commit to user
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
LILIK SETIANINGRUM K 5407030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2010
Oleh :
LILIK SETIANINGRUM K 5407030
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad, M.Si. Setya Nugraha, S.Si,M.Si.
NIP.19640507 199003 1 011 NIP. 19670825 199802 1 001
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 28 Februari 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. 1. ...
Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si. 2. ...
Anggota I : Drs. Ahmad, M.Si. 3. ...
Anggota II : Setya Nugraha, S.Si, M.Si. 4. ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user ABSTRAK
Lilik Setianingrum. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN
TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman tebu, (2) mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kacang tanah, dan (3) Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu lahan yang terdapat di
Kecamatan Jenar, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling terdiri
dari 11 sampel yang tersebar di Kecamatan Jenar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan
adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh
tanaman tebu dan kacang tanah dengan kualitas dan karakteristik lahan. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya di setiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat rendah dan sedang, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah adalah pada setiap subkelas kesesuaian lahan pada masing-masing tanaman. Di daerah penelitian tidak ditemukan petani yang membudidayakan tanaman kacang tanah sehingga yang dapat diketahui produktivitasnya hanya tanaman tebu. Analisis selanjutnya adalah dilakukan rata-rata produktivitas tanaman tebu pada satuan lahan berdasarkan pada tingkat subkelas kesesuaian lahan kemudian diklasifikasikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yaitu subkelas kesesuaian lahan N1 r (15,47%), subkelas kesesuaian lahan S3 r,n (7,72%), subkelas kesesuaian lahan S3 r (4,90%), subkelas kesesuaian lahan S3 n (0,60%), subkelas kesesuaian lahan S2 r, f, n, s/m (64,89%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m,e (4,18%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n (2,24%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; dan kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r. (2) terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah yaitu subkelas kesesuaian lahan S3r,n (6,85%), subkelas kesesuaian lahan S3r (0,60 %), subkelas kesesuaian lahan S3s/m (4,82%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m (5,15%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,n,s/m (82,58%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r dan S3s/m; dan kesesuaian lahan potensial
commit to user
untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,n,s/m dan S3s/m. (3) Produktivitas tanaman tebu tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m yaitu 86,92 ton/Ha dan produktivitas tanaman tebu terendah terdapat subkelas kesesuaian lahan S3 r yaitu 60,00 ton/Ha.
commit to user
ABSTRACT
Lilik Setianingrum. LAND SUITABILITY EVALUATION FOR SUGARCANE AND PEANUT PLANT AT JENAR DISTRICT IN SRAGEN REGENCY 2010, Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Februari 2011.
The aim of this research are: (1) to know sub-class level of actual and potential land suitability for sugarcane plant, (2) know sub-class of actual and potential land suitability for peanut plant, and (3) know sugarcane and peanut productivity each land suitability sub-class at Jenar District.
This research uses spatial descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jenar District, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 11 land units spread over at Jenar District. Technique of data collected through field observation, interview, laboratory analysis, and document analysi. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of sugarcane and peanut plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at low and medium level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of sugarcane and peanuts are at each subclass of land suitability for each plant.In the study area can not find farmers who cultivate plant of peanuts, so that it can be seen only sugarcane productivity. Further analysis was performed an average productivity of sugarcane crop on land units based on land suitability subclass level then classified.
Based on the result of the research it can concluded as follows: (1) there are 7 subclass actual land suitability for sugarcane plant, those are land suitability subclass N1 r (15.47%), land suitability subclass r S3 (4.90%),%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m (64.89%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m,e (4.18%), and land suitability subclass S2 r,f,n (2.24%); potential land suitability for sugarcane plant with a low management level produced six land suitability subclass include: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; and potential land suitability for sugarcane plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, and N1r. (2) There are 5 subclass actual land suitability for peanut plant, those are land suitability subclass S3r,n (6.85%), land suitability subclass S3r (0.60%), land suitability subclass S3s/m (4.82%), land suitability subclass S2r,f,n,s/m (5.15%), and land suitability subclass S2r,n,s/m (82.58%); potential land suitability for peanut plant with low management level produced 4 subclass suitability include: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r and S3s/ m; and potential land suitability for peanuts plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2s/m, S2r,s/m, S2r, f,n,s/m and S3s/m. (3) Highest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S2 r,f,n,s/m which is 86.92 tons/ha and have the lowest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S3r is 60.00 tons/ha.
commit to user MOTTO
I t’s not just the sugar that makes the tea sweet, but the stirring. (Sam L evenson)
K ebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh
(Confusius)
commit to user PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
I bu dan Bapak tercinta atas doa dan kasihnya
Saudaraku Joko Burhantoro
Pakde Siwanto Sekeluarga & K eluarga Besarku
Saudara/ i ku Geografi 2006
Almamater
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman
dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin dalam
Geografi yang telah memberikan bimbingan arahan, serta ijin dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ahmad, M.Si selaku Pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Setya Nugraha S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, semangat serta pengalaman yang sangat
bermanfaat.
6. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan.
8. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
9. Pemerintah Kecamatan Jenar yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian dan seluruh warga yang telah membantu dalam pengumpulan
data.
commit to user
10.Bekti dan Novika atas bantuannya dalam penyusunan peta.
11.Abidin, Ardhian, Tedi, Dyas, Maryanti, dan Rohmat atas bantuannya
dalam penelitian.
12.Keluarga kost “Rattimas” dan “Al Banat” yang telah memberikan
dukungan, bantuan dan semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Adik-adik Geografi ‘07 terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Meskipun disadari, skripsi ini jauh dari sempurna, namun diharapkan
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan ilmu geografi pada khususnya.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
commit to user
3. Kesesuaian Lahan ... 14
4. Kualitas dan Karakteristik Lahan... 18
5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual)... 28
6. Kesesuaian Lahan Potensial... 28
7. Tebu (Saccharum officinarum)... 28
8. Industri Gula... ... 32
9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)... 33
10.Metode Evaluasi Lahan... 36
11.Satuan Lahan... 37
12.Produktivitas Tanaman... 37
13.Konservasi Tanah... ... 38
14.Sistem Informasi Geografis (SIG)... 39
B. Penelitian yang Relevan ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data... 55
1. Observasi Langsung ... ... 55
2. Wawancara ... ... 55
3. Analisis Laboratorium ... ... 56
4. Analisi Dokumen ... ... 56
F. Teknik Analisis Data... 56
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Tebu ... ... 57
commit to user
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Tanaman Kacang Tanah ... 58
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ... . 61
G. Prosedur Penelitian... 62
1. Tahap Persiapan ... ... 62
2. Tahap Penyusunan Proposal ... 62
3. Tahap Penyiapan dan Penyusunan Instrumen ... 62
4. Tahap Pengumpulan Data ... ... 63
5. Tahap Analisis Data ... ... 63
6. Penulisan Laporan Penelitian ... 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 82
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Tebu ... 82
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah ... 126
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ... 146
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999-2005 ... 3
Tabel 2. Jumlah PG dan Kapasitas Terpasang Industri Gula Indonesia ... 4
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tebu dan Gula ... 5
Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total... 22
Tabel 10. Klasifikasi Phospat (P2O5)... 22
Tabel 11. Klasifikasi K2O Tersedia... 23
Tabel 12. Klasifikasi Batuan Permukaan... 23
Tabel 13. Klasifikasi Kemiringan Lereng... 24
Tabel 14. Klasifikasi Singkapan Batuan... 25
Tabel 15. Klasifikasi Banjir/Genangan... 26
Tabel 16. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail... 27
Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu... . 31
Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah... 35
Tabel 19. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan Pengerjaan Secara Manual... 41
Tabel 20. Penelitian yang Relevan... 46
Tabel 21. Waktu Penelitian ... ... 50
Tabel 22. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya... 59
Tabel 23. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya... 60
Tabel 24. Nama dan Luas Desa Di Kecamatan Jenar ... ... 66
commit to user
Tabel 25. Curah Hujan Kecamatan Jenar Dari Tahun 2000-2009
(dalam mm) ... ... 70
Tabel 26. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ... ... 73
Tabel 27. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jenar Tahun 2009 ... ... 82
Tabel 37. Kualitas dan Karakteristik Lahan Kecamatan Jenar Tahun 2010 ... 98
Tabel 38. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar ... ... 100
Tabel 39. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar ... ... 101
Tabel 40. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 102
Tabel 41. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... 111
Tabel 42. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... ... 115
Tabel 43. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
commit to user
di Kecamatan Jenar ... ... 120
Tabel 44. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... ... 121
Tabel 45. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ... ... 123
Tabel 46. Subkelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah
di Kecamatan Jenar ... ... 127
Tabel 47. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual
Untuk Tanaman Kacang Tanah di Kecamatan Jenar ... 128
Tabel 48. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ... ... 135
Tabel 49. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ... . 136
Tabel 50. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ... ... 138
Tabel 51. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ... 141
Tabel 52. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ... 142
Tabel 53. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ... ... 144
Tabel 54. Produktivitas Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar Tahun 2010 ... 147
Tabel 55. Produktivitas Tanaman Tebu Tiap Desa di Kecamatan Jenar
Tahun 2010 ... 150
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk
Evaluasi Lahan ... 14
Gambar 2. Tanaman Tebu ... 30
Gambar 3. Tanaman Kacang Tanah ... 34
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ... 49
Gambar 5. Skema Alur Penelitian ... 64
Gambar 6. Diagram Persentase Luas Kecamatan Jenar ... 66
Gambar 7. Diagram Tipe Iklim Kecamatan Jenar Menurut Koppen Periode 2000-2009 ... 72
Gambar 8. Tipe Curah Hujan Kecamatan Jenar Tahun 2000-20009 Menurut Schmidt dan Ferguson ... 74
Gambar 9. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Rendzina ... 79
Gambar 10. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Regosol ... 80
Gambar 11. Segitiga Tekstur Tanah ... 92
Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Jenar ... 102
Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ... 103
Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ... 104
Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Banyurip ... 105
Gambar 16. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Kandang Sapi... . 106
Gambar 17. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m,e di Desa Jenar... 107
Gambar 18. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n di Desa Banyurip... 108
Gambar 19. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ... 129
Gambar 20. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ... 129
Gambar 21. Subkelas Kesesuaian Lahan S3s/m di Desa Jenar ... 130
Gambar 22. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Banyurip ... 131
Gambar 23. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,n,s/m di Desa Kandang Sapi ... 132
commit to user DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jenar ... 67
Peta 2. Geologi Kecamatan Jenar ... 77
Peta 3. Lereng Kecamtan Jenar ... 84
Peta 4. Macam Tanah Kecamatan Jenar ... 86
Peta 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar ... 88
Peta 6. Satuan Lahan Kecamatan Jenar ... 90
Peta 7. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ... 109
Peta 8. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar ... 114
Peta 9. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ... 122
Peta 10. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah Kecamatan Jenar ... 133
Peta 11. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar ... 137
Peta 12. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ... 143
Peta 13. Produktivitas Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ... 153
Peta 14. Rekomendasi Tumpangsari Tanaman Tebu & Kacang Tanah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 ... 163
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Responden Wawancara
Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 3. Daftar Checklist Lapangan
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan dan Tabel Isian Wawancara
Lampiran 5. Perijinan
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi
sumberdaya alam yang merupakan unsur dari lingkungan yang
mendukung kehidupan di muka bumi. Dalam pengelolaan sumberdaya alam harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dan keselarasannya sehingga akan bermanfaat
bagi generasi-generasi mendatang.
Sebagai modal dasar pembangunan nasional, sumberdaya alam harus
dimanfaatkan secara sepenuh-penuhnya, tetapi dengan cara yang tidak merusak.
Bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan haruslah yang dapat memelihara
dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk
pembangunan lebih lanjut di masa yang akan datang. Inventarisasi dan evaluasi
sumberdaya alam sangatlah penting dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik di darat, laut maupun di udara yang
sangat diperlukan bagi pembangunan.
Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbnagkan. (Sitorus, 1998:1).
Sejarah pertanahan di Indonesia dimulai sejak jaman kerajaan dimana
pada saat itu semua tanah dikuasai oleh raja. Kebijakan tersebut terus berlanjut
pada saat Inggris menjajah Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Gubernur
Jenderal Raffles mengenalkan sistem sewa tanah di pulau Jawa. Raffles
memandang semua tanah sebagai milik raja-raja Jawa. Karena raja telah
commit to user
mengakui kedaulatan Inggris, maka tanah menjadi kepunyaan negara. Teori ini
menjadi dasar untuk penerapan sistem sewa tanah di Jawa.
Raffles meninggalkan Jawa pada tahun 1816, setelah pulau tersebut dikembalikan Inggris kepada Belanda. Belanda meninjau kembali kebijaksanaan mereka atas Jawa. Gubernur Jenderal Van Der Cappellen menerapkan suatu kebijaksanaan, diantaranya ialah, bahwa penduduk Jawa bebas menggunakan tanah mereka untuk menanam yang mereka kehendaki, tapi sebagai imbalan atas hak ini, orang-orang tersebut harus membayar sewa atas tanah. (Rajagukguk, 2007: 1)
Van Den Bosch, yang menggantikan Van Der Cappellen, muncul dengan
suatu gagasan Culturstelsel. Tujuannya adalah untuk membuat Jawa sebagai suatu
aset yang bernilai dengan menghasilkan sebanyak mungkin kopi, gula dan nila
dengan biaya produksi yang serendah mungkin. Menurut sistem yang baru ini,
rakyat harus menanam 1/5 tanah desa dengan tebu, kopi atau nila. Persyaratan
tersebut kemudian diganti menjadi 1/3. Keberhasilan produksi gula (dan juga
perkebunan besar lain) di Indonesia dimasa kolonial pada dasarnya disebabkan
oleh dua faktor utama, yaitu kemudahan memperoleh tanah yang murah dan
tenaga kerja yang murah.
Sistem tanam paksa menciptakan kekuasaan otoriter pada tingkat atas
dan kesengsaraan pada kalangan rakyat. Sistem itu juga menhapuskan peranan
usaha-usaha swasta. Situasi ini menjadi pusat kritik Partai Liberal, yang kemudian
berkembang semakin kuat dan akhirnya pada tahun 1854, memenangkan suatu
mayoritas di Parlemen Belanda.
commit to user
Pada masa itu, terutama sejak diberlakukannya Undang-undang Agraria
1870 (Agrarische Wet 1870), yang memberikan hak ”erfpacht” (hak sewa turun
temurun) dan hak ”opstal” (hak untuk membangun atau mengusahakan tanah
milik orang lain) selama 75 tahun kepada perusahaan-perusahaan swasta,
perusahaan Belanda dan negeri lain datang ke Indonesia membuka
perkebunan-perkebunan tembakau, gula, karet, teh dan kelapa sawit. Komoditi tersebut di jual
di pasar Eropa dan Amerika Utara.
Pada tahun 1975, melalui Instruksi Presiden (Inpres) No 9/1975,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan perijbahan struktural dalam
organisasi industri gula. Perubahan yang mendasar adalah bahwa penanaman tebu
yang semula merupakan tanggung jawab pabrik gula (PG) yang dengan cara
menyewa tanah petani lalu mengelola sendiri pertanaman/perkebunan tebu diubah
menjadi tanggung jawab petani. Artinya, penanaman tebu menjadi tanaman milik
rakyat, sedangkan PG hanya berfungsi sebagai “buruh” pengolah tebu menjadi
gula, dan sebagai penasehat teknis dalam hal budidaya tebu. Sistem ini dikenal
sebagai “Tebu Rakyat Intensifikasi” atau TRI. Salah satu tujuan utama TRI adalah
agar petani diberi kesempatan untuk dapat menjadi “tuan di tanahnya sendiri”.
Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan
Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum
perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai. Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum tercapai (Arifin, 2008:1).
Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999 – 2005
Tahun Konsumsi Nasional
commit to user
di Kecamatan Jenar untuk tanaman tebu baik kesesuaian lahan sekarang maupun
kesesuaian lahan potensial.
Selain melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar adalah
dengan sistem tumpang sari, mengingat masa panen tanaman tebu yang relatif
lama, yaitu sekitar satu tahun. Tanaman palawija dapat dibudidayakan
berdampingan dengan tanaman tebu, seperti: kacang tanah, kedelai, kacang hijau,
jagung dan lain-lain. Selain itu, penduduk di kecamatan Jenar telah
membudidayakan tanaman tebu dalam kurun waktu yang relatif lama namun tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan pada taraf kesejahteraannya.
Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, agroindustri produk palawija,
serta industri peternakan dan perikanan. Perubahan penggunaan lahan pertanian
produktif menjadi areal pemukiman, prasarana umum, kawasan industri dan
wisata mengurangi areal tanam.
Sentra produksi kacang tanah di Indonesia antara lain adalah Kabupaten Tuban dan Blitar (Jawa Timur), serta Pati, Kudus, Blora, Sragen, dan Wonogirmei (Jawa Tengah). Deskripsi dan karakterisasi tanah merupakan langkah awal dalam mengenal dan membaca karakter tanah. Dengan memahami karakter tanah, kita dapat memanfaatkan tanah sesuai dengan watak dan kemampuannya, atau memanipulasi karakter tanah sesuai dengan prasyarat peruntukannya. (Sudaryono, 2009: 266).
Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah
kering (tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat
menjelang musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan
dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk
tanaman palawija, yakni tanaman yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini
tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Cara pemeliharaannya pun mudah
dilakukan. Adapun manfaat kacang tanah antara lain sebagai makanan manusia,
commit to user
Kabupaten Sragen sebagai salah satu daerah sentra produksi kacang
tanah belum semua daerahnya telah membudidayakan tanaman tersebut, termasuk
Kecamatan Jenar. Untuk itu, diperlukan data mengenai kualitas dan karakteristik
lahan di Kecamatan Jenar dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Selain
evaluasi lahan, diperlukan juga data mengenai produktivitas tanaman baik
tanaman tebu maupun tananaman kacang tanah.
Usaha tani tanaman pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah
diupayakan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia, serta faktor pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian
nasional. Di Indonesia, pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh: (1)
tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat, (2) meningkatnya
permintaan kacang tanah (4.4 % per tahun) yang ditandai terus meningkatnya
impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan, (3) adanya upaya
untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani, dan (4) masih
tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Meninjau perkembangan produksi kacang tanah nasional yang masih
tergolong rendah dengan peningkatan sebesar 1.43 % per tahun (periode 1991 –
2000), maka pemerintah dalam hal ini Dirjen Produksi Tanaman pangan
Departemen Pertanian menerapkan 9 strategi pengembangan produksi kacang
tanah. Dua diantaranya adalah mengembangkan kawasan/budidaya produksi
kacang tanah secara intensif pada lahan-lahan yang sesuai dan sangat sesuai
dengan mengidentifikasi lokasi pada lahan-lahan dengan produktivitas 15 kw/ha,
serta memperluas areal tanam.
Kesesuaian lahan mengindikasikan kelayakan teknis dari aspek lahan
untuk tanaman kacang tanah. Kesesuaian lahan memberikan data karakteristik
lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Pengolahan tanah merupakan
tindakan dasar dalam menyiapkan media tumbuh bagi tanaman agar akar tumbuh
dan berkembang sempurna. Apabila tanaman tumbuh di tempat yang sesuai maka
commit to user
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berkaitan dengan kajian evaluasi lahan untuk jenis
tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar dengan judul: “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu Dan Kacang Tanah Di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010”
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang timbul dari latar belakang tersebut di atas antara
lain:
1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di
Kecamatan Jenar yaitu 37,45% dari luas seluruh Kecamatan Jenar,
tanaman tebu tersebut ada yang tumbuh baik dan ada yang tidak sehingga
perlu diketahui tingkat kesesuaian lahannnya untuk tanaman tersebut.
2. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Jenar belum optimal, salah satu cara
mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah tersebut adalah dengan
sistem tumpangsari tanaman tebu dengan tanaman palawija. Hal ini
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar,
tanaman kacang tanah dipilih untuk dikaji dalam rangka mendukung
Kabupaten Sragen sebagai salah satu sentra produksi kacang tanah,
sehingga evaluasi kesesuaian lahan juga perlu dilakukan terhadap tanaman
kacang tanah.
3. Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
4. Penanaman tebu dan kacang tanah yang tidak memperhatikan kelas
kesesuaian lahan berakibat merusak lahan serta akan merugikan manusia
itu sendiri sehingga diperlukan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu dan kacang tanah.
5. Lahan di Kecamatan Jenar merupakan lahan yang kurang produktif
sehingga penduduk memanfaatkannya sebagai lahan kering dengan
ditanami tebu. Produktivitas tanaman tebu di daerah ini belum diketahui
commit to user
kacang tanah sebagai tanaman pendamping (tumpangsari) juga perlu
diketahui produktivitasnya.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian dengan
mengingat keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya kemampuan penulis dan untuk
mempertajam serta memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka
diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di
Kecamatan Jenar (37,45%) belum diketahuinya tingkat kesesuaian
lahannya, baik kesesuaian aktual maupun kesesuaian lahan potensial.
2. Tanaman kacang tanah sebagai tanaman palawija yang diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar juga perlu diketahui
kesesuaian lahannya, baik kesesuaian lahan aktual maupun kesesuaian
lahan potensial.
3. Perlunya perhitungan produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah di
Kecamatan Jenar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
tebu di Kecamatan Jenar?
2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
kacang tanah di Kecamatan Jenar?
3. Bagaimana produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar?
E. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
commit to user
1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
tebu di Kecamatan Jenar.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
kacang tanah di Kecamatan Jenar.
3. Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian lahan daerah penelitian.
b. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya
dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjtnya.
2. Manfaat Praktis
a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan tanaman tebu dan kacang tanah di
Kecamatan Jenar, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan guna proses perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan
dengan memperhatikan usaha konservasi lahan.
b. Setelah diketahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan yang merupakan aspek sosial-ekonomi dapat
diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik lahan di
Kecamatan Jenar, untuk perencanaan pembangunan di bidang pertanian
khususnya tebu dan kacang tanah dalam upaya peningkatan hasil produksi
pertanian.
c. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk media pembelajaran geografi di
SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis Dinamika dan
Kecenderungan Perubahan Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lahan
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik materiil maupun spirituil. (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan
dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.
2. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk
macam-macam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1993: 57).
Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survai atau penelitian bentuk bentang
alam, sifat serta distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi beserta
aspek-aspek lahan lainnya. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan membuat perbandingan dari macam-mcam pengunaan lahan yang
memberikan harapan positif. Macam-macam penggunaan lahan ini dalam evaluasi
lahan dikenal dengan LUT (Land Utilization Type) (Abdullah, 1993: 57).
Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi
secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui
percobaan-percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi
commit to user
ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu
lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu.
Evaluasi lahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap awal menentukan
satuan pemetaan. Satuan pemetaan diartikan sebagai satuan terkecil yang
digunakan untuk melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan. Satuan
lahan merupakan satuan wilayah dengan satu atau lebih karakteristik lahan
tertentu yang dapat digambarkan dalam satuan peta.
Evaluasi lahan sebagai penghubung antara berbagai aspek dan kualitas
fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan social ekonomi,
kaitannya dengan tujuan tersebut perlu penetapan faktor-faktor penciri. Hubungan
antara sifat lahan dan analisis social ekonomi serta penggunaan tergntung pada
pendekatannya, yaitu pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar (FAO dalam
Sitorus, 1998: 45).
a. Pendekatan Dua Tahapan (Two stage approach)
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan
secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan
tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk
tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi. (FAO
dalam Djaenudin, dkk, 2003: 15).
b. Pendekatan Sejajar (Paralel approach)
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan
ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi
dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan
pengujian faktor-faktor fisik (Djaenudin, dkk, 2003: 15).
Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk
commit to user
Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang
mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi
atau penggunaannya (Sitorus, 1998: 42).
Land suitability analysis is the process of determining the fitness of a
given tract of land for a defined use (Steiner, McSherry et al. 2000). In other
words, it is the process to determine whether the land resource is suitable for
some specific uses and to determine the suitability level. In order to determine the
most desirable direction for future development, the suitability for various land
uses should be carefully studied with the aim of directing growth to the most
appropriate sites. Establishing appropriate suitability factors is the construction
of suitability analysis. Initially, suitability analysis was developed as a method for
planners to connect spatially independent factors within the environment and,
consequently to provide a more unitary view of their interactions. Suitability
analysis techniques integrate three factors of an area: location, development
activities, and environmental processes. These techniques can make planners,
landscape architects and local decision-makers analyze factors interactions in
various ways. Moreover, such suitability analysis enables elected officials and
land managers to make decisions and establish policies in terms of the specific
landuses. (Al-Shalabi, 2006: 2)
Kerangka atau struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka
FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi
yang bersifat meningkat sebagai berikut:
a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian
atau keadaan kesesuaian secara global (umum).
b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau
commit to user
d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang
diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas.
Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ordo Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityOrder)
Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau
tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang
tergolong tidak sesuai (N).
1) Ordo Sesuai / Suitable Order (S)
Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan
untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan
terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil
pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang diberikan.
2) Ordo Tidak Sesuai / Not SuitableOrder(N)
Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas
sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara
lestari.
b. Kelas Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityClass)
Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada
tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam tiga kelas,
yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas,
yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).
1) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class) (S1)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan
tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan
tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak
menambah masukan (input) dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan
commit to user
2) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class) (S2)
Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap
produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas
tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani.
3) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class) (S3)
Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila
dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan
berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang
lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi
pemerintah atau pihak swasta.
4) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)
Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan
tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.
5) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2)
Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin
untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.
c. Subkelas Kesesuaian Lahan (LandSuitabilitySub-Class)
Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian lahan
yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam
suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan
dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan manjasi subkelas
berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas
terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang
diletakkan di belakang simbol kelas.
d. Satuan Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityUnit)
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam
subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang
commit to user
mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas
yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang
lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan
dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya (Djaenudin dkk,
2003: 14).
Kerangka ini disusun terutama untuk negara-negara berkembang,
walaupun dapat juga digunakan untuk negara-negara yang lebih maju (Sitorus,
1998: 49). Bagi keperluan evaluasi lahan di negara-negara sedang berkembang,
maka sangat bermanfaat adanya pemisahan antara kesesuaian sekarang (current
suitability) dan kesesuaian potensial (FAO dalam Sitorus 1998: 49).
Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan
yang berarti. Oleh karena itu klasifikasi kesesuaian ini dapat merupakan
penggunaan lahan sekarang, baik dengan tindakan pengelolaan sekarang ini atau
tindakan yang diperbaiki atau pada penggunaan lain (Sitorus, 1998: 49).
Klasifikasi kesesuaian potensial menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan
datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan. Dalam hal ini
perlu diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya
yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut (Sitorus, 1998: 50).
4. Kualitas dan Karakteristik Lahan
a. Kualitas Lahan
Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah,
penggunaan tanahnya, dan keadaan lingkungannya (Darmawijaya, 1992: 272).
FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat
lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang
commit to user
1) Suhu / Temperatur Udara (t)
Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut.
Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak
yaitu:
Keterangan:
26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis.
h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter).
(Arsyad, 1989: 223)
2) Ketersediaan Air (w)
Ketersediaan air terdiri dari:
a) Jumlah Bulan Kering
Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan
yang kurang dari 60 mm selama satu tahun.
Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah.
No. Kelas Curah Hujan (mm/bln)
1. Bulan Kering < 60
2. Bulan Basah ≥ 100
(Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28)
b) Hujan Tahunan Rata-Rata
Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang
dinyatakan dalam mm.
3) Keadaan Perakaran
a) Drainase Tanah
Keadaan mudah tidaknya air hilang dari permukaan tanah yang
mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau melalui peresapan
kedalam tanah.
commit to user
Dalam sistem USDA, dikenal 4 kelas kedalaman efektif yang juga
dipakai di Indonesia (Utomo, 1989: 57) yaitu:
k0 : dalam, jika kedalaman >90 cm
k1 : sedang, jika kedalaman 50-90 cm
k2 : dangkal, jika kedalaman 25-50 cm
k3 : sangat dangkal, jika kedalaman <25cm
4) Retensi Hara
Retensi hara terdiri dari:
a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation (Hakim dkk,
1986: 166). Kapasitas Tukar Kation menggambarkan jumlah atau besarnya kation
yang dapat dipertukarkan, sehingga semakin besar nilai KTK maka semakin
banyak kation yang dapat dipertukarkan sehingga ketersediaan hara tanaman akan
semakin meningkat (Wahyuningrum, 2003: 17). KTK ditentukan dengan
menganalisis contoh tanah di laboratorium.
Tabel 7. Klasifikasi KTK.
No. Kelas KTK (mg / 100g)
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).
b) pH tanah.
Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang
sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan
commit to user
satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga
Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah.
No. Kelas pH
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).
5) Ketersediaan Hara
Penggunaan tanah untuk tanaman tebu dan kacang tanah menyebabkan
perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas
mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa
organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial
redoks tanah (yoshida, 1978 dalam Sarwono, 2005 : 137). Berikut ini disajikan
kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk mengetahui
subkelas kesesuaian lahan.
Ketersediaan hara terdiri dari:
a) Nitrogen Total (N Total)
Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di
laboratorium dan dinyatakan dalam persen.
Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total.
No Kelas Nitrogen Total (%)
commit to user
5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual)
Kesesuaian lahan sekarang (aktual) menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan
yang berarti (Sitorus, 1995: 49).
6. Kesesuain Lahan Potensial
Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan
datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan (Sitorus, 1995:
50).
FAO (1976) dalam Sitorus (1995: 50) mengemukakan dalam proses
evaluasi lahan, daerah studi sebaiknya dibagi ke dalam satuan-satuan lahan
evaluasi atau satuan-satuan pemetaan lahan yang diharapkan akan memberikan
respons yang sama dalam hubungannya dengan tipe penggunaan lahan tertentu.
7. Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh
di daerah beriklim subtropis dan tropis. Pada awalnya orang menduga bahwa
tanaman tebu berasal dari India yaitu di wilayah sungai Gangga dan Indra. Hal ini
diperoleh berdasarkan tulisan-tulisan dalam buku-buku kuno bangsa Hindu yang
menyebutkan adanya tanaman tebu di daerah-daerah tersebut. Namun ada pula
dugaan bahwa tanaman tebu berasal dari kepulauan Polynesia termasuk
pulau-pulau di Indonesia bagian timur, karena di daerah ini lebih banyak ditemukan
jenis tanaman tebu. Belum ada kepastian dari dua dugaan tersebut, yang dapat
dipastikan adalah bahwa tanaman tebu sudah berabad-abad dikenal orang
Indonesia. Seorang bangsa Tiong Hoa yang singgah di Jawa pada tahun 400
menuliskan di buku perjalanannya tentang penduduk Jawa yang sudah menanam
tebu (Adisewojo 1971 dalam Yukamgo, 2007: 104).
Tanaman tebu termasuk golongan tanaman yang tumbuh di daerah
beriklim sedang sampai panas, yaitu terletak di antara 40º LU dan 38º LS. Selama
commit to user
tetapi setelah tua (6-8 bulan) dan pada saat proses pemasakan/panen (12-14 bulan)
tanaman tebu membutuhkan bulan kering dan ini sebaiknya tiba pada saat
berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Bila musim kering tiba sebelum pertumbuhan
vegetatif berakhir, maka tanaman tebu yang tidak diairi akan mati sebelum
mencapai tingkat masak, sebaliknya bila hujan turun terus-menerus maka
pertumbuhan vegetatif tebu tetap giat, sehingga tidak mencapai kadar gula
tertinggi. Di tempat-tempat yang dekat dengan garis khatulistiwa yang pada
umumnya perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau tidak jelas tanaman
tebu sulit dibudidayakan (Soepardiman 1996 dalam Yukamgo, 2007: 104).
Tebu merupakan tanaman Graminae atau rumput-rumputan yang ditanam
untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok
bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu
menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya belum mampu
mengimbangi besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) dan industri.
Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan
penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk yang
memerlukan bahan baku berupa gula (Anonim 2004 dalam Yukamgo, 2007: 103).
Di Indonesia tanaman tebu ditanam di berbagai jenis tanah, misalnya
tanah pasir, tanah lempung, tanah masam, dan tanah garaman (pasir pantai)
(Adisewojo, 1971). Sifat dan keadaan tanah tentu saja mempunyai pengaruh atas
tumbuhnya tanaman dan kadar gulanya dalam batang tebu. Hal yang harus
diperhatikan adalah tanah harus subur, gembur, kemampuan menahan air,
infiltrasi, dan permeabilitasnya baik. Di dataran yang terlalu tinggi (lebih dari
1300 meter di atas permukaan laut) pertumbuhan tanaman tebu sangat lambat dan
commit to user
Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu.
NO Kualitas / karakteristik Lahan
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 37)
commit to user
8. Industri Gula
Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara
nyata memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri. Indonesia
semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan
diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini justru berubah menjadi negara pengimpor
gula dalam jumlah cukup besar.
Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa
impor gula yang terjadi lebih besar dari angka resmi. Hal ini terjadi karena
produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1,69 juta ton.
Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat dari proses
yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Untuk
itu perlu suatu penanganan yang komprehensif dalam mengatasi masalah produksi
gula. Berbagai aspek dan berbagai kepentingan terlibat dalam proses penurunan
produksi gula dalam negeri.
Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari
harga produksi dalam negeri, menyebabkan produksi gula nasional kurang mampu
bersaing. Harga gula internasional terus bergerak hingga diatas batas psikologis
US$ 300. Harga gula internasional tersebut berdampak nyata pada harga eceran di
pasar dalam negeri hingga mencapai Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 6.000,-/kg
(Kompas, 2005).
Rendahnya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi menyebabkan harga
gula produksi dalam negeri menjadi mahal. Pulau Jawa yang semula sebagai
sentral produksi gula nasional saat ini posisinya semakin bergeser dengan semakin
sulitnya diperoleh lahan yang memadai untuk areal produksi tebu. Lahan yang
memiliki sifat sesuai untuk tebu lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang
lebih menguntungkan dibanding tebu. Kurangnya modal petani dan sering
terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu penerapan
teknologi tebu.
Industri gula merupakan industri yang sangat penting (strategis) karena
commit to user
permintaannya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
permintaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dapat terlihat dari total
konsumsi gula nasional.
9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika.
Pemasukan ke Indonesia pertama-tama diperkirakan dibawa oleh
pedagang-pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku
setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari
terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur
panjang.
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang
kaya protein dan lemak. Biji dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau
disangrai. Adapun kegunaan dari kacang tanah dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Biji
Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang berguna berisikan
senyawa-senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kelangsungan
hidupnya. Biji kacang tanah memiliki kandungan protein sekitar 25-30 %,
karbohidrat 12% dan minyak 40-50 % (AAK, 1995: 10 dalam Purwani, 2008:
commit to user
Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah.
NO Kualitas / karakteristik
Lahan
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 21)
commit to user
10.Metode Evaluasi Lahan
Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari
suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga
metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu:
a. Metode Pemerian (description)
Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas
kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan
pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi
sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan
karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang
sedang dievaluasi.
b. Metode Pengharkatan (Scoring)
Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan
dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh
kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter
lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: (1) Teknik
penjumlahan/Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau
mengurangi harkat setiap parameter lahan. (2) Teknik perkalian/pembagian
(sistem indeks) dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap
parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks
tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan.
c. Metode Pembandingan (Matching)
Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokan serta membandingkan
antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga
diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu. Metode matching
umumnya dilakukan melalui teknik tabularis. Kualitas dan karakteristik yang
diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam bentuk tabel. Tabel kualitas dan
commit to user
kesesuaian lahan untuk keperluan tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh
potensi suatu satuan lahan tertentu pada kelas kesesuaian lahan tertentu.
Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan
lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas pada subkelas kesesuaian
lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui maka dapat ditentukan
tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan demikian, dapat
ditentukan unit kesesuaian lahannya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pencocokan (matching), antara kualitas dan karakteristik lahan dengan
syarat tumbuh tanaman tebu.
11.Satuan Lahan
Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan,
mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem; dan seluruh satuan lahan yang
sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 :
93).
Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan
yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang
diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan tu
juan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai
dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah.
12.Produktivitas Tanaman
Produktivitas lahan merupakan kemampuan suatu tanah untuk
menghasilkan produk tertentu suatu tanaman dibawah suatu sistem pengelolaan
lahan tertentu. Suatu lahan dapat menghasilkan suatu produk tanaman yang baik
dan menguntungkan maka lahan dikatakan produktif. Produktivitas lahan
merupakan perwujudan dari faktor lahan dan non lahan yang mempengaruhi hasil
tanaman.
Produktivitas merupakan tujuan utama usaha tani. Suatu rumah tangga
petani mempunyai berbagai kebutuhan untuk konsumsi, kesehatan, perumahan,
commit to user
menghasilkan panenan yang lebih tinggi daripada varietas tradisional, maka petani
akan memilih varietas modern untuk dijual tetapi varietas tradisional untuk
dikonsumsi sendiri karena varietas tradisional terasa lebih enak dan mengalami
penyusutan yang lebih sedikit dalam penyimpanan dan pengolahan.
Analisis data produksi dilakukan untuk menentukan tingkat produktivitas
tanaman tebu dan kacang tanah. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan
kacang tanah adalah satuan lahan. Klasifikasi tingkat produksi tanaman jagung
dalam penelitian ini tidak mendasarkan pada standarisasi tertentu (tidak ada
standar baku), melainkan dengan kaidah umum klasifikasi data mendasarkan
range data tertinggi dan terendah. Produktivitas tanaman tebu dan jagung dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Produktivitas = Jumlah Produksi (ton)
Luas Lahan Panen (Ha)
Dalam menentukan pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah
produksi tiap satuan lahan, diambil melalui teknik wawancara terstruktur kepada
penduduk petani tebu dan kacang tanah yang ada di tiap-tiap satuan lahan. Oleh
karena satuan analisisnya berupa satuan lahan, maka untuk menentukan
pengambilan populasi sampel produksi tanaman tebu dan kacang tanah dihitung
pada tiap-tiap satuan lahan yang pengguanaan lahannya berupa sawah, tegalan,
kebun dan semak. Sedangkan untuk penggunaan lahan yang berupa permukiman
diabaikan dan untuk satuan lahan yang belum pernah ditanami tanaman tebu atau
kacang tanah digeneralisasi dengan satuan lahan terdekatnya.
13.Konservasi Tanah
Konservasi tanah diartikan sebagai sebagai setiap penempatan bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang adiperlukan agar tidak
commit to user
Metode konservasi tanah dikelompokkan menjadi tiga golongan utama,
yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan
sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan
daya rusak aliran permukaan dan erosi. Jenis tanaman atau vegetasi dan
penggunaan tanah mempunyai efisiensi yang berlainan dalam konservasi tanah.
Efisiensi tertinggi diberikan oleh vegetasi permanen kemudian berkurang
berturut-turut pada padang rumput campuran antara rumput dengan leguminosa,
legiminosa berbiji halus dan seterusnya (Arsyad, 1989:113).
b. Metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah (Arsyad, 1989: 118).
c. Metode kimia
Metode kimia dalam konservasi tanah adalah penggunaan preparat kimia
sintetis atau alami. Menjelang tahun 1950-an telah dikembangkan
preparat-preparat kimia yang dipergunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil.
Preparat kimia tersebut secara umum dinamai soil conditioner (pemantap struktur
tanah) (Arsyad, 1989: 157).
14.Sistem Informasi Geografis (SIG)
The potential of land for agricultural use is determined by an evaluation
of the climate, soil and topographical environmental components and the
understanding of local biophysical restraints. This evaluation is an essential step
for the development of agriculture. It is necessary to assess the land suitability for
rapeseed cultivation in the area by integrating various kinds of information with
spatial analysis technique. The results of land suitability assessment presented in
the form of map and report are meaningful to a local user. Geographic