredar
(X3). Hasil analisis disimpulkan bahwa dari penelitian ini secara
simultan menunjukan adanya hubungan yang nyata antara variabel
bebas kurs valas, jumlah uang beredar dan deposito berjangka pada
bank umum di Jawa Timur. Hal ini diketahui dari uji-F yaitu
diperoleh F-hitung 13,563 > F-tabel 3,59 sedangkan secara persial,
variabel kurs valas (X1), berpengaruh nyata terhadap deposito
berjangka pada bank umum di Jawa Timur (Y) dengan
menggunaka uji-t dimana t-hitung 1,470 <t-label 2,201, dan jumlah
uang beredar (X3) berpengaruh nyata terhadap deposito berjangka
pada bank umum di Jawa Timur (Y) dimana dihitung 6,288>
4. Kurniawati 2004 : x
Dengna judul penelitian “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Suku Bunga Deposito berjangka pada PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (persero) Tbk” Dengan variabel terikat
(Y) ialah suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk.
Sedangkan variabel bebas meliputi tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) (X1), kurs rupiah terhadap dollar (X2),
produk domestik bruto (X3), Singapura Interbank Offer Rate (X4).
Dari hasil analisis dari penelitian ini yaitu secara simultan
menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas
tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap US $, produk
domestik bruto dan singpura interbank offer rate terhadap suku
bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk, Dapat diketahui dari
uji-F yaitu diperoleh F-hitung = 52,808>F-tabel = 3,06 sedangkan
secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI (X1) berpengaruh
nyata terhadap suku bunga deposito pada PT. BRI (persero) Tbk
(Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung = 4,882 > t-tabel =
2,131, variabel kurs rupiah terhadap US $ (X2) berpengaruh nyata
terhadap suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(persero) Tbk (Y) dimana t-hitung = 2,410> t-tabel = 2,131,
variabel produk domestik bruto (X3) berpengaruh nyata terhadap
suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)
singapura interbank offer rate (X4) tidak berpengaruh terhadap
suku bunga deposito pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)
Tbk (Y) dengan menggunakan uji-t dimana t-hitung
=-1,061>-t-tabel =-2,131.
5. Sunardi, (2003 : 8)
Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang mempengaruhi
suku bunga” Berdasarkan kesimpulan analisis yang ditulis oleh
penulis bahwa penghitung suku bunga pinjaman yang
menggunakan weighted Average Cost Of Fund biaya sumber dana
bank serta konstribusi dan spread yang diinginkan ikut serta di
perhitungkan. Didalam perhitunmgan kredit. Faktor yang tidak
boleh di tinggalkan adalah adanya provinsi dan komisi yang harus
dipungut bersamaan dengan persetujuan dan pencarian kredit
tersebut besarnya provinsi bervariasi, tergantung dari jumlah kredit
dan hubungan baik dengan nasabah dan bank.
Didalam penelitian terdahulu telah dinyatakan bahwa
tingkat suku bunga di bank umum dapat meningkat dengan adanya
faktor yang mempengaruhinya antara lain likuiditas bank, kurs
valuta asing (Rupiah terhadap US $), tingkat suku bunga dan
sebagainya. Hasil penelitian terdahulu pernah menjelaskan bahwa
faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap peningkatan tingkat
suku bunga tabungan di bank umum, dan hasil penelitian terdahulu
2.2 Landasan teori
2.2.1 Pengertian dan Fungsi Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya
dalam rangka meningkatkan keuangan yang kegiatan utamanya
adalah meminjamkan uang yang disimpan kepadanya. Lembaga
keuangan ini akan mendorong masyarakat untuk menyimpan
uangnya, dengan di beri balas jasa sebagai pendapatanya berupa
bunga atas simpananya. (Poli, 2002 : 253)
Menurut UU No : 10 Thun 1998 fungsi utama bank adalah
penghimpunan dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan menurut
Reed, Cotter, Gill, Smitli, dalam buku Commercial Banking,
mengatakan bahwa perbankan (Khususnya bank-bank
komersial/bank umum) m empunyai beberapa fungsi, diantaranya
adalah pemberian jasa-jasa yang semakin luas meliputi:
1. Pelayanan dalam mekanisme pembayaran (transfer of funds)
2. Menerima tabungan
3. Memberikan kredit
4. Pelayanan dalam vasilitas pembayaran perdagangan luar negeri
5. Penyimpanan barang-barang berharga
6. Trush service, yaitu jasa-jasa yang diberikan dalam bentuk
Dengan demikian, sebagian besar dana yang berada di bank adalah
milik penabung dan deposen. (Suyatno,: 2001 : 2)
1. Agent of trust
Adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya
untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk
masyarakat.
2. Agent of Development
Bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong
kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan
kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam
proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi .
Di Indonesia pengemban tertinggi atas dua fungsi diatas
terletak pada bank Indonesia selaku bank sentral dan bank-bank
umum.
2.2.1.1 Jenis Bank
Menurut UU pokok perbankan No. 10 tahun 1998
tentang jenis bank, bank Indonesia terdiri hanya dua jenis
yakni:
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara
dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip konvensional atau
berdasarkan prinsip syari ah yang ada dalam
kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Selain itu di indonesiajuga terdapat bank sentral yakni Bank
Indonesia (BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana di
tetapkan dalam UU No : 23 Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Santoso, 1003:1)
Selain itu bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan
serta mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi
sebagai lembaga Pembina dan pengawas bank-bank umum dan
bank perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam
2.2.1.2 Sumber Dana Perbankan
Dalam garis besarnya sumber dana bagi sebuah bank ada tiga (Suyatno,
2001 :32) yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri
Adalah dana berbentuk model sektor yang berasal dari
para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta
keuntungan bank yang belum di bagikan kepada
pemegang saham.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Dana yang berasal dari masyarakat luas itu terdiri dari :
1. Simpanan Giro (demand deposit)
Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan
mempergunakan cek surat perintah pembayaran
lainya atau dengan cara pemindah bukuan.
2. Simpanan Deposito (time deposit)
Adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga
3. Tabungan (saving)
Adalah tabungan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikanya hanya dapat dilakukan dengan
syarat-syarat tertentu.
4. Setoran jaminan
Adalah dana yang mengendap yang berasal dari
nasabah sebagai akibat dari pembukaan ataupun
permintaan jaminan bank.
5. Dana dari transfer
Selama uang yang di transfer belum di ambil dari
bank maka uang tersebut merupakan salah satu
sumber dana yang diperhitungkan oleh bank.
2.2.1.3 Pengertian tingkat suku bunga
Suku bunga adalah harga yang di bayar “pinjaman” (debitur)
kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian
sumber dana seluruh interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman
yang diberikan disebut principal, dan harga yang dibayar biasanya
di ekspresikan sebagai presentasi dari principal per/unit waktu
Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau untuk
jangka wktu tertentu atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Sama halnya
dengan harga barang-barang lain, apabila jumlah dana yang
ditawarkan kreditur lebih kecil dari yang diminta debitur, maka
tingkat bunga cenderung naik. Begitu pula sebaliknya. Pengertian
tingkat bunga sebagai harga bisa juga dinyatakan sebagai harga
yang harus dibayar apabila terjadi petukaran antara satu rupiah
sekarang dan satu rupiah di masa yang akan datang. Dengan
demikian tingkat bunga berkaitan sekali dengan kurun waktu di
dalam kegiatan ekonomi sehari-hari (Boediono 1996 : 2)
Tingkat bunga memerankan peran penting bagi kalangan
perekonomian khususnya rumah tangga dalam membuat keputusan
mengenai pembelian barang-barang tahan lama, membeli rumah,
membeli obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabungannya ,
tingkat bunga yang tinggi dapat menghalangi seseorang untuk
membeli barang kebutuhan karena onkos pembiayaanya akan
tinggi, di lain pihak tingkat bunga yang tinggi dapat mendorong
orang untuk menabunmg karena memungkinkan untuk
memperoleh penghasilan bunga yang lebih banyak. Suku bunga
juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau
pimpinan perusahaan melakukan investasi pada proyek baru atau
Yang paling penting lagi tingkat bunga riil, yaitu tingkat
bunga setelah disesuaikan dengan yang diharapkan. Selain
mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan investasi, tingkat riil
mempunyai implikasi besar terhadap kesejahteraan debitur maupun
kreditur karena mempengaruhi cara bagaimana kekayaan riil di
diredistribusikan diantara mereka. Tingkat bunga riil juga
mempengaruhi kurs di pasar internasional. Melalui kurs, perubahan
tingkat bunga riil menentukan biaya impor. Jika faktor-faktor lain
tetap, kenaikan tingkat bunga riil di dalam negeri akan menarik
dana dari luar negeri sehingga menaikkan nilai mata uang
domestic. Naiknya nilai mata uang domestic akan mengakibatkan
lebih mahalnya barang-barang domestic dimata orang-orang asing,
dan sebaliknya barang luar negeri menjadi lebih murah di pasar
domestic. (Puspopranoto, 2004:12)
Bunga dapat dipandang dari dua sudut pandang yang
berbeda dan mempunyai arti yang berbeda pula. Pertama adalah
dilihat dari sudut pandang yang mempunyai dana atau modal atau
yang membarikan kredit, maka bunga dalam hal ini adalah
merupakan pendapatan. Kedua dipandang dari sudut pandang yang
memerlukan dana atau yang meminjam dana atau yang mengambil
kredit, maka bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh
debitur sebagai imbalan atas penggunaan dana yang telah ia
atas dana atau uang atau modal yang telah dipergunakan
(Hariyanto, 1997 : 36)
Tingkat bunga sebagai indikator moneter merupakan variabel
yang memberikan informasi atau sasaran kebijaksanaan moneter
telah mencapai sasaran yang diinginkan. Pemerintah mempunyai
peranan yang besar dalam menetapkan tinggi rendahnya tingkat
bunga meskipun tidak mutlak. Penjelasan diatas memberikan
masukan bagi kita bahwa tingkat bunga merupakan satu alat yang
penting untuk mengendalikan berbagai masalah dalam bidang
perbankkan yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat.
2.2.1.3.1 Teori Tingkat Suku Bunga
Ada banyak teori tentang tingkat suku bunga. Berikut ini disampaikan
beberapa diantaranya:
1. Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory.
Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat
suku bunga dalam ekonomi dengan mengkaji mengapa
orang-orang menabung dan mengapa orang lain meminjam.
Factor utama yang mempengaruhi keputusa untuk
menmabung adalah preferensi pilihan waktu marginal
sebagian konsumsi sekarang dengan konsumsi di masa
depan (Fbozzi, 1999 : 204).
Faktor lain yang mempengaruhi keputusan menabung
adalah penghasilan. Secara umum, semakin tinggi
penghasilan berjalan, semakin banyak uang yang akan
ditabung, walaupun individu-individu yang memiliki
tingkat penghasilan yang sama mungkin memiliki time
preference yang berbeda-beda. Variabel ketiga yang
mempengaruhi keputusan untuk menabung adalah balas
jasa (kompensasi) bagi tabungan atau tingkat bunga untuk
pinjaman yang diberikan oleh para penabung (Fabozzi,
1999:205).
Teori ini menyatkan tingkat suku bunga umum
ditentukan oleh interaksi komplrks dari dua faktor, pertama
adalah total permintaan dana oleh para nasabah debitur.
Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku bunga.
Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat suku bunga
adalah total penawaran dana dari para nasabah kreditur,
penawaran berhubungan positif dengan suku bunga, jika
Berikut kurva yang menggambarkan terjadinya
tingkat bunga keseimbangan di pasar investasi (loanable
funds) dalam suatu periode.
Gambar 1: Kurva Permintaan Dana Tabungan
Suku bunga (%)
Investaasi
Sumber : Fabozzi, 1990, Pasar dan Lembaga Keuangan,
Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, hal 205
Hubungan antara total tabungan dengan suku bunga
digambarkan sebagai kurva penawaran yang bergerak
ke atas (S), yang menghubungkan jumlah investasi
pada sisi vertikal. Permintaan total terhadap pinjaman
(pendapatan pinjaman yang tidak di konsumsi) dalam
suatu perekonomian, sebagai fungsi dari suku bunga,
terlihat sebagai garis yang menurun ke bawah (I).
S i
Penawaran akan dana investasi (S) betemu dengan
permintaan dana investasi (I) di pasar dana investasi
(loanable funds) dan disitu tercipta tingkat bunga
keseimbangan yang diberi lebel Si. Faktor penentu utama dari
bentuk kurva S adalah rate of time preference para penabung,
dan faktor penentu utama dari kurva I adalah marginal
product dari capital. Jadi tingkat bunga berubah, yang satu
kerena perubahan subyektif para pelaku ekonomi, yang lain
karena perubahan teknologi (Boediono, 1996:82).
Pada masa sekarang masyarakat cenderung untuk
menabung karena faktor pendapatan dan faktor keamanan.
2. Teori Keynes (liquidity preference)
Teori ini menganalisis suku bunga keseimbangan melalui
interaksi penawaran dengan permintaan uang. Keynes
mengansumsikan bahwa sebagian besar individu memegang
kekayaan hanya dalam bentuk “uang” dan “obligasi” menurut
Keynes uang ekivalen dengan valuta dan rekening dan giro
(demand deposit), yang tidak membayar bunga (bunga sangat
sangat rendah), tetapi sangat likuid dan bisa digunakan bagi
transaksi. Obligasi menurut Keynes mewakili kategori yang luas
dan meliputi asset-aset keuangan jangka panjang yang membayar
aset-aset ini bervariasi dan berhubungan terbalik dengan tingkat
suku bunga (Fabozzi, 1999:209)
Menurut teori ini ada tiga motif (yakni, transaksi berjaga-jaga
dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang
tunai. Tiga motif inilah merupakan sumber timbulnya permintaan
akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Artinya
permintaan akanuang menurut teori Keynes berlandaskan dari
konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap
likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Keinginan tetap likuid
inilahbersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang.
Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung
antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat
bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi
permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan
kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono, 1996:20)
Hubungan negatif antara suku bunga dengan permintaan terhadap
uang digambarkan sebagai kurva D yang menghubungkan suku
bunga dengan jumlah uang dalam perekonomian, pada tingkat
pendapatan dan ekspektasi tertentu. Berikut kurva yang
Gambar 2: Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang
Suku bunga (%)
i
i
0 MS D Penawaran Uang
Sumber : Fabozzi, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan,
Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta hal 210
Penawaran uang sebagai garis vertikal, MS, dan garis diatas
“MS” mengindikasikan bahwa kuantitas tidak bervariasi dengan
perubahan suku bunga. Keseimbangan dalam pasar untuk
menghendaki total permintaan uang sama dengan total
penawarannya. Dalam kurva diatas suku bunga keseimbangan
adalah Suku bunga ekuilibrium bisa berubah jika terjadi perubahan
dalam variabel apapun yang mempengaruhi kurva permintaan atau
penawaran. Pada sisi permintaan, Keynes mengemukakan dua
variabel penting yakni, tingkat pendapatan dan tingkat harga
barang dan jasa. Kenaikan penghasilan, cateris paribus, menaikan
nilai likuiditas uang serta menggerakkan kurva permintaan kekanan
Keynes berpendapat bahwa, peningkatan penawaran uang
akan menggerakkan kurva penawaran kekanan, dan menurunkan
suku bunga ekuilibrium, begitupun sebaliknya penurunan
penawaran uang akan menaikkan suku bunga (Fabozzi, 1999:210).
2.2.1.4 Pengertian, jenis dan Fungsi Deposito
2.2.1.4.1 Pengertian Deposito
Arti deposito berjangka (time deposit) menurut UU No:7
tahun 1992 tentang pokok-pokok perbankan. Adalah simpanan pihak
ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu menurut perjanjian pada pihak ketiga dan bank
yang bersangkutan. Bila waktu yang ditentukan telah habis. Deposen
dapat menarik deposito berjangka tersebut atau memperpanjang dengan
suatu periode yang ditentukan.
Secara makro, bagi bank deposito merupakan sumber likuiditas.
Bila likuiditas bank dapat menaikkan suku bunga untuk m enarik dana
deposito berjangka. Dana deposito digunakan juga sebagai bentuk
pinjaman.
Secara makro, sebagai alat stabilitas moneter dengan menaikkan
suku bunga untuk menarik dana deposito berjangka. Sehingga terjadi
Menempatkan dana dalam deposito berjangka memerlukan periode
waktu tertentu mengendap di bank memperoleh keuntungan bunga
dalam jumlah tertentu. Periode waktu ini biasanya, 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, dan 12 bulan. Pengambilan deposito yang belum jatuh tempo
akan di kenai pinalti, berupa denda yang ditentukan oleh bank.
Dalam hal ini deposito merupakan sarana investasi jangka
menengah dimana masyarakat dapat menentukan sendiri jatuh tempo
yang diinginkan. Penentuan jangka waktu sangat penting dalam investasi
ini. Bila masyarakat sudah cukup memiliki dana yang dan ingin
mendapatkan bunga tetap selama jangka waktu tertentu, produk deposito
dapat menjadi pilihan. Tapi bila kebijakan investasi yang diinginkan
adalah penembangan dari dana awal, maka masih ada produk lain yang
lebih memingkinkan. Anda mendapatkan pengembalian yang yang lebih
tinggi dengan resiko yang tetap terukur.
2.2.1.4.2 Jenis-jenis Deposito
Deposito atau dana yang bersumber dari masyarakat ini, pada
dasarnya dibedakan menurut sifat dan ketentuan yang mengatur tersebut.
Adapun dana yang berasal dari simpanan masyarakat ini terdiri dari
1. Deposito Berjangka (time deposit)
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan
menurut jangka waktu tertentu. Deposito berjangka
diterbitkan atas nama baik perorangan atau lembaga.
Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau
setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik tunai
maupun non tunai.
2. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu
2,3,6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas
unjuk dalam berbentuk sertifikat. Artinya didalam sertifikat
deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum
tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjual
belikan pada pihak lain. Pencairan bunga dapat dilakukan
di muka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun
non tunai.
3. Deposit on Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari
dan paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas
nama dan biasanya dalam jumlah yang besar (tergantung
bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dapat dilakukan
dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan
bank penerbit Besarnya bunga ditentukan dengan negoisasi
terlebih dahulu antara pihak bank dengan nasabah. (Kasmir
2002:94).
2.2.1.4.3 Fungsi Deposito
Fungsi deposito ataupun dana yang ditanamkan masyarakat dalam
investasi perbankan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Deposito berjangka pada hakekatnya adalah sebagai alat
pengaman kekayaan. Deposito memberikan rasa aman kepada
pihak-pihak yang memilki kekayaan dalam bentuk uang.
2. Mengurangi sifat konsumtif yang ada pada masyarakat,
dikarenakan dengan menyimpan dana dalam bentuk deposito
masyarakat tidak dapat sewaktu-waktu mengambil dananya
yang berada di bank tersebut.
3. Bila deposito meningkat, hal ini menunjukan bahwa dunia
perbankan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini
perbankan dapat bertindak dalam mempertemukan pihak-pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang kelebihan
2.2.1.5 Teori Investasi
Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung
berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang
modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi
faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko
(2000: 84) terdapat 2 teori, yaitu:
a. Teori Klasik
Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas
(marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini
besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi
ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat
bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan
bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi
daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal
itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.
Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh
para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip
maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu
perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan
sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada
jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu
1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi
lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi
merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir
tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.
2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah
bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi
itu.
b. Teori Keynes
Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan
untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep
Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu
akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.
Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu
(Suparmoko, 2000: 84):
1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam
masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu,
semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi
maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI
menurun.
2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang
2.2.1.5.1 Macam-Macam Investasi
Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya
sebagai berikut:
1. Autonomous Invesment dan Induced Investment
Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang
besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat
berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar
pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang
mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat
teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan
sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau ( investasi
terpengaruh ) adalah investasi yang besar kecilnya sangat di pengaruhi
oleh tingkat pendapatan , makin tinggi tingkat pendapatan maka
makin tinggi pula investment .
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public
investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal,
investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private
Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di
dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan
peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.
Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih
diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi
rakyat banyak.
3.Domestik Investment dan Foreign Investment
Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri,
sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.
Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau
faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi
modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang
dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang
ada termanfaatkan.
4 .Gross Investment dan Net Investment
Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang
diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian
investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak
ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif.
Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara
investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto
tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi
bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi,
1994: 161).
2.2.2 Pengerttian likuiditas bank
Secara umum likuiditas bank dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk memenuhi kewajiban membayar uang kas apabila diperlukan.
Devisi ini bersifat umum dan mungkin dapat diperlukan pada perorangan
dan lembaga perusahan apa saja termasuk perusahaan perbankan. Dalam
pengertian seperti ini, likuiditas bank mempunyai peranan yang penting
bagi suatu perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan bank dalam
memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek, sedangkan pengertian
likuiditas bank terdiri dari tiga unsur yaitu jumlah dana, biaya dana, dan
waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.
Semakin besar jumlah dana yang didapat oleh suatu bank dalam
waktu tertentu untuk memenuhi likuiditasnya, dan dengan biaya yang
ditetapkan, semakin likuid bank tersebut semakin cepat suatu bank
memperoleh sejumlah dana dengan waktu tertentu, semakin tinggi pula
tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Selanjutnya semakin rendah
biaya dana yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, maka semakin
likuid pula bank yang bersangkutan. ( Burn, 1984 :128 )
Likuiditas yang diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban financialnya jangka pendek yang segera harus
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar
dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar belum tentu memenuhi segala kewajiban finansialnya
yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut
belum mampunyai kemampuan membayar (Rianto, 1990:18).
Jika kekuatan membayar bank dapat ditunjukkan dengan
kepemilikan alat-alat membayar seperti asset dan alat-alat likuit,
sedangkan kemampuan membayar adalah pemanfaatan alat-alat sebagai
kekuatan membayar.
Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila
kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat
memenuhi semua kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi
dikatan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknnya yang
tidak mempunyai kamampuan membayar adalah illikuid. Apabila
kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada
pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Apabila
kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban financial
untuk menyelenggarakan proses produksi maka disebut likuiditas
perusahaan.
Berdasarkan asumsi diatas maka pengertian likuiditas dimaksudkan
dapat disamakan dengan uang tunai disuatu pihak dengan jumlah hutang
lancer dipihak lain.
Didalam likuiditas bank maka terdapat beberapa aspek yaitu :
a. Implikasi dari ketidak seimbangan antara pinjaman –
pinjaman bank umum dan deposito untuk tujuan moneter.
b. Sejauh mana kelebihan likuiditas dalam kenyataan benar –
benar ada dalam bank – bank.
Asumsi tentang deposito dengan uang kartal yang
menunjukkan tentang likuiditas bank, terlihat sangant jelas banyak
deposito. Hal ini didukung dengan pemberian tingkat suku bunga
deposito yang tinggi sehingga orang cenderung untuk
mendepositokan uangnya dari pada harus menginvestasikan yang
lain. Kondisi seperti ini karena bank – bank komersial memiliki
kelebihan likuiditas, maka mereka cenderung untuk memberikan
pinjaman baik dengan uang kartal maupun dengan memciptakan
deposito tambahan. Dalam salah satu kasus terssebut, tambahan
pinjaman yang diberikan oleh bank – bank komersial akan
menaikkan penawaran uang (termasuk deposito berjangka) dalam
jumlah yang sama, sehingga jumlah klaim moneter yang lebih
besar masih akan dipinjamkan keluar seluruhnya. Ini merupakan
berapapun besarnya selalu dipinjamkan keluar oleh salah satu
bagian dari system moneter.
2.2.2.1 Hubungan Antara Likuiditas Bank Dengan Timgkat Bunga Deposito
Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga
uang, dan harga uang (bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money
supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia (money supply) rendah
maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang
yang tersedia (money supply) amat rendah, maka akan terjadi kesulitan
likuiditas yang pada akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris.
Krisis global yang terjadi saat ini diantaranya disebabkan karena rendah
jumlah uang yang tersedia terutama di Amerika Serikat akibat kredit macet
(subprime mortgage) yang berdampak kebanyak negara dan akhirnya
menimbulkan krisis keuangan global. Kredit macet yang terjadi di
Amerika Serikat tersebut disebabkan karena naiknya suku bunga kredit
dari 1 persen menjadi sekitar 5% untuk subprime mortgage tersebut.
Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah
yang tidak mampu membayar kreditnya. Kredit macet ini mencapai 1,2
triliun US $ yang mengakibatkan macetnya sistem keuangan AS dan
akhirnya kebanyak negara di dunia. Dari fakta ini jelas bahwa penyebab
krisis keuangan dan krisis ekonomi global di picu oleh harga uang alias
bunga (interest) yang tinggi atau naik. Dan krisis tahun 2007 – 2008 ini
barulah awal (Smick. 2008), akan menyusul krisis-krisis lain bila sistem
2.2.3 Pengertian Kurs
Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik
dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata
uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvaton,1994:
140).
Kurs tukar uang (exchange rate) adalah nilai tukar suatu mata uang
dengan mata uang lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan
dengan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara. Kurs valuta
asing dalam periode waktu dapat saja tetap nialinnya. Artinya tidak
mengalami perubahan dari waktu ke waktu dari waktu tersebut. Akan
tetapi pada umumnya biasanya kurs mata uang itu seringa mengalami
fluktuasi, bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang
besar.
Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal :
a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta
asing, selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para
pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perdagangan dalam waktu
pembayarannya.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak
sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat valuta pasar,
apabila transaksi jual beli valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan
perubahan permintaan dan penawarannya. Apabila pemerintah
menjalankan kebijaksanaan stabilitas kurs, tetapi tidak dengan
mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah
dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat di ubah dari waktu
ke waktu, pemerintahan juga dapat menguasai sepenuhnya transaksi valuta
asing. (Nopirin, 2000:172).
Adapun kurs valuta asing ada beberapa macam, antara lain :
a. Sistem kurs berubah-ubah
b. Sistem kurs stabil
c. Sistem pengawasan devisa (Exchannge control)
2.2.3.1 Sistem Kurs berubah-ubah
Dalm pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, bahwa
permintaan valuta asing perlukan guna melakukan transaksi pembayaran
luar negeri (impor), dan permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi
debit (importir) dalam neraca pembayaran internasional, sedangkan
penawaran valuta asing berasal dari eksportir dan berasal dari transaksi
2.2.3.2 Sistem Kurs stabil
Pada dasarnya kurs stabil berasal dari kebijakan pemerintah yang
berusaha menstabilkan kurs. Karena kurs bebas yang dapat menimbulkan
berbagai tindakan spekulasi yang tidak menentu di dalam perekonomian.
Kurs stabil dapat ditimbulakan karena :
• Aktif : stabilization funds
Yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabillitas kurs,
dan cara ini disebut dengan cara aktif yaitu dengan cara :
1. Pemerintah membeli valuta asing dipasar valuta asing,
apabila tendensi kurs valuta akan turun (yaitu dengan
menaikkan permintaan pemerintah, sehinggan turunnya
kurs dapat dicegah)
2. Pemerintah akan menjual valuta asing kepasar valuta asing,
apabila tendensi kurs valuta asing naik (yaitu dengan
menaikkan penawaran valuta asing sehingga meningkatnya
kurs dapat dicegah)
• Pasif : Gold Standart
Yaitu dimana suatu negara menggunakan standart emas sebagai
patokan terhadap kurs yang dipakai, dengan catatan :
1. Nilai mata uangnya dijaminkan denagn nilai seberat emas
tertentu.
3. Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam
jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah
ditetapkan pemerintah). (Nopirin, 2000 :175-177).
2.2.3.3 Pengawasan Devisa
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta
asing, dengan tujuan untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan
melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara
tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing di bandingkan
dengan permintaannya. Karena kondisi yang demikian maka pemerintah
melakukan kebijakan alokasi-alokasi di dalam penggunaan valuta asing
tersebut untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program pemerintah.
Sedangkan berdasarka waktunya kurs valuta asing dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu :
a. Kurs tukar untuk masa yang akan datang (Forward Exchange
Rate)
Yaitu karena kurs untuk mata uang yang sama dapat berbeda antara
saat ini dengan antara saat yang akan datang, sehingga timbul
adanya kliring, Hedging dan Spekulasi.
b. Kurs tukar saat ini (Spot Exchange Rate)
Didasari oleh permintaan dan penawaran akan valuta asing untuk
menjelaskan ada dan tidaknya intervensi pemerintah terhadap kurs
tukar valuta asing, yaitu :
1. Standart kurs tetap (fixed exchange standart)
Dimana para pejabat (penguasa bank sentral) berusaha
untuk mempertahankan agar kurs tukar pada dasarnya tetap
meskipun, apabila
kurs yang mereka pilih menyimpang dari kurs
keseimbangan yang berlaku. (Kindleberger, 1982 : 279).
2. Standart kurs mengambang (floating exchange standart)
Yaitu sistem tanpa campur tangan pemerintah atau
penguasa bank sentral.
2.2.3.4 Kurs Mengambang (floating Exchange Standart)
System kurs mengambang bercirikan kurs yang berfluktuasi
dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta
asing yaitu penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan
kurs, tingkat bunga dan valuta asing. Kurs mengambang merupakan
system kurs yang tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan
kompetetif dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah untuk
mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi
pasar dan juga perubahan factor-faktor yang mendasari permintaan dan
penawaran valuta asing. Factor-faktor ini dapat berasal dari pasar barang,
seperti perubahan tingkat bunga, tetapi dalam kedua kurs tersebut akan
berlaku. Dengan demikian pada momentum tertentu kurs mengambang
dapat diharapkan untuk menggabungkan dan mencerminkan informasi
yang relevan yang disebarkan ke masyarakat untuk penentuan kurs dan
pada tingkat ini dapat di anggap efisien secara alokatif.
Implikasinya adalah bahwa kurs mengambang akan lebih volatile
dari pada kurs tetap karena campur tangan pemerintah tidak akan
mengurangi efek “goyangan” / Fluktuasi kurs. Jadi folatilitas bukan
merupakan sifat dari kurs mengambang tetapi merupakan akibat dari
ketidak pastian ekonomi yang selalu ada dan merupakan akibat tiadanya
tindak stabilisasi oleh pemerintah. (Jamli, 1993 :209-210).
2.2.3.4.1 Keunggulan dan kelemahan kurs mengambang
Keunggulan kurs mengambang antara lain : (Jamli, 1993 : 213)
1. Karena system kurs mengambang dapat bekerja dengan efisien, kurs
mengambang dapat diharapkan untuk menyesuaikan secara otomatis
menjamin keseimbangan neraca pembayaran.
2. Karena kurs mengambang mencerminkan harga mata uanng yang
ditentukan pasar akan berperan dalam alokasi sumber-sumber yang efisien,
kurs yang mengambang dapat diharapkan untuk menaikkan efisiensi
alokasi sumber-sumber internasional.
3. Kurs mengambang dapat mendorong spekulasi yang menstabilkan dan
4. Kurs memberikan kemudahan ekonomi domestik dengan memindahkan
kendala neraca pembayaran eksternal, kebijaksanaan dalam negeri
mengenai kesempatan kerja penuh, misalnya, dapat diteruskan dengan
diperkenankan berfluktuasi untuk mempertahankan keseimbangan
eksternal.
5. Tiadanya kebutuhan untuk mempertahankan cadangan internasional,
menghilangkan biaya oportinas pemilikan cadangan dan campur tangan
pemerintah di pasar valuta asing.
6. Tidak adanya campur tangan pemerintah dan tiadanya pengendalian valuta
asing dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, politik, dan ekonomi.
Sedangkan kelemahan dari kurs mengambang antara lain :
1. Ketidakstabilan temporer atau silkis dan menjangkitka ketidak stabilan
harga yang dapat meredam perdagangan, dengan demikian mengurangi
kesejahteraan ekonomi semakin tidak elastis permintaan dan penawaran
valuta asing semakin besar volatibilitas kurs untuk setiap perubahan
permintaan dan penawaran, sehingga semakin besar ketidakstabilan harga
potensial yang sehubungan dengan volatabilitas.
2. Spekulasi yang merusak kestabilan dapat memperbesar volatabilitas kurs
dengan mendorong kurs secara progresif lebih jauh dari ekilibrium, namun
demikian spekulasi seperti itu pada dasarnya berjangka waktu pendek dan
hanya dapat dilangsungkan selama spekulan siap untuk menyebabkan
yang mendorong kurs ke atas tingkat keseimbangna yang ditentukan pasar
dan mendorong kurs menjauh.
2.2.3.5. Hubungan Kurs Rupiah terhadap Dollar dengan Tingkat Suku
Bunga Deposito
Di Indonesia kurs valas mengalami perubahan setiap waktu, ada
kalanya rupiah menganut mata uang asing pada saat kondisi Indonesia
stabil atau cenderung membaik dari kondisi sebelumnya, sebaliknya rupiah
akan melemah terhadap mata uang asing pada saat kondisi Indonesia
memburuk.
Hubungan atau pengaruh kurs terhadap indeks harga saham itu
sendiri sangat berkaitan erat, hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu
factor yang mempengaruhi indeks harga saham, sedangkan indeks harga
saham adalah dampak simultan dari berbagai kejadian utama pada
fenomena – fenomena ekonomi. Dalam perekonomian suatu Negara itu
biasanya dilihat dari kurs Negara itu sendiri terhadap kurs kurs valas.
Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham
juga akan naik, tapi bila kurs itu melemah maka indeks harga saham juga
ikut menurun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi
rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan
saham dipasar modal oleh investor. Dan hubungan antara tingkat suku
bunga dengan indeks harga saham. Apabila tingkat bunga tinggi maka
2.2.4 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang-barang
secara terus menerus (Nopirin,1992 : 25 ).
Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara
umum dan terus menerus. (Insukindro,1991 : 136 )
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus,kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang
saja tidak disebut inflasi,kecuali jika kenaikan tersebut meluas kepada
( mengakibatkan) sebagian besar dari barang lain.( Boediono, 1998 : 162 ).
a. Berdasarkan sumber penyebabnya inflasi di golongkan sebagai berikut:
1. Inflasi permintaan ( Demand pull inflation)
Adalah inflasi yang timbul adanya banyaknya permintaan atas
barang– barang konsumsi oleh masyarakat.karena permintaan
masyarakat.karena permintaan masyarakat ( Agregat Demand )
bertambah maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2
akibatnya tingkat harga berubah dari P1 ke P2 kenaikan harga
barang akhir mendahului kenaikan harga impor dan kenaikan
Gambar 3 : Demand pull Inflatio
P D2
P2 D1
P1 Q1 Q2 Q
Sumber : Boediono,1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogjakarta, halaman 152.
2. Inflasi penawaran ( cost push inflation )
Adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran
agregat akibat kenaikan ongkos produksi.
Gambar 4 : Cost-push inflation
P S2
S1
D
Q1 Q2 Q
Sumber : Boediono, 1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis
Pengantar Ilmu Ekonomi No, 2 BPFE UGM Yogjakarta,
pada gambar tersebut terlihat bila ongkos produksi naik dari
kurva penawaran akan bergerser akhir (output) naik. Mengikiti
kenaikan harga barang input atau factor produksi.
b. Berdasarkan adanya inflasi dapat menjadi :
1) Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi jenis ini umumnya disebabkan oleh panen yang gagal,
devisit anggaran pendapatan dan belanja Negara yang dibiayai
dengan cara pencetakan uang baru.
2) Inflasi dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi dari luar negeri ini berawal dari naiknya harga barang
impor dan mengakibatkan :
a) Kenaikan harga barang-barang luar negeri yang dijual
di dalam negeri
b) Kenaikan biaya produksi, yang diakibatkan oleh
kenaikan harga barang baku barang yang berasal dari
luar negeri atau barang impor
c) Ikut menaikkan harga barang-barang dari dalam negeri.
Kenaikan tersebut berdasarkan kenaikan acuan
kenaikan harga barang impor dijual didalam negeri.
Menurut tingkat laju infalsi :
a. Mild inflation < 10 % per/tahun
b. Moderate inflation 10% - < 30% per/tahun
d. Hyper inflation > 100% per/tahun
Menurut sifat-sifat inflasi :
a. Creeping inflation : inflasi merayap, laju inflasi yang rendah /
ringan.
b. Galloping inflation : inflasi moderat, tinggi, jangka pendek,
akseleratif.
c. Hyper inflation : inflasi yang terjadi secara cepat sekali.
Tiga teori utama mengenai inflasi :
a. Teori kwantitas
Teori ini mengatakan penyebab dari inflasi adalah pertambahan
jumlah uang beredar dan harapan psikologis masyarakat
terhadap kenaikan harga-harga dimasa dating.
b. Teori Keynes
Teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini
menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan
masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih
besar dari pada jumlah barang yang tersedia (apalagi timbul
inflatory gap). Selama inflatory gap tetap ada selama itupula
proses inflasi berlanjut dan menyoroti peranan system
distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan
Gambar 5 : Teori tingkat inflasi Keynes
CIG(X-M)
C+I+G+TX+(X-M)
Full Employment
Y Y(GDP)
Sumber : Boediono, 1998, ekonomi makro seri synopsis pengantar
ilmu ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogyakarta, hal 159.
c. Teori struktural
Teori ini bersifat jangka panjang karena menyoroti sebab
inflasi yag berasal dari kekuatan struktur ekonomi khususnya
kategori suplay. Bahan makan dan barang-barang ekspor,
karena structural pertambahan produksi barang-barang ini
terlalu lambat disbanding dengan pertumbuhan kebutuhannya,
sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan
devisa akibat kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi
beredar, tetapi harus dengan sector bahan makan dan ekspor
(Boediono, 1998:179).
Tingkat inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan dari tekanan
permintaan dan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter disebut inflasi
inti (core inflation). Gangguan
permintaan yang mengakibatkan inflasi tinggi dapat diatasi dengan
mengetatkan uang beredar atau dengan menaikkan tingkat bunga, hal
tersebut disamping dapat menekan inflasi, juga dapat menyesuaikan
kembali pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan
kapasitas perekonomian (Rachbini, 2000:197).
2.2.4.1 Hubungan Antara Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Suku Bungan
Deposito
Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari
suku bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan
mengalami penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah
bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya.
Berdasarkan fakta ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya
jika uangnya ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price
of capital), dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga
akan naik pula, tetapi orang meminta uang atau meminjam uang bukan
spekulasi. Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah
sebabnya dalam ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih
banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher
equation). Dari persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa
berubah karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1). Karena tingkat bunga riil berubah dan
2). Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang
sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen,
selanjutnya dari persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan
1 persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1
persen. Dari fakta ini jelas bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai
hubungan yang positif.
2.2.5 Pengertian uang beredar
Pengertian yang paling sempit adalah bahwa yang termasuk dalam
devinisi uang adalah uang kertas dan uang logam yang ada di tangan
masyarakat. (Boediono, 1998 :2).
Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kartal ditambah