• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “A” KUDUS Jantung Koroner Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kudus Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “A” KUDUS Jantung Koroner Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kudus Tahun 2012."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG

KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “A” KUDUS

TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

SAMROTUL CHUSNA

K 100 090 057

FAKULTAS FARMASI

(2)
(3)

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “A” KUDUS TAHUN 2012

USING MEDICINE IN CORONARY HEART DISEASE PATIENTS HOSPITALIZED IN HOSPITAL “A” KUDUS IN 2012

Samrotul Chusna*#, dan Nurul Mutmainah * *Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

#E-mail: samrochamna@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat pada pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit “A” Kudus tahun 2012 berdasarkan jenis obat yang digunakan pada pasien PJK sesuai dengan rekomendasi dari Journal of American College of Cardiology. Jenis penelitian ini bersifat non eksperimental secara retrospektif dan dianalisis dengan metode deskriptif. Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis. Subyek penelitian adalah pasien PJK yang dirawat inap di Rumah Sakit “A” Kudus pada tahun 2012. Data yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, berat badan, jenis obat yang digunakan, dosis obat, data laboratorium serta hasil pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis obat yang digunakan pada penderita PJK paling tinggi adalah golongan nitrat (ISDN), antiplatelet (aspirin dan klopidogrel), antikoagulan (warfarin dan heparin), ACE

inhibitor (kaptopril, lisinopril dan ramipril), beta bloker (bisoprolol, propanolol dan atenolol), golongan statin (simvastatin, atorvastatin dan pravastatin), dan antagonis Kalsium (amlodipin dan diltiazem) sesuai dengan rekomendasi dari Journal of American College of Cardiology.

Kata Kunci: Pengobatan Jantung Koroner, Rumah Sakit “A”, Obat, Penyakit Jantung Koroner.

ABSTRACT

Coronary Heart Disease (CHD) is currently one of the major causes of death and the first in developed and developing countries, including Indonesia. This research aims to determine the accuracy of the using medicine in patient with coronary heart disease in the Hospital “A” Kudus in 2012 show that kind of medicine that be used by Coroner Hearth Disease patient suit with recommended by Journal of American College of Cardiology. Kind of this research has characteristic non-experiment retrospectively and is analyzed by descriptive method. Research material that was used is medical record. Research subject is CHD patient who hospitalized in the hospital “A” Kudus in 2012. Data that was used are age, sex, weight, kind of medicine was used, dose of medicine, data of laboratory and results of treatment. Result of this research showed that kind of medicine that given by Coroner Hearth Disease patients is nitrate (ISDN), antiplatelet (aspirin and clopidogrel), anticoagulant (warfarin and heparin), ACE inhibitor (captopril, lisinopril, and ramipril), betablocker (bisoprolol, propanolol, and atenolol), Statin (simvastatin, atorvastatin and pravastatin), calcium antagonis (amlodipine and diltiazem), suit with recommended by Journal of American College of Cardiology.

(4)

2 PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan

salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang,

termasuk Indonesia (Muchid dan Panjaitan., 2006). Lebih dari 80% kematian akibat

penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan

semakin banyak menimpa populasi usia dibawah 60 tahun, yaitu usia produktif (Rilantono,

2012). Di Indonesia dilaporkan PJK merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh

kematian, yakni sebesar 26,4%,. Angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian

yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu di antara empat

orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai

peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi,

dan banyak faktor lain yang saling terkait (Muchid dan Panjaitan., 2006).

Tujuan utama dari pengobatan yaitu menghilangkan rasa sakit pasien dan

mengusahakan memperkecil resiko dari komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.

Penyakit jantung koroner sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus senantiasa

dikontrol (Majid, 2007). Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar

mengurangi atau bahkan menghilangkan keluhan, yang paling penting adalah memelihara

fungsi jantung sehingga harapan hidup akan meningkat (Yahya, 2010).

Pengobatan merupakan suatu hal yang penting, namun jenis dan takaran yang salah

justru bisa membahayakan. Pasien sedapat mungkin mengetahui efek samping obat

sebelum menyetujui penggunaan obat yang digunakan oleh dokter. Banyak dokter

memiliki kebijakan untuk menerangkan manfaat maupun akibat samping dari suatu obat

sebelum menuliskan resep (Soeharto, 2004). Banyak penderita serangan jantung yang

kembali ke rumah setelah perawatan beberapa hari, sebagian perlu perawatan

berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena fungsi jantung sudah menurun. Diantara penderita

serangan jantung itu, ada pula yang tidak dapat diselamatkan (Yahya, 2010).

Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit

penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan perkembangan iskemik

menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan. Oleh karena itu,

pemilihan jenis obat akan sangat menentukan kualitas penggunaan obat dalam pemilihan

terapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan

petimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya

jenis obat yang tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama

(5)

Obat dan Makanan, 2000). Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan

evaluasi pengobatan jantung koroner.

METODE PENELITIAN

A.Kategori dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non-eksperimental yaitu penelitian

dengan pengambilan data tanpa perlakuan terhadap subyek uji. Rancangan yang digunakan

adalah analisis deskriptif untuk mengetahui ketepatan pemilihan obat pada penyakit

jantung koroner.

B.Penentuan Jumlah Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk

dijadikan sampel. Sampel yang diambil dengan metode purposive sampling sesuai dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Data rekam medik lengkap yang memuat identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin),

nomor rekam medik, kondisi pasien, karakteristik pasien, diagnosa utama pasien,

penyakit penyerta dan jenis obat yang diberikan berdasarkan golongan obat.

2. Diagnosis utama PJK, IHD, APTS dan AMI yang disertai dengan komplikasi/penyakit

penyerta.

3. Data laboratorium : Serum Kreatinin.

4. Pasien dewasa (umur > 20 tahun).

C.Analisa Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode analisis deskriptif non analitik, karena

penelitian ini untuk menggambarkan keadaan sebenarnya di dalam suatu komunitas

kemudian dibandingkan dengan Standar pengobatan yang dipakai. Untuk mendapat

ketepatan penggunaan obat pada masing-masing kasus, maka dilakukan evaluasi sebagai

berikut yaitu karakteristik pasien yang meliputi usia, diagnosa penyakit penyerta dan jenis

obat yang diberikan serta mengevaluasi pasien yang tidak tepat indikasi, tidak tepat obat,

tidak tepat pasien dan tidak tepat dosis berdasarkan evidence-based medicine dan diolah

menjadi bentuk data tabel persentase.

D.Jalannya Penelitian

1. Tahap Perijinan

Perijinan untuk melakukan penelitian diperoleh ketika proposal dan seminar

(6)

4 pendahuluan pada Rumah Sakit yang akan diteliti dengan meminta persetujuan dari kepala

Rumah Sakit “A” dan menyerahkan proposal penelitian.

2. Tahap Penelusuran Data

Proses penelusuran data dimulai dari observasi laporan unit rekam medik Rumah

Sakit Umum “A” Kudus. Pengambilan data diambil dari catatan rekam medik Rumah Sakit

“A” Kudus dari rekam medik yang diperoleh.

3. Pencatatan Data Dilakukan Dalam Lembar Laporan

Data meliputi data pasien (no registrasi, umur, jenis kelamin, data laboratorium,

pemeriksaan fisik) dan terapi penggunaan obat (nama obat, golongan, rute pemberian,

dosis obat, dan lama pemberian). Hasil penelitian ini kemudian disajian dalam bentuk

tabel.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada bulan Desember 2013, setelah semua data lengkap.

5. Membuat pembahasan, kesimpulan, dan saran.

E.Teknik dan Model Analisis

Data diperoleh dari penelusuran kartu rekam medik pasien penyakit jantung

koroner rawat inap di Rumah Sakit “A” Kudus tahun 2012 secara retrospektif dan

dianalisis dengan Pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung koroner tahun 2006.

Data diambil dengan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi sebagai

berikut yaitu data rekam medik yang memuat identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin),

nomor rekam medik, kondisi pasien, karakteristik pasien, diagnosa utama pasien, penyakit

penyerta dan jenis obat yang diberikan berdasarkan golongan obat dengan diagnosis utama

PJK, IHD, APTS dan AMI yang disertai dengan komplikasi/penyakit penyerta.

Selanjutnya data laboratorium meliputi Serum Kreatinin. Lalu pasien dewasa (umur > 20

tahun).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Proses Penelusuran Data

Proses penelitian dilakukan dengan cara mengamati satu per satu kartu rekam

medik pasien rawat inap di Rumah Sakit “A” Kudus tahun 2012. Dari jumlah 166 kasus

pasien PJK rawat inap di Rumah Sakit “A” Kudus, diambil 90 kasus (sebagai bahan

penelitian) karena mempunyai data rekam medik lengkap serta memenuhi kriteria inklusi,

(7)

B.Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian antara lain didasarkan pada jenis kelamin, usia dan

Penyakit penyerta.

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin, Usia, dan Penyakit Penyerta Pasien PJK Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “A” Kudus Tahun 2012

No Karakteristik Jumlah Pasien Presentasi (%)

1. Jenis Kelamin

Penyakit jantung koroner sering terjadi pada semua jenis kelamin, berdasarkan

tabel diatas menunjukkan bahwa angka kejadian akibat PJK pada laki-laki lebih besar

sebanyak 50 kasus dibandingkan pada perempuan yaitu sebanyak 40 kasus dari jumlah 90

pasien. Persentase pada laki-laki sebesar 55,6% dan pada perempuan sebesar 44,4%.

Sedangkan usia yang paling tinggi terkena penyakit jantung koroner yaitu antara usia

51-60 tahun sebanyak 27 kasus dengan persentase 30%, dan usia yang paling sedikit terkena

penyakit jantung koroner yaitu antara usia >20-30 tahun dengan persentase 1,1%.

Selanjutnya diagnosis PJK dengan penyakit penyerta terbesar adalah hipertensi dengan

jumlah kasus 34 kasus dan persentase 28%. Penyakit penyerta selanjutnya adalah diabetes

mellitus dengan jumlah kasus 27 dan persentase 22%. Serta untuk penyakit penyerta paling

sedikit yaitu TB, HIV, ISPA, ISK, dan Cystitis dengan jumlah kasus 1 dengan persentase

(8)

6 C.Profil Peresepan Berdasarkan Golongan dan Jenis Obat

Obat yang digunakan untuk pasien rawat inap penderita jantung koroner di Rumah

Sakit “A” Kudus berdasarkan acuan pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung

koroner tahun 2006 adalah golongan nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium, antiplatelet,

ACE I, statin, dan antikoagulan.

Tabel 2 diketahui bahwa golongan obat yang paling banyak digunakan adalah

golongan obat nitrat yaitu sebanyak 83 kasus dengan persentase 92,22%, sedangkan

penggunaan obat terendah yang digunakan adalah golongan antagonis kalsium sebanyak

21 kasus dengan persentase 23,33%.

Tabel 2. Penggunaan Obat pada Pasien PJK Rawat Inap Rumah Sakit “A” Tahun 2012

No. Kelas terapi Golongan Nama generik Jumlah Persentase (%) 1. Antibiotik Sefalosporin

Kuinolon 8. Penurun kolesterol Statin

Fibrat

9. Vasodilator Vasodilator perifer Flunarizin 1 1,11

10. Analgesik, antipiretik Analgesik narkotik Analgesik non narkotik

Antirematik, antipirai 12. Anti diabetik Sulfonilurea

(9)

No. Kelas terapi Golongan Nama generik Jumlah Persentase (%) Insulin kerja singkat

Insulin kerja lama

Apidra

Obat untuk kulit Anti Bakteri

Prednison 15. Psikofarmaka Antiansietas dan anti

insomnia 17. Obat saluran cerna Antasida dan ulkus

Antiemetik

Serum dan imunoglobulin Albumin Human

19. Antimikroba Asam Pipemidat 2 2,22

20. Transfusi darah PRC 4 4,44

Berdasarkan evidence-based medicine menunjukkan bahwa tingkat rekomendasi

obat paling tinggi pada penderita PJK yaitu golongan nitrat. Nitrat merupakan terapi lini

pertama pada gejala angina pada pasien PJK. Nitrat dapat menurunkan angina sebesar

48,2%. Sedangkan antiplatelet merupakan terapi lini pertama pada pasien SKA.

Antikoagulan terbukti menurunkan angka kejadian SKA dan gejala angina. ACE inhibitor

menurunkan angka kematian 98% pada pasien dengan infark miokard. Beta blocker

terbukti dapat mengurangi angka kematian pada pasien PJK. Kejadian kematian per 1000

(10)

8 target yaitu 100 mg/dl. Golongan antagonis Kalsium para non-dihidropiridin (diltiazem

dan verapamil) terbukti dapat menurunkan kejadian kematian.

D. Kelemahan penelitian

Kelemahan penelitian ini adalah dilakukan secara retrospektif berdasarkan data

rekam medik pasien rawat inap yang ada, sehingga tidak dapat mengetahui secara langsung

kondisi pasien yang sebenarnya. Oleh karena itu, penelitan perlu ditindaklanjuti khususnya

observasi langsung kondisi pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari analisis data hasil penelitian serta pola penggunaan obat jantung koroner di

RSUD Kudus tahun 2012 menunjukan bahwa dari 90 pasien terdiagnosa PJK di RSUD

Kudus tahun 2012 ditemukan bahwa penggunaan obat pada penderita PJK paling tinggi

adalah golongan nitrat sebesar 92,22% dan yang paling rendah adalah antagonis Kalsium

sebesar 23,33%.

Berdasarkan evidence-based medicine menunjukkan bahwa tingkat rekomendasi

obat paling tinggi pada penderita PJK yaitu golongan nitrat. Nitrat merupakan terapi lini

pertama pada gejala angina pada pasien PJK. Nitrat dapat menurunkan angina sebesar

48,2%. Sedangkan antiplatelet merupakan terapi lini pertama pada pasien SKA.

Antikoagulan terbukti menurunkan angka kejadian SKA dan gejala angina. ACE inhibitor

menurunkan angka kematian 98% pada pasien dengan infark miokard. Beta blocker

terbukti dapat mengurangi angka kematian pada pasien PJK. Kejadian kematian per 1000

orang/tahun berkurang sebesar 47,2%. Terapi golongan statin pada pasien PJK

menunjukkan bahwa 91% LDL pada pasien yang mendapatkan terapi tersebut mencapai

target yaitu 100 mg/dl. Golongan antagonis Kalsium para non-dihidropiridin (diltiazem

dan verapamil) terbukti dapat menurunkan kejadian kematian.

B.Saran

Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan dengan

kategori evaluasi seluruh obat dan interaksi penggunaan obat jantung koroner serta perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemilihan obat PJK pada pasien secara prospektif.

Oleh karena itu, penelitan perlu ditindaklanjuti khususnya observasi langsung kondisi

(11)

DAFTAR ACUAN

Anonim, 2009, British National Formulary 57, Lamberth High Street, London.

Badan POM RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 1, 6, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Leatham, A., 2006, Lecture Notes Kardiologi, Erlangga, Jakarta.

Majid, A., 2007, Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan Terkini (online).

(http:// respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf diakses25 Mei 2013).

Menkes, 2009, Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 854, Jakarta.

Muchid, dkk., 2006, Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Penerbit Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Rilantono, LI., 2012, Penyakit Kardiovaskular (PKV) : 5 Rahasia, Edisi Pertama, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeharto, 2001, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soeharto, 2004, Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol, Edisi Ketiga, hal 387, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yahya, A.F., 2010, Menaklukkan Pembunuh no.1 : Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat, PT Mizan Pustaka, Bandung.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin, Usia, dan Penyakit Penyerta Pasien PJK Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “A” Kudus Tahun 2012
Tabel 2. Penggunaan Obat pada Pasien PJK Rawat Inap Rumah Sakit “A” Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran kearah yang lebih baik lagi pada penerapan model di

Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis untuk melakukan Penulisan Hukum dengan judul “ Pelaksanaan Kewenangan atas Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio bagi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan teknik psikodrama untuk mereduksi konformitas teman sebaya yang berlebihan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri

Dengan hak bebas royaiti non-eksklusif ini Unir-ersitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengaiihmediakan, mengelolanya dalam bentuk pangkaian data (database),

[r]

[r]

[r]

PT Purindo Logistics merupakan freight forwarder yang juga memberikan pelayanan untuk pengurusan dokumen ekspor seperti SKA (Surat Keterangan Asal), LS (Laporan Surveyor), dokumen