• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk mengetahui faktor-faktor profitabilitas dalam suatu perusahaan, dapat digunakan rasio keuangan.

Ikhsan dan Prianthara (2009:106), mengartikan rasio profitabilitas yaitu sumber daya dan aktiva yang dibuat tersedia bagi manajemen untuk menghasilkan penjualan, pendapatan, penghasilan operasi dan rasio ini juga menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva selama periode operasi. Sedangkan Kasmir (2013:196), menyatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditunjukkan dengan laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Dari pengertian beserta penjelasan di atas, profitabilitas mempunyai arti penting dalam kegiatan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitasnya, maka kelangsungan kegiatan usaha perusahaan tersebut akan terus terjamin.

8

(2)

Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh laba terhadap investasi adalah return on asset (ROA). AnalisisROAdalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. AnalisisROA ini sudah merupakan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007:101). ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA

=

Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )x 100% Total Aktiva

Menurut Suad Husnan, (2008:91)kegunaan ROA dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Sebagai salah satu kegunaannya yang parsial ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisis ROAdapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efesiensi dibagian penjualan.

b. Apabila perusahaan mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisis ROA ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, 10

(3)

sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada dibawah, sama atau diatas rata-ratanya.

c. Analisis ROA pun dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

d. ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROA dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan ekspansi.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegunaan ROA sifatnya menyeluruh dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan untuk perencanaan dimasa mendatang.

2.1.2 Pengertian Modal Kerja

Pengertian modal kerja menurut Djarwanto (2008:89), adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan. Sedangkan menurut Munawir (2007:105), modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk memenuhi kegiatan

operasi perusahaan.

11

Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan

(4)

dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu (Harjito dan Martono, 2011:75) :

1. Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto. Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan persediaan.

2. Konsep Kualitatif

Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto.

3. Konsep Fungsional

Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan, baik pendapatan saat ini maupun pendapatan masa yang akan datang. Konsep modal kerja fungsional merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan saat ini. 12

2.1.3 Jenis Modal Kerja

Harjito dan Martono (dalam Riyanto, 1998:61) menggolongkan modal kerja menjadi 2 jenis, yaitu :

(5)

1. Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan usaha.

b. Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

13

Jenis-jenis modal kerja tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Rp MK Darurat

MK Siklis MK Musiman

(6)

Modal Kerja Normal

o Modal Kerja Primer waktu

Sumber: Harjito dan Martono, (2o11:78).

Gambar 1

Jenis-Jenis Modal Kerja

2.1.4 Kebijakan Modal Kerja

Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda. Menurut Harjito dan Mertono (dalam Riyanto, 1988) ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu :

1. Kebijakan Konservatif

Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja 14

permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber danajangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

2. Kebijakan Agresif

Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

(7)

3. Kebijakan Moderat

Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang.

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja

Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Mamduh, 2004:521) :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktiva lancar : a. Karakteristik bisnis

Sektor usaha (industri) mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung mmepunyai 15

persediaan barang dagangan (yang berarti modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya.

b. Ukuran perusahaan

Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva lancar dan kewajiban lancar untuk perusahaan besar dan kecil bias terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8% utang lancar untuk perusahaan kecil. Sedangkan

(8)

komposisi untuk perusahaan besar adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar. Beberapa kemungkinan jawaban atas fenomena tersebut: (1) perusahaan besar menjadi semakin modal insentif, (2) perusahaan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang relative stabil, dan (3) perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu memegang modal kerja lebih besar.

c. Aktivitas perusahaan

Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan.

d. Stabilitas penjualan perusahaan

Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Sebaliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung semakin besar. 16

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar a. Faktor eksternal

Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar. Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur. Barang dagangan biasanya diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), sehingga aktiva lancar yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga.

(9)

b. Faktor internal kebijakan manajemen

Manajemen mempunyai pilihan apakah menggunakan utang lancar yang tinggi atau yang rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan utang lancar yang lebih kecil. Jika manajemen membutuhkan dana dengan cepat, maka manajer masih mempunyai cukup ruang untuk melakukan hal tersebut. Jika manajemen mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, barangkali manajemen akan menggunakan utang lancar yang tinggi karena pada situasi mendadak, manajemen bias memperoleh dana tambahan dengan cepat. Manajemen yang agresif akan menggunakan utang yang lebih tinggi, karena utang yang lebih tinggi memberikan profitabilitas yang tinggi, meskipun risiko juga akan

semakin meningkat.

17

2.1.6 Sumber Modal Kerja

Perusahaan tidak hanya berkepentingan mengenai tingkat aktiva lancar, tetapi juga penentuan proporsi hutang jangka pendek dan panjang yang dipergunakan. Keputusan ini menyangkut trade-off antara profitabilitas dan risiko. Hutang jangka pendek biasanya jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun, sebaliknya hutang jangka panjang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun.

Kebutuhan dana perusahaan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar itu sendiri dapat dibagi menjadi dua kategori: (1) aktiva lancar permanen, (2) aktiva lancar yang berfluktuasi. Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis berapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan yang berfluktuasi, untuk kemudian memilih sumber dana untuk membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga

(10)

alternatif pemenuhan kebutuhandana dalam kaitannya dengan aktiva lancar: (1) matching approach, (2) conservative approach, dan (3) aggressive approach.

Matching approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan sumber jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayar kembali.

Conservative approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri. Proporsi hutang jangka pendek akan lebih kecil dibandingkan dengan matching approach. Keputusan ini dimaksudkan untuk 18

lebih memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar daripada biaya hutang jangka pendek. Besarnya hutang jangka panjang dibandingkan biaya hutang jangka pendek disebabkan risiko hutang jangka panjang lebih besar daripada hutang jangka pendek yang relatif pasti lebih kecil.

Agresive approach, adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar

(11)

tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar dengan demikian akan memperkecil biaya hutang jangka pendek.

Djarwanto (2008:98) mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:

a. Hasil operasi perusahaan

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan

menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

19

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar Sumber lain yang menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

(12)

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.

e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. f. Kredit dari supplier

20

Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.

2.1.7 Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja merupakan slaah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan maka kemungkinan perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo). Aktiva lancar harus cukup besar menutup hutang lancar sehingga menggambarkan tingkat keamanan yang memuaskan.

Modal kerja juga merupakan aspek penting yang mempengaruhi tingkat keuntungan suatu perusahaan. Selain dipengaruhi oleh penjualan, profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh pengelolaan modal kerja.

(13)

Pengelolaan modal kerja yang tidak efektif dan efisien dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan, oleh sebab itu pihak manajemen dituntut agar mampu mengelola modal kerja dengan baik agar perputaran modal kerja menjadi lebih cepat. Jika pengelolaan sudah efektif dan efisien, maka ketersediaan dana modal kerja yang dimiliki perusahaan akan mampu memenuhi segala kegiatan operasi

sehingga meningkatkan keuntungan.

21

Harjito dan Martono (2011:77) menjelaskan beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja, yaitu:

a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar disbanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.

b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.

c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja. d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan

harga saham perusahaan.

e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

2.1.8 Perputaran Kas

Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dari suatu transaksi.

(14)

Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan "laba", dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha pengelolaan 22

(manajemen) kas yang efektif dan efisien sehingga pemanfaatan kas tersebut dapat optimal (Harjito dan Martono, 2011:121).

Tingkat perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Ini berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan berarti besar kemungkinan akan semakin rendah perputarannya. Hal ini akan mencerminkan adanya over investment dalam kas, begitu pula sebaliknya. Jumlah kas yang relative kecil kemungkinan besar akan menyebabkan diperolehnya tingkat perputaran kas yang tinggi. Perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas (Kasmir, 2013).

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi penerimaan dan pengeluarannya. Sumber penerimaan kas pada dasarnya dari (Munawir, 2007:118):

a. Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti dengan penambahan kas.

b. Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(15)

c. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

d. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

23

e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya. Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.

b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh milik perusahaan.

c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang.

d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian.

e. Pengeluaran kas untuk membayar dividen, pembayaran pajak, denda-denda lainnya.

Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.

Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut: Perputaran Kas= Penjualan Bersih

(16)

Rata − Rata Kas

Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tetapi perputaran kasyang berlebih-24

lebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan tersebut.

2.1.9 Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang mengukur berapa kali rata-rata piutang dapat tertagih selama satu periode. Pengelolaan piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perputaran piutangnya, dimana tingkat perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal kerja dalam piutang. Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang dan kembali ke kas. Makin cepat perputaran makin baik kondisi keuangan perusahaan.

Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang dimana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun.

Menurut Fahmi (2013:155), dalam konsep piutang semakin tinggi perputaran maka semakin baik, namun begitu juga semakin lambat perputaran maka semakin tidak baik. Tingkat perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Makin lama syarat pembayaran semakin lama dana atau modal terikat dalam piutang tersebut, yang berarti semakin rendah tingkat perputaran piutang.

(17)

Besarnya investasi pada piutang yang muncul di perusahaan ditentukan

oleh dua faktor (Martono dan Harjito, 2011:99):

25

1. Besarnya presentase penjualan kredit terhadap penjualan total.

2. Kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu penagihan piutang).

Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang merupakan pengelolaan piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.

Untuk menghitung perputaran piutang dapat digunakan rumus sebagai berikut: Perputaran Piutang= Penjualan Kredit

Rata − Rata Piutang

Dengan demikian, biaya modal besarnya sama dengan besarnya biaya modal sendiri. Bilamana modal sendiri tidak mencukupi sehingga perusahaan terpaksa menggunakan pinjaman bank, maka timbul biaya yang eksplisit dalam bentuk bunga modal pinjaman. Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang (piutang

(18)

26

tak tertagih) dan biaya-biaya yang akan timbul dalam menangani piutang bisa diatasi.

2.1.10 Perputaran Persediaan

Persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaanmerupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya.

Menurut Harahap (2008:308), perputaran persediaan adalah menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin cepat perputarannya semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan berjalan cepat. Sedangkan menurut Irman Deni (dalam Warren, Reeve dan Fees, 2008:419) perputaran persediaan adalah mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan.

Untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui perputaran persediaan yang terjadi dengan membandingkan antara harga pokok penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki (Munawir, 2007:120), dapat dinyatakan dengan rumus:

Perputaran Persediaan= Harga Pokok Penjualan (HPP)Rata − Rata Persediaan

Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Maka periode perputaran persediaan ini perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran 27

(19)

persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap baik. Oleh karena itu diperlukan penghematan ongkos penyimpanan dan pemeliharaan agar keuntungan yang diperoleh semakin besar sehingga semakin kecil biaya yang harus ditanggung perusahaan, semakin besar laba yang akan didapat dan perputaran persediaan semakin tinggi.

2.1.11 Perputaran Modal Kerja dan Efisiensi Modal Kerja

Efisiensi modal kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan (Handoko, 2009:87). Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan dengan menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan kritis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerjadalam perusahaan kurang efisien. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada saat kembali 28

(20)

lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin panjang perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah. Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Riyanto, 2008:87).

Untuk menilai efisiensi modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut perputaran modal kerja. Perputaran modal kerja menurut Riyanto (2008:90) dirumuskan sebagai berikut:

Perputaran Modal Kerja = Rata − Rata Modal KerjaPenjualan Bersih

2.1.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang modal kerja terhadap profitabilitas diantaranya dilakukan oleh:

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No Nama / Judul Variabel yang diukur Hasil Penelitian 29

1. Nina Sufiana (2012)

Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piu-tang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas

Variabel independen; Perputaran Kas, Perputa-ran Piutang, Perputaran Persediaan dan Profita-bilitas sebagai variabel dependen.Uji Hipotesis menggu-nakan analisis regresi berganda dan Uji Hipotesis dengan SPSS (uji F dan uji t).

Secara simultan ber-pengaruh terhadap pro-fitabilitas (ROI). Secara parsial Perputaran Kas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI).

(21)

2. Irman Deni (2013)

Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Per-putaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabili-tas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter-daftar Di Bursa Efek Indonesia.

Variabel independen; Perputaran Kas, Perpu-taran Piutang, PerpuPerpu-taran Persediaan dan Profitabi-litas (ROA) sebagai variabel dependen. Uji Hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dan Uji Hipotesis dengan SPSS (uji F dan uji t).

Secara parsial dan simultan perputaran kas, perputaran piutang, perputaran per-sediaan mempunyai penga-ruh signifikan terhadap profitabilitas. 3. Justo S. (2013) Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan PT.Gu-dang Garam, Tbk. Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Variabel independen; Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan dan Profitabilitas (ROI) se-bagai variabel dependen.Uji Hipotesis meng-gunakan analisis regresi berganda dan Uji Hipotesis dengan SPSS (uji F dan uji t).

Bahwa uji F didapatkan pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, dan perputaran persediaan ber-pengaruh terhadap profita-bilitas. Dalam uji t didapat-kan perputaran mo-dal kerja, perputaran kas dan perputaran persediaan ber-pengaruh negative ter-hadap tingkat profita-bilitas.

Sumber: Berbagai Jurnal dan Penelitian

2.2 Rerangka Pemikiran

Profitabilitas dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Semakin cepat tingkat perputaran

masing-30

Studi Teoritis:

1.maPsrionfgitaebleilmitaesn modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi

jiIkhsan dan Prianthara (2009:106)t, maka penggunaan modal kerja dalam

Kasmir (2013:196)

2.peMruosadhaalaKnekrjuarang efisien. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dibuat rerangka Djarwanto (2008:89)

peMmiukniraawnirse(b2a0g0a7i:1b0e5ri)kut:

3. Perputaran Kas

Harjito dan Martono (2011:121)Modal Kerja Kasmir (2013)

4. Perputaran Piutang

(22)

Fahmi (2013:155)

Martono dan Harjito (2011:99)

5. Perputaran Persediaan Harahap (2008:308) Munawir (2007:120) Studi Empiris:

1. Nina Sufiana (2012) menelitiPengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas

2. Irman Deni (2013) meneliti

Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan

Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

3. Justo S. (2013) meneliti

Pengaruh Manajemen Modal

Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan PT.Gudang Garam, Tbk. Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia.

Apakah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan

berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen di BEI dan manakah yang

paling dominan

Diduga perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh signifikan da nada yang dominan terhadap profitabilitas pada perusahaan semen di BEI

Analisis Data: Uji Asumsi Klasik Regresi

Linier Berganda Uji statistik F dan Uji t

31

Skripsi

(23)

Rerangka Pemikiran 2.3 Rerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitanantara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang inginditeliti. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan variabel dependennya adalah profitabilitas (ROA), maka dapat dibuat rerangka konseptual sebagai berikut:

Perputaran Modal Kerja (Pmk) Perputaran Kas (Pk) Perputaran Piutang (Ppi) Profitabilitas (ROA) Perputaran Persediaan (Ppe) 32 Gambar 3 Rerangka Konseptual

(24)

2.4 Perumusan Hipotesis

Menurut Sutrisno (2006:63) mengemukakan bahwa hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, dia akan ditolak jika salah satu ada yang palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat bergantung pada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dapat dikumpulkan.

Hipotesis yang saya ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

33

5. Terdapat variabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki pengaruh dominan terhadap profitabilitas pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait hubungan sebab akibat, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain didapatkan bahwa MBN atau Dyrk 1A memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistim saraf

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan Media Lagu terhadap

Sejalan dengan penelitian Ningrum (2011) yang meneliti tingkat pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan dini bagi remaja di wilayah desa Protomulyo Kaliwungu

Massa katoda praktis lebih kecil pada massa katoda teoritis yang ditunjukkan pada grafik 9 menit ke-4 dapat disebabkan oleh pengadukan yang terlalu cepat, sehingga kation

Penelitian dengan judul hubungan kekerabatan fenetik anggota famili fabacea di Hutan kota BNI Banda Aceh bertujuan untuk mengetahui karakteristik anggota famili

Stimulus fiskal untuk pembangunan infrastruktur jalan akan memberi dampak terhadap pertambahan pendapatan faktor produksi tenaga kerja, lahan, dan modal, yang

Asap cair dari tempurung kelapa yang dihasilkan menggunakan mesin berbasis cyclone-redistillation memiliki volume total 2 kali lipat jika dibandingkan dengan metode