• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA KASUS TAWURAN PELAJAR SMA 6 DAN SMA 70 PADA SITUS BERITA ONLINE KOMPAS DOT COM DAN VIVANEWS DOT COM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA KASUS TAWURAN PELAJAR SMA 6 DAN SMA 70 PADA SITUS BERITA ONLINE KOMPAS DOT COM DAN VIVANEWS DOT COM."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SMA 6 DAN SMA 70 PADA SITUS BERITA ONLINE KOMPAS DOT COM DAN VIVANEWS DOT COM

(Analisis Framing Pada Media Kompas Dot Com dan Vivanews Dot Com Edisi Tanggal 26 S.D 28 September 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

DIYON J AYANTO NPM. 0843010185

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

▸ Baca selengkapnya: cara menganalisis berita

(2)

Oleh Diyon J ayanto

0843010185

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 13 Desember 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dra.Sumardjijati, Msi Dra.Sumardjijati, Msi

NIP. 196203231993092001 NIP. 196203231993092001

2. Sekretaris

Dra.Diana Amelia, Msi NIP. 19630907 199103 2001 3. Anggota

Dra.Kusnarto, Msi

NIP. 195808011984021001

Mengetahui Dekan

(3)

Berita Online Kompas Dot Com Dan Vivanews Dot Com

(Analisis Framing Pada Media Kompas Dot Com dan Vivanews Dot Com Edisi Tanggal 26 S.D 28 September 2012)

Disusun Oleh :

Diyon Jayanto NPM. 0843010185

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.si NIP. 196203231993092001

Mengetahui

DEKAN

(4)

dengan karunianya, skripsi yang berjudul “PEMBINGKAIAN BERITA KASUS TAWURAN PELAJAR SMA 6 DAN SMA 70 PADA SITUS BERITA ONLINE KOMPAS DOT COM DAN VIVANEWS DOT COM” dapat selesai guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, FISIP – Veteran Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan orang-orang terdekat dan doa kedua orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur. 2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fisip – UPN “Veteran” Jawa Timur 3. Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Ibu Dra. Sumardjijati, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan arahan selama penulis mengerjakan skripsi. 6. Special family dear Ayah, Ibu, adek dan segenap keluarga yang telah

banyak memberikan dukungan dan pengorbanan,baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

(5)

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Surabaya, November 2012

(6)

Dot Com Vivanews 26 to 28 September 2012 edition)

This research aims to find out how online news site kompas.com and Vivanews.com news framing about the case of a brawl between high school students 6 and high school 70 that killed a high school student 6 named Alawy on 24th September 2012, with a period of proclamation of 26th to 28th September 2012. The brawl case of high school students 6 and 70 is happened for many times and the worse thing because it death a student. It has been decided a high school student 70 initials FR as murderous perpetrator of Alawy, the high school student 6 who jabbed in the chest caused died in. After the incident the perpetrator had fled over the past two days later found the police. The police will consider legal trapping to suspect FR included in the article of the CRIMINAL CODE or mild punishment as cases of juvenile delinquency.

This research used analysis framing method that used analysis from Robert N. Entman. The theory used is the theories from 4 elements which explained by Robert N. Entman. They are

Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgement and Treatment Recommendation.

The data used in this research are sourced on primary data contain of news about considered punishment initial FR as a murderous perpetrator of high school student 6 on Okezone.com and Vivanews.com online news sites on 26th to 28th September 2012. The secondary data was gotten from relevant information from books, news paper and internet to add and support the information of research.

After analyzed, it appears that the media has different frame in addressing problems about punishment for murderous perpetrator in brawl case of high school student 6 and 70. In that case, the Kompas.com news more viewed from the side of the defense to the murderous perpetrator initial FR by attorneys. FR's attorney in his defense stated that the action of FR is still considered an act of juvenile delinquency are common and cannot be included in the article bondage criminal. Vivanews.com FR emphasize that the action of killing someone who should be punished according to the applicable section. Jusuf Kalla also spoke in this case; he said that the law must be upheld regardless of the perpetrators. FR should be dealt with the law because of age FR already exceeded the age limit of children.

In conclusion, each media has its own differences in framing a reality, where ideology is formed, whether in terms of social, or logic according to the facts that occurred.

(7)

DIYON, PEMBINGKAIAN BERITA KASUS TAWURAN PELAJ AR SMA 6 DAN SMA 70 PADA SITUS BERITA ONLINE KOMPAS DOT COM DAN VIVANEWS DOT COM (Analisis Framing Pada Media Kompas Dot Com dan Vivanews Dot Com Edisi Tanggal 26 S.D 28 September 2012)

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana situs berita online kompas.com dan Vivanews.com membingkai pemberitaan tentang kasus tawuran pelajar antara SMA dan 6 dan SMA 70 yang menewaskan seorang pelajar SMA 6 yaitu Alawy yang terjadi pada tanggal 24 September 2012, dengan periode pemberitaan dari 26 s.d 28 September 2012. Kasus tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 merupakan kejadian yang kesekian kalinya dan yang paling menyedihkan adalah kejadian ini diwarnai dengan adanya korban jiwa. Telah ditetapkan sebagai tersangka siswa SMA 70 berinisial FR sebagai pelaku pembunuh Alawy siswa SMA 6 yang dibacok dibagian dada hingga meninggal ditempat. Setelah kejadian tersebut pelaku sempat melarikan diri selama 2 hari yang kemudian diketemukan pihak kepolisian. Pihak polisi akan mempertimbangkan jeratan hukum untuk tersangka FR termasuk dalam pasal KUHP atau hukuman ringan sebagai kasus kenakalan remaja.

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan mengangkat perangkat analisis dari Robert N. Entman. Teori yang digunakan adalah teori – teori dari 4 unsur elemen yang dijelaskan Robert N. Entman yaitu: Define Problems ( pendefinisian masalah ), Diagnose

Causes ( memperkirakan penyebab masalah ), Make Moral Judgement ( membuat keputusan

moral ) dan Treatment Recommendation ( menekankan penyelesaian ).

Data – data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer yaitu berita yang dimuat mengenai pertimbangan hukuman yang sesuai untuk tersangka FR atas tindak pembunuhan terhadap salah satu siswa SMA 6 di situs berita online Okezone.com dan Vivanews.com mulai tanggal 26 September 2012 sampai 28 September 2012. Data sekunder adalah data – data yang diperoleh dari informasi – informasi yang relevan dari buku, surat kabar, internet untuk menambah dan mendukung informasi dari penelitian.

Setelah dianalisis, terlihat bahwa kedua media memiliki frame yang berbeda dalam menyikapi masalah jeratan hukuman yang akan dijatuhkan kepada tersangka FR dalam kasus tawuran pelajar SMA 70 dan SMA 6. Dalam pemberitaan kasus tersebut, Kompas.com lebih melihat dari sisi pembelaan kepada tersangka FR oleh kuasa hukumnya. Kuasa hukum FR dalam pembelaanya menyatakan bahwa tindakan FR masih tergolong tindakan kenakalan remaja yang sering terjadi dan tidak bisa masuk dalam jeratan pasal kriminal. Dan jika vivanews.com lebih bahwa menekankan bahwa tindakan FR yang telah menghilangkan nyawa seseorang tersebut harus dihukum sesuai pasal yang berlaku. Jusuf Kalla juga angkat bicara dalam kasus ini yang menyatakan hukum harus ditegakan tidak memandang siapapun pelakunya. FR harus ditindak hukum karena umur FR yang sudah melebihi batas umur anak.

Kesimpulannya, masing – masing media memiliki perbedaan tersendiri dalam menbingkai suatu realitas, dari mana ideology itu dibentuk, apakah dilihat dari sisi sosial, atau logika bedasarkan fakta yang terjadi.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 12

2.1 Media Massa dan Konstruksi Realitas ... 12

2.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ... 14

2.3 Situs Berita Online ... 17

2.4 Jurnalisme Online ... 23

2.5 Analisis Framing ... 26

2.6 Proses Framing ... 28

2.7 Perangkat Framing Robert N. Entman ... 31

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Subjek dan Objek Penelitian ... 38

3.2. Unit Analisis ... 38

3.3 Populasi dan Korpus ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Analisis Data ... 42

3.6 Tahapan-tahapan Analisis Framing ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

4.1.1 Sejarah Kompas.com ... 46

4.1.2 Sejarah Vivanews.com ... 52

4.2 Penyajian Data ... 54

4.3 Analisis Framing Berita Kompas.com dan Vivanews.com ... 55

4.3.1 Berita pada situs Berita Online Kompas.com ... 55

4.3.2 Berita pada situs Berita Online Vivanews.com ... 63

4.4 Frame kompas.com dan vivanews.com ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skema Analisis Framing Robert N. Entman ... 33

Tabel 2 Korpus ... 55

Tabel 3 Deskripsi Ringkas Berita Kompas.com 26 September 2012 ... 56

Tabel 4 Frame berita kompas.com 26 September 2012 ... 58

Tabel 5 Deskripsi Ringkas Berita kompas.com 27 September 2012 ... 59

Tabel 6 Frame berita kompas.com 27 September 2012 ... 61

Tabel 7 Deskripsi Ringkas berita kompas.com 28 September ... 62

Tabel 8 Frame berita kompas.com 28 September 2012 ... 65

Tabel 9 Deskripsi ringkas berita vivanews.com 26 September 2012 ... 66

Tabel 10 Frame Berita vivanews.com 26 September 2012 ... 69

Tabel 11 Deskripsi Berita Ringkas vivanews.com 27 September 2012 ... 70

Tabel 12 Frame Berita vivanews.com 27 September 2012 ... 72

Tabel 13 Deskripsi Ringkas Berita vivanews.com 28 September 2012 ... 73

Tabel 14 Frame Berita vivanews.com 28 September 2012 ... 76

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuasa Hukum FR : Bukan Residivis

Lampiran 2. Pengacara Kukuh Tindakan FR Tergolong Kenakalan Remaja Lampiran 3. Siswa SMA 70 Berinisial FR Diminta Menyerahkan Diri Lampiran 4. Bukan Anak-anak FR kena Pasal Pembunuhan

(12)

1.1. Lata r Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu sarana pemenuhan kebutuhan akan

informasi bagi masyarakat. Sedangkan definisi media massa itu sendiri terbagi dalam

dua macam, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti

sempit meliputi media cetak, sedangkan pers dalam arti luas mencakup media cetak

serta media elektronik. (Rachmadi dalam Eryanto, 2002: 35). Pers itu sendiri

memiliki empat fungsi khusus, yaitu fungsi memberikan informasi, mendidik,

menghibur dan mempengaruhi, untuk fungsi yang terakhir ini media massa juga

berfungsi sebagai alat untuk control sosial. Dari sini bisa kita lihat bahwa media

massa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik dari segi

moral, sosial dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat.

Masyarakat mengharapkan bahwa media massa dapat menjadi sumber

informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi salah satu sarana untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan baik yang bersifat moral, politik dan sosial. Maka

tidak salah lagi jika ada pernyataan yang menyebutkan bahwa media telah menjadi

sumber dominan bukan saja individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas

(13)

nilai-nilai dan penilaian normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan

(Mcquail, 1994 : 3).

Djafar H. Assegaf mengatakan bahwa media massa memiliki lima ciri,

yaituPertama, komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana

komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada

komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay

feedback). Kedua, media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang

luas, bervariasi. Ini menunjukka bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi

rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para

komunikannya. Ketiga, media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak.

Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar di mana-mana, serta

tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal. Keempat, media massa

menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata-rata. Pesan yang

disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan

intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas.Kelima, media

massa diselenggrakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur.

Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga masyarakat/organisasi

yang teratur dan peka terhadap permasalahan kemasyarakatan.

(ht t p:/ / devitadart ias.blogspot .com/ 2010/ 11/ media-massa.ht m l)

Dalam perkembangan ilmu komunikasi media sangat diperlukan untuk

(14)

bisa menyampaikan pesan yang akan disampaikan oleh komunikator. Sehingga

dengan memilih media yang tepat dan cermat agar pesan yang disampaikan oleh

komunikator tepat ke komunikannya. Efek yang disampaikan berbeda-beda

tergantung pesan yang disampaikan oleh komunikator Karena itu perbedaan

pesan dipengaruhi oleh banyak faktor bisa itu komunikator, komunikan, media

atau saluran ataupun sebaliknya noise atau gangguan.

Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang

mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai

berita. Sebuah peristiwa yang tidak mempunyai unsur berita atau setidaknya

nilai beritanya tidak besar akan dibuang. Berita adalah hasil dari proses

kompleks yang menyotir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan

tematema tertentu dalam kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu

apakah peristiwa apa saja yang akan diberitakan, melainkan juga bagaimana

peristiwa tersebut dikemas.

Berita merupakan hasil akhir dari proses kompleks dari penulisan,

pemilahan dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu

kategori tertentu. Peristiwa yang diangkat harus benar-benar dilihat dulu layak

tidaknya menjadi sebuah nilai berita. Media massa cenderung mengutamakan

berita yang berbau sensasional. Ini didasarkan pada subyektifitas pada semua

karya jurnalistik yang dihasilkan oleh pers. Mulai pencarian berita, peliputan,

(15)

obyektifitas dipakai, ini memungkinkan untuk membatasi subyektifitas wartawan

maupun redaktur. (Siahaan, 2001:60-61).

Menurut Rachmadi media massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu

sebagai pers dalam arti sempit dan pers dalam arti yang luas. Pers dalam arti

sempit yaitu meliputi media cetak. Sementara pers dalam arti yang luasmeliputi

semua media komunikasi baik elektronik maupun cetak. (Eriyanto, 2002 : 35)

Media cetak adalah suatu media yang statis dan megutamakan pesan – pesan

visual. Contohnya seperti majalah mingguan, surat kabar harian, majalah dwi

mingguan. Begitupun juga media online adalah suatu media elektronik yang

mudah dijangkau oleh masyarakat karena kita cukup mengaksesnya saja

didepan komputer. Kita juga apabila ingin melihat berita masa lalu yang kita

inginkan tinggal dicari dengan search atau di cari melalui indeks berita.

Dalam menyajikan berita yang akan disampaikan pada khalayak tentunya

ada kebijakan – kebijakan yang ditentukan oleh keredaksian yang dapat

membatasi kebebasan wartawan dalam menuliskan dan menyampaikan berita.

Kebijaksanaan redaksional tersebut menjadi pedoman dan ukuran dalam

menentukan kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut diangkat serta

dipilih untuk menjadi berita maupun bahan komentar.

Berita pada dasarnya dibentuk lewat proses aktif dari pembuat berita.

Oleh karena itu semua produksi berita sepenuhnya hasil karya wartawan

menciptakan sebuah peristiwa atau fakta yang akan diliput. Jadi pada dasarnya

(16)

redaksi. Berita – berita yang mempunyai nilai berita yang tinggi dan mempunyai

nilai layak jual akan ditempatkan oleh redaksi di headline dengan cetakan huruf

besar. Karena pembaca berita ingin membaca situs berita ataupun surat kabar

secara tidak langsung halaman depan yang dilihat terlebih dahulu, kalau halaman

depan ada berita menarik dan yang baru atau hangat pasti pembaca akan

penasaran dan ingin membaca beritanya.

Adanya kepentingan dari media massa turut mempengaruhi berita yang

disampaikan kepada khalayak. Dan dari sini maka munculah sebuah anggapan bahwa

fakta yang disampaikan bukanlah fakta yang objektif, melainkan fakta yang telah

dikonstruksi oleh media atau penulisnya yaitu, wartawan dengan latar belakang

kepentingan tertentu. Dengan kata lain, berita yang kita konsumsi adalah hasil

rekonstruksi atas peristiwa menurut perspektif wartawan.

Salah satu berita yang akhir-akhir ini banyak diberitakan oleh media massa,

baik cetak maupun elektronik dan khususnya media online adalah berita tentang

kasus tawuran antar pelajar SMA 6 dan SMA 70 yang menewaskan seorang pelajar

pada situs kompas.com dan vivanews.com. Tawuran ini bukan kali pertama terjadi

pada kedua sekolah tersebut, melainkan sudah menjadi tradisi dan budaya dari setiap

generasinya. Alawy Yusianto Putra siswa kelas X pelajar SMA 6 yang menjadi

korban tewas atas penyerangan puluhan murid yang berasal dari SMA 70 tersebut

diserang pada bagian dada dengan menggunakan celurit oleh pelaku Fitra Ramadhani

(17)

mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi berita akan memperlihatkan kecenderungan

kearah mana media tersebut, terhadap peristiwa yang diberitakan.

Pada Jumat, 28 September 2012 – 16:42 WIB, kompas.com merilis berita

tentang “Pengacara Kukuh Tindakan FR Tergolong Kenakalan Remaja”. Berita ini

menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan tersangka FR tergolong kenakalan

remaja, bukan tindak pidana, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Nazarudin Lubis

selaku kuasa hukumnya. Selain itu disebutkan juga bahwa perbuatan FR dan

rekan-rekannya disebut kenakalan remaja lantaran dilakukan secara spontan atau tidak

menentukan target siapa yang akan diserangnya. Dalam media online ini menekankan

adanya pembelaan oleh kuasa hukum pelaku FR yang belum bisa dikenakan sanksi

pidana terkait penentuan status pidana FR.

Sementara itu pada Kamis, 27 September 2012 – 12.38 WIB, vivanews.com

memuat berita tentang “Bukan Anak-Anak, FR Kena Pasal Pembunuhan”. Dalam

berita ini menjelaskan bahwa pelaku FR yang dua kali tidak naik kelas sudah bukan

lagi anak-anak mengingat ia kelahiran tahun 1993 di mana saat ini sudah berusia 19

tahun sehingga pelaku FR bisa dikenakan pasal KUHP, hal ini sesuai yang

diungkapkan oleh Kepala Satreskrim Polres Jakarta Selatan. Selain itu juga

ditambahkan pula bahwa dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, definisi

anak-anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak-anak yang masih

dalam kandungan. Dalam media online vivanews.com menekankan adanya

(18)

Isu secara keseluruhan yang ada dari kedua media antara kompas dot com

dengan vivanews dot com yaitu pihak kompas dot com lebih berpihak kepada

tersangka FR dengan memberitakan adanya pembelaan hukuman oleh kuasa hukum

FR bahwa tersangka belum bisa dijerat pasal kriminal karena tergolong anak dibawah

umur atau termasuk dalam kenakalan remaja. Sedangkan vivanews dot com

memberitakan tersangka FR dituntut keras oleh pihak kepolisian dan JK (Jusuf Kalla)

juga angkat bicara bahwa pelaku termasuk dalam hukum kriminal dengan pasal

pembunuhan yang harus ditindak lanjuti karena telah menghilangkan nyawa

seseorang.

Seperti yang sudah disebutkan di atas peneliti memilih kedua media tersebut

karena adanya perbedaan antara Kompas dot com dan Vivanews dot com dalam

frame pemberitaannya mengenai kasus tawuran pelajar antara SMA 6 dan SMA 70

Jakarta yang terjadi pada 24 September 2012. Hal ini terjadi karena ideology dan

kebijakan redaksional yang dimiliki oleh setiap media berbeda-beda. Kedua hal

tersebut akan menjadi arah dalam mengambil tindakan atau keputusan dalam

melakukan setiap pemberitaan yang secara tidak langsung tertuang dalam visi dan

misi perusahaan.

Untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan

oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita peneliti memilih analisis

framing sebagai metode penelitian. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui

(19)

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis

berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang

diambil, bagaimana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana

berita tersebut (Eriyanto, 2005:224).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian

analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada

dalam kategori penelitian konstruktionis. Paradigma ini memandang realitas

kehidupan sosial bukan realitas yang natural, akan tetapi hasil dari konstruksi.

Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma kontruksionis adalah menemukan

bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikontruksi, dengan cara apa kontruksi itu

dibentuk. (Eriyanto,2005:27).

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa

mengungkapkan rahasia di balik perbedaan. Bahkan pertentangan media dalam

mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai

oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana lawan mana

kawan, siapa si penindas dan siapa si tertindas, tindakan politik mana yang

konstitusional dan yang inkonstitutional, kebijakan publik mana yang harus didukung

dan tidak boleh didukung, dsb (Eriyanto, 2005:XV)

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunakan oleh media ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara

(20)

mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, hendak dibawa kemana berita tersebut,

mengkontruksi tentang realitas suatu peristiwa.

Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu dan

fakta tertentu yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya, namun

diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik.

Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan

dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih

menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2006: 165).

Harus diingat lagi bahwa media bukanlah saluran yang bebas. Media juga

berlaku sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias

dan pemihakannya. Sehingga tentu saja penonjolan aspek-aspek tertentu dari

peristiwa yang sama akan berbeda pula. Pada penelitian ini, situs berita online yang

digunakan sebagai objek penelitian adalah Kompas.com dan Vivanews.com periode

25 September 2012 sampai 28 September 2012. Karena kedua situs ini sudah dikenal

oleh pengguna internet sebagai situs berita yang selalu menyajikan dan meng-update

berita teraktual dalam waktu yang cepat. Selain itu, karena memang terdapat

perbedaan yang cukup besar antara Kompas dot com dan Vivanews dot com dalam

memberitakan kasus tawuran pelajar antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta. Dengan

membandingan dua situs berita online tersebut peneliti berharap dapat mengetahui

perbedaan pemberitaan yang dilakukan oleh kedua media yang telah dipilih, hal ini

berdasarkan pernyataan bahwa tidak ada satupun media yang memiliki sikap

(21)

jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks,

tragedi dan bahkan ironi (Eriyanto, 2005:v). Subjek dari penelitian ini adalah situs

berita online kompas.com dan vivanews.com. Sedangkan objek dari penelitian ini

adalah berita tentang tawuran antar pelajar SMA 70 dan SMA 6 yang menelan korban

seorang pelajar.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah kompas.com dan

vivanews.com membingkai berita tentang kasus tawuran pelajar antara SMA 70 dan

SMA 6 Jakarta?”

1.3. Tujua n Penelitia n

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana situs berita online kompas.com dan vivanews.com

membingkai berita tentang kasus tawuran pelajar antara SMA 70 dan SMA 6 Jakarta.

1.4. Manfaa t Penelitian

1. Secara Teoritis

Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang

menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisis framing pada

(22)

pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai realitas

sosial mengenai kasus tawuran pelajar antara SMA 70 dan SMA 6 Jakarta.

2. Secara Praktis

a. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik

dengan penelitian analisis teks media khususnya yang menggunakan metode

analisis framing.

b. Dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi jurnalis serta institusi

media massa, khususnya kompas.com dan vivanews.com dalam

(23)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Media Massa Dan Konstr uksi Realitas

Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator kepada komunikan. Namun menurut pandangan konstruksionis media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Melalui berbagai instrument yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak dengan cara memilih realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil (Eriyanto, 2005: 23).

Hal ini juga didukung oleh pernyataan James W. Carey yang menyebutkan bahwa realitas bukanlah sesuatu yang terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya diproduksi. Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi (Eriyanto,2005: 20).

(24)

Peran media dalam membentuk realitas dapat dilihat dalam berbagai tingkatan, yaitu: pertama, media membingkai peristiwa dalam bingkai tertentu. Peristiwa-peristiwa yang kompleks disederhanakan hingga membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Karena media juga agen maka tidak hanya terlibat dalam memahami sebuah peristiwa namun juga apakah peristiwa tersebut disetujui atau tidak. Kedua, media memberikan simbol-simbol tertentu pada peristiwa dan aktor yang terlibat dalam berita. Pemberian simbol tersebut akan menentukan bagaimana peristiwa dipahami, siapa yang akan dilihat sebagai pahlawan dan siapa yang akan dilihat sebagai musuh. Media bukan hanya mengutip apa adanya dari sumber berita, namun juga akan memakai dan menyeleksi ucapan dan menambah dengan berbagai ungkapan atau kata-kata yang ditampilkan sehingga kata tersebut dapat memberikan citra tertentu ketika diterima oleh khalayak. Ketiga, media juga menentukan apakah peristiwa ditempatkan sebagai hal yang penting atau tidak. Dengan kata lain media menentukan sebuah peristiwa hendak ditulis panjang atau pendek, ditempatkan pada halaman pertama atau tidak, ditulis secara bersambung ataukah tidak. Semua pilihan tersebut kemungkinan yang dapat digunakan oleh media (Eriyanto, 2005: 24).

(25)

(grammar), susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan

kata, dan akhirnya merubah dan atau mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language), dan makna (meaning). Ada berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna, antara lain: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna yang baru; memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa (DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Sobur, 2006: 90). Maka tentu saja penggunaan bahasa jelas berimplikasi terhadap kemunculan makana tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan, bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama yang merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi bagi media massa (Hamad dalam Sobur, 2006: 91). Teks media merupakan second hand reality yang hanya menyajikan “potongan-potongan” realitas, bukan

keseluruhan realitas. Oleh sebab itu, media lebih merupakan alat transformasi ketimbang menjadi semacam cermin bagi realitas (Susilo dalam Sobur, 2005: 92).

2.2. Berita sebagai hasil konstruksi realitas

(26)

1. informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya

2. berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media semisal surat kabar, radio, atau televisi

3. berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan (Kusumaningrat, 2005: 39).

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik peerhatian orang (Kusumaningrat, 2005: 40). Namun tetap saja keberadaan berita tidak dapat dilepaskan dari institusi media yang memproduksi berita itu sendiri. Setiap institusi media mempunyai pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika dan rutinitas tersendii yang pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana peristiwa dipahami.

(27)

News is neither a reflection not a distortion of reality because either of

these characterization implies that news can record what is out there.

News story, if they reflect anything, reflect the practice of the workers in

the organization that produce news.

Seperti yang diungkapkan oleh James W. Carey dalam bukunya “Communication as Culture : Essay on Media and Society”, bahwa berita ibaratnya seperti sebuah drama. Berita bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Dan tentu saja selalu melibatkan pandangan, ideology dan nilai-nilai baik dari wartawan atau media (Eriyanto, 2005 : 25).

News is not information but drama. It does not describe the world but

portrays an arena of dramatic forces an action ; it exists solely in

historical time; and it invites our participation on the basis of our

assuming often vicariously, social roles within it.

Realitas yang tersaji dalam berita adalah realitas yang telah diolah melalui pandangan dan pemaknaan wartawan. Tentu saja proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena adanya cara pandangan yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dengan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu kewajaran (Eriyanto, 2005 : 26).

(28)

penafsiran dan subjektivitas dalam public. Karena fungsinya tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, tetapi mengkonstruksi peristiwa dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati (Eriyanto, 2005 : 32). Walter Lippman, secara radikal bahkan menyatakan bahwa dalam proses kerjanya, wartawan bukan melihat lalu menyimpulkan dan menulis, tetapi lebih sering terjadi adalah menyimpulkan kemudian melihat fakta apa yang ingin dikumpulkan di lapangan. Disini wartawan tidak bisa menghindari dari kemungkinan subjektivitas, memilih fakta apa yang ingin dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang (Eriyanto, 2005 : 33).

For the most part we do not first see, and then define, we define first and then see. In the great blooming, buzzing onfusion of the outer world we

pick out what our culture has already defined for us, and we tend to

perceive that which we have picked out in the form stereotyped for us by

our culture.

2.3 Situs Berita Online

(29)

pada khalayak yang terjadi terus menerus. Untuk saat sekarang ini yang termasuk dalam media baru antara lain internet, telepon selular dengan fitur WAP, televisi digital dan lain-lain (Holling Sworth, 2003: 37). Internet adalah saluran berita yang paling sesuai karena bisa menyajikan informasi ke dalam segala bentuk format media tradisional yaitu teks, gambar, grafik, audio dan video (Stoval, 2005: 116). Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena itu yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya (Hill dalam Santana, 2005:135).

Pemanfaatan internet sebagai media penyebaran informasi adalah melalui media online. Media online merupakan sebuah media yang dapat kita temui di internet. Sebagai media massa maka media online juga tetap menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik seperti dalam sistem kerja media tradisional. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, perbedaan yang paling mencolok adalah mediumnya dan mekanisme efisiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya. Kehadiran media online telah mengubah cara pandang terhadap media pemberitaan. Kehadiran media online memenuhi kebutuhan setiap segmen masyarakat. Penampilan media online yang meluncurkan informasi ataupun berita mulai per detik sampai per menit menambah kekhasan media online di samping radio dan televise yang jangkauannya sangat luas

(http://angeliadewicandra.blogsome.com/ diakses pada tanggal 9/10/2012 pada

(30)

Situs berita online merupakan salah satu pemanfaatan internet sebagai saluran komunikasi. Situs berita online adalah salah satu media online yang content oriented, untuk lebih tepatnya berorientasi penyajian informasi berupa

berita. Secara umum, situs berita online bisa diidentikkan dengan media tradisional lainnya, namun versi online, yang berbeda adalah situs berita online tidak terbit berkala. Institusi media dapat memuat atau meng-upload artikel atau materi terbaru setiap saat ada perkembangan dan perubahan

(http://cybertech.Cbn.net.id/detil.asp?kategori diakses pada tanggal 10/10/2012

pada pukul 10.20). Situs berita online merupakan situs yang ditujukan untuk menyampaikan berita dan informasi secara periodic kepada khalayaknya. Dalam produksinya, situs berita menggunakan kebijakan dan praktik jurnalisme tradisional dalam mengumpulkan, menulis dan menyajikan berita.

Situs berita memiliki karakteristik yang membuatnya mampu melebihi media tradisional dalam hal menyajikan informasi, berikut ini adlah karakteristik situs berita online seperti yang dikemukakan oleh James Glenn Stovall dalam bukunya “Jurnalism Who, What, When, Where, Why and How” (2005: 117-122):

1. Kapasitas

(31)

sehingga membantu memperluas pemahaman pembaca mereka akan peristiwa yang diberitakan. Sehingga situs berita online mampu mengatasi keterbatasan surat kabar, televise dan radio dalam hal kurangnya waktu dan ruang dalam menyampaikan informasi. Situs berita online menawarkan lebih banyak kemungkinan dalam hal cara menyajikan informasi daripada media cetak dan media penyiaran.

2. Fleksibilitas

Situs berita mampu mengatasi beranekaragam bentuk penyajian informasi mulai dari kata-kata, foto, audio, video, dan grafik. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa media ini lebih fleksibel daripada media cetak atau penyiaran.

3. Kesegeraan (Immediacy)

Situs berita mampu menyampaikan informasi dengan segera, seringkali pada saat peristiwa masih berlangsung. Tentu saja media penyiaran, khususnya televisi mampu melakukan hal yang sama. Namun kualitas situs berita menawarkan kesegeraan yang tidak dimiliki oleh media penyiaran dalam beberapa hal, yaitu :

a. Keanekaragaman. Sebagian besar peristiwa breaking news memiliki banyak sisi yang melibatkan beraneka orang, tempat dan kegiatan. Namun melalui situs berita online informasi-informasi tersebut dapat disajikan dan diakses dengan segera.

(32)

mampu memuaskan kebutuhan informasi penggunanyadalam waktu yang cepat. Situs online mampu menyediakan beranekaragam informasi yang dapat dipilih oleh penggunanya, mulai dari latar belakang sebuah peristiwa, perkembangan terakhir bahkan pelaku yang terlibat di dalamnya.

c. Kedalaman. Hamper sama dengan kapasitas, namun di sini lebih ditekankan pada kualitasnya. Pada situs berita online, informasi dapat ditulis dan ditampilkan dalam waktu yang cepat tetapi paling tidak harus melewati proses editing. Walaupun penyiaran peristiwa breaking news seringkali dilakukanoleh para professional namun tidak terdapat

penyaringan antara apa yang mereka tulis dan yang mereka sajikan. Karena inti dari situs online atau Web adalah media kata-kata maka seorang jurnalis Web memiliki kesempatan untuk mengedit tulisannya atau menerima pendapat orang lain sebelum diisebarluaskan.

d. Isi. Situs online mampu menyampaikan isi berita secara detail beserta perkembangannya dalam waktu yang cepat. Situs Web memiliki kekuatan untuk meringkas dan meng-update sekaligus menambah informasi dalam berbagai bentuk dari peliputan.

4. Permanen.

(33)

sewaktu-waktu tanpa terbatasi oleh waktu seperti media lain yang kita miliki sekarang. Sehingga dalam situs Web tidak ada yang perlu hilang. 5. Interaktifitas.

Situs Web menawarkan kebebasan akses dalam memilih berita yang diinginkan oleh khalayak dengan melihat artikel dan halaman web dengan menggunakan hyperlink. Hal ini mengijinkan pembaca untuk beralih dari sebuah cerita ke informasi lain yang lebih menarik atau lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu karena bersifat interaktif maka khalayak atau pembaca dapat mengirim pertanyaan, komentar, saran bahkan keluhan, langsung begitu berita dibaca dan diterima redaksi dalam hitungan detik. Jika redaksinya aktif maka langsung bisa dijawab dalam beberapa menit. Dengan demikian maka khalayak atau pembaca akan

merasa lebih dekat dengan penyusun berita

(http://angeliadewicandra.blogsome.com/ diakses pada tanggal 11/10/2012

pada pukul 14:10).

Situs berita semacam ini pada dasarnya tak punya perbedaan mendasar dengan jurnalisme yang diterapkan di media cetak atau media penyiaran, dalam hal penyampaian berita, nilai-nilai berita, dan hubungan dengan audiences

(http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2006/08/jurnalisme-online.html diakses

(34)

membaca berita-berita di internet secara cepat, selain karena malas lama-lama “memelototi” layar monitor, mereka juga diburu-buru oleh mahalnya pulsa internet. Karena itu, gaya bahasa pada situs online pun hendaknya disesuaikan dengan beberapa hal antara lain, harus ringkas, padat, dan menarik.

Biasanya pada halaman pertama sebuah situs online terdapat tampilan berita-berita terbaru yang terdiri dari judul dan lead. Umumnya, lead ini adalah alinea pertama dari artikel berita tersebut, walau tidak selalu demikian. Biasanya yang berhak untuk meng-upload naskah hanyalah redaksi. Namun, ada media yang memberikan wewenang khusus kepada reporter tertentu yang telah dipercaya untuk meng-upload sendiri berita yang mereka tulis, melalui computer warnet, laptop, atau media-media lain yang memungkinkan

(http://jonru.multiply.com/journal/item/128 diakses pada tanggal 16/10/2012 pada

pukul 12.10)

2.4 J ur nalisme Online

Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkina-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. J.Pavlik dalam bukunya “Journalism and New Media” menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai tanda

“contextualized journalism”, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang

(35)

2005: 137). Jurnalisme online didefinisikan sebagai suatu proses pelaporan fakta yang diproduksi dan didistribusikan melalui saluran internet

(http://en.wikipedia.org/wiki/onlinejounalism diakses pada tanggal 11/10/2012

pada pukul 14:40). Pada dasarnya jurnalisme konvensional dan jurnalisme online

tidak berbeda jauh, yang membedakan hanya medium penyebarluasannya saja. Dari segi sifat, keduanya sama-sama dituntut untu menyajikan berita paling up to date secepat mungkin. Setiap ada informasi atu peristiwa terbaru mereka langsung

(36)

1. Kemampuan internet untuk mengkombinasikan sejumlah media 2. Kurangnya tirani penulis atas pembaca

3. Tidak seorang pun dapat mengendalika perhatian khalayak

4. Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung 5. Interaktif Web (Santana,2005:138)

Berikut ini adalah keuntungan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism, Principles and Practices of News for The Web (Halcomb Hathaway Publisher, 2005):

1. Audience Control. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya

2. Nonlienarity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami

3. Storage and retrieval. Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience

4. Unlimited space. Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya

5. Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience

(37)

7. Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan

partisipasi audience dalam setiap berita

(http://detikinet.wordpress.com/tag/c-baku-buku/ diakses pada tanggal

16/10/06 pada pukul 14:14).

Interaktifitas jurnalisme online tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan teknologi internet dalam menyediakan hyperlink. Teknologi internet juga membuka peluang kepada para jurnalis online untuk menyediakan features yang memungkinkan sajiannya bersifat customized yaitu tersaji sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna/ pembacanya, yang memungkinkan para pengguna/ pembaca berinteraksi dengan lebih cepat, lebih sering, lebih intens dengan sesama pengguna/ pembaca, narasumber, bahan-bahan berita, dan jurnalisnya sendiri. Pada akhirnya, jurnalisme online mampu membangun hubungan yang partisipatif dengan pemirsanya

(

http://yayan.com/artikel/cyberculture/karakteristikjounalismeonline-sebuahpengenalan.html diakses pada tanggal 09/03/07 pada pukul 15:02).

2.5 Analisis Framing

(38)

gambar untuk melihat kontek sosial budaya suatu wacana, khususnya hubungan antar berita dan ideology, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, memproduksi, mengubah, dan meruntuhkan ideology. Analisis framing dapat digunakan untuk melihat siapa mengendalikan siapa dalam suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, siapa si penidas dan si tertindas (Eriyanto, 2005: xv).

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2006: 161). Mulanya, framae dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengendalikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strip of behavior) yang membimbing individu dalam mebaca realitas (Sobur, 2006: 161-162).

(39)

dalam sebuah cerita. Oleh karena itu, analisis framing meneliti cara-cara individu mengorganisasikan pengalamannya sehingga memungkinkan seseorang mengidentifikasi dan memahami berbagai peristiwa, memaknai berbagai aktifitas kehidupan yang tengah berjalan (Eriyanto, 2005: 82).

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta dalam berita agar lebih bermakna, menarik, lebih berarti atau diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serat hendak di bawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2005: 162).

2.6 Proses Framing

(40)

mana yang dipilih. Bahkan proses framing tidak hanya melibatkan pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus –kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain), sambil mengaksentuasikan kesahihan pandangannya dengan mengacu pada pengetahuan, ketidaktahuan dan perasaan para pembaca. Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung oleh para pembaca (Siahaan, 2001: 9-10). Media frames (framing media) telah didefinisikan oleh Tuchman dalam Scheufele (1999: 106) bahwa framing berita mengorganisasikan realitas berita setiap hari. Framing media juga mencirikan sebagai kerja jurnalis untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan, serta menyampaikan informasi secara cepat kepada pembaca. Kegiatan framing merupakan kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari realitas dan membuatnya lebih penting dalam sebuah teks. Kegiatan framing merupakan penyajian peristiwa dan berita yang mampu memberikan pengaruh yang sistematis tentang

metode agar penerima berita dapat mengerti

(http://www.oke.or.id/tutorial/kapita.doc diakses pada tanggal 06/09/06 pukul

13:48).

(41)

kepada khalayak. Dalam masalah ini juga menyertakan konsepsi dan skema interpretasi wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk, dan menginterpretasikan makana di dalamnya (Eriyanto, 2005: 69). Entman menegaskan bahwa konsep framing secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of communication text. Framing analisis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer atau konunikasi informasi dari sebuh lokasi seperti pidato, ucapan/ ungkapa, news report, atau novel. Framing, secara esensial meliputi penyeleksian dan penonjolan. Dalam prosesnya, membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atau realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Entman dalam Siahaan, 2001: 80-81).

(42)

pengalaman hidup dan social, serta kecenderungan psikologinya ketika menafsirkan pesan yang sampai kepadanya (Nugroho, 1999: 23).

2.7 Perangkat Framing Robert N. Entman

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan

kepada khalayak. Framing membatasi kesadaran dan persepsi public atas suatu masalah. Melalui framing khalayak disediakan perspektif tertentu : seakan hanya perspektif itulah yang dapat digunakan untuk memahami dan mendefinisikan masalah (Eriyanto, 2005 : 144). Oleh karena itu, framing selalu berhubungan dengan pendapat umum, mulai dari tahapan serta sikap khalayak terhadap suatu peristiwa akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan dimaknai.

Dalam penelitian ini model analisis framing yang digunakan adalah model Robert N. Entman, yang menyatakan bahwa konsep framing digunakan untuk proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Oleh karena itu Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas / isu. Framing dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapat alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Eriyanto, 2005 : 186). Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan

(43)

aspek itu digunakan untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi lebih bermakna dan diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2005 : 187).

(44)

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang

dgunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang digunakan untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, symbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita (Eriyanto, 2005 :189).

Membuat frame bagi Entman adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol didalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kasual, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Siahaan, 2001 : 81), yang digunakan dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

Tabel 1.

Skema Fr aming Robert N. Entman

Define Problems

(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (actor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation

(Menekankan Penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

(45)

Dari permyataan diatas dapat dilihat bahwa konsep framing Entmand menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problems (pendefinisan masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat dilhat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame yang paling utama. Ia menekankan bagaiman peristiwa dipahami oleh wartawan, kerna sebuah peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen

framing untuk membingkai siapa yng dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda maka tentu saja penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing

yang digunakan untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang telah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

(46)

Penyelesaian itu tentu saja sangat bergantung pda bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2005: 189 – 191).

2.8 Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga pada dasarnya berita yang tersaji dihadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari medi. Karena semua pekerja jurnalis pada dasarnya adalah agen, bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Karena setiap media mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu peristiwa maka tentu saja realitas bentukan media dalam rupa berita yang dihasilkan pun akan berbeda. Demikian halnya pemberitaan pada dua situs berita online yaitu kompas dot com dan vivanews dot com mengenai kasus tawuran pelajar antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang menewaskan salah seorang pelajar SMA 6, yang terjadi pada 24 September 2012, khususnya pemberitaan 24 s.d 29 September 2012. Karena frame yang dimiliki kedua situs online tersebut tidaklah sama, maka terdapat kecenderungan perbedaan pemberitaan atas peristiwa tawuran pelajar yang hingga saat sekarang belum ditemukan solusi pencegahan maupun penanggulangannya.

(47)

wartawan terhadap sebuah wacana yang mengarahkan khalayak untuk memahami realitas berdasarkan bentukan dan pemahaman wartawan.

Untuk mengetahui masing-masing frame yang digunakan oleh kedua situs berita online tersebut maka digunakanlah model analisis framing Robert N. Entman. Konsep framing Entman pada dasarnya merujuk pada empat perangkat yang digunakan dalam suatu wacana untuk mengetahui kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacana yaitu, pendefinisian masalah (define problems), memperkirakan masalah (diagnose causes), membuat keputusan moral (make moral judgement), dan yang terakhir adalah menekankan penyelesaian (treatment

(48)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan dengan menggunakan model analisis framing. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan dalam Suyanto, 2006 : 166). Deskriptif itu sendiri berarti bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, maka tentu saja laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2002 : 6).

(49)

membongkar frame yang digunakan media dalam menyajikan peristiwa ke dalam berita.

3.1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah situs berita online Kompas dot com dan vivanews dot com. Sedangkan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah berita-berita tentang kasus tawuran antar pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang menelan korban seorang pelajar pada tanggal 24 September 2012. Untuk lebih tepatnya yaitu berita-berita tawuran yang disajikan pada kedua situs berita online tersebut pada 26 s.d 28 September 2012.

3.2. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis yang digunakan adalah unti Reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks berita mengenai peristiwa tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta 24 September yang disajikan 26 s.d 28 September 2012 pada situs berita online Kompas dot com dan Vivanews dot com.

(50)

3.3. Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai peristiwa tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang terjadi 24 September 2012, untuk lebih tepatnya berita yang disajikan 26 s.d 28 September 2012 di situs berita online Kompas dot com dan Vivanews dot com.

Korpus adalah himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama, dan dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Arkoun dalam Harmadi, 2005 : 43). Korpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Korpus harus cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogeny pada taraf substansi maupun homogeny pada taraf waktu sinkroni (Kurniawan, 2001 : 70).

Berikut adalah populasi dalam penelitian ini, yaitu berita-berita yang membahas tentang peristiwa kerusuhan tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta 24 September 2012 yang disajikan pada 26 s.d 28 September 2012 di situs berita online Kompas dot com dan Vivanews dot com :

I. Kompas dot com 1. 26 September 2012

• Pembacok Alawy Masuk DPO

(51)

2. 27 September 2012

• Kuasa Hukum : FR Bukan Residivis

• Kisah Pelarian FR Setelah Membacok Alawy

• Penahanan FR Sulit Ditangguhkan 3. 28 September 2012

• Pengacara Kukuh Tindakan FR Tergolong Kenakalan Remaja

• Tenangkan FR, Kuasa Hukum Datangkan Dua Ustadz

• Perdamaian SMA 6 dan SMA 70 Terus Diupayakan II. Vivanews dot com

1. 26 September 2012

• Siswa SMA 70 Berinisial FR Diminta Menyerahkan Diri

• Tawuran SMA 6 & 70, Alawy Tewas Akibat Balas Dendam 2. 27 September 2012

• Bukan Anak-anak FR Kena Pasal Pembunuhan

• Tusuk Alawy Yusianto, FR Menyesal 3. 28 September 2012

• JK: Membunuh Bukan Kenakalan Remaja, Tapi Kriminal

• Motif FR Tusuk Alawy, Balas Dendam

• Bukan Kenakalan Remaja, Aksi FR Kriminal Murni

(52)

I. Kompas dot com 1. 26 September 2012

• Pembacok Alawy Masuk DPO 2. 27 September 2012

• Kuasa Hukum FR : Bukan Residivis 3. 28 September 2012

• Pengacara Kukuh Tindakan FR Tergolong Kenakalan Remaja II. Vivanews dot com

1. 26 September 2012

• Siswa SMA 70 Berinisial FR Diminta Menyerahkan Diri 2. 27 September 2012

• Bukan Anak-anak FR Kena Pasal Pembunuhan 3. 28 September 2012

• JK : Membunuh Bukan Kenakalan Remaja, Tapi Kriminal

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(53)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis framing, untuk lebih tepatnya menggunakan model analisis framing Robert N.

Entman yang bertujuan untuk mengetahui cara pandang atau frame yang digunakan kedua media tersebut dalam mengemas berita tentang kasus tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta 24 September 2012.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan peneliti adalah analisis framing. Analisis framing adalah suatu model analisis yang digunakan untuk

mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media (Eriyanto, 2005 : vi). Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur, 2006 : 162).

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah konsep Robert N. Entman yang mengemukakan empat perangkat untuk melakukan analisis framing. Pertama adalah pendefinisian masalah (define problems) yaitu

(54)

membenarkan atau memberi argumentasi pada definisi masalah yang telah dibuat. Keempat dan terakhir yaitu menekankan penyelesaian (treatment recommendation) yang digunakan untuk melihat apa yang dikehendaki dan

ditawarkan wartawan untuk mengatasi permasalahan.

3.6. Tahapan-tahapan Analisis Framing

Peneliti bertujuan untuk mengurai dan membedah berita-berita mengenai peristiwa tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang menewaskan seorang pelajar pada situs berita online Kompas dot com dan Vivanews dot com dengan menggunakan perangkat framing Robert N. Entman. Berikut tahapan-tahapan analisisnya :

1. Peneliti mengumpulkan berita-berita mengenai peristiwa tawuran pelajar SMA 6 dan SMA 70 Jakarta dari situs berita Kompas dot com dan Vivanews dot com yang ditampilkan pada 26 s.d 28 September 2012. Dan dilanjutkan dengan menentukan frame dari gagasan utama isu yang diajukan sebagai sentral penelitian.

2. Karena pada situs berita online kecepatan update beritanya sangat cepat sehingga satu hari bisa menyajikan lebih dari satu berita maka berita tersebut akan dikumpulkan menjadi satu untuk dideskripsikan.

(55)

a. Problem Identification (pendefinisian masalah) merupakan master frame / bingkai yang paling utama. Elemen ini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau sebuah peristiwa maka elemen ini digunakan untuk melihat bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, oleh karena itu bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

b. Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai

actor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

c. Make Moral Judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang digunakan untuk membenarkan / memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan maka dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

(56)
(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejar ah Kompas.com

Situs berita kompas.com adalah bagian dari grup Kompas yang berlokasi di Jl. Palmerah Selatan 19 Jakarta. Oleh karena itu keberadaannya tidak terlepas dari sejarah surat kabar kompas itu sendiri. Sejarah terbitnya komps tidak dapat dipisahkan dengan pergolakan masa orde lama. Cikal bakal terbitnya kompas muncul atas ide dari pelaku sejarahwan pergolakan tersebut, yang gugur sebagai pahlawan revolusi, yaitu Letjend Ahmad Yani (1922-1965). Letjend Ahmad yani yang saat itu menjabat Panglima TNI AD menghubungi salah satu rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang bisa menyaingi dan mengimbangi pers komunis.

(58)

Ketika bentara rakyat akan tertib, Drs. Frans Seda yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perkebunan, datang menemui Presiden Soekarno untuk urusan kenegaraan, presiden menanyakan nama koran yang akan terbit. Drs. Frans Seda menyebutkan nama bentara rakyat , yang kemudian dirubah menjadi “Kompas” oleh Presiden Soekarno. Menurutnya nama Kompas mampu dijadikan petunjuk arah yang jelas bagi pembacanya, sebagaimana arti sesungguhnya alat navigasi “Kompas” yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin.

Kompas pun resmi menjadi surat kabar, sedangkan nama yang sudah disiapkan sebelumnya, yaitu Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan surat kabar Kompas. Pada bulan-bulan pertama, Kompas dipelesetkan menjadi Kompt Pas Morgen atau “Kompas”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan Katholik. Diawali tidak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi berada di Jalan intu Besar Selatan yang kemudian pindah ke Jalan Palmerah Selatan 22-26 Jakarta.

Undang-undang pokok pers tahun 1982 dan ketentuan surat ijin usaha penerbitan pers mewajibkan pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982, penerbitan kompas tidak lagi yayasan bentara rakyat, tetapi PT Kompas Media Nusantara.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2 Korpus
Tabel 6
Tabel 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat lain dari penggunaan media sistem informasi berbasis Web bagi masyarakat, konsumen dan pelanggan adalah website sangat bermanfaat yaitu memudahkan konsumen

Pemahaman siswa terhadap pembelajaran ditandai dengan adanya rasa motivasi atau ketersediaan siswa mengikuti pembelajaran yang tinggi seperti siswa mendengarkan dengan

Adsorpsi adalah proses yang terjadi pada permukaan suatu zat padat yang. berkontak dengan suatu larutan dimana terjadi akumulasi

Tampaknya administrasi publik dapat diidentifikasi; 1) Cabang eksekutif pemerintahan, yang sangat terkait penting dengan badan legislatif dan yudikatif, 2)

Sebagaimana yang terjadi di MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus banyak peserta didik yang kurang tertarik pada mata pelajaran Fiqih, banyak peserta didik masih

Skor kondisi pastura (SKP) pada UP3J yang terdiri dari padang penggembalaan terintegrasi dengan Indigofera sp., padang penggembalaan recovery dan padang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat-Nya kepada penulisan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

Guna mendukung sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang seragam maka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur menyusun Laporan keuangan sebagaimana